Minggu, 30 Juli 2023

Syarah Riyadhushalihin Bab (15) Menjaga amalan

بسم الله الرحمن الرحيم

Ayat pertama, Allah ta’aalaa berfirman:

{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 16]

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. [Al-Hadiid:16]

Penjelasan singkat ayat ini:

1.      Mengingat Allah untuk mendapatkan hati yang khusyu’

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]

2.      Larangan menyerupai ahli kitab.

Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata:

خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى مَشْيَخَةٍ مِنَ الْأَنْصَارٍ بِيضٌ لِحَاهُمْ فَقَالَ: " يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ حَمِّرُوا وَصَفِّرُوا، وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ". قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَتَسَرْوَلَونَ وَلْا يَأْتَزِرُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: " تَسَرْوَلُوا وَائْتَزِرُوا وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ". قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَتَخَفَّفُونَ وَلَا يَنْتَعِلُونَ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: " فَتَخَفَّفُوا وَانْتَعِلُوا وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ". قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَقُصُّونَ عَثَانِينَهُمْ وَيُوَفِّرُونَ سِبَالَهُمْ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: " قُصُّوا سِبَالَكُمْ وَوَفِّرُوا عَثَانِينَكُمْ وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ " [مسند أحمد: صحيح]

Rasulullah pergi menemui kalangan tua kaum Anshar yang janggut-janggut mereka sudah memutih. Rasulullah bersabda, "Hai kaum Anshar! Pakailah warna merah, kuning dan berbedalah dengan ahli kitab." Aku berkata, Wahai Rasulullah, ahli kitab mengenakan celana dan tidak memakai sarung. Rasulullah bersabda, "Pakailah celana dan sarung dan berbedalah dengan ahli kitab." Aku berkata, Wahai Rasulullah, Sesungguhnya ahli kitab mengenakan sepatu dan tidak mengenakan sandal. Rasulullah bersabda, "Pakailah sepatu, sandal dan berbedalah dengan ahli kitab. Kami berkata, Wahai Rasulullah, ahli kitab memotong janggut dan memanjangkan kumis. Rasulullah bersabda, "Potonglah kumis, panjangkan janggut dan berbedalah dengan ahli kitab." [Musnad Ahmad: Shahih]

3.      Penyebab kerasnya hati.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً} [المائدة: 13]

Karena mereka (Bani Israil) melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. [Al-Maidah: 13]

Ayat kedua, Allah ta’aalaa berfirman:

{ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 27]

Kemudian kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul kami dan kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan kami berikan kepadanya Injil dan kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tidak beristeri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. [Al-Hadiid: 27]

Ayat ketiga, Allah ta’aalaa berfirman:

{وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ} [النحل: 92]

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. [An-Nahl: 92]

Penjelasan singkat ayat ini:

1)      Orang yang tidak menjaga amalannya sama seperti orang yang menenun pakaian kemudian setelah pakaiannya jadi ia lalu melepaskan tenunan tersebut sehelai demi sehelai.

2)      Menjaga amalan dengan dua bentuk:

a.       Menjaga pahalanya agar tidak hilang, apakah dengan melakukan kedzaliman terhadap orang lain atau melakukan kesyirikan yang bisa menghapuskan pahala amal shalih.

b.       Menjaganya dengan konsisten dalam mengamalknannya.

Ayat keempat, Allah ta’aalaa berfirman:

{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر:99]

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). [Al-Hijr:99]

Ø  Salim bin Abdillahrahimahullah- menafsirkan ayat ini dengan berkata:

" الْيَقِينُ: الْمَوْتُ "

“Yakin adalah kematian” [Az-Zuhud karya Waki’]

Lihat: Hadits Al-Baraa’; Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur

Hadits pertama:

1/142- وعن عائشةَ رضي اللَّهُ عنها أَن النَّبيّ ﷺ دخَلَ عليْها وعِنْدها امْرأَةٌ قَالَ: منْ هَذِهِ؟ قَالَتْ: هَذِهِ فُلانَة تَذْكُرُ مِنْ صَلاتِهَا قالَ: "مَهُ عليكُمْ بِما تُطِيقُون، فَوَاللَّه لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حتَّى تَمَلُّوا وكَانَ أَحَبُّ الدِّينِ إِلَيْهِ ما داوَمَ صَاحِبُهُ علَيْهِ " متفقٌ عليه.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi mendatanginya dan bersamanya ada seorang wanita lain, lalu Nabi bertanya, "Siapa ini?" Aisyah menjawab, "Si fulanah", Lalu diceritakan tentang shalatnya. Maka Nabi bersabda, "Tinggalkanlah apa yang tidak kalian sanggupi, demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang menjadi bosan, dan agama yang paling dicintai-Nya adalah apa yang senantiasa dikerjakan secara rutin dan kontinyu". [Muttafaqun ‘alaihi]

Lihat: Hadits pertama bab sebelumnya

Hadits kedua:

1/153- وعن عمرَ بن الخطاب رضي اللَّه عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "منْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ مِنَ اللَّيْل، أَو عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ فَقَرأَه مَا بينَ صلاةِ الْفَجِر وَصلاةِ الظهرِ، كُتب لَهُ كأَنما قرأَهُ مِن اللَّيْلِ" رواه مسلم.

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan; Rasulullah bersabda, "Siapa yang ketiduran dari hizib (bacaan Al-Qur'an) di malam hari atau sesuatu daripadanya, lantas ia membacanya ketika di antara sahlat fajar (Subuh) dan shalat Dzuhur, maka akan dicatat baginya sebagaimana ia membacanya ketika malam hari." [Shahih Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

2)      Anjuran mengqadha’ amalan yang terlewatkan.

Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«مَنْ نَامَ عَنِ الْوِتْرِ أَوْ نَسِيَهُ، فَلْيُصَلِّ إِذَا أَصْبَحَ، أَوْ ذَكَرَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Barangsiapa kehilangan shalat witir karena tidur atau lupa, hendaklah ia kerjakan ketika bangun (Subuh) atau teringat." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

3)      Besarnya rahmat Allah kepada umat Islam.

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:

«أُمَّتِي هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Umatku ini adalah umat yang dirahmati". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Lihat: Keistimewaan Umat Islam

Hadits ketiga:

2/154- وعن عبدِ اللَّه بنِ عمرو بنِ العاص رضي اللَّه عنهما قَالَ: قَالَ لي رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "يَا عبْدَ اللَّه، لاَ تَكُنْ مِثلْ فُلانٍ، كَانَ يقُومُ اللَّيْلَ فَتَركَ قِيامَ اللَّيْل" متفقٌ عَلَيهِ

Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Wahai Abdullah, jangan engkau seperti si fulan yang dulunya sering shalat malam kemudian ia tinggalkan". [Muttafaqun ‘alaihi]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdulah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Anjuran untuk konsisten dalam beramal.

3.      Rasulullah tidak menyebutkan nama untuk menutupi aib seseorang.

Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu- berkata; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ»

“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat". [Shahih Muslim]

4.      Hadits ini diantara dalil bahwa witir bukan wajib.

Ibnu Al-‘Arabiy rahimahullah (w.543H) berkata:

"لَوْ كَانَ فَرْضًا مَا أَقَرَّهُ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلَا أَخْبَرَ بِمِثْلِ هَذَا الْخَبَرِ عَنْهُ، بَلْ كَانَ يَذُمُّهُ غَايَةَ الذَّمِّ". [أحكام القرآن لابن العربي (4/ 335)]

“Seandainya witir itu fardhu maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan membiarkan ia meninggalkannya dan tidak memberitakan dengan pemberitaan seperti ini tentangnnya, akan tetapi mesti beliau mencelanya dengan celaan yang keras”. [Ahkamul Qur’an 4/335]

Hadits keempat:

3/155- وعن عائشةَ رضي اللَّه عنها قَالَتْ: "كَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إذَا فَاتَتْهُ الصَّلاةُ مِنْ اللَّيْلِ مِنْ وجعٍ أَوْ غيْرِهِ، صلَّى مِنَ النَّهَارِ ثنْتَى عشْرَةَ رَكْعَةً" رواه مسلم.

Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Bahwa apabila Rasulullah ketinggalan shalat malam karena sakit atau lainnya, maka beliau melaksanakan shalat pada siangnya sebanyak dua belas rakaat." [Shahih Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya

2)      Antusias Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga amalanya yang ia telah lakukan.

Abu Salamah bertanya kepada Aisyah tentang dua raka'at yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam setelah ashar, Aisyah menjawab:

«كَانَ يُصَلِّيهِمَا قَبْلَ الْعَصْرِ، ثُمَّ إِنَّهُ شُغِلَ عَنْهُمَا، أَوْ نَسِيَهُمَا فَصَلَّاهُمَا بَعْدَ الْعَصْرِ، ثُمَّ أَثْبَتَهُمَا، وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً أَثْبَتَهَا».

"Dulunya Rasulullah melakukannya sebelum ashar kemudian Rasulullah disibukkan atau lupa, maka beliau melaksanakannya setelah ashar kemudian beliau tetap melaksanakannya karena jika beliau melaksanakan suatu salat maka beliau selalu konsisten melaksanakannya". [Sahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (14) Sederhana dalam ketaatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...