بسم الله الرحمن الرحيم
Ayat pertama, Allah ta’aalaa berfirman:
{أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ
الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ
عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 16]
Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang
yang fasik. [Al-Hadiid:16]
Penjelasan singkat
ayat ini:
1.
Mengingat Allah untuk mendapatkan
hati yang khusyu’
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]
Orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]
2.
Larangan menyerupai ahli kitab.
Abu
Umamah radhiyallahu
‘anhu berkata:
خَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى
مَشْيَخَةٍ مِنَ الْأَنْصَارٍ بِيضٌ لِحَاهُمْ فَقَالَ: " يَا مَعْشَرَ
الْأَنْصَارِ حَمِّرُوا وَصَفِّرُوا، وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ".
قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَتَسَرْوَلَونَ
وَلْا يَأْتَزِرُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: " تَسَرْوَلُوا وَائْتَزِرُوا
وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ ". قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ،
إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَتَخَفَّفُونَ وَلَا يَنْتَعِلُونَ. قَالَ: فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: " فَتَخَفَّفُوا وَانْتَعِلُوا وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ
". قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَقُصُّونَ
عَثَانِينَهُمْ وَيُوَفِّرُونَ سِبَالَهُمْ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "
قُصُّوا سِبَالَكُمْ وَوَفِّرُوا عَثَانِينَكُمْ وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ
" [مسند أحمد: صحيح]
Rasulullah
ﷺ pergi menemui kalangan tua kaum Anshar yang janggut-janggut
mereka sudah memutih. Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai kaum Anshar! Pakailah
warna merah, kuning dan berbedalah dengan ahli kitab." Aku berkata, Wahai
Rasulullah, ahli kitab mengenakan celana dan tidak memakai sarung. Rasulullah ﷺ
bersabda, "Pakailah celana dan sarung dan berbedalah dengan ahli
kitab." Aku berkata, Wahai Rasulullah, Sesungguhnya ahli kitab mengenakan
sepatu dan tidak mengenakan sandal. Rasulullah ﷺ bersabda, "Pakailah sepatu, sandal
dan berbedalah dengan ahli kitab. Kami berkata, Wahai Rasulullah, ahli kitab
memotong janggut dan memanjangkan kumis. Rasulullah ﷺ
bersabda, "Potonglah kumis, panjangkan janggut dan berbedalah dengan ahli
kitab." [Musnad Ahmad: Shahih]
3.
Penyebab kerasnya hati.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَبِمَا نَقْضِهِمْ
مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً} [المائدة: 13]
Karena
mereka (Bani Israil) melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan
hati mereka keras membatu. [Al-Maidah:
13]
Ayat kedua, Allah ta’aalaa berfirman:
{ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى
آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ
الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً
وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ
رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد:
27]
Kemudian kami iringi di belakang mereka
dengan rasul-rasul kami dan kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan
kami berikan kepadanya Injil dan kami jadikan dalam hati orang- orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah (tidak beristeri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam
biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah
yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka kami berikan kepada
orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka
orang-orang fasik. [Al-Hadiid: 27]
Ayat ketiga, Allah ta’aalaa berfirman:
{وَلَا تَكُونُوا
كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ
أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ
إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ} [النحل: 92]
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu,
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang
lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. [An-Nahl: 92]
Penjelasan singkat
ayat ini:
1) Orang yang tidak menjaga amalannya
sama seperti orang yang menenun pakaian kemudian setelah pakaiannya jadi ia
lalu melepaskan tenunan tersebut sehelai demi sehelai.
2) Menjaga amalan dengan dua bentuk:
a.
Menjaga pahalanya agar tidak hilang,
apakah dengan melakukan kedzaliman terhadap orang lain atau melakukan
kesyirikan yang bisa menghapuskan pahala amal shalih.
b.
Menjaganya dengan konsisten dalam
mengamalknannya.
Ayat keempat, Allah ta’aalaa berfirman:
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ} [الحجر:99]
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal). [Al-Hijr:99]
Ø Salim bin Abdillah –rahimahullah- menafsirkan ayat
ini dengan berkata:
" الْيَقِينُ:
الْمَوْتُ "
“Yakin adalah kematian” [Az-Zuhud karya Waki’]
Lihat: Hadits Al-Baraa’; Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur
Hadits pertama:
1/142- وعن عائشةَ رضي اللَّهُ عنها
أَن النَّبيّ ﷺ دخَلَ عليْها
وعِنْدها امْرأَةٌ قَالَ: منْ هَذِهِ؟ قَالَتْ: هَذِهِ فُلانَة تَذْكُرُ مِنْ
صَلاتِهَا قالَ: "مَهُ عليكُمْ بِما تُطِيقُون، فَوَاللَّه لاَ يَمَلُّ
اللَّهُ حتَّى تَمَلُّوا وكَانَ أَحَبُّ الدِّينِ إِلَيْهِ ما داوَمَ صَاحِبُهُ
علَيْهِ " متفقٌ عليه.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa
Nabi ﷺ mendatanginya dan bersamanya ada seorang wanita lain, lalu Nabi
ﷺ bertanya, "Siapa ini?" Aisyah menjawab, "Si
fulanah", Lalu diceritakan tentang shalatnya. Maka Nabi ﷺ
bersabda, "Tinggalkanlah apa yang tidak kalian sanggupi, demi Allah, Allah
tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang menjadi bosan, dan agama yang
paling dicintai-Nya adalah apa yang senantiasa dikerjakan secara rutin dan
kontinyu". [Muttafaqun ‘alaihi]
Lihat: Hadits pertama bab sebelumnya
Hadits kedua:
1/153- وعن عمرَ بن الخطاب رضي اللَّه
عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "منْ
نَامَ عَنْ حِزْبِهِ مِنَ اللَّيْل، أَو عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ فَقَرأَه مَا بينَ
صلاةِ الْفَجِر وَصلاةِ الظهرِ، كُتب لَهُ كأَنما قرأَهُ مِن اللَّيْلِ" رواه
مسلم.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu
'anhu, ia mengatakan; Rasulullah ﷺ
bersabda, "Siapa yang ketiduran dari hizib (bacaan Al-Qur'an) di malam
hari atau sesuatu daripadanya, lantas ia membacanya ketika di antara sahlat
fajar (Subuh) dan shalat Dzuhur, maka akan dicatat baginya sebagaimana ia
membacanya ketika malam hari." [Shahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Biografi
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
2) Anjuran
mengqadha’ amalan yang terlewatkan.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu;
Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ نَامَ عَنِ الْوِتْرِ أَوْ نَسِيَهُ،
فَلْيُصَلِّ إِذَا أَصْبَحَ، أَوْ ذَكَرَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Barangsiapa
kehilangan shalat witir karena tidur atau lupa, hendaklah ia kerjakan ketika
bangun (Subuh) atau teringat." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
3) Besarnya
rahmat Allah kepada umat Islam.
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
«أُمَّتِي هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ» [سنن أبي داود: صححه
الألباني]
"Umatku ini adalah umat yang
dirahmati". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Keistimewaan Umat Islam
Hadits ketiga:
2/154- وعن عبدِ اللَّه بنِ عمرو بنِ
العاص رضي اللَّه عنهما قَالَ: قَالَ لي رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم: "يَا عبْدَ اللَّه، لاَ تَكُنْ مِثلْ فُلانٍ، كَانَ يقُومُ
اللَّيْلَ فَتَركَ قِيامَ اللَّيْل" متفقٌ عَلَيهِ
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu
'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata
kepadaku: "Wahai Abdullah, jangan engkau seperti si fulan yang dulunya
sering shalat malam kemudian ia tinggalkan". [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Abdulah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Anjuran untuk konsisten dalam
beramal.
3.
Rasulullah ﷺ tidak menyebutkan nama untuk
menutupi aib seseorang.
Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-
berkata; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
«مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ»
“Barangsiapa menutupi aib seorang muslim,
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat". [Shahih Muslim]
4. Hadits ini
diantara dalil bahwa witir bukan wajib.
Ibnu Al-‘Arabiy rahimahullah
(w.543H) berkata:
"لَوْ كَانَ فَرْضًا
مَا أَقَرَّهُ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلَا أَخْبَرَ
بِمِثْلِ هَذَا الْخَبَرِ عَنْهُ، بَلْ كَانَ يَذُمُّهُ غَايَةَ الذَّمِّ". [أحكام القرآن لابن العربي (4/ 335)]
“Seandainya witir itu fardhu maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak akan membiarkan ia meninggalkannya dan tidak
memberitakan dengan pemberitaan seperti ini tentangnnya, akan tetapi mesti
beliau mencelanya dengan celaan yang keras”. [Ahkamul Qur’an 4/335]
Hadits keempat:
3/155- وعن عائشةَ رضي اللَّه عنها قَالَتْ: "كَانَ
رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إذَا فَاتَتْهُ الصَّلاةُ مِنْ
اللَّيْلِ مِنْ وجعٍ أَوْ غيْرِهِ، صلَّى مِنَ النَّهَارِ ثنْتَى عشْرَةَ
رَكْعَةً" رواه مسلم.
Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ia berkata: Bahwa apabila Rasulullah ﷺ
ketinggalan shalat malam karena sakit atau lainnya, maka beliau melaksanakan
shalat pada siangnya sebanyak dua belas rakaat." [Shahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Biografi
Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
2) Antusias
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga amalanya yang ia telah lakukan.
Abu Salamah bertanya kepada Aisyah
tentang dua raka'at yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam setelah ashar, Aisyah menjawab:
«كَانَ يُصَلِّيهِمَا قَبْلَ الْعَصْرِ، ثُمَّ إِنَّهُ شُغِلَ
عَنْهُمَا، أَوْ نَسِيَهُمَا فَصَلَّاهُمَا بَعْدَ الْعَصْرِ، ثُمَّ أَثْبَتَهُمَا،
وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً أَثْبَتَهَا».
"Dulunya Rasulullah
melakukannya sebelum ashar kemudian Rasulullah disibukkan atau lupa, maka
beliau melaksanakannya setelah ashar kemudian beliau tetap melaksanakannya
karena jika beliau melaksanakan suatu salat maka beliau selalu konsisten
melaksanakannya". [Sahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (14) Sederhana dalam ketaatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...