بسم الله الرحمن الرحيم
Anak adalah anugrah
dari Allah subhanahu wa ta'aalaa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{لِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا
وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا
وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ}
Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan
kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan
Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa. [Asy-Syuuraa:
49-50]
Lihat: Anak adalah anugrah dari Allah
Mendidik anak sebagai rasa syukur
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ
وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [التحريم: 6]
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; Penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim:6]
Bagaimana mendidik
anak?
Diantaranya:
1. Ikhlash dalam mendidik anak, bukan demi kepentingan duniawi semata.
Dari Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ
إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
"Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang (berniat) hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa (berniat) hijrah karena dunia yang bakal diraihnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya itu." [Sahih Bukhari dan Muslim]
2. Menanamkan
akidah tauhid yang kokoh.
Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata: Suatu hari aku duduk di belakang Rasulullah ﷺ,
beliau bersabda:
«يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ
يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ
اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ
لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ
بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ،
رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»
"Wahai bocah, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah kau akan mendapati-Nya di hadapanmu, jika kau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kau minta bantuan maka mintalah kepada Allah, ketahuilah .. sesungguhnya jika semua umat sepakat untuk memberimu suatu yang bermanfaat, mereka tidak akan memberimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka sepakat untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah kepadamu, pena telah diangkat dan lembaran telah kering. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Lihat: Keutamaan Tauhid
3. Melatih
untuk beribadah sejak dini.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ
رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى}
Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaahaa:132]
Ø
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ
وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ،
وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Perintahkanlah anakmu
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkan
shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata;
رَفَعَتِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ،
أَلِهَذَا حَجٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ»
Ada seorang wanita yang
menggendong anak kecil lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah anak kecil
ini boleh menunaikan haji." Beliau menjawab: "Ya, dan kamu juga mendapatkan pahala."
[Shahih Muslim]
4. Mengajarkan
adab dan akhlak mulia.
Umar
bin Abu Salamah radhiyallahu
'anhu berkata: Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah ﷺ,
tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah ﷺ
bersabda:
«يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا
يَلِيكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai anak kecil, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu."
Maka
seperti itulah cara makanku setelah itu. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Hidup berkah dengan akhlak mulia
5. Menjauhkannya
dari yang haram.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Ketika Al-Hasan dan Al-Husain bermain
dengan kurma sedekah dan salah satu dari mereka hendak memakannya, Rasulullah ﷺ
melarangnya dan bersabda:
«أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ ﷺ لاَ يَأْكُلُونَ الصَّدَقَةَ»
"Tidakkah engkau mengetahui bahwa keluarga Muhammad ﷺ tidak memakan sedekah". [Sahih Bukhari]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat
6. Memberi
teladan yang baik.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ،
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ البَهِيمَةِ تُنْتَجُ البَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا
جَدْعَاءَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Setiap anak yang lahir, dilahirkan dalam keadaan
fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi,
atau Nashrani, atau Majusi, ibarat hewan yang melahirkan hewan, apakah engkau
melihat ada yang tidak punya telinga?” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Tidak berdusta kepada anak.
Abdullah bin ‘Amir radhiallahu 'anhuma berkata: Suatu hari ibuku memanggilku sementara Rasulullah ﷺ duduk di antara kami. Ibuku berkata: Marilah, aku akan memberimu
sesuatu!
Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada ibuku:
«وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ؟»
“Apa yang akan engkau
berikan padanya?”
Ibuku menjawab: Aku akan
memberinya sebiji kurma! Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada ibuku:
«أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ
شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Adapun seandainya engkau
tidak memberinya sesuatu maka akan dicatat atasmu satu kedustaan”. [Sunan Abi Daud:
Hasan]
Berlaku adil kepada setiap anak.
Dari An-Nu’man bin
Basyiir radhiallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«اتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ
أَوْلاَدِكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Bertakwalah kalian kepada
Allah, dan berlaku adillah di antara anak-anak kalian”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Mengajaknya ke mesjid dan pengajian.
Qurrah radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ ﷺ إِذَا جَلَسَ يَجْلِسُ
إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَفِيهِمْ رَجُلٌ لَهُ ابْنٌ صَغِيرٌ يَأْتِيهِ
مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ، فَيُقْعِدُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَهَلَكَ فَامْتَنَعَ الرَّجُلُ
أَنْ يَحْضُرَ الْحَلْقَةَ لِذِكْرِ ابْنِهِ، فَحَزِنَ عَلَيْهِ، فَفَقَدَهُ النَّبِيُّ
ﷺ فَقَالَ: «مَالِي لَا أَرَى فُلَانًا؟» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بُنَيُّهُ
الَّذِي رَأَيْتَهُ هَلَكَ، فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ ﷺ فَسَأَلَهُ عَنْ بُنَيِّهِ، فَأَخْبَرَهُ
أَنَّهُ هَلَكَ، فَعَزَّاهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «يَا فُلَانُ، أَيُّمَا
كَانَ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ تَمَتَّعَ بِهِ عُمُرَكَ، أَوْ لَا تَأْتِي غَدًا إِلَى
بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ إِلَّا وَجَدْتَهُ قَدْ سَبَقَكَ إِلَيْهِ يَفْتَحُهُ
لَكَ»، قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، بَلْ يَسْبِقُنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُهَا
لِي لَهُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ، قَالَ: «فَذَاكَ لَكَ» [سنن
النسائي: صحيح]
"Adalah
kebiasaan Nabi ﷺ jika sedang duduk, beberapa orang dari
sahabatnya duduk menemaninya. Diantara mereka ada seorang yang memiliki anak
kecil yang mendatangi beliau dari belakang punggungnya, lalu beliau mendudukkan
di depannya. Pada suatu hari anak itu meninggal dunia. Maka orang tersebut tidak
mau menghadiri majelis karena selalu mengingat anaknya, dan ia bersedih atas
kematiannya. Lalu Nabi ﷺ merasa
kehilangan dan bertanya: "Mengapa aku tidak melihat si fulan?" Mereka
menjawab, "Wahai Rasulullah ﷺ, anak kecilnya yang engkau lihat telah meninggal dunia". Lalu
Rasulullah ﷺ bertemu dengannya dan bertanya tentang
anaknya? Ia memberitahukan bahwa anaknya telah meninggal dunia, lalu beliau
memberikan ta’ziyah atas musibahnya, kemudian bersabda: "Wahai fulan,
manakah yang lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu? Atau
kelak engkau tidak mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan
anakmu telah mendahuluimu lalu membukakannya untukmu?" Ia menjawab;
"Wahai Nabi Allah, tentu ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia membukakannya
untukku lebih aku cintai." Beliau bersabda: "Itulah bagianmu."
[Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
7. Menjauhkan anak dari lingkungan yang buruk.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا،
وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن
أبي داود: حسنه الألباني]
"Janganlah engaku
berteman kecuali dengan sorang yang beriman, dan janganlah ada yang memakan
makananmu kecuali orang yang bertakwa". [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Dari
Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
"
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ
المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ،
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً " [صحيح البخاري ومسلم]
"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk
bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak
wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan
mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau
kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
8. Memilih lembaga pendidikan yang amanah dan berkualitas untuk anak.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ} [القصص:
26]
“Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi
dapat dipercaya".
[Al-Qashash: 26]
9. Mohon pertolongan dari Allah ta’aalaa dengan do’a dan amal
shalih.
Dalam
Al-Qur’an banyak disebutkan do’a untuk kebaikan bagi anak dan keluarga,
diantaranya:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Al-Furqan:74]
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا
وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah
aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami,
perkenankanlah doaku". [Ibrahim: 40-41]
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ
لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي
مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Ya
Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". [Al-Ahqaaf:15]
Jika seseorang ingin
anaknya kelak dijaga oleh Allah subhanahu wa ta’aalaa maka hendaklah ia
menjadi orang yang shalih.
Nabi
Khidir 'alaihissalam berkata ketika menyebutkan alasannya memperbaiki
dinding rumah yang mau roboh:
{وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ
يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا
صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا
كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ} [الكهف: 82]
Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah
seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. [Al-Kahf:82]
Ø Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata:
«إِنِّي لَأَزِيدُ فِي
صَلَاتِي مِنْ أَجْلِ ابْنِي هَذَا».أي: رَجَاءَ أَنْ يُحْفَظَ فِيهِ [حلية الأولياء وطبقات الأصفياء (4/ 279)]
“Sungguh aku menambah shalatku demi anakku
ini”, maksudnya berharap anaknya dijaga oleh Allah ta’aalaa. [Hilyatul Auliya]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Peran semua pihak mengatasi pergaulan bebas remaja - Kewajiban orang tua mendidik anaknya - Benteng generasi muda dari pergaulan bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...