بسم الله الرحمن الرحيم
Tugas dan jabatan
adalah anugrah dari Allah ta'aalaa
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ
وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل
عمران: 26]
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu. [Ali 'Imran:26]
Tugas dan jabatan
adalah amanah dari Allah
Abu
Dzar radhiallahu 'anhu
berkata: "Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai
(pejabat)?" Abu Dzar berkata: "Kemudian beliau menepuk bahuku dengan
tangan beliau seraya bersabda:
«يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّهَا أَمَانَةُ، وَإِنَّهَا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا،
وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا» [صحيح مسلم]
"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) dan jabatan
merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi
siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar."
[Shahih Muslim]
Ø
Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ،
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
... [صحيح البخاري ومسلم]
"Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban
atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung
jawaban atas rakyatnya, … [Shahih Bukhari dan Muslim]
ASN/pejabat yang baik
adalah yang berintegritas dan menjaga amanah
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ
الْأَمِينُ} [القصص: 26]
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya". [Al-Qashash: 26]
{قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ
إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ} [يوسف: 55]
Berkata
Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". [Yusuf:55]
{قَالَ
عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي
عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ} [النمل: 39]
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari
golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu
kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar
kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". [An-Naml: 39]
Pentingnya integritas
bagi ASN/pejabat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Ketika Nabi ﷺ dalam
suatu majlis berbicara dengan suatu kaum, tiba-tiba seorang A'rabiy mendatangi
beliau dan bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?”
Namun Rasulullah ﷺ tetap melanjutkan pembicaraannya. Maka sebagian dari
kaum itu berkata: Beliau mendengar apa yang A'rabi itu tanyakan tapi beliau
tidak suka dengan pertanyaan itu.
Dan yang lain mengatakan: Justru beliau tidak mendengar pertanyaannya. Sampai
beliau selesai berbicara dan bertanya:
«أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ»
“Mana orang yang bertanya tentang hari
kiamat tadi?”
A'rabi menjawab: Ini aku wahai Rasulullah!
Beliau menjawab:
«فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
"Ketika
amanat itu dilalaikan maka tunggulah datangnya hari kiamat"
A'rabi bertanya lagi: Bagaimana amanat itu
dilalaikan?
Beliau menjawab:
«إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ» [صحيح البخاري]
"Jika
urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah datangnya hari
kiamat". [Shahih Bukhari]
Ø
Yazib bin Al-Muhallab rahimahullah ketika
diangkat sebagai gubernur Khurasan, ia membuat pernyataan: “Beritahukanlah
kepadaku tentang seorang laki-laki yang memiliki kepribadian yang luhur lagi
sempurna”.
Beliau
lalu dikenalkan kepada Abu Burdah Al-Asy’ariy rahimahullah. Ketika Sang Gubernur menemui Abu Burdah, ia mendapatinya sebagai
seorang lelaki yang memiliki keistimewaan. Ketika Abu Burdah berbicara,
ternyata apa yang ia dengar dari ucapannya lebih baik dari apa yang ia lihat
dari penampilannya.
Sang
Gubernur lantas berkata: “Aku akan menugaskanmu untuk urusan ini dan ini, yang
termasuk dalam kekuasaanku”.
Abu
Burdah meminta maaf karena tidak bisa menerimanya. Namun Sang Gubernur tidak
menerima alasannya.
Akhirnya
Abu Burdah pun berkata: “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang
disampaikan oleh ayahku? Bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda”.
Gubernur
berkata: “Sampaikanlah”.
Abu
Burdah berkata: “Sesungguhnya Ayahku (Abu Musa Al-‘Asy’ariy radhiallahu
'anhu) telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ تَوَلَّى
عَمَلًا وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ لِذَلِكَ الْعَمَلِ بِأَهْلٍ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
“Barang
siapa yang ditugaskan untuk memikul suatu pekerjaan yang dia tahu bahwa dirinya
bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam pekerjaan tersebut, bersiap-siaplah
ia masuk ke dalam neraka”.
Aku
bersaksi wahai Gubernur: “Bahwa aku bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam
urusan yang anda tawarkan”.
Sang
Gubernur justru berkata: “Dengan ucapanmu itu, kamu justru membuat kami makin
berhasrat dan senang menaruh kepercayaan kepadamu. Laksanakanlah dengan segala
tugas-tugasmu. Kami tidak bisa menerima alasanmu”. [Musnad Ar-Ruyaniy: Hasan]
Keutamaan menjaga
amanah
Diantaranya:
a) Sifat orang beriman.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
(1) ... وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)} [المؤمنون : 1-8]
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, ... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. [Al-Mu'minuun: 1 dan 8]
Ø
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata: Nabi ﷺ tidak
menkhutbahi kami kecuali beliau mengatakan:
" لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ
" [مسند أحمد: حسن]
"Tidak
sempurna imannya orang yang tidak menjaga amanahnya". [Musnad Ahmad: Hasan]
b)
Lepas dari sifat keluh kesah dan kikir
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ
هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
(21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) ... وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ
رَاعُونَ (32)} [المعارج : 19-32]
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat
keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan
apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, ... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. [Al-Ma'arij: 19-22 dan 32]
9 nilai integritas
A. Nilai
integritas inti:
1.
Jujur:
Lurus hati, tidak curang, dan tidak berbohong (terbuka dan menepati janji)
Dari Abdullah
bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ
يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى
الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا»
"Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada
kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa
berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang
jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring
kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang
senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai
pendusta di sisi Allah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
" أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ
كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى
يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ
غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Ada empat sifat, barangsiapa yang ada pada dirinya sifat tersebut maka
ia adalah munafiq yang murni, dan barangsiapa yang ada padanya salah satu sifat
tersebut maka padanya telah ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Jia
diberi amanah ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia
mengingkari, dan jika bertengkar ia melampaui batas" [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
2. Tanggung jawab: Siap menanggung akibat
dari perbuatan yang dilakukan (memiliki komitmen yang teguh).
Dari Ma'qil
bin Yasar radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَا
مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً، فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ، إِلَّا
لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الجَنَّةِ» [صحيح البخاري]
"Tidaklah
seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak
menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga."
[Shahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain;
«مَا
مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ المُسْلِمِينَ، فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ، إِلَّا
حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidaklah
seorang pemimpin memimpin masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam
keadaan menipu mereka, selain Allah mengharamkan surga baginya." [Sahih
Bukhari dan Muslim]
3.
Disiplin:
Taat peraturan dan menghargai waktu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ} [النساء: 59]
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu. [An-Nisaa':59]
Ø
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ
وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا
سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan taat pada perintah yang ia
sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika diperintahkan kepada maksiat,
jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan
ketaatan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
B.
Nilai
integritas etos kerja:
1)
Mandiri:
Tidak bergantung pada orang lain.
Dari Sahl
bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang laki-laki
datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku
kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ،
وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»
"Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah,
dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan
dicintai orang-orang." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
2)
Kerja
keras: Gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, serta tidak
asal-asalan.
Dari Aisyah; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ» [مسند أبي يعلى الموصلي: حسنه الألباني]
“Sesungguhnya
Allah mencintai jika seseorang diantara kalian melakukan suatu amalan maka ia
melakukannya dengan baik (sempurna)" [Musnad Abi Ya'la Al-Maushiliy: Hasan
ligairih]
3)
Sederhana: Bersahaja dan tidak berlebih-lebihan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Senantiasalah bersikap sederhana maka kalian akan sampai." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ
يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ
يَوْمًا مَا» [سنن الترمذي: صححه الشيخ الألباني]
"Cintailah kekasihmu secukupnya saja, jangan sampai suatu hari ia menjadi
musuhmu, dan bencilah musuhmu secukupnya saja, jangan sampai suatu hari ia
menjadi kekasihmu". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
C. Nilai
integritas sikap:
1.
Berani:
Mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan, dan sejenisnya (menjaga prinsip dan nilai-nilai
yang telah diyakini)
Abu
Dzar radhiallahu'anhu
berkata:
«أَوْصَانِي خَلِيلِي ﷺ، بِخِصَالٍ مِنَ الْخَيْرِ؛ أَوْصَانِي بِأَنْ
لَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي،
وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ
أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ
لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا» [صحيح
ابن حبان]
"Kekasihku ﷺ berwasiat kepadaku dengan beberapa sifat yang baik: (1) Ia berwasiat kepadaku untuk tidak melihat orang yang di atasku (dari kenikmatan dunia) dan mewasiatkanku untuk melihat orang yang di bawahku, (2) mewasiatkanku untuk mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan mereka, (3) mewasiatkanku untuk bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling, (4) mewasiatkanku untuk tidak takut demi Allah kepada celaan orang yang suka mencela, (5) mewasiatkanku untuk mengatakan yang benar sekalipun pahit. [Sahih Ibnu Hibban]
Ø Ubadah bin Ash Shamit radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
«بَايَعْنَا رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي
المَنْشَطِ وَالمَكْرَهِ، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، وَأَنْ نَقُومَ
أَوْ نَقُولَ بِالحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا، لاَ نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ
لاَئِمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
'Kami berbaiat kepada Rasulullah ﷺ untuk mendengar dan taat, baik ketika giat
(semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang
yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana
saja kami berada, kami tidak khawatir di jalan Allah terhadap celaan orang yag
mencela.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Thariq bin Syihab radhiyallahu ‘anhu;
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الْغَرْزِ، أَيُّ
الْجِهَادِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ» [سنن النسائي: صحيح]
Bahwa seorang laki bertanya kepada
Rasulullah ﷺ dan ia telah
meletakkan kakinya di batang kayu yang ditancapkan di tanah; jihad apakah yang
paling utama? Beliau bersabda, "Perkataan yang benar di hadapan penguasa
yang zalim." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø Iyadh bin Ganm radhiyallahu 'anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ
عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ
مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»
"Barangsiapa yang hendak
menasehati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan
terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima
memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad
Ahmad: Hasan ligairih]
2.
Adil:
Berlaku sepatutnya dan tidak sewenang-wenang.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
بِالْقِسْطِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} [المائدة: 42]
Dan
jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara
mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. [Al-Maidah:42]
{وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ
ذَا قُرْبَىَ} [الأنعام: 152]
Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah
kerabat(mu). [Al-An'aam: 152]
3.
Peduli:
Mengindahkan, memperhatikan, atau menghiraukan orang
lain.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai
untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ
أَخِيهِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menghilangkan dari seorang mu'min satu musibah dari
musibah dunia maka Allah akan menghilangkan darinya satu musibah dari musibah
hari kiamat, dan barangsiapa yang memudahkan bagi orang yang kesulitan maka
Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang
menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan
akhirat, dan Allah senantiapa menolong seorang hamba selama hamba tersebut
menulong saudaranya". [Sahih Musim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (36) Abu Hurairah; Pertolongan Allah untuk yang suka menolong
Jauhi korupsi
Dari Tsauban
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
" مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِيءٌ مِنْ ثَلَاثٍ،
دَخَلَ الْجَنَّةَ: مِنَ الكبر، وَالْغُلُولِ، وَالدَّيْنِ " [سنن ابن
ماجه: صحيح]
“Barangsiapa
yang ruhnya telah meninggalkan jasad (wafat) dan ia bebas dari tiga hal maka ia
akan masuk surga; Bebas dari kesombongan, kecurangan dalam harta rampasan
perang, dan utang". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø
Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu mengatakan:
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ يَوْمَ
خَيْبَرَ فَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً إِلَّا الْأَمْوَالَ وَالثِّيَابَ
وَالْمَتَاعَ فَأَهْدَى رَجُلٌ مِنْ بَنِي الضُّبَيْبِ يُقَالُ لَهُ رِفَاعَةُ
بْنُ زَيْدٍ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ غُلَامًا يُقَالُ لَهُ مِدْعَمٌ فَوَجَّهَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِلَى وَادِي الْقُرَى حَتَّى إِذَا كَانَ بِوَادِي الْقُرَى
بَيْنَمَا مِدْعَمٌ يَحُطُّ رَحْلًا لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ إِذَا سَهْمٌ عَائِرٌ
فَقَتَلَهُ فَقَالَ النَّاسُ: هَنِيئًا لَهُ الْجَنَّةُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
" كَلَّا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَهَا
يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ
عَلَيْهِ نَارًا "، فَلَمَّا سَمِعَ ذَلِكَ النَّاسُ جَاءَ رَجُلٌ بِشِرَاكٍ
أَوْ شِرَاكَيْنِ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: " شِرَاكٌ مِنْ نَارٍ أَوْ
شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ"
Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ saat perang Khaibar. Kami tidak memperoleh
ghanimah berupa emas dan perak, hanya kami mendapat harta, pakaian dan perabot.
Seorang dari bani dhubaib yang dikenal dengan nama Rifa'ah bin Zaid memberi hadiah
Rasulullah ﷺ berupa seorang
pelayan namanya Mid'am. Kemudian Rasulullah ﷺ
mengutus Mid'am ke Wadil qura, hingga ketika ia sampai di Wadil qura, tepatnya
ketika Mid'am mengendarai hewan tunggangan Rasulullah ﷺ,
sebatang anak panah nyasar mengenai dirinya hingga terbunuh. Para sahabat
kemudian berseru; 'sungguh bahagia, baginya surga! ' langsung Rasulullah ﷺ menegur dengan bersabda: "Sekali-kali
tidak, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-NYA, baju yang diambilnya dari
ghanimah yang belum dibagi di hari Khaibar telah menyalakan api baginya."
Ketika para sahabat mendengar sabda beliau, tiba-tiba seseorang membawa seutas
tali atau sepasang tali kepada Nabi ﷺ,
dan Nabi bersabda: "seutas tali neraka, atau sepasang tali neraka."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Memilih pemimpin - Pemimpin yang baik dan yang buruk - Hadits Abu Hurairah; Jika amanah sudah dilalaikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...