Rabu, 19 Juli 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 20 dan 21; Sabar dan tawakkal

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 20.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابُ الصَّبْرِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ"

“Bab: Sabar menjauhi hal-hal yang Allah haramkan”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang keutamaan sabar, baik itu sabar dari yang Allah haramkan, sabar dari musibah, dan sabar dalam ketaatan. Imam Bukhari menyebutkan satu ayat, satu atsar dari Umar bin Khathab dan dua hadits dari Anas bin Malik dan Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhum.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

وَقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ} [الزمر: 10]

Dan firman Allah ‘azza wajalla: {Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas} [Az-Zumar:10]

Atsar Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

وَقَالَ عُمَرُ: «وَجَدْنَا خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ»

Dan Umar berkata: “Kami mendapati bahwa sebaik-baik kehidupan kami adalah dengan bersabar”.

Takhrij atsar ini:

Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mubarak dam kitab “Az-Zuhd” no.630, Waki’ dalam kitab “Az-Zuhud” no.198, dan imam Ahmad dalam kitab “Az-Zuhud” no.612.

Lihat: Keutamaan orang sabar

Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6470 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبى حمزة: دينار القرشي]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ، أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ، أَخْبَرَهُ: أَنَّ أُنَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، فَلَمْ يَسْأَلْهُ أَحَدٌ مِنْهُمْ إِلَّا أَعْطَاهُ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لَهُمْ حِينَ نَفِدَ كُلُّ شَيْءٍ أَنْفَقَ بِيَدَيْهِ: «مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لاَ أَدَّخِرْهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّهُ مَنْ يَسْتَعِفَّ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah Dinar Al-Qurasyiy], dari Az-Zuhriy, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Atha` bin Yazid Al-Laitsiy, bahwa Abu Sa'id Al Khudriy, telah mengabarkan kepada mereka bahwasanya ada sekelompok kaum Anshar pernah meminta (sedekah) kepada Rasulullah , dan tidaklah salah seorang dari mereka meminta, melainkan beliau pasti memberinya, hingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika apa yang dimiliki beliau telah habis (diinfakkan), beliau bersabda kepada mereka, "Jika kami memiliki kebaikan, niscaya kami tidak akan menyimpannya dari kalian semua, namun barangsiapa yang dapat menjaga diri (dari minta-minta), maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa yang berusaha sabar, maka Allah akan mewujudkan baginya kesabaran. Dan barangsiapa merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Dan sungguh, tidaklah kalian diberi sesuatu yang lebik baik dan lebih lapang daripada kesabaran."

Nb: Hadits ini telah dijelaskan pada Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar, hadits kedua

1.      Sifat dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hakim bin Hizamradhiyallahu ‘anhu- berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:

«يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى» [صحيح البخاري]

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain) maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”. [Sahih Bukhari]

2.      Larangan banyak meminta.

Dari Abdullah bin Umarradhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah bersabda:

«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Seseorang senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat daging”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Keutamaan sifat ‘iffah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ} [البقرة: 273]

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang dengan cara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. [Al-Baqarah:273]

Ø  Dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’iy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ " [صحيح مسلم]

"Penghuni surga itu ada tiga; (1) pemilik kekuasaan yang adil, derma dan mendapat pertolongan (dari Allah), (2) seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim, dan (3) seorang yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan." [Shahih Muslim]

4.      Keutamaan sifat senantiasa merasa cukup.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ»

"Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain;

«ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: حسن]

"Terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang terkaya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

5.      Siapa yang berusaha dalam kebaikan maka Allah akan memberikan kemudahan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]

Dan orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut: 69]

6.      Sifat sabar adalah anugrah terbaik.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ} [النحل: 126]

Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. [An-Nahl: 126]

{وَأَنْ تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ} [النساء: 25]

Dan kesabaran itu lebih baik bagimu. [An-Nisaa': 25]

Ø  Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«اعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا»

“Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan." [Musnad Ahmad: Shahih]

7.      Bagaimana agar bersabar meninggalkan maksiat?

Diantaranya:

a)       Mengetahui keburukan dari maksiat.

b)      Senantiasa malu dan takut kepada Allah.

c)       Memperhatikan nikmat Allah kepadanya.

d)      Mengharapkan cinta Allah ta’aalaa.

Hadits Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6471 - حَدَّثَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ [بنُ كِدَامِ]، حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلاَقَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ المُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ، يَقُولُ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي حَتَّى تَرِمَ، أَوْ تَنْتَفِخَ قَدَمَاهُ، فَيُقَالُ لَهُ، فَيَقُولُ: «أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا»

Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Mis'ar [bin Kidaam], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ziyad bin 'Ilaqah, dia berkata: Saya mendengar Al-Mughirah bin Syu'bah berkata, Nabi pernah mengerjakan shalat hingga kaki beliau bengkak, lalu dia katakan kepada beliau, namun beliau menjawab, "Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Syarah Riyadhushalihin Bab (11) Mujahadah, hadits keempat

1.      Bersabar melakukan ketaatan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

 {رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم : 65]

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? [Maryam:65]

2.      Kekuatan ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ، ثُمَّ مَضَى، فَقُلْتُ: يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ، فَمَضَى، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ بِهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ، فَقَرَأَهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ، فَقَرَأَهَا، يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا، إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ [صحيح مسلم]

"Aku pernah shalat dengan Rasulullah pada suatu malam, beliau memulainya dengan membaca surah Al Baqarah. Lalu aku berkata dalam hatiku: Mungkin beliau akan ruku' pada ayat ke seratus. Namun beliau malah meneruskannya'. Aku berkata dalam hatiku: 'Beliau shalat dengan surat Al Baqarah dalam satu rakaat'. Akan tetapi beliau meneruskan (shalatnya), maka aku berkata dalam hati: 'Ia akan ruku' setelahnya', namun beliau melanjutkannya dengan membaca surah An-Nisaa'. Beliau membacanya (hingga selesai), kemudian memulai lagi dengan surah Ali 'Imraan, dan beliau membacanya (hingga selesai) dengan perlahan-perlahan. Jika beliau menjumpai ayat tasbih maka beliau bertasbih (memuji Allah), jika beliau menjumpai ayat yang menganjurkan untuk meminta maka beliau pun meminta (kepada Allah), dan jika beliau menjumpai ayat yang berkenaan dengan memohon perlindungan maka beliau memohon perlindungan. [Shahih Muslim]

Ø  'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu berkata:

«صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ لَيْلَةً، فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ سَوْءٍ»، قُلْنَا: وَمَا هَمَمْتَ؟ قَالَ: هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح البخاري ومسلم]

Pada suatu malam aku pernah shalat malam bersama Nabi . Saat shalat itu beliau terus saja berdiri hingga aku terbetik perasaan yang jelek". Kami tanyakan, "Apa perasaan jelekmu itu?" Dia menjawab, "Aku berkeinginan untuk duduk dan meninggalkan Nabi ". [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Nikmat Allah mesti dibalas dengan ibadah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ} [سبأ: 13]

Beramallah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah), dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. [Saba':13]

4.      Semakin tinggi kedudukan seseorang maka mesti semakin baik amalannya.

5.      Ampunan Allah, tidak boleh dijadikan alasan untuk bermaksiat.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 80]

Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu ketahui?” [Al-Baqarah: 80]

B.     Bab 21.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

بَابٌ: {وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} [الطلاق: 3]

“Bab: {Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya} [Ath-Thalaq: 3]”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang keutamaan tawakkal kepada Allah dengan menyebutkan ayat 3 surah “Ath-Thalaq” sebagai judul dan penafsiran Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah, kemudian meriwayatkan satu hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Atsar Ar-Rabi’ bin Khutsaim (w. 61 H) rahimahullah.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

قَالَ الرَّبِيعُ بْنُ خُثَيْمٍ: «مِنْ كُلِّ مَا ضَاقَ عَلَى النَّاسِ»

“Ar-Rabii’ bin Khutsaim berkata: “Jalan keluar dari segala yang menghimpit bagi manusia”.

Takhrij atsar ini:

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya “Az-Zuhd” no.1954, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (7/235) no.35629;

عن الرَّبِيع بْن الْمُنْذِرِ الثَّوْرِيّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ الرَّبِيعُ بْنُ خُثَيْمٍ يَقُولُ: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا} ، قَالَ: «مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ضَاقَ عَلَى النَّاسِ»

Dari Ar-Rabi’ bin Al-Mundzir Ats-Tsauriy, dari Bapaknya, ia berkata: Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata: {Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar}, ia berkata: “Dari segala sesuatu yang menyulitkan manusia”.

Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6472 - حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ [بن منصور الكَوْسَجُ]، حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ حُصَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: كُنْتُ قَاعِدًا عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَقَالَ: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «يَدْخُلُ الجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ، هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ»

Telah menceritakan kepadaku Ishaq [bin Manshur Al-Kausaj], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Rauh bin Ubadah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia berkata: Saya mendengar Hushain bin Abdurrahman dia berkata: Saya berdiri di samping Sa'id bin Jubair lalu dia berkata: Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah bersabda: Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab, yaitu yang tidak meminta diruqyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak berfirasat sial karena melihat burung dan hanya bertawakkal kepada Tuhan mereka.

Nb: Lihat penjelasan hadits ini di Hadits Ibnu ‘Abbas; Masuk surga tanpa hisab

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 19; Optimis disertai kekhawatiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...