بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
20.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
"بَابُ
الصَّبْرِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ"
“Bab: Sabar
menjauhi hal-hal yang Allah haramkan”
Dalam bab ini, imam
Bukhari menjelaskan tentang keutamaan sabar, baik itu sabar dari yang Allah
haramkan, sabar dari musibah, dan sabar dalam ketaatan. Imam Bukhari
menyebutkan satu ayat, satu atsar dari Umar bin Khathab dan dua hadits
dari Anas bin Malik dan Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhum.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
وَقَوْلِهِ
عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ} [الزمر: 10]
Dan firman Allah ‘azza wajalla:
{Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas} [Az-Zumar:10]
Atsar
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
وَقَالَ
عُمَرُ: «وَجَدْنَا خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ»
Dan Umar berkata: “Kami mendapati bahwa
sebaik-baik kehidupan kami adalah dengan bersabar”.
Takhrij atsar ini:
Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mubarak dam
kitab “Az-Zuhd” no.630, Waki’ dalam kitab “Az-Zuhud”
no.198, dan imam Ahmad dalam kitab “Az-Zuhud” no.612.
Lihat: Keutamaan orang sabar
Hadits Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
6470
- حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن
أبى حمزة: دينار القرشي]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَطَاءُ بْنُ
يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ، أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ، أَخْبَرَهُ: أَنَّ
أُنَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، فَلَمْ يَسْأَلْهُ أَحَدٌ
مِنْهُمْ إِلَّا أَعْطَاهُ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لَهُمْ حِينَ
نَفِدَ كُلُّ شَيْءٍ أَنْفَقَ بِيَدَيْهِ: «مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لاَ
أَدَّخِرْهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّهُ مَنْ يَسْتَعِفَّ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ
يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا
عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ»
Telah menceritakan
kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah Dinar Al-Qurasyiy], dari Az-Zuhriy,
ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Atha` bin Yazid Al-Laitsiy, bahwa Abu
Sa'id Al Khudriy, telah mengabarkan kepada mereka bahwasanya ada sekelompok
kaum Anshar pernah meminta (sedekah) kepada Rasulullah ﷺ, dan tidaklah salah seorang dari mereka meminta, melainkan
beliau pasti memberinya, hingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika apa
yang dimiliki beliau telah habis (diinfakkan), beliau bersabda kepada mereka,
"Jika kami memiliki kebaikan, niscaya kami tidak akan menyimpannya dari
kalian semua, namun barangsiapa yang dapat menjaga diri (dari minta-minta),
maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa yang berusaha sabar, maka Allah akan
mewujudkan baginya kesabaran. Dan barangsiapa merasa cukup, maka
Allah akan mencukupinya. Dan sungguh, tidaklah kalian diberi sesuatu yang lebik
baik dan lebih lapang daripada kesabaran."
Nb: Hadits
ini telah dijelaskan pada Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar, hadits kedua
1.
Sifat
dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hakim bin Hizam –radhiyallahu ‘anhu- berkata: Aku
meminta sesuatu kepada Rasulullah ﷺ lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi
lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian
bersabda:
«يَا
حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ
بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ،
كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى»
[صحيح البخاري]
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang
manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus
dan memaksa orang lain) maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang
mengambilnya dengan hati yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan
diberkahi untuknya ibarat orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan
yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”. [Sahih Bukhari]
2.
Larangan
banyak meminta.
Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu
‘anhuma-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي
وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Seseorang senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia
datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat daging”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
3.
Keutamaan
sifat ‘iffah.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{لِلْفُقَرَاءِ
الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي
الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ
بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ} [البقرة: 273]
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad)
di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada
orang dengan cara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan
(di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. [Al-Baqarah:273]
Ø Dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’iy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" أَهْلُ الْجَنَّةِ
ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ
رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو
عِيَالٍ " [صحيح مسلم]
"Penghuni surga itu ada
tiga; (1) pemilik kekuasaan yang adil, derma dan mendapat pertolongan (dari
Allah), (2) seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat
dan orang muslim, dan (3) seorang yang sangat menjaga diri dan memiliki
tanggungan." [Shahih Muslim]
4.
Keutamaan
sifat senantiasa merasa cukup.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَيْسَ الغِنَى عَنْ
كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ»
"Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta,
akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain;
«ارْضَ بِمَا قَسَمَ
اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: حسن]
"Terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya
kau menjadi orang terkaya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
5.
Siapa
yang berusaha dalam kebaikan maka Allah akan memberikan kemudahan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]
Dan orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh)
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. [Al-'Ankabuut: 69]
6.
Sifat
sabar adalah anugrah terbaik.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَلَئِنْ
صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ} [النحل: 126]
Akan tetapi jika
kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
[An-Nahl: 126]
{وَأَنْ
تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ} [النساء: 25]
Dan kesabaran itu
lebih baik bagimu. [An-Nisaa': 25]
Ø
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu
'anhuma-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اعْلَمْ أَنَّ فِي
الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْر،
وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا»
“Dan ketahuilah bahwa
di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan.
Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang)
setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
[Musnad Ahmad: Shahih]
7.
Bagaimana
agar bersabar meninggalkan maksiat?
Diantaranya:
a)
Mengetahui keburukan dari maksiat.
b)
Senantiasa malu dan takut kepada Allah.
c)
Memperhatikan nikmat Allah
kepadanya.
d)
Mengharapkan cinta Allah ta’aalaa.
Hadits Al-Mugirah bin
Syu’bah radhiyallahu ‘anhu
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
6471 - حَدَّثَنَا
خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ [بنُ كِدَامِ]، حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلاَقَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ المُغِيرَةَ
بْنَ شُعْبَةَ، يَقُولُ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصَلِّي حَتَّى تَرِمَ، أَوْ
تَنْتَفِخَ قَدَمَاهُ، فَيُقَالُ لَهُ، فَيَقُولُ: «أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا
شَكُورًا»
Telah menceritakan
kepada kami Khallad bin Yahya, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Mis'ar [bin Kidaam], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ziyad bin
'Ilaqah, dia berkata: Saya mendengar Al-Mughirah bin Syu'bah berkata,
Nabi ﷺ pernah mengerjakan shalat hingga kaki
beliau bengkak, lalu dia katakan kepada beliau, namun beliau menjawab,
"Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur."
Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Syarah Riyadhushalihin Bab (11) Mujahadah, hadits keempat
1.
Bersabar melakukan ketaatan.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ
وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم :
65]
Tuhan (yang
menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?
[Maryam:65]
2.
Kekuatan ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hudzaifah radhiyallahu
'anhu berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ
النَّبِيِّ ﷺ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ عِنْدَ
الْمِائَةِ، ثُمَّ مَضَى، فَقُلْتُ: يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ، فَمَضَى،
فَقُلْتُ: يَرْكَعُ بِهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ، فَقَرَأَهَا، ثُمَّ
افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ، فَقَرَأَهَا، يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا، إِذَا مَرَّ
بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ
بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ [صحيح مسلم]
"Aku
pernah shalat dengan Rasulullah ﷺ pada suatu malam, beliau memulainya dengan membaca surah
Al Baqarah. Lalu aku berkata dalam hatiku: Mungkin beliau akan ruku' pada ayat
ke seratus. Namun beliau malah meneruskannya'. Aku berkata dalam hatiku:
'Beliau shalat dengan surat Al Baqarah dalam satu rakaat'. Akan tetapi beliau
meneruskan (shalatnya), maka aku berkata dalam hati: 'Ia akan ruku'
setelahnya', namun beliau melanjutkannya dengan membaca surah An-Nisaa'. Beliau
membacanya (hingga selesai), kemudian memulai lagi dengan surah Ali 'Imraan,
dan beliau membacanya (hingga selesai) dengan perlahan-perlahan. Jika beliau
menjumpai ayat tasbih maka beliau bertasbih (memuji Allah), jika beliau
menjumpai ayat yang menganjurkan untuk meminta maka beliau pun meminta (kepada
Allah), dan jika beliau menjumpai ayat yang berkenaan dengan memohon
perlindungan maka beliau memohon perlindungan. [Shahih Muslim]
Ø
'Abdullah bin Mas'ud
radhiallahu'anhu berkata:
«صَلَّيْتُ
مَعَ النَّبِيِّ ﷺ لَيْلَةً، فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ
سَوْءٍ»، قُلْنَا: وَمَا هَمَمْتَ؟ قَالَ: هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح
البخاري ومسلم]
Pada suatu malam aku
pernah shalat malam bersama Nabi ﷺ.
Saat shalat itu beliau terus saja berdiri hingga aku terbetik perasaan yang
jelek". Kami tanyakan, "Apa perasaan jelekmu itu?" Dia menjawab,
"Aku berkeinginan untuk duduk dan meninggalkan Nabi ﷺ ". [Sahih Bukhari dan Muslim]
3.
Nikmat Allah mesti dibalas dengan ibadah.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{اعْمَلُوا آلَ
دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ} [سبأ: 13]
Beramallah hai
keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah), dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. [Saba':13]
4.
Semakin tinggi kedudukan seseorang maka mesti semakin baik
amalannya.
5.
Ampunan Allah, tidak boleh dijadikan alasan untuk
bermaksiat.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{وَقَالُوا
لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ
اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 80]
Dan mereka berkata,
“Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja.” Katakanlah,
“Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari
janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah, sesuatu yang tidak kamu
ketahui?” [Al-Baqarah: 80]
B. Bab
21.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
بَابٌ:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} [الطلاق:
3]
“Bab: {Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya} [Ath-Thalaq: 3]”
Dalam bab ini, imam
Bukhari menjelaskan tentang keutamaan tawakkal kepada Allah dengan menyebutkan
ayat 3 surah “Ath-Thalaq” sebagai judul dan penafsiran Ar-Rabi’ bin Khutsaim
rahimahullah, kemudian meriwayatkan satu hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma.
Atsar Ar-Rabi’ bin
Khutsaim (w. 61 H) rahimahullah.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
قَالَ
الرَّبِيعُ بْنُ خُثَيْمٍ: «مِنْ كُلِّ مَا ضَاقَ عَلَى النَّاسِ»
“Ar-Rabii’ bin Khutsaim berkata: “Jalan keluar dari segala yang
menghimpit bagi manusia”.
Takhrij atsar ini:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
kitabnya “Az-Zuhd” no.1954, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya
(7/235) no.35629;
عن الرَّبِيع
بْن الْمُنْذِرِ الثَّوْرِيّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ الرَّبِيعُ بْنُ خُثَيْمٍ
يَقُولُ: {وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا} ، قَالَ: «مِنْ كُلِّ
شَيْءٍ ضَاقَ عَلَى النَّاسِ»
Dari Ar-Rabi’ bin
Al-Mundzir Ats-Tsauriy, dari Bapaknya, ia berkata: Ar-Rabi’ bin Khutsaim
berkata: {Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan
baginya jalan keluar}, ia berkata: “Dari segala sesuatu yang menyulitkan
manusia”.
Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
6472
- حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ [بن منصور الكَوْسَجُ]، حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ حُصَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ:
كُنْتُ قَاعِدًا عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَقَالَ: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «يَدْخُلُ الجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ
أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ، هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ
يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ»
Telah menceritakan
kepadaku Ishaq [bin Manshur Al-Kausaj], ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Rauh bin Ubadah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia
berkata: Saya mendengar Hushain bin Abdurrahman dia berkata: Saya berdiri di
samping Sa'id bin Jubair lalu dia berkata: Dari Ibnu Abbas bahwasanya
Rasulullah ﷺ bersabda: Ada tujuh
puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab, yaitu yang tidak
meminta diruqyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak
berfirasat sial karena melihat burung dan hanya bertawakkal kepada Tuhan
mereka.
Nb: Lihat
penjelasan hadits ini di Hadits Ibnu ‘Abbas; Masuk surga tanpa hisab
Wallahu
a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 19; Optimis disertai kekhawatiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...