Minggu, 16 Juli 2023

Rapor merah istri

بسم الله الرحمن الرحيم

Diantara kesalahan yang sering dilakukan seorang istri terhadap suaminya:

1.      Berlebihan menuntut kesempurnaan pada suaminya

2.      Istri kurang perhatian kepada kedua orang tua suami (mertua).

Lihat kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua, salah satunya berbakit kepada kedua orang tuannya dan istri bersabar atas bakti suaminya kepada kedua orang tuanya.

Jika istri memperhatikan mertuanya maka insyaallah Allah akan memberikan dia menantu yang juga akan memperhatikan dia di masa tua.

Allah subhanahu wata'alaa berfirman:

{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [Ar-Rahman: 60]

3.      Kurang berhias untuk suaminya dalam rumah.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ"

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." [Shahih Muslim]

4.      Banyak mengeluh dan kurang bersyukur.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim:7]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Seseorang tidak dianggap mensyukuri Allah jika tidak mensyukuri pemberian orang lain". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]

Ø  Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Nabi bersabda:

«أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: " يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari". Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ» [السنن الكبرى للنسائي: صحيح]

"Allah tidak memandang kepada seorang wanita yang tidak mensyukuri pemberian suaminya sedangka ia tidak bisa merasa cukup darinya". [As-Sunan Al-Kubra karya An-Nasaiy: Shahih]

Ø  Dari Asma' binti Yazid salah seorang istri bani Abdul Asyhal, ia berkata:

مَرَّ بِنَا رَسُولُ اللَّهِ وَنَحْنُ فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَقَالَ: «إِيَّاكُنَّ وَكُفْرَ الْمُنَعَّمِينَ» فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا كُفْرُ الْمُنَعَّمِينَ؟ قَالَ: " لَعَلَّ إِحْدَاكُنَّ أَنْ تَطُولَ أَيْمَتُهَا بَيْنَ أَبَوَيْهَا، وَتَعْنُسَ فَيَرْزُقَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ زَوْجًا، وَيَرْزُقَهَا مِنْهُ مَالًا، وَوَلَدًا فَتَغْضَبَ الْغَضْبَةَ فَتَقُولُ: مَا رَأَيْتُ مِنْهُ يَوْمًا خَيْرًا قَطُّ " [مسند أحمد: صحيح]

"Rasulullah melewati kami yang sedang berkumpul bersama para wanita, kemudian beliau memberikan salam kepada kami seraya bersabda, "Jauhilah oleh kalian kufrul Muna'amin, " Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu kufrul Muna'amin?" Beliau menjawab, "Mungkin salah seorang di antara kalian mengundur-undur masa perawannya di antara kedua orang tuanya, kemudian Allah memberinya seorang suami dan Allah beri rezeki berupa harta dan anak. Kemudian ia marah dan pergi sambil berkata, 'Sungguh, sehari punaku tidak pernah melihatnya berbuat baik sama sekali." Dan sekali waktu ia menyebutkan, "Kebaikan sama sekali." [Musnad Ahmad: Shahih]

Lihat: Kitab Iman bab 21; Mengingkari kebaikan suami

5.      Mengungkit-ungkit kebaikannya kepada suami.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 264]

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. [Al-Baqarah: 264]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ» قَالَ: فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ ثَلَاثَ مِرَارًا، قَالَ أَبُو ذَرٍّ: خَابُوا وَخَسِرُوا، مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ» [صحيح مسلم]

"Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak menyucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih." Abu Dzar berkata lagi, "Rasulullah membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang melakukan isbal (memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat lakubarang dagangan dengan sumpah palsu." [Shahih Muslim]

Ø Dalam riwayat lain;

«ثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Ada tiga orang dibenci oleh Allah: Pedagang yang suka mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

" لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ: مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ، وَلَا كَاهِنٌ، وَلَا مَنَّانٌ " [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Lima golongan yang tidak akan masuk surga; Peminum arak, orang yang percaya dengan sihir, pemutus silaturrahim, dukun dan mannan (yang mengungkit-ungkit pemberian)." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  'Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ، وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى " [سنن النسائي: صححه الألباني]

"  Tiga golongan yang tidak akan masuk surga: Anak yang durhaka kepada orang tua, pecandu khamer, dan orang yang selalu menyebut-nyebut pemberiannya." [Sunan An-Nasa'iy: Sahih]

6.      Menceritakan kepada orang lain masalah rumah tangganya.

'Uqbah bin 'Amir radiyallahu 'anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ» [سنن الترمذي: صحيح]

Wahai Rasulullah bagaimana supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Ibnu ‘Abbas radiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَمَا تَزَوَّجَ إِسْمَاعِيلُ يُطَالِعُ تَرِكَتَهُ، فَلَمْ يَجِدْ إِسْمَاعِيلَ، فَسَأَلَ امْرَأَتَهُ عَنْهُ فَقَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا، ثُمَّ سَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ، فَقَالَتْ نَحْنُ بِشَرٍّ، نَحْنُ فِي ضِيقٍ وَشِدَّةٍ، فَشَكَتْ إِلَيْهِ، قَالَ: فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلاَمَ، وَقُولِي لَهُ يُغَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِهِ، فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئًا، فَقَالَ: هَلْ جَاءَكُمْ مِنْ أَحَدٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، جَاءَنَا شَيْخٌ كَذَا وَكَذَا، فَسَأَلَنَا عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، وَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا، فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا فِي جَهْدٍ وَشِدَّةٍ، قَالَ: فَهَلْ أَوْصَاكِ بِشَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ السَّلاَمَ، وَيَقُولُ غَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِكَ، قَالَ: ذَاكِ أَبِي، وَقَدْ أَمَرَنِي أَنْ أُفَارِقَكِ، الحَقِي بِأَهْلِكِ، فَطَلَّقَهَا، وَتَزَوَّجَ مِنْهُمْ أُخْرَى، فَلَبِثَ عَنْهُمْ إِبْرَاهِيمُ مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ أَتَاهُمْ بَعْدُ فَلَمْ يَجِدْهُ، فَدَخَلَ عَلَى امْرَأَتِهِ فَسَأَلَهَا عَنْهُ، فَقَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا، قَالَ: كَيْفَ أَنْتُمْ؟ وَسَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ، فَقَالَتْ: نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسَعَةٍ، وَأَثْنَتْ عَلَى اللَّهِ، فَقَالَ: مَا طَعَامُكُمْ؟ قَالَتِ اللَّحْمُ، قَالَ فَمَا شَرَابُكُمْ؟ قَالَتِ المَاءُ. قَالَ: "اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي اللَّحْمِ وَالمَاءِ"، قَالَ: فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلاَمَ، وَمُرِيهِ يُثْبِتُ عَتَبَةَ بَابِهِ، فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ قَالَ: هَلْ أَتَاكُمْ مِنْ أَحَدٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، أَتَانَا شَيْخٌ حَسَنُ الهَيْئَةِ، وَأَثْنَتْ عَلَيْهِ، فَسَأَلَنِي عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا بِخَيْرٍ، قَالَ: فَأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ، قَالَتْ: نَعَمْ، هُوَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلاَمَ، وَيَأْمُرُكَ أَنْ تُثْبِتَ عَتَبَةَ بَابِكَ، قَالَ: ذَاكِ أَبِي وَأَنْتِ العَتَبَةُ، أَمَرَنِي أَنْ أُمْسِكَكِ.

Di kemudian hari Ibrahim datang setelah Isma'il menikah untuk mencari tahu apa yang telah ditinggalkannya namun dia tidak menemukan Isma'il. Ibrahim bertanya tentang Isma'il kepada istrinya Isma'il. Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami. Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka. Istri Isma'il menjawab, "Kami mengalami banyak keburukan dan hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat". Istri Isma'il mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya kepada Ibrahim. Ibrahim berkata, "Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya, "Apakah ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab, "Ya. Tadi ada orang tua begini begini keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu lalu aku terangkan  dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan". Isma'il bertanya, "Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?". Istrinya menjawab, "Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah daun pintu rumah kamu". Isma'il berkata, "Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu maka itu kembalilah kamu kepada keluargamu". Maka Isma'il menceraikan istrinya. Kemudian Isma'il menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk itu lalu Ibrahim pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah dan setelah itu datang kembali untuk menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Isma'il hingga akhirnya dia mendatangi istri Isma'il lalu bertanya kepadanya tentang Isma'il. Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami. Lalu Ibrahim bertanya lagi, "Bagaimana keadaan kalian". Dia bertanya kepada istrinya Isma'il tentang kehidupan dan keadaan hirup mereka. Istrinya menjawab, "Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup". Istri Isma'il memuji Allah. Ibrahim bertanya; 'Apa makanan kalian? '. Istri Isma'il menjawab, "Daging". Ibrahim bertanya lagi, "Apa minuman kalian? '. Istri Isma'il menjawab, "Air". Maka Ibrahim berdoa, "Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka". Ibrahim selanjutnya berkata, "Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il datang, dia berkata, "Apakah ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab, "Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada kami". Istrinya mengagumi Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik-baik saja".". Isma'il bertanya, "Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?". Istrinya menjawab, "Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan daun pintu rumah kamu". Isma'il berkata, "Dialah ayahku dan daun pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu". [Shahih Bukhari]

Lihat: Hadits Ibnu ‘Abbas; Kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya

7.      Kurang memperhatikan kedudukan dan posisi suaminya di tengah masyarakat.

a)       Istri bersabar dengan kesibukan suaminya di tengah masyarakat, dan berusaha membantunya agar mendapatkan pahala dari amal kebaikan suaminya.

Dari Zaid bin Khalid radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang berperang di jalan Allah berarti dia telah berperang (mendapat pahala berperang). Dan barang siapa yang menjaga (menanggung urusan rumah) orang yang berperang di jalan Allah dengan baik berarti dia telah berperang". [Shahih Bukhari dan Muslim]

b)      Istri menjaga wibawa suaminya dengan menjaga dirinya, karena Istri adalah cerminan suami, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ} [البقرة: 187]

Mereka (istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka (saling menutupi, menghiasi dan memberi kehangatan). [Al-Baqarah:187]

8.      Kurang membatu suaminya dalam kebaikan dan ketakwaan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [التغابن: 14]

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Tagabun: 14]

{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [المائدة: 2]

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Al-Maidah:2]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«اللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ» [صحيح مسلم]

"Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menulong saudaranya". [Sahih Musim]

Istri Nabi Ibrahim bersabar membantu suaminya menjalankan perintah Allah.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

جَاءَ بِهَا إِبْرَاهِيمُ وَبِابْنِهَا إِسْمَاعِيلَ وَهِيَ تُرْضِعُهُ، حَتَّى وَضَعَهُمَا عِنْدَ البَيْتِ عِنْدَ دَوْحَةٍ، فَوْقَ زَمْزَمَ فِي أَعْلَى المَسْجِدِ، وَلَيْسَ بِمَكَّةَ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ، وَلَيْسَ بِهَا مَاءٌ، فَوَضَعَهُمَا هُنَالِكَ، وَوَضَعَ عِنْدَهُمَا جِرَابًا فِيهِ تَمْرٌ، وَسِقَاءً فِيهِ مَاءٌ، ثُمَّ قَفَّى إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقًا، فَتَبِعَتْهُ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ فَقَالَتْ: يَا إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الوَادِي، الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ؟ فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا، وَجَعَلَ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا، فَقَالَتْ لَهُ: آللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَتْ: إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا، ثُمَّ رَجَعَتْ.

"Wanita pertama yang menggunakan ikat pinggang adalah ibu Nabi Isma'il -'alaihissalam-. Dia menggunakannya untuk menghilangkan jejak dari Sarah, kemudian Ibrahim -'alaihissalam- membawanya berserta anaknya Isma'il yang saat itu ibunya masih menyusuinya, hingga Ibrahim -'alaihissalam- menempatkan keduanya dekat Baitullah (Ka'bah) pada satu pohon besar di atas zamzam di ujung Masjidilharam. Waktu itu di Makkah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana dan tidak ada pula air. Ibrahim menempatkan keduanya (Istri dan ankanya Isma’il) di sana dan meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air. Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il mengikutinya seraya berkata, "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya ibu Isma'il bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semuanya ini?". Ibrahim menjawab, "Ya". Ibu Isma'il berkata, "Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami". Kemudian ibu Isma'il kembali. [Shahih Bukhari]

Khadijah menyemangati Nabi dalam mengembang risalah dari Allah.

Ketika Rasulullah ketakutan setelah menerima wahyu, Khadijah berkata:

"كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ" [صحيح البخاري]

"Tidak, demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya, karena sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahmi, menolong yang lemah, memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela kebenaran". [Shahih Bukhari]

9.      Menyulitkan suami dengan permintaan yang banyak.

Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhuma berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»

"Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

10.  Membuat suami cemas karena banyak berhubungan dengan orang lain.

11.  Membangkan terhadap suami.

Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

" لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا، إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ: لَا تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ اللَّهُ، فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا " [سنن الترمذي: صحيح]

"Tidaklah ada seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia kecuali istrinya dari bidadari surga berkata, 'Janganlah kamu menyakitinya. Semoga Allah membalasmu. Dia adalah tamumu, yang sebentar lagi akan meninggalkanmu dan mendatangi kami.'" [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" اثْنَانِ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمَا رُءُوسَهُمَا: عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِمْ، وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ " [المعجم الصغير للطبراني: حسنه الألباني]

“Ada dua orang yang shalatnya tidak melewati kepalanya: Budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali kepadanya, dan istri yang durhaka kepada suaminya sampai ia kembali ta’at”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]

12.  Menolak untuk berhubungan intim dengan suaminya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ، لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk berhubungan intim), kemudian ia tidak mau datang, maka para malaikat melaknatnya sampai subuh". [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain;

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهَا، فَتَأْبَى عَلَيْهِ، إِلَّا كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا» [صحيح مسلم]

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk bersenggama) sedangkan dia enggan, melainkan yang ada di langit murka kepadanya sampai suaminya mema'afkannya." [Shahih Muslim]

Ø  Thalq bin Ali radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«إِذَا الرَّجُلُ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّورِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Jika seorang lelaki mengajak istrinya untuk memenuhi hasratnya, maka hendaknya dia mendatanginya, walau dia sedang berada di dapur." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin Abu Aufa -radhiallahu 'anhu-; Rasulullahbersabda:

«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ»

"Demi Dzat Yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang istri itu tidak dikatakan menunaikan hak Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan Shahih]

13.  Kurang melayani suaminya.

Al-Hushain bin Mihshan radhiyallahu 'anhu;

أَنَّ عَمَّةً لَهُ أَتَتِ النَّبِيَّ فِي حَاجَةٍ، فَفَرَغَتْ مِنْ حَاجَتِهَا، فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ : «أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟» قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: «كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟» قَالَتْ: مَا آلُوهُ إِلَّا مَا عَجَزْتُ عَنْهُ، قَالَ: «فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

Bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi pun bertanya kepadanya, "Apakah kamu mempunyai suami?" Ia menjawab, "Ya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah sikapmu terhadapnya?" ia menjawab, "Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup." Beliau bersabda, "Camkanlah selalu, akan posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi ﷺ bersabda:

«حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ، أَنْ لَوْ كَانَتْ قَرْحَةٌ فَلَحَسَتْهَا مَا أَدَّتْ حَقَّهُ»

"Hak suami terhadap istrinya, bahwa andai suaminya memiliki luka kemudian istrinya menjilatinya maka ia belum memenuhi hak suaminya". [Shahih Ibnu Hibban]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةٌ تَنْبَجِسُ بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ تَلْحَسُهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Tidak dibenarkan bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia, seandainya dibenarkan bagi seorang manusia sujud kepada manusia maka aku perintahkan perempuan sujud kepada suaminya karena kebesaran hak suami kepadanya. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang suami memiliki luka dari ujung kaki hingga ujung kepala yang mengalirkan nanah atau darah kemudian sang istri menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum memenuhi seluruh haknya kepadanya". [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Hak-hak suami

Suami yang baik membantu istrinya dalam urusan rumah

Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya: "Apa yang dilakukan Nabi di rumah?"

Aisyah menjawab:

«كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ»

"Beliau suka membantu pekerjaan rumah isterinya, apabila tiba waktu shalat, maka beliau beranjak untuk melaksanakan shalat." [Sahih Bukhari]

14.  Memasukkah seseorang ke rumahnya tanpa izin suami.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda ketika khutbah di padang Arafah:

«اتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ، فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ» [صحيح مسلم]

"Bertakwahlah kalian kepada Allah (jangalah diri kalian) terhadap wanita. Karena kalian mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan mereka halal bagimu dengan kalimat Allah. Setelah itu, kamu punya hak atas mereka, yaitu supaya mereka tidak membolehkan orang lain menduduki tikarmu. Jika mereka melanggar, pukullah mereka dengan cara yang tidak membahayakan". [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

«لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sementara sementara suaminya ada di rumah, kecuai dengan seizinnya. Dan tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan seizinnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

15.  Keluar rumah tanpa izin suami.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى} [الأحزاب: 33]

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. [Al-Ahzaab:33]

Ø  Dari Amr bin Al-Ahwash radhiallahu'anhu; Bahwa ia pernah melaksanakan haji Wada' bersama Nabi . Ketika itu beliau membaca hamdalah, memuji Allah, beliau juga memberi pengingatan dan nasihat. Rasulullah bersabda:

«أَلَا وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ، لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ» [سنن الترمذي: حسن]

"Ingat, berbuat baiklah terhadap wanita, karena mereka adalah tawanan kalian. Tidak berhak atas kalian kepada mereka selain daripada itu”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ مِنْ وَجْهِ رَبِّهَا وَهِيَ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا» [صحيح ابن خزيمة]

"Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka jika ia keluar rumah setan akan memuliakannya, dan tempat yang paling dekat bagi wanita dari wajah Tuhannya adalah ketika ia di dalam rumahnya." [Shahih Ibnu Khuzaimah]

Lihat: Wanita keluar rumah

16.  Mentaati suami dalam perkara maksiat.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak ada ketaatan dalam maksiat, sesungguhnya ketaatan hanya pada yang ma'ruf (yang baik)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ» [المعجم الكبير: صححه الألباني]

"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]

17.  Cemburu yang berlebihan kepada suami.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«إِنَّ اللهَ يَغَارُ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ، وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ» [صحيح مسلم]

“Sesungguhnya Allah memiliki kecemburuan dan orang mukmin juga memiliki kecemburuan. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin mengerjakan apa yang di haramkan oleh Allah." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Jabir bin 'Atik radhiyallahu 'anhu; Nabi berkata:

«مِنَ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ، فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ، وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ» [سنن أبي داود: حسن]

"Diantara rasa cemburu ada yang dicintai Allah, dan diantara rasa cemburu tersebut ada yang dibenci Allah. Adapun rasa cemburu yang Allah 'Azza wa Jalla cintai adalah cemburu dalam keraguan, adapun rasa cemburu yang Allah 'Azza wa Jalla benci adalah kecemburuan yang tidak dalam keraguan. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Cara menghindari cemburu yang berlebihan:

a)      Ridha dengan takdir Allah ta’aalaa.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: حسن]

"Terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang terkaya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

b)      Meninggalkan dugaan-dugaan yang tidak beralasan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Jauhilah buruk sangka, karena buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan janganlah kalian menguping pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari keburukan orang lain”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

c)       Minta perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأعراف: 200]

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." [Al-A'raaf:200]

d)      Menggunakan akal dalam menentukan sikap.

e)      Berusaha untuk meninggalkan rasa cemburu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]

Dan orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut:69]

f)        Berdo’a.

Ummu Salamah berkata: Rasulullah mengutus kepadaku Hathib binn Abi Balta'ah melamarku untuknya, maka aku berkata: Sesungguhnya aku memiliki seorang putri, dan aku sangat pecemburu.

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membalas:

«أَمَّا ابْنَتُهَا فَنَدْعُو اللهَ أَنْ يُغْنِيَهَا عَنْهَا، وَأَدْعُو اللهَ أَنْ يَذْهَبَ بِالْغَيْرَةِ»

"Adapun putrinya maka kita berdo'a kepada Allah semoga mencukupinya darinya, dan aku berdo'a kepada Allah agar menghilangkan rasa cemburunya". [Shahih Muslim]

g)      Mempertimbangkan akibat buruknya.

Anas radhiallahu'anhu berkata;

كَانَ النَّبِيُّ عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ، فَأَرْسَلَتْ إِحْدَى أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ بِصَحْفَةٍ فِيهَا طَعَامٌ، فَضَرَبَتِ الَّتِي النَّبِيُّ فِي بَيْتِهَا يَدَ الخَادِمِ، فَسَقَطَتِ الصَّحْفَةُ فَانْفَلَقَتْ، فَجَمَعَ النَّبِيُّ فِلَقَ الصَّحْفَةِ، ثُمَّ جَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ الَّذِي كَانَ فِي الصَّحْفَةِ، وَيَقُولُ: «غَارَتْ أُمُّكُمْ» ثُمَّ حَبَسَ الخَادِمَ حَتَّى أُتِيَ بِصَحْفَةٍ مِنْ عِنْدِ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا، فَدَفَعَ الصَّحْفَةَ الصَّحِيحَةَ إِلَى الَّتِي كُسِرَتْ صَحْفَتُهَا، وَأَمْسَكَ المَكْسُورَةَ فِي بَيْتِ الَّتِي كَسَرَتْ [صحيح البخاري]

Suatu ketika Nabi berada di tempat istrinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka istri Nabi yang beliau saat itu sedang berada di rumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda, "Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu." Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah istri yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada istri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di rumah istri yang telah memecahkannya. [Shahih Bukhari]

h)      Menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat.

i)        Mengutamakan sikap optimis dan berharap baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda: Allah ta'aalaa berfirman (hadits qudsi):

«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku sesuai prasangka hambak-Ku terhadap-Ku". [Shahih Bukhari dan Muslim]

j)        Meninggalkan kekhawatiran berlebihan akan terjadinya keburukan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ} [الناس: 5، 6]

Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. [An-Naas: 5 - 6]

18.  Bersikap buruk ketika suaminya berpoligami.

Apa yang seharusnya dilakukan?

1)      Bersabar.

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]

"Allah subhanahu berfirman: Wahai anak cucu Adam, jika engkau bersabar dan mengharapkan (pahala) Allah sejak awal musibah, maka Aku tidak rela untukmu suatu pahala selain surga". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

2)      Berusaha menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru.

3)      Pasrah terhadap keputusan Allah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisaa':65]

4)      Menghindari sikap penolakan terhadap hikmah poligami.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 8، 9]

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8 - 9]

5)      Berharap kebaikan di baliknya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [Al-Baqarah: 216]

6)      Menghindari sikap jahat terhadap madunya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [الأحزاب: 58]

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab: 58]

7)      Mengingat nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.

8)      Tidak mempedulikan omongan negatif orang lain.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا} [الفرقان: 63]

Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (mengabaikannya). [Al-Furqaan:63]

9)      Menghindari sikap murung dan patah hati tiada henti.

10)  Meyakini bahwa kenyamanan sempurna hanya ada di akhirat.

19.  Kurang memperhatikan pendidikan anaknya.

Memberikan contoh yang baik kepada anaknya

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

رَفَعَتِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلِهَذَا حَجٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ»

Ada seorang wanita yang menggendong anak kecil lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah anak kecil ini boleh menunaikan haji." Beliau menjawab: "Ya, dan kamu juga mendapatkan pahala." [Shahih Muslim]

Ø  Abdullah bin ‘Amir radhiallahu 'anhuma berkata: Suatu hari ibuku memanggilku sementara Rasulullah duduk di antara kami. Ibuku berkata: Marilah, aku akan memberimu sesuatu!

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada ibuku:

«وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ؟»

“Apa yang akan engkau berikan padanya?”

Ibuku menjawab: Aku akan memberinya sebiji kurma! Maka Rasulullah berkata kepada ibuku:

«أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Adapun seandainya engkau tidak memberinya sesuatu maka akan dicatat atasmu satu kedustaan”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Lihat: Bagaimana mendidik anak

20.  Kurang memperhatikan keadaan dan perasaan suaminya.

21.  Membeberkan rahasia suaminya.

Asma' binti Yazid radhiyallahu 'anha berkata bahwa dia berada di sisi Rasulullah  sementara para lelaki dan wanita juga duduk di sisi beliau. Beliau bersabda:

" لَعَلَّ رَجُلًا يَقُولُ: مَا يَفْعَلُ بِأَهْلِهِ، وَلَعَلَّ امْرَأَةً تُخْبِرُ بِمَا فَعَلَتْ مَعَ زَوْجِهَا فَأَرَمَّ الْقَوْمُ " فَقُلْتُ: إِي وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُنَّ لَيَقُلْنَ وَإِنَّهُمْ لَيَفْعَلُونَ قَالَ: «فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا مِثْلُ ذَلِكَ الشَّيْطَانُ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ» [مسند أحمد: صحيح]

Mungkin salah seorang laki-laki menceritakan apa yang dilakukannya dengan istrinya, dan mungkin seorang wanita menceritakan apa yang dilakukan bersama suaminya." Orang-orang pun terdiam, aku (Asma) lalu berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, wanita-wanita itu membicarakannya dan para laki-laki itu juga telah menceritakannya." kemudian beliau bersabda "Janganlah kalian lakukan, sesungguhnya hal itu seperti perbuatan setan laki laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, kemudian mereka melakukan jimak sementara orang-orang melihatnya." [Musnad Ahmad: Shahih]

22.  Bercerita tentang seorang wanita kepada suaminya.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu; Nabi bersabda:

«لاَ تُبَاشِرُ المَرْأَةُ المَرْأَةَ، فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا» [صحيح البخاري]

"Janganlah seorang istri menceritakan sifat-sifat wanita lain pada suaminya sehingga ia seolah-olah melihatnya." [Shahih Muslim]

23.  Bosan dengan pengayoman suaminya dan ingin menyainginya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ} [النساء: 34]

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisaa': 34]

{وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [البقرة: 228]

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Al-Baqarah: 228]

24.  Berbaur dengan laki-laki dan menampakkan perhiasannya.

Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ»

"Janganlah kalian memasuki (tempat yang di dalamnya ada) wanita (yang bukan muhrim)".

Seorang laki-laki dari kaum Anshar bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana dengan kerabat laki-laki dari suami?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«الحَمْوُ المَوْتُ»

"Kerabat laki-laki suami adalah (penyebab) kebinasaan (jika terjadi ikhtilath)" [Sahih Bukhari]

Lihat: Hukum Ikhtilath

25.  Kurang mengenang kebaikan suami setelah wafatnya.

Ummu Salamah bahwa ia berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda:

" مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156]، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا "، قَالَتْ: فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ، قُلْتُ: أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ؟ أَوَّلُ بَيْتٍ هَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، ثُمَّ إِنِّي قُلْتُهَا، فَأَخْلَفَ اللهُ لِي رَسُولَ اللهِ ﷺ [صحيح مسلم]

"Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, 'INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI'UUN ALLAHUMMA`JURNII FII MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).' melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik." Ummu Salamah berkata, Ketika Abu Salamah telah meninggal, saya bertanya, "Orang muslim manakan yang lebih baik daripada Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah kepada Rasulullah . Kemudian akupun mengucapkan doa tersebut. Maka Allah pun menggantikannya bagiku Rasulullah ." [Shahih Muslim]

26.  Kurang bertakwa kepada Allah setelah berpisah (cerai) dengan suaminya.

Wallahu a’lam!

Referensi

كتاب من أخطاء الزوجات تألف: محمد إبراهيم الحمد –رحمه الله تعالى-

Lihat juga: Rapor merah suami - Sifat istri shalihah - Hak-hak istri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...