بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara kesalahan yang sering dilakukan
seorang istri terhadap suaminya:
1. Berlebihan
menuntut kesempurnaan pada suaminya
2. Istri kurang
perhatian kepada kedua orang tua suami (mertua).
Lihat
kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua, salah satunya berbakit kepada kedua
orang tuannya dan istri bersabar atas bakti suaminya kepada kedua orang tuanya.
Jika
istri memperhatikan mertuanya maka insyaallah Allah akan memberikan dia
menantu yang juga akan memperhatikan dia di masa tua.
Allah
subhanahu wata'alaa berfirman:
{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا
الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]
Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [Ar-Rahman: 60]
3. Kurang
berhias untuk suaminya dalam rumah.
Dari Abdullah
bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ"
"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." [Shahih
Muslim]
4. Banyak
mengeluh dan kurang bersyukur.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Ibrahim:7]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ» [سنن أبي
داود: صحيح]
"Seseorang tidak dianggap mensyukuri Allah jika tidak mensyukuri
pemberian orang lain". [Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Ø Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Nabi ﷺ bersabda:
«أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ،
يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: " يَكْفُرْنَ العَشِيرَ،
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ
رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ " [صحيح
البخاري ومسلم]
"Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita.
Karena mereka sering mengingkari". Ditanyakan:
"Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda:
"Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu
berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat
satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat
kebaikan sedikitpun darimu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ
لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ» [السنن الكبرى للنسائي: صحيح]
"Allah tidak memandang kepada seorang wanita yang tidak mensyukuri
pemberian suaminya sedangka ia tidak bisa merasa cukup darinya". [As-Sunan
Al-Kubra karya An-Nasaiy: Shahih]
Ø Dari Asma' binti
Yazid salah seorang istri bani Abdul Asyhal, ia berkata:
مَرَّ بِنَا
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَنَحْنُ فِي
نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَقَالَ: «إِيَّاكُنَّ وَكُفْرَ الْمُنَعَّمِينَ»
فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا كُفْرُ الْمُنَعَّمِينَ؟ قَالَ: "
لَعَلَّ إِحْدَاكُنَّ أَنْ تَطُولَ أَيْمَتُهَا بَيْنَ أَبَوَيْهَا، وَتَعْنُسَ
فَيَرْزُقَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ زَوْجًا، وَيَرْزُقَهَا مِنْهُ مَالًا،
وَوَلَدًا فَتَغْضَبَ الْغَضْبَةَ فَتَقُولُ: مَا رَأَيْتُ مِنْهُ يَوْمًا خَيْرًا
قَطُّ " [مسند أحمد: صحيح]
"Rasulullah
ﷺ melewati kami yang sedang berkumpul bersama para wanita,
kemudian beliau memberikan salam kepada kami seraya bersabda, "Jauhilah
oleh kalian kufrul Muna'amin, " Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah,
apa itu kufrul Muna'amin?" Beliau menjawab, "Mungkin salah seorang di
antara kalian mengundur-undur masa perawannya di antara kedua orang tuanya,
kemudian Allah memberinya seorang suami dan Allah beri rezeki berupa harta dan
anak. Kemudian ia marah dan pergi sambil berkata, 'Sungguh, sehari punaku tidak
pernah melihatnya berbuat baik sama sekali." Dan sekali waktu ia
menyebutkan, "Kebaikan sama sekali." [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Kitab Iman bab 21; Mengingkari kebaikan suami
5. Mengungkit-ungkit
kebaikannya kepada suami.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ
رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ} [البقرة: 264]
Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria
(pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya
ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin
lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. [Al-Baqarah:
264]
Ø Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ» قَالَ: فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ ثَلَاثَ مِرَارًا، قَالَ
أَبُو ذَرٍّ: خَابُوا وَخَسِرُوا، مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ:
«الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ» [صحيح مسلم]
"Tiga
golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat,
tidak melihat mereka, tidak menyucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan
siksa yang pedih." Abu Dzar berkata lagi, "Rasulullah ﷺ
membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka gagal dan rugi, siapakah
mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang melakukan
isbal (memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan
menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat lakubarang
dagangan dengan sumpah palsu." [Shahih Muslim]
Ø Dalam riwayat lain;
«ثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ،
وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ» [مسند أحمد: صحيح]
"Ada tiga orang dibenci oleh
Allah: Pedagang yang suka mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka
menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad:
Shahih]
Ø Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ: مُدْمِنُ خَمْرٍ،
وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ، وَلَا كَاهِنٌ، وَلَا مَنَّانٌ
" [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Lima golongan yang tidak
akan masuk surga; Peminum arak, orang yang percaya dengan sihir, pemutus
silaturrahim, dukun dan mannan (yang mengungkit-ungkit pemberian)."
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø
'Abdullah
bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
" ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ،
وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى " [سنن النسائي: صححه الألباني]
"
Tiga golongan yang tidak akan masuk surga: Anak yang durhaka
kepada orang tua, pecandu khamer, dan orang yang selalu menyebut-nyebut
pemberiannya." [Sunan An-Nasa'iy: Sahih]
6. Menceritakan
kepada orang lain masalah rumah tangganya.
'Uqbah bin 'Amir radiyallahu 'anhu berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «امْلِكْ عَلَيْكَ
لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ» [سنن
الترمذي: صحيح]
Wahai
Rasulullah bagaimana supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu,
hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø
Ibnu ‘Abbas radiyallahu
'anhu berkata:
جَاءَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَمَا تَزَوَّجَ إِسْمَاعِيلُ يُطَالِعُ
تَرِكَتَهُ، فَلَمْ يَجِدْ إِسْمَاعِيلَ، فَسَأَلَ امْرَأَتَهُ عَنْهُ فَقَالَتْ:
خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا، ثُمَّ سَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ،
فَقَالَتْ نَحْنُ بِشَرٍّ، نَحْنُ فِي ضِيقٍ وَشِدَّةٍ، فَشَكَتْ إِلَيْهِ، قَالَ:
فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلاَمَ، وَقُولِي لَهُ يُغَيِّرْ
عَتَبَةَ بَابِهِ، فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئًا، فَقَالَ:
هَلْ جَاءَكُمْ مِنْ أَحَدٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، جَاءَنَا شَيْخٌ كَذَا وَكَذَا،
فَسَأَلَنَا عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، وَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا، فَأَخْبَرْتُهُ
أَنَّا فِي جَهْدٍ وَشِدَّةٍ، قَالَ: فَهَلْ أَوْصَاكِ بِشَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ،
أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ السَّلاَمَ، وَيَقُولُ غَيِّرْ عَتَبَةَ
بَابِكَ، قَالَ: ذَاكِ أَبِي، وَقَدْ أَمَرَنِي أَنْ أُفَارِقَكِ، الحَقِي
بِأَهْلِكِ، فَطَلَّقَهَا، وَتَزَوَّجَ مِنْهُمْ أُخْرَى، فَلَبِثَ عَنْهُمْ
إِبْرَاهِيمُ مَا شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ أَتَاهُمْ بَعْدُ فَلَمْ يَجِدْهُ،
فَدَخَلَ عَلَى امْرَأَتِهِ فَسَأَلَهَا عَنْهُ، فَقَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي
لَنَا، قَالَ: كَيْفَ أَنْتُمْ؟ وَسَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ،
فَقَالَتْ: نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسَعَةٍ، وَأَثْنَتْ عَلَى اللَّهِ، فَقَالَ: مَا
طَعَامُكُمْ؟ قَالَتِ اللَّحْمُ، قَالَ فَمَا شَرَابُكُمْ؟ قَالَتِ المَاءُ.
قَالَ: "اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي اللَّحْمِ وَالمَاءِ"، قَالَ:
فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلاَمَ، وَمُرِيهِ يُثْبِتُ
عَتَبَةَ بَابِهِ، فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ قَالَ: هَلْ أَتَاكُمْ مِنْ
أَحَدٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، أَتَانَا شَيْخٌ حَسَنُ الهَيْئَةِ، وَأَثْنَتْ
عَلَيْهِ، فَسَأَلَنِي عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا
فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا بِخَيْرٍ، قَالَ: فَأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ، قَالَتْ: نَعَمْ،
هُوَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلاَمَ، وَيَأْمُرُكَ أَنْ تُثْبِتَ عَتَبَةَ بَابِكَ،
قَالَ: ذَاكِ أَبِي وَأَنْتِ العَتَبَةُ، أَمَرَنِي أَنْ أُمْسِكَكِ.
Di
kemudian hari Ibrahim datang setelah Isma'il menikah untuk mencari tahu apa
yang telah ditinggalkannya namun dia tidak menemukan Isma'il. Ibrahim bertanya
tentang Isma'il kepada istrinya Isma'il. Istrinya menjawab, "Dia sedang
pergi mencari nafkah untuk kami. Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan
keadaan mereka. Istri Isma'il menjawab, "Kami mengalami banyak keburukan
dan hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat". Istri Isma'il
mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya kepada Ibrahim. Ibrahim
berkata, "Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan
katakan kepadanya agar mengubah daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il
datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya, "Apakah
ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab, "Ya. Tadi ada
orang tua begini begini keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu
lalu aku terangkan dan dia bertanya
kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup
dalam kepayahan dan penderitaan". Isma'il bertanya, "Apakah orang itu
ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?". Istrinya menjawab, "Ya.
Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan
agar kamu mengubah daun pintu rumah kamu". Isma'il berkata, "Dialah
ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu maka itu
kembalilah kamu kepada keluargamu". Maka Isma'il menceraikan istrinya.
Kemudian Isma'il menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk
itu lalu Ibrahim pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang
dikehendaki Allah dan setelah itu datang kembali untuk menemui mereka namun dia
tidak mendapatkan Isma'il hingga akhirnya dia mendatangi istri Isma'il lalu
bertanya kepadanya tentang Isma'il. Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi
mencari nafkah untuk kami. Lalu Ibrahim bertanya lagi, "Bagaimana keadaan
kalian". Dia bertanya kepada istrinya Isma'il tentang kehidupan dan
keadaan hirup mereka. Istrinya menjawab, "Kami selalu dalam keadaan
baik-baik saja dan cukup". Istri Isma'il memuji Allah. Ibrahim bertanya;
'Apa makanan kalian? '. Istri Isma'il menjawab, "Daging". Ibrahim
bertanya lagi, "Apa minuman kalian? '. Istri Isma'il menjawab,
"Air". Maka Ibrahim berdoa, "Ya Allah, berkahilah mereka dalam
daging dan air mereka". Ibrahim selanjutnya berkata, "Jika nanti
suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar
memperkokoh daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il datang, dia berkata,
"Apakah ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab,
"Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada
kami". Istrinya mengagumi Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu maka
aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita maka aku
jawab bahwa aku dalam keadaan baik-baik saja".". Isma'il bertanya,
"Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?".
Istrinya menjawab, "Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam
darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan daun pintu rumah
kamu". Isma'il berkata, "Dialah ayahku dan daun pintu yang dimaksud adalah
kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu". [Shahih Bukhari]
Lihat: Hadits Ibnu ‘Abbas; Kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya
7. Kurang
memperhatikan kedudukan dan posisi suaminya di tengah masyarakat.
a)
Istri bersabar dengan kesibukan suaminya di tengah masyarakat, dan berusaha
membantunya agar mendapatkan pahala dari amal kebaikan suaminya.
Dari Zaid
bin Khalid radhiallahu'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا»
[صحيح البخاري ومسلم]
"Barang
siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang berperang di jalan Allah berarti
dia telah berperang (mendapat pahala berperang). Dan barang siapa yang menjaga
(menanggung urusan rumah) orang yang berperang di jalan Allah dengan baik
berarti dia telah berperang". [Shahih Bukhari dan Muslim]
b)
Istri menjaga wibawa suaminya dengan menjaga dirinya, karena Istri adalah
cerminan suami, Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ
وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ} [البقرة: 187]
Mereka (istrimu) adalah pakaian bagimu,
dan kamupun adalah pakaian bagi mereka (saling menutupi, menghiasi dan memberi
kehangatan). [Al-Baqarah:187]
8. Kurang
membatu suaminya dalam kebaikan dan ketakwaan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا
وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [التغابن: 14]
Hai
orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika
kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [At-Tagabun: 14]
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [المائدة: 2]
Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Al-Maidah:2]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«اللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ»
[صحيح مسلم]
"Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menulong
saudaranya". [Sahih Musim]
Istri Nabi
Ibrahim bersabar membantu suaminya menjalankan perintah Allah.
Ibnu
‘Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata:
جَاءَ بِهَا إِبْرَاهِيمُ وَبِابْنِهَا إِسْمَاعِيلَ وَهِيَ
تُرْضِعُهُ، حَتَّى وَضَعَهُمَا عِنْدَ البَيْتِ عِنْدَ دَوْحَةٍ، فَوْقَ زَمْزَمَ
فِي أَعْلَى المَسْجِدِ، وَلَيْسَ بِمَكَّةَ يَوْمَئِذٍ أَحَدٌ، وَلَيْسَ بِهَا
مَاءٌ، فَوَضَعَهُمَا هُنَالِكَ، وَوَضَعَ عِنْدَهُمَا جِرَابًا فِيهِ تَمْرٌ،
وَسِقَاءً فِيهِ مَاءٌ، ثُمَّ قَفَّى إِبْرَاهِيمُ مُنْطَلِقًا، فَتَبِعَتْهُ
أُمُّ إِسْمَاعِيلَ فَقَالَتْ: يَا إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا
بِهَذَا الوَادِي، الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ؟ فَقَالَتْ لَهُ
ذَلِكَ مِرَارًا، وَجَعَلَ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا، فَقَالَتْ لَهُ: آللَّهُ
الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَتْ: إِذَنْ لاَ يُضَيِّعُنَا، ثُمَّ
رَجَعَتْ.
"Wanita pertama yang menggunakan ikat
pinggang adalah ibu Nabi Isma'il -'alaihissalam-. Dia menggunakannya
untuk menghilangkan jejak dari Sarah, kemudian Ibrahim -'alaihissalam-
membawanya berserta anaknya Isma'il yang saat itu ibunya masih menyusuinya,
hingga Ibrahim -'alaihissalam- menempatkan keduanya dekat Baitullah
(Ka'bah) pada satu pohon besar di atas zamzam di ujung Masjidilharam. Waktu itu
di Makkah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana dan tidak ada pula air.
Ibrahim menempatkan keduanya (Istri dan ankanya Isma’il) di sana dan
meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air.
Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il
mengikutinya seraya berkata, "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah
kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan
tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang
pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi
kepadanya. Akhirnya ibu Isma'il bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkan
kamu atas semuanya ini?". Ibrahim menjawab, "Ya". Ibu Isma'il
berkata, "Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami". Kemudian
ibu Isma'il kembali. [Shahih Bukhari]
Khadijah
menyemangati Nabi dalam mengembang risalah dari Allah.
Ketika
Rasulullah ﷺ ketakutan setelah menerima wahyu, Khadijah berkata:
"كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ
لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي
الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ" [صحيح البخاري]
"Tidak, demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya,
karena sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahmi, menolong yang
lemah, memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela
kebenaran". [Shahih Bukhari]
9. Menyulitkan
suami dengan permintaan yang banyak.
Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu
'anhuma berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia
akan mencintaiku."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي
أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»
"Berlakulah zuhud dalam
urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa
yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." [Sunan
Ibnu Majah: Shahih]
10. Membuat
suami cemas karena banyak berhubungan dengan orang lain.
11. Membangkan
terhadap suami.
Dari Mu'adz
bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
" لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا، إِلَّا
قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ: لَا تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ اللَّهُ،
فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا " [سنن
الترمذي: صحيح]
"Tidaklah ada seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia kecuali
istrinya dari bidadari surga berkata, 'Janganlah kamu menyakitinya. Semoga
Allah membalasmu. Dia adalah tamumu, yang sebentar lagi akan meninggalkanmu dan
mendatangi kami.'" [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
"
اثْنَانِ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمَا رُءُوسَهُمَا: عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيهِ
حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِمْ، وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ "
[المعجم الصغير
للطبراني: حسنه الألباني]
“Ada
dua orang yang shalatnya tidak melewati kepalanya: Budak yang melarikan diri
dari tuannya sampai ia kembali kepadanya, dan istri yang durhaka kepada
suaminya sampai ia kembali ta’at”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy:
Hasan]
12. Menolak
untuk berhubungan intim dengan suaminya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ أَنْ
تَجِيءَ، لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk berhubungan
intim), kemudian ia tidak mau datang, maka para malaikat melaknatnya sampai
subuh". [Shahih Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain;
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهَا،
فَتَأْبَى عَلَيْهِ، إِلَّا كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا
حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا» [صحيح مسلم]
"Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami mengajak istrinya
ke ranjang (untuk bersenggama) sedangkan dia enggan, melainkan yang ada di
langit murka kepadanya sampai suaminya mema'afkannya." [Shahih Muslim]
Ø Thalq bin Ali radhiyallahu
'anhu berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِذَا الرَّجُلُ دَعَا
زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّورِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Jika seorang lelaki mengajak istrinya
untuk memenuhi hasratnya, maka hendaknya dia mendatanginya, walau dia sedang
berada di dapur." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø
Dari Abdullah bin Abu
Aufa -radhiallahu 'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا
تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ
سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ»
"Demi Dzat Yang jiwa Muhammad
di Tangan-Nya, sungguh seorang istri itu tidak dikatakan menunaikan hak
Rabb-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk
dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak
boleh menolaknya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan Shahih]
13. Kurang
melayani suaminya.
Al-Hushain
bin Mihshan radhiyallahu
'anhu;
أَنَّ عَمَّةً لَهُ أَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فِي حَاجَةٍ، فَفَرَغَتْ مِنْ حَاجَتِهَا،
فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ﷺ: «أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟» قَالَتْ: نَعَمْ،
قَالَ: «كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟» قَالَتْ: مَا آلُوهُ إِلَّا مَا عَجَزْتُ عَنْهُ،
قَالَ: «فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
Bahwa
bibinya pernah mendatangi Nabi ﷺ untuk suatu keperluan. Setelah urusannya
selesai, Nabi ﷺ pun
bertanya kepadanya, "Apakah kamu mempunyai suami?" Ia menjawab,
"Ya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah sikapmu
terhadapnya?" ia menjawab, "Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali
terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup." Beliau bersabda,
"Camkanlah selalu, akan posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan
surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu." [Musnad
Ahmad: Hasan ligairih]
Ø
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu berkata: Nabi ﷺ bersabda:
«حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ، أَنْ لَوْ كَانَتْ قَرْحَةٌ
فَلَحَسَتْهَا مَا أَدَّتْ حَقَّهُ»
"Hak suami terhadap istrinya, bahwa andai suaminya memiliki luka kemudian
istrinya menjilatinya maka ia belum memenuhi hak suaminya". [Shahih Ibnu Hibban]
Ø Dari Anas bin Malik
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ
لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ
أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ قُرْحَةٌ تَنْبَجِسُ
بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ تَلْحَسُهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ
" [مسند أحمد: صحيح لغيره]
"Tidak dibenarkan bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia,
seandainya dibenarkan bagi seorang manusia sujud kepada manusia maka aku
perintahkan perempuan sujud kepada suaminya karena kebesaran hak suami
kepadanya. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang suami
memiliki luka dari ujung kaki hingga ujung kepala yang mengalirkan nanah atau
darah kemudian sang istri menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum
memenuhi seluruh haknya kepadanya". [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat:
Hak-hak suami
Suami yang baik membantu istrinya dalam urusan rumah
Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya: "Apa
yang dilakukan Nabi ﷺ di
rumah?"
Aisyah
menjawab:
«كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ
خَرَجَ»
"Beliau suka membantu pekerjaan rumah isterinya, apabila tiba waktu
shalat, maka beliau beranjak untuk melaksanakan shalat." [Sahih Bukhari]
14. Memasukkah
seseorang ke rumahnya tanpa izin suami.
Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda ketika khutbah di padang Arafah:
«اتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ
بِأَمَانِ اللهِ، وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، وَلَكُمْ
عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ، فَإِنْ
فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ» [صحيح
مسلم]
"Bertakwahlah
kalian kepada Allah (jangalah diri kalian) terhadap wanita. Karena kalian
mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan mereka halal bagimu dengan kalimat
Allah. Setelah itu, kamu punya hak atas mereka, yaitu supaya mereka tidak
membolehkan orang lain menduduki tikarmu. Jika mereka melanggar, pukullah
mereka dengan cara yang tidak membahayakan". [Shahih Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لاَ يَحِلُّ
لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ
فِي بَيْتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Tidak
halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sementara sementara suaminya ada di
rumah, kecuai dengan seizinnya. Dan tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke
dalam rumahnya kecuali dengan seizinnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
15. Keluar
rumah tanpa izin suami.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا
تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى} [الأحزاب: 33]
Dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. [Al-Ahzaab:33]
Ø Dari Amr bin Al-Ahwash radhiallahu'anhu;
Bahwa ia pernah melaksanakan haji Wada' bersama Nabi ﷺ. Ketika itu beliau membaca hamdalah, memuji Allah,
beliau juga memberi pengingatan dan nasihat. Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَلَا وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّمَا هُنَّ
عَوَانٌ عِنْدَكُمْ، لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذَلِكَ» [سنن الترمذي: حسن]
"Ingat,
berbuat baiklah terhadap wanita, karena mereka adalah tawanan kalian.
Tidak berhak atas kalian kepada mereka selain daripada itu”. [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
Ø Dari Abdullah bin
Mas'ud radhiallahu'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا
الشَّيْطَانُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ مِنْ وَجْهِ رَبِّهَا وَهِيَ فِي قَعْرِ
بَيْتِهَا» [صحيح ابن خزيمة]
"Sesungguhnya
wanita itu adalah aurat, maka jika ia keluar rumah setan akan memuliakannya,
dan tempat yang paling dekat bagi wanita dari wajah Tuhannya adalah ketika ia
di dalam rumahnya." [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Lihat: Wanita keluar rumah
16. Mentaati
suami dalam perkara maksiat.
Dari Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لاَ طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ، إِنَّمَا
الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada ketaatan dalam maksiat, sesungguhnya
ketaatan hanya pada yang ma'ruf (yang baik)". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari 'Imran bin Hushain
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ
الْخَالِقِ» [المعجم الكبير: صححه الألباني]
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]
17. Cemburu
yang berlebihan kepada suami.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللهَ
يَغَارُ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ، وَغَيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ
الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ» [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya
Allah memiliki kecemburuan dan orang mukmin juga memiliki kecemburuan.
Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin mengerjakan apa yang di
haramkan oleh Allah." [Shahih Muslim]
Ø Dari Jabir bin 'Atik radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ berkata:
«مِنَ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ
اللَّهُ، فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ،
وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ
رِيبَةٍ» [سنن أبي داود: حسن]
"Diantara rasa cemburu ada yang
dicintai Allah, dan diantara rasa cemburu tersebut ada yang dibenci Allah.
Adapun rasa cemburu yang Allah 'Azza wa Jalla cintai adalah cemburu
dalam keraguan, adapun rasa cemburu yang Allah 'Azza wa Jalla benci
adalah kecemburuan yang tidak dalam keraguan. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Cara menghindari cemburu
yang berlebihan:
a)
Ridha dengan takdir Allah ta’aalaa.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ» [سنن
الترمذي: حسن]
"Terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang
terkaya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
b)
Meninggalkan dugaan-dugaan yang tidak beralasan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ
أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Jauhilah
buruk sangka, karena buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan
janganlah kalian menguping pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari
keburukan orang lain”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
c)
Minta perlindungan kepada Allah dari godaan
syaitan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ
نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأعراف: 200]
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan
maka berlindunglah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui." [Al-A'raaf:200]
d) Menggunakan
akal dalam menentukan sikap.
e) Berusaha
untuk meninggalkan rasa cemburu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]
Dan
orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut:69]
f)
Berdo’a.
Ummu
Salamah berkata: Rasulullah ﷺ
mengutus kepadaku Hathib binn Abi Balta'ah melamarku untuknya, maka aku
berkata: Sesungguhnya aku memiliki seorang putri, dan aku sangat pecemburu.
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam membalas:
«أَمَّا ابْنَتُهَا فَنَدْعُو اللهَ أَنْ يُغْنِيَهَا عَنْهَا،
وَأَدْعُو اللهَ أَنْ يَذْهَبَ بِالْغَيْرَةِ»
"Adapun putrinya maka kita
berdo'a kepada Allah semoga mencukupinya darinya, dan aku berdo'a kepada Allah
agar menghilangkan rasa cemburunya". [Shahih Muslim]
g)
Mempertimbangkan akibat buruknya.
Anas radhiallahu'anhu
berkata;
كَانَ
النَّبِيُّ ﷺ عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ، فَأَرْسَلَتْ
إِحْدَى أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ بِصَحْفَةٍ فِيهَا طَعَامٌ، فَضَرَبَتِ الَّتِي
النَّبِيُّ ﷺ فِي بَيْتِهَا يَدَ الخَادِمِ، فَسَقَطَتِ
الصَّحْفَةُ فَانْفَلَقَتْ، فَجَمَعَ النَّبِيُّ ﷺ فِلَقَ
الصَّحْفَةِ، ثُمَّ جَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ الَّذِي كَانَ فِي
الصَّحْفَةِ، وَيَقُولُ: «غَارَتْ أُمُّكُمْ» ثُمَّ حَبَسَ الخَادِمَ حَتَّى
أُتِيَ بِصَحْفَةٍ مِنْ عِنْدِ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا، فَدَفَعَ الصَّحْفَةَ
الصَّحِيحَةَ إِلَى الَّتِي كُسِرَتْ صَحْفَتُهَا، وَأَمْسَكَ المَكْسُورَةَ فِي
بَيْتِ الَّتِي كَسَرَتْ [صحيح البخاري]
Suatu ketika Nabi ﷺ
berada di tempat istrinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan
hidangan berisi makanan. Maka istri Nabi yang beliau saat itu sedang berada di
rumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera
mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda,
"Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu." Kemudian beliau menahan
sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah istri
yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang
bagus kepada istri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di
rumah istri yang telah memecahkannya. [Shahih Bukhari]
h) Menyibukkan
diri dengan hal yang bermanfaat.
i)
Mengutamakan sikap optimis dan berharap baik.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda: Allah ta'aalaa berfirman (hadits qudsi):
«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku
sesuai prasangka hambak-Ku terhadap-Ku". [Shahih Bukhari dan Muslim]
j)
Meninggalkan kekhawatiran berlebihan akan terjadinya
keburukan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
(5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ} [الناس: 5، 6]
Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. [An-Naas: 5 - 6]
18. Bersikap
buruk ketika suaminya berpoligami.
Apa yang seharusnya dilakukan?
1) Bersabar.
Dari Abu
Umamah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «ابْنَ آدَمَ
إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ
ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
"Allah subhanahu berfirman: Wahai anak
cucu Adam, jika engkau bersabar dan mengharapkan (pahala) Allah sejak awal
musibah, maka Aku tidak rela untukmu suatu pahala selain surga". [Sunan
Ibnu Majah: Sahih]
2)
Berusaha
menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru.
3)
Pasrah
terhadap keputusan Allah.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
[النساء: 65]
Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisaa':65]
4) Menghindari sikap penolakan terhadap hikmah poligami.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 8، 9]
Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan
Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad: 8 - 9]
5) Berharap kebaikan di baliknya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ
خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.
[Al-Baqarah: 216]
6) Menghindari sikap jahat terhadap madunya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ
مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [الأحزاب: 58]
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka
sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
[Al-Ahzab: 58]
7)
Mengingat
nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
8)
Tidak
mempedulikan omongan negatif orang lain.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذَا
خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا} [الفرقان: 63]
Dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan (mengabaikannya). [Al-Furqaan:63]
9)
Menghindari
sikap murung dan patah hati tiada henti.
10) Meyakini bahwa kenyamanan sempurna hanya ada di
akhirat.
19. Kurang
memperhatikan pendidikan anaknya.
Memberikan contoh yang baik kepada anaknya
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
رَفَعَتِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ،
أَلِهَذَا حَجٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ»
Ada seorang wanita yang
menggendong anak kecil lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah anak kecil
ini boleh menunaikan haji." Beliau menjawab: "Ya, dan kamu juga mendapatkan pahala."
[Shahih Muslim]
Ø Abdullah bin ‘Amir radhiallahu 'anhuma berkata: Suatu hari ibuku memanggilku sementara Rasulullah ﷺ duduk di antara kami. Ibuku berkata: Marilah, aku akan memberimu
sesuatu!
Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada ibuku:
«وَمَا أَرَدْتِ أَنْ تُعْطِيهِ؟»
“Apa yang akan engkau
berikan padanya?”
Ibuku menjawab: Aku akan
memberinya sebiji kurma! Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada ibuku:
«أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تُعْطِهِ
شَيْئًا كُتِبَتْ عَلَيْكِ كِذْبَةٌ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Adapun seandainya engkau
tidak memberinya sesuatu maka akan dicatat atasmu satu kedustaan”. [Sunan Abi
Daud: Hasan]
Lihat: Bagaimana mendidik anak
20. Kurang memperhatikan keadaan dan perasaan suaminya.
21. Membeberkan
rahasia suaminya.
Asma'
binti Yazid radhiyallahu
'anha berkata bahwa dia berada di sisi Rasulullah ﷺsementara
para lelaki dan wanita juga duduk di sisi beliau. Beliau bersabda:
" لَعَلَّ رَجُلًا يَقُولُ: مَا
يَفْعَلُ بِأَهْلِهِ، وَلَعَلَّ امْرَأَةً تُخْبِرُ بِمَا فَعَلَتْ مَعَ زَوْجِهَا
فَأَرَمَّ الْقَوْمُ " فَقُلْتُ: إِي وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنَّهُنَّ لَيَقُلْنَ وَإِنَّهُمْ لَيَفْعَلُونَ قَالَ: «فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا
مِثْلُ ذَلِكَ الشَّيْطَانُ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ فَغَشِيَهَا
وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ» [مسند أحمد: صحيح]
“Mungkin
salah seorang laki-laki menceritakan apa yang dilakukannya dengan istrinya, dan
mungkin seorang wanita menceritakan apa yang dilakukan bersama suaminya."
Orang-orang pun terdiam, aku (Asma) lalu berkata, "Wahai Rasulullah, demi
Allah, wanita-wanita itu membicarakannya dan para laki-laki itu juga telah
menceritakannya." kemudian beliau bersabda "Janganlah kalian lakukan,
sesungguhnya hal itu seperti perbuatan setan laki laki yang bertemu dengan
setan perempuan di jalan, kemudian mereka melakukan jimak sementara orang-orang
melihatnya." [Musnad Ahmad: Shahih]
22. Bercerita
tentang seorang wanita kepada suaminya.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«لاَ
تُبَاشِرُ المَرْأَةُ المَرْأَةَ، فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ
إِلَيْهَا» [صحيح
البخاري]
"Janganlah
seorang istri menceritakan sifat-sifat wanita lain pada suaminya sehingga ia
seolah-olah melihatnya." [Shahih Muslim]
23. Bosan
dengan pengayoman suaminya dan ingin menyainginya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ
أَمْوَالِهِمْ} [النساء: 34]
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisaa': 34]
{وَلَهُنَّ
مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [البقرة: 228]
Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Al-Baqarah: 228]
24. Berbaur
dengan laki-laki dan menampakkan perhiasannya.
Dari 'Uqbah
bin 'Amir radhiallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ»
"Janganlah kalian memasuki (tempat yang di
dalamnya ada) wanita (yang bukan muhrim)".
Seorang laki-laki dari kaum Anshar
bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana dengan kerabat laki-laki dari suami?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«الحَمْوُ المَوْتُ»
"Kerabat
laki-laki suami adalah (penyebab) kebinasaan (jika terjadi ikhtilath)"
[Sahih Bukhari]
Lihat: Hukum Ikhtilath
25. Kurang
mengenang kebaikan suami setelah wafatnya.
Ummu
Salamah bahwa ia berkata, saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156]، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي
خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا "، قَالَتْ: فَلَمَّا
مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ، قُلْتُ: أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ؟
أَوَّلُ بَيْتٍ هَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، ثُمَّ إِنِّي قُلْتُهَا،
فَأَخْلَفَ اللهُ لِي رَسُولَ اللهِ ﷺ [صحيح مسلم]
"Tidaklah
seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan
oleh Allah, 'INAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI RAAJI'UUN ALLAHUMMA`JURNII FII
MUSHIIBATI WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Sesungguhnya kami adalah milik Allah
dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah
ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).' melainkan Allah
menukar baginya dengan yang lebih baik." Ummu Salamah berkata, Ketika Abu
Salamah telah meninggal, saya bertanya, "Orang muslim manakan yang lebih
baik daripada Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah
kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian akupun mengucapkan doa tersebut.
Maka Allah pun menggantikannya bagiku Rasulullah ﷺ." [Shahih Muslim]
26. Kurang bertakwa kepada Allah setelah berpisah (cerai)
dengan suaminya.
Wallahu a’lam!
Referensi
كتاب من أخطاء الزوجات تألف: محمد إبراهيم
الحمد –رحمه الله تعالى-
Lihat juga: Rapor merah suami - Sifat istri shalihah - Hak-hak istri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...