بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara
ciri dan tanda ahli bid’ah:
Pertama: Suka berpecah dan berkelompok.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ
مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل
عمران: 105]
Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat.
[Ali 'Imran:105]
{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ
ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام: 159]
Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan (amat
fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu
kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah,
Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. [Al-An'am:159]
Ø
Dari Mu'awiyah bin Abi
Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ
الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ،
وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ» [سنن أبي داود:
حسنه الألباني]
“Ketahuilah sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah berpecah menjadi tujuhpuluh
dua umat, dan sesungguhnya umat ini (Islam) akan terpecah menjadi tujuhpuluh
tiga: tujuhpuluh dua masuk neraka, dan satu masuk surga, yaitu "al-jama'ah".”
[Sunan Abu Daud: Hasan]
Makna "al-jama'ah" dalam
hadits di atas adalah kelompok yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah dan
tuntunan para sahabatnya, sebagaimana dijelaskan pada hadits yang diriwayatkan
oleh Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ
عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ
مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»
"Sesungguhnya Bani Israil
terlah terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu
golongan".
Sahabat bertanya: Siapa mereka itu Ya
Rasulullah? Rasulullah ﷺ menjawab:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Mereka yang mengikuti
sunnahku dan sunnah para sahabatku.” [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah
Kedua: Mengikuti hawa nafsu dalam
memahami dalil.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ
عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ
غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية:
23]
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah: 23]
{أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ
عَلَيْهِ وَكِيلًا (43) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ
يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا} [الفرقان:
43 - 44]
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami (berakal)? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
[Al-Furqaan: 43 - 44]
Ø Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata;
Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:
" ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ، ... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ،
وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ " [صحيح الترغيب: حسن لغيره]
"Tiga yang membinasakan: ...
sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang
terhadap dirinya". [Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]
Ketiga: Mengikuti dalil-dalil yang samar
dan meninggalkan dalil yang jelas.
Aisyah radhiallahu'anha berkata; Rasulullah
ﷺ membaca ayat ini:
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الكِتَابَ، مِنْهُ آيَاتٌ
مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الكِتَابِ، وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ
فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ
الفِتْنَةِ، وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ، وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا
اللَّهُ، وَالرَّاسِخُونَ فِي العِلْمِ يَقُولُونَ: آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الأَلْبَابِ}
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab
(Al-Qur'an) kepada kamu. Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (jelas
maksudnya), itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat (mengandung beberapa pengertian). Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat darinya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata; Kami beriman kepada Al-Qur'an seluruhnya dari
Rabb kami. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang memiliki akal pikiran. [Ali 'Imran: 7]
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
«فَإِذَا رَأَيْتِ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ
فَأُولَئِكِ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Apabila kalian melihat
orang-orang yang mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat, maka
mereka itulah adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah, Maka Waspadalah
kalian terhadap mereka!" [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Salah kaprah seputar moderasi Islam
Keempat: Mempertentangkan antara Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ
اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا} [النساء: 82]
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [An-Nisaa':82]
Ø
'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash radhiyallahu 'anhum berkata: Aku bersama saudaraku duduk dalam
sebuah majelis yang aku tidak berharap mendapatkan unta merah (sebagai
bandingannya), aku dan saudaraku datang ketika beberapa seorang sahabat
Rasulullah ﷺ duduk di salah satu
sisi pintu. Maka aku dan saudaraku tidak ingin memisahkan mereka, maka kamipun
duduk sendiri-sendiri dipojokan. Disaat mereka menyebutkan salah satu ayat dari
Al Quran, mereka saling membantah dan berselisih hingga suara mereka
bergerumuh, lalu datanglah Rasulullah ﷺ dalam keadaan marah sampai wajahnya terlihat merah sambil melempari
mereka dengan tanah, lalu Beliau bersabda:
«مَهْلًا يَا قَوْمِ، بِهَذَا أُهْلِكَتِ
الْأُمَمُ مِنْ قَبْلِكُمْ، بِاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، وَضَرْبِهِمُ
الْكُتُبَ بَعْضَهَا بِبَعْضٍ، إِنَّ الْقُرْآنَ لَمْ يَنْزِلْ يُكَذِّبُ بَعْضُهُ
بَعْضًا، بَلْ يُصَدِّقُ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَمَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ، فَاعْمَلُوا
بِهِ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ، فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ» [مسند
أحمد: صحيح]
"Tenanglah kalian, beginilah umat-umat sebelum kalian binasa karena
berpecah belah dan berselisih dengan para Nabi mereka dan pertentangan mereka
terhadap kitab-kitab suci mereka antara satu dengan yang lainnya. Sesungguhnya
Al-Quran tidaklah turun untuk mendustakan satu sama lain, melainkan untuk
membenarkan satu dengan yang lainnya, maka apapun yang kalian ketahui darinya
(Al-Quran), amalkanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui, serahkanlah
(tanyakanlah) pada yang mengetahuinya. [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø Dari Abu Rafi' radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ
الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا
نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ» [سنن أبي
داود: صحيح]
"Sungguh, akan ada salah seorang dari kalian duduk di atas kursi
santainya, lalu datang kepadanya perkara yang aku perintahkan atau aku larang
kemudian ia berkata, "Aku tidak tahu! Apa yang kami dapatkan dalam
kitabullah selalu kami ikuti." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
Imam Al-Barbahariy rahimahullah
berkata:
"وإذا
سمعتَ الرجلَ يطعنُ على الآثار أو يردّ الآثار أو يريدُ غيرَ الآثار فاتّهِمْهُ
على الإسلام، ولا تشكُّ أنه صاحبُ هَوَى مُبْتَدِع" [شرح السنة للبربهاري]
“Dan
jika enkau mendengar seseorang mencela atsar (hadits) atau menolak atsar atau
menginginkan selain atsar maka curigailah keislamannya, dan jangan engkau ragu
kalau ia seorang pengikut hawa nafsu ahli bid’ah”. [Syarhussunah karya
Al-Barbahariy]
Lihat: Metode memahami hadits antara tekstual dan kontekstual
Kelima: Membenci ahli hadits dan atsar.
Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا
ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَف» [صحيح البخاري ومسلم]
"Ruh/jiwa itu memiliki tabiat yang bermacam-macam, jika bertemu dengan
tabiat yang sama maka akan saling mencintai, dan jika bertemu dengan tabiat
yang berbeda maka akan saling bermusuhan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ahmad bin Sinan
Al-Qathan (w.259H) rahimahullah
berkata:
" لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدع إِلا وَهُوَ يُبْغِضُ أهْلَ
الحَدِيْثِ، فَإِذَا ابتدَعَ الرَّجُلُ نُزِعَتْ حَلَاوَةُ الحَدِيْثِ مِنْ قَلْبِهِ
" [الحجة في بيان المحجة]
"Tidak ada di dunia ini seorang ahli bid'ah kecuali ia membenci ahli
hadits, jika seseorang melakukan bid'ah maka akan tercabut kenikmatan hadits
dari hatinya". [Al-Hujjah fi bayanil mahajjah]
Ø Abu Zur'ah Ar-Raziy (w.264H) -rahimahullah- berkata:
«إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَنْتَقِصُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ زِنْدِيقٌ؛
وَذَلِكَ أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ عِنْدَنَا حَقٌّ،
وَالْقُرْآنَ حَقٌّ، وَإِنَّمَا أَدَّى إِلَيْنَا هَذَا الْقُرْآنَ وَالسُّنَنَ
أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ، وَإِنَّمَا
يُرِيدُونَ أَنْ يُجَرِّحُوا شُهُودَنَا لِيُبْطِلُوا الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ،
وَالْجَرْحُ بِهِمْ أَوْلَى وَهُمْ زَنَادِقَةٌ» [الكفاية في علم الرواية
للخطيب البغدادي]
"Jika engkau melihat seseorang merendahkan salah satu dari sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ketahuilah bahwasanya dia
itu seorang zindiq. Itu dikarenakan bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam di sisi kita adalah kebenaran, dan Al-Qur'an adalah
kebenaran, dan yang menyampaikan kepada kita Al-Qur'an dan Sunnah-sunnah
tersebut adalah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan
mereka sebenarnya hanya ingin mencela saksi-saksi kita untuk menolak Al-Qur'an
dan Sunnah, dan mencela mereka lebih utama karena mereka adalah zindiq (lebih
buruk dari munafiq)". [Al-Kifayah karya Al-Khathib]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman
Keenam: Menggelari ahli Sunnah dengan gelar
yang buruk.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ} [الحجرات:
11]
Dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. [Al-Hujuraat:11]
Ø Abu Hatim Ar-Raziy (w.195) rahimahullah berkata:
" وَعَلَامَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ الْوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ
الْأَثَرِ، وَعَلَامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ
حَشْوِيَّةً يُرِيدُونَ إِبْطَالَ الْآثَارِ. وَعَلَامَةُ الْجَهْمِيَّةِ
تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً، وَعَلَامَةُ الْقَدَرِيَّةِ
تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ الْأَثَرِ مُجَبِّرَةً، وَعَلَامَةُ الْمُرْجِئَةِ
تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُخَالِفَةً وَنُقْصَانِيَّةً، وَعَلَامَةُ
الرَّافِضَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ نَاصِبَةً " [شرح
أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة]
"Tanda
ahli bid'ah adalah mencela ahli hadits, dan tanda orang munafiq adalah menamai
ahlissunah sebagai hasywiyah (serampangan), mereka ingin menolak hadits, dan
tanda jahmiyah adalah menamai ahlissunah dengan musyabbihah (yang
menyerupakan), dan tanda qadariyah menamai ahli hadits sebagai mujabbirah, dan
tanda murjiah adalah menamai ahlissunah mukhalifah (menyelisihi) dan
nuqshaniyah (kurang), dan tanda sy'ah rafidha adalah menamai ahlissunah sebagai
nashibah (pembenci ahli bait)". [Syarh Ushul I'tiqad ahlissunah wal
jama'ah]
Lihat: Hadits Abu Sa’id; Pesan seluruh tubuh kepada lidah
Ketujuh: Tidak mau mengikuti manhaj salaf
dalam beragama.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]
Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]
Yang
dimaksud orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah sahabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 137]
Maka
jika mereka beriman seperti apa yang kamu (Rasulullah dan sahabatnya) telah
beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka
berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka
Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.
[Al-Baqarah:137]
Ø
Imam Ahmad (w.241H) rahimahullah
berkata:
"أُصُولُ
السُّنَّةِ عِنْدَنَا التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " [الفتاوى الكبرى لابن تيمية]
“Pokok
sunnah menurut kami adalah berpegang teguh pada apa yang datang dari sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. [Al-Fatawa Al-Kubra karya Ibnu
Taimiyah]
Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah
Kedelapan: Mengkafirkan orang yang
menyelisihinya tanpa dalil.
Dari Ibnu Umar radiallahu 'anhuma,
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
«إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ
فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»
"Jika seseorang mengkafirkan saudaranya maka
pengkafiran tersebut akan mengenai salah satu dari keduannya". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak
radiallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ
كَقَتْلِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan
kekafiran, maka dia seperti membunuhnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Syekh Islam Ibnu Taimiyah (w.728H) rahimahullah
berkata:
"الْخَوَارِجُ
تُكَفِّرُ أَهْلَ الْجَمَاعَةِ، وَكَذَلِكَ أَكْثَرُ الْمُعْتَزِلَةِ يُكَفِّرُونَ
مَنْ خَالَفَهُمْ وَكَذَلِكَ أَكْثَرُ الرَّافِضَةِ وَمَنْ لَمْ يُكَفِّرْ فُسِّقَ"
[منهاج السنة النبوية]
“Khawarij
mengkafirkan Ahli sunnah, demikian pula kebanyakan dari Mu’tazilah mengkafirkan
orang yang menyelisihi mereka, demikian pula mayoritas Syi’ah Rafidhah, dan
siapa yang tidak mengkafirkan maka ia dihukumi fasik”. [Minhaj As-Sunnah
An-Nabawiyah]
Wallahu a’lam!
Referensi:
المختصر الحثيث في بيان أصول منهج السلف
أصحاب الحديث، تأليف: عيسى مال الله فرج
Lihat
juga: Pokok-pokok da’wah salaf - Karakteristik manhaj salaf - Syarah Riyadhushalihin Bab (18): Larangan bid’ah dan perkara baru dalam agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...