Jumat, 19 April 2024

Ciri-ciri ahli bid’ah

بسم الله الرحمن الرحيم

Diantara ciri dan tanda ahli bid’ah:

Pertama: Suka berpecah dan berkelompok.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali 'Imran:105]

{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام: 159]

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan (amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. [Al-An'am:159]

Ø  Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari ahli kitab telah berpecah menjadi tujuhpuluh dua umat, dan sesungguhnya umat ini (Islam) akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga: tujuhpuluh dua masuk neraka, dan satu masuk surga, yaitu "al-jama'ah".” [Sunan Abu Daud: Hasan]

Makna "al-jama'ah" dalam hadits di atas adalah kelompok yang berpegang teguh pada sunnah Rasulullah dan tuntunan para sahabatnya, sebagaimana dijelaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً»

"Sesungguhnya Bani Israil terlah terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan".

Sahabat bertanya: Siapa mereka itu Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab:

«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Mereka yang mengikuti sunnahku dan sunnah para sahabatku.” [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah

Kedua: Mengikuti hawa nafsu dalam memahami dalil.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah: 23]

{أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (43) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا} [الفرقان: 43 - 44]

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami (berakal)? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). [Al-Furqaan: 43 - 44]

Ø  Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:

" ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ، ... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ، وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ " [صحيح الترغيب: حسن لغيره]

"Tiga yang membinasakan: ... sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya". [Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Ketiga: Mengikuti dalil-dalil yang samar dan meninggalkan dalil yang jelas.

Aisyah radhiallahu'anha berkata; Rasulullah membaca ayat ini:

{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الكِتَابَ، مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الكِتَابِ، وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الفِتْنَةِ، وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ، وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ، وَالرَّاسِخُونَ فِي العِلْمِ يَقُولُونَ: آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الأَلْبَابِ}

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (jelas maksudnya), itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat (mengandung beberapa pengertian). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat darinya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata; Kami beriman kepada Al-Qur'an seluruhnya dari Rabb kami. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal pikiran. [Ali 'Imran: 7]

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

«فَإِذَا رَأَيْتِ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكِ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Apabila kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat, maka mereka itulah adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah, Maka Waspadalah kalian terhadap mereka!" [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Salah kaprah seputar moderasi Islam

Keempat: Mempertentangkan antara Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا} [النساء: 82]

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [An-Nisaa':82]

Ø  'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash radhiyallahu 'anhum berkata: Aku bersama saudaraku duduk dalam sebuah majelis yang aku tidak berharap mendapatkan unta merah (sebagai bandingannya), aku dan saudaraku datang ketika beberapa seorang sahabat Rasulullah duduk di salah satu sisi pintu. Maka aku dan saudaraku tidak ingin memisahkan mereka, maka kamipun duduk sendiri-sendiri dipojokan. Disaat mereka menyebutkan salah satu ayat dari Al Quran, mereka saling membantah dan berselisih hingga suara mereka bergerumuh, lalu datanglah Rasulullah dalam keadaan marah sampai wajahnya terlihat merah sambil melempari mereka dengan tanah, lalu Beliau bersabda:

«مَهْلًا يَا قَوْمِ، بِهَذَا أُهْلِكَتِ الْأُمَمُ مِنْ قَبْلِكُمْ، بِاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، وَضَرْبِهِمُ الْكُتُبَ بَعْضَهَا بِبَعْضٍ، إِنَّ الْقُرْآنَ لَمْ يَنْزِلْ يُكَذِّبُ بَعْضُهُ بَعْضًا، بَلْ يُصَدِّقُ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَمَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ، فَاعْمَلُوا بِهِ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ، فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ» [مسند أحمد: صحيح]

"Tenanglah kalian, beginilah umat-umat sebelum kalian binasa karena berpecah belah dan berselisih dengan para Nabi mereka dan pertentangan mereka terhadap kitab-kitab suci mereka antara satu dengan yang lainnya. Sesungguhnya Al-Quran tidaklah turun untuk mendustakan satu sama lain, melainkan untuk membenarkan satu dengan yang lainnya, maka apapun yang kalian ketahui darinya (Al-Quran), amalkanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui, serahkanlah (tanyakanlah) pada yang mengetahuinya. [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Abu Rafi' radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Sungguh, akan ada salah seorang dari kalian duduk di atas kursi santainya, lalu datang kepadanya perkara yang aku perintahkan atau aku larang kemudian ia berkata, "Aku tidak tahu! Apa yang kami dapatkan dalam kitabullah selalu kami ikuti." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Imam Al-Barbahariy rahimahullah berkata:

"وإذا سمعتَ الرجلَ يطعنُ على الآثار أو يردّ الآثار أو يريدُ غيرَ الآثار فاتّهِمْهُ على الإسلام، ولا تشكُّ أنه صاحبُ هَوَى مُبْتَدِع" [شرح السنة للبربهاري]

“Dan jika enkau mendengar seseorang mencela atsar (hadits) atau menolak atsar atau menginginkan selain atsar maka curigailah keislamannya, dan jangan engkau ragu kalau ia seorang pengikut hawa nafsu ahli bid’ah”. [Syarhussunah karya Al-Barbahariy]

Lihat: Metode memahami hadits antara tekstual dan kontekstual

Kelima: Membenci ahli hadits dan atsar.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَف» [صحيح البخاري ومسلم]

"Ruh/jiwa itu memiliki tabiat yang bermacam-macam, jika bertemu dengan tabiat yang sama maka akan saling mencintai, dan jika bertemu dengan tabiat yang berbeda maka akan saling bermusuhan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ahmad bin Sinan Al-Qathan (w.259H) rahimahullah berkata:

" لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدع إِلا وَهُوَ يُبْغِضُ أهْلَ الحَدِيْثِ، فَإِذَا ابتدَعَ الرَّجُلُ نُزِعَتْ حَلَاوَةُ الحَدِيْثِ مِنْ قَلْبِهِ " [الحجة في بيان المحجة]

"Tidak ada di dunia ini seorang ahli bid'ah kecuali ia membenci ahli hadits, jika seseorang melakukan bid'ah maka akan tercabut kenikmatan hadits dari hatinya". [Al-Hujjah fi bayanil mahajjah]

Ø  Abu Zur'ah Ar-Raziy (w.264H) -rahimahullah- berkata:

«إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَنْتَقِصُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ زِنْدِيقٌ؛ وَذَلِكَ أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ عِنْدَنَا حَقٌّ، وَالْقُرْآنَ حَقٌّ، وَإِنَّمَا أَدَّى إِلَيْنَا هَذَا الْقُرْآنَ وَالسُّنَنَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ، وَإِنَّمَا يُرِيدُونَ أَنْ يُجَرِّحُوا شُهُودَنَا لِيُبْطِلُوا الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ، وَالْجَرْحُ بِهِمْ أَوْلَى وَهُمْ زَنَادِقَةٌ» [الكفاية في علم الرواية للخطيب البغدادي]

"Jika engkau melihat seseorang merendahkan salah satu dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ketahuilah bahwasanya dia itu seorang zindiq. Itu dikarenakan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di sisi kita adalah kebenaran, dan Al-Qur'an adalah kebenaran, dan yang menyampaikan kepada kita Al-Qur'an dan Sunnah-sunnah tersebut adalah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan mereka sebenarnya hanya ingin mencela saksi-saksi kita untuk menolak Al-Qur'an dan Sunnah, dan mencela mereka lebih utama karena mereka adalah zindiq (lebih buruk dari munafiq)". [Al-Kifayah karya Al-Khathib]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman

Keenam: Menggelari ahli Sunnah dengan gelar yang buruk.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ} [الحجرات: 11]

Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. [Al-Hujuraat:11]

Ø  Abu Hatim Ar-Raziy (w.195) rahimahullah berkata:

" وَعَلَامَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ الْوَقِيعَةُ فِي أَهْلِ الْأَثَرِ، وَعَلَامَةُ الزَّنَادِقَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ حَشْوِيَّةً يُرِيدُونَ إِبْطَالَ الْآثَارِ. وَعَلَامَةُ الْجَهْمِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُشَبِّهَةً، وَعَلَامَةُ الْقَدَرِيَّةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ الْأَثَرِ مُجَبِّرَةً، وَعَلَامَةُ الْمُرْجِئَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ مُخَالِفَةً وَنُقْصَانِيَّةً، وَعَلَامَةُ الرَّافِضَةِ تَسْمِيَتُهُمْ أَهْلَ السُّنَّةِ نَاصِبَةً " [شرح أصول اعتقاد أهل السنة والجماعة]

"Tanda ahli bid'ah adalah mencela ahli hadits, dan tanda orang munafiq adalah menamai ahlissunah sebagai hasywiyah (serampangan), mereka ingin menolak hadits, dan tanda jahmiyah adalah menamai ahlissunah dengan musyabbihah (yang menyerupakan), dan tanda qadariyah menamai ahli hadits sebagai mujabbirah, dan tanda murjiah adalah menamai ahlissunah mukhalifah (menyelisihi) dan nuqshaniyah (kurang), dan tanda sy'ah rafidha adalah menamai ahlissunah sebagai nashibah (pembenci ahli bait)". [Syarh Ushul I'tiqad ahlissunah wal jama'ah]

Lihat: Hadits Abu Sa’id; Pesan seluruh tubuh kepada lidah

Ketujuh: Tidak mau mengikuti manhaj salaf dalam beragama.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]

Yang dimaksud orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة: 137]

Maka jika mereka beriman seperti apa yang kamu (Rasulullah dan sahabatnya) telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:137]

Ø  Imam Ahmad (w.241H) rahimahullah berkata:

"أُصُولُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " [الفتاوى الكبرى لابن تيمية]

“Pokok sunnah menurut kami adalah berpegang teguh pada apa yang datang dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. [Al-Fatawa Al-Kubra karya Ibnu Taimiyah]

Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

Kedelapan: Mengkafirkan orang yang menyelisihinya tanpa dalil.

Dari Ibnu Umar radiallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»

"Jika seseorang mengkafirkan saudaranya maka pengkafiran tersebut akan mengenai salah satu dari keduannya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak radiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Syekh Islam Ibnu Taimiyah (w.728H) rahimahullah berkata:

"الْخَوَارِجُ تُكَفِّرُ أَهْلَ الْجَمَاعَةِ، وَكَذَلِكَ أَكْثَرُ الْمُعْتَزِلَةِ يُكَفِّرُونَ مَنْ خَالَفَهُمْ وَكَذَلِكَ أَكْثَرُ الرَّافِضَةِ وَمَنْ لَمْ يُكَفِّرْ فُسِّقَ" [منهاج السنة النبوية]

“Khawarij mengkafirkan Ahli sunnah, demikian pula kebanyakan dari Mu’tazilah mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka, demikian pula mayoritas Syi’ah Rafidhah, dan siapa yang tidak mengkafirkan maka ia dihukumi fasik”. [Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah]

Lihat: Kitab Iman bab 22; Perbuatan maksiat merupakan kebiasaan Jahiliyah, tidak dikafirkan pelakunya kecuali perbuatan syirik

Wallahu a’lam!

Referensi:

المختصر الحثيث في بيان أصول منهج السلف أصحاب الحديث، تأليف: عيسى مال الله فرج

Lihat juga: Pokok-pokok da’wah salaf - Karakteristik manhaj salaf - Syarah Riyadhushalihin Bab (18): Larangan bid’ah dan perkara baru dalam agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...