Selasa, 18 Juni 2024

Ke mana matahari pergi?

بسم الله الرحمن الرحيم

Suatu hari, syekh Musthafa Al-‘Adawiy hafidzahullah menyampaikan suatu hadits dalam sebuah kajian tafsir di Mesjid At-Tauhiid Mansourah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim -rahimahumallah- dalam kitab Sahihnya dari Abi Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abi Dzar ketika matahari tenggelam:

«أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ؟»

“Apakah engkau tahu ke mana perginya matahari?”

Abu Dzar menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!"

Beliau bersabda:

" فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ} [يس: 38] "

“Sesungguhnya ia pergi sampai ia sujud di bawah ‘Arsy, kemudian ia meminta izin (untuk terbit) maka ia diberi izin, dan sudah dekat waktunya ia sujud namun tidak diterima sujudnya, dan ia meminta izin namun tidak diberi izin, dikatakan kepadanya: Kembalilah dari arah engkau datang. Maka ia pun terbit dari tempat tenggelamnya (barat). Maka demikianlah firman Allah ta’aalaa: {Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui}". [Yaasiin:38]”

Tiba-tiba seorang pemuda yang hadir menyahut: “Bukankah matahari tidak bergerak, sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan saat ini?”

Syekh Musthafa hafidzahullah menjawab: “Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama kita benarkan dari pada pernyataan ilmu pengetahuan moderen!”

Setelah pengajian dan kembali ke rumah, saya berusaha mencari jawaban yang lebih lengkap untuk syubhat ini, saya cari dalam beberapa buku syarah haidts dan juga bertanya kepada beberapa kawan orang Mesir.

Dan saya punya kisah unik dengan hadits ini.

Waktu masuk ujian lisan tamhidi tahun dua progarm s2 di Al-Azhar mata kuliah Syubhat hadits (sekitar tahun 2007-2008), saya tidak tahu kalau pengujinya adalah Prof. DR. Abdul Muhdi bin Abdil Hadi bersama Prof. DR.  Sa’ad Al-Jawesy –rahimahumallah-. Dan ternyata Prof. DR. Abdul Muhdiy punya kitab tentang syubhat hadits yang belum pernah saya baca sedangkan semua peserta ujian sudah pernah membaca buku tersebut dan sedang membacanya untuk persiapan ujian.

Saya jadi khawatir kalau pertanyaan akan muncul dari kitab tersebut, tapi saya sudah tawakkal dan memberanikan masuk paling awal dari perseta lainnya.

Dugaan saya ternyata benar, Prof. DR. Abdul Muhdi memberikan pertanyaan dari buku karangan beliau.

Untungnya petanyaan pertama yang beliau ajukan adalah syubhat tentang hadits “lalat jika jatuh dalam minuman”. Dan Alhamdulillah saya bisa menjawab, karena hadits ini masyhur dan pernah dibahas waktu kuiah di program s1.

Tapi ternyata DR. Abdul Muhdi punya jawaban lain selain yang saya jawab.

Saya mulai khawatir, untuk pertanyaan berikutnya.

Maka sebelum beliau memberikan pertanyaan berikutnya, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau. Saya tanyakan tentang syubhat hadits “perputaran matahari” ini, dan alhamdulillah kedua Doktor penguji mau memberikan jawaban.

Kemudian saya mengatakan kepada mereka, bahwa saya punya jawaban lain dan saya pun menjelaskan kepada mereka sebagaimana yang telah saya pelajari sebelumnya.

Setelah itu kami berbincan-bincang tentang perkembangan pemikirian liberal yang ada di Indonesia. Dan Alhamdulillah saya lulus ujian lisan tahun tersebut dan berhak melanjutkan tahap berikutnya yaitu penulisan tesis.

Diantara jawaban yang disebutkan oleh ulama tentang syubhat hadits ini:

1.      Hadits ini adalah masalah gaib yang wajib diimani, akal manusia tidak akan mampu menjangkau seluruh rahasia alam yang diciptakan oleh Allah ‘azza wajalla walau dengan teknologi manusian secanggih apa pun.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]

2.      Matahari bergerak dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan pandangan manusia, walaupun secara hakikatnya tidak demikian sebagaimana kita mengatakan bahwa “matahari terbit dan terbenam”.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ} [الأنعام: 78]

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. [Al-An’am:78]

{أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ} [الإسراء: 78]

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. [Al-Israa’:78]

{وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ} [الكهف: 17]

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. [Al-Kahfi:17]

{حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ} [الكهف: 86]

Hingga ketika dia telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam. [Al-Kahf: 86]

{حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَى قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا} [الكهف: 90]

Hingga ketika dia sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur) didapatinya (matahari) bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya matahari) itu. [Al-Kahf: 90]

{وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا} [طه: 130] [ق: 39]

Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam. [Thaha: 130]

{قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ} [البقرة: 258]

Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat". [Al-Baqarah:258]

Matahari sujud, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ} [الحج: 18]

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia. [Al-Hajj:18]

{إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ} [يوسف: 4]

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." [Yusuf: 4]

3.      Teori matahari tidak bergerak hanya sebatas teori yang tidak pasti, sebagaimana ilmu-ilmu alam lainnya.

Betapa banyak teori ilmiyah yang ditemukan kemarin dan sekarang sudah dibantah dengan teori lain yang bertentangan. Maka tidak mustahil jika matahari bergerak secara hakiki sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa matahari dan bulan beredar. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى} [الرعد: 2] [لقمان: 29] [فاطر: 13] [الزمر: 5]

Dan (Allah) menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar (berjalan) hingga waktu yang ditentukan. [Ar-Ra’ad: 2]

{وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ} [إبراهيم: 33]

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya). [Ibrahim: 33]

{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [الأنبياء: 33]

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. [Al-Anbiyaa’:33]

{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [يس: 40]

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. [Yaasiin: 40]

{الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ} [الرحمن: 5]

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. [Ar-Rahman: 5]

4.      Kebenaran Al-Qur’an dan hadits shahih adalah mutlak, sedangkan teori ilmiyah tidak demikian.

Maka tidak pantas kita menolak apa yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan hadits shahih dengan dalil penemuan ilmiyah. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ} [البقرة: 2]

Kitab (Al-Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. [Al-Baqarah:2]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kisah, Semua malaikat berdo'a kecuali Jibril - Ancaman bagi orang yang mencela “Sunnah” - “Simpan sampah dalam rumah mencegah rezki?!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...