Sabtu, 21 Desember 2024

Kitab I’tisham, bab (06): Dosa orang yang melindungi ahli bid’ah

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

"بَابُ إِثْمِ مَنْ آوَى مُحْدِثًا"

“Bab: Dosa orang yang melindungi ahli bid’ah”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahaya bid’ah, karena jika yang melindunginya berhak mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia, lalu bagaimana dengan yang membuatnya dan menyebarkannya? Sebagaimana diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib secara mu’allaq (sanad terputus) dan Anas bin Malik dengan sanad lengkap (muttashil) radhiyallahu ‘anhuma.

A.    Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

"رَوَاهُ عَلِيٌّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ"

“Diriwayatkan oleh Ali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Nb: Hadits ini diriwayatkan oleh imam Bukhari dengan sanad dan matan yang utuh pada bab sebelumnya (bab 05), tapi tidak menyebutkan lafadz yang disebutkan pada judul bab di atas.

Yazid bin Syarik At-Taimiy rahimahullah mengatakan:

خَطَبَنَا عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَلَى مِنْبَرٍ مِنْ آجُرٍّ وَعَلَيْهِ سَيْفٌ فِيهِ صَحِيفَةٌ مُعَلَّقَةٌ، فَقَالَ: وَاللَّهِ مَا عِنْدَنَا مِنْ كِتَابٍ يُقْرَأُ إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ، وَمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ فَنَشَرَهَا، فَإِذَا فِيهَا أَسْنَانُ الإِبِلِ، وَإِذَا فِيهَا: «المَدِينَةُ حَرَمٌ مِنْ عَيْرٍ إِلَى كَذَا، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلًا»

"Ali radhiallahu'anhu berpidato kepada kami di atas mimbar dari batu bata yang dipanggang yang di atasnya tergeletak pedang berisikan lembaran catatan yang menggantung. Lantas Ali berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai kitab suci yang dibaca selain kitabullah dan apa yang terdapat dalam lembaran catatan ini." Lantas Ali membukanya, ternyata isinya penjelasan tentang umur unta (dalam perkara diat) dan ternyata isinya ada pernyataan, "Kota Madinah adalah haram semenjak 'Air (gunung di Madinah) hingga sini, maka barang siapa melakukan keonaran (pelanggaran syari’at/bid’ah) di sana, maka baginya laknat Allah, laknat malaikat dan manusia secara keseluruhan, Allah tidak menerima amalannya, baik yang wajib maupun yang sunnah”. [Shahih Bukhari]

Adapun lafadz judul bab diriwayatkan dalam beberapa kitab dalam shahih Bukhari, diantaranya kitab “Al-Faraidh” bab Dosa orang yang berlepas diri dari maula-nya;

قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَا عِنْدَنَا كِتَابٌ نَقْرَؤُهُ إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ غَيْرَ هَذِهِ الصَّحِيفَةِ، قَالَ: فَأَخْرَجَهَا، فَإِذَا فِيهَا أَشْيَاءُ مِنَ الجِرَاحَاتِ وَأَسْنَانِ الإِبِلِ، قَالَ: وَفِيهَا: «المَدِينَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عَيْرٍ إِلَى ثَوْرٍ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ. وَمَنْ وَالَى قَوْمًا بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيهِ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ. وَذِمَّةُ المُسْلِمِينَ وَاحِدَةٌ، يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ، فَمَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ القِيَامَةِ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ» [صحيح البخاري]

Ali radhiallahu'anhu menuturkan, 'Kami tidak mempunyai kitab yang kami baca kecuali kitabullah dan lembaran ini.' ayah At Taimi menerangkan; kemudian Ali mengeluarkannya, yang isinya adalah beberapa benda dari batuan dan gigi unta, yang tertulis, "Kota Madinah adalah haram (suci), yakni daerah antara 'Air dan Tsaur. Maka barang siapa yang berbuat kejahatan di dalamnya, atau berniat hendak melakukan kejahatan di dalamnya, niscaya laknat Allah, para malaikat dan laknat seluruh manusia akan tertimpa kepadanya. Allah tidak akan menerima darinya pada hari kiamat amalan wajib atau pun amalan sunnahnya. Dan barang siapa yang berwali kepada tanpa izin walinya, maka laknat Allah, para malaikat dan laknat seluruh manusia akan tertimpa kepadanya, tidak akan diterima darinya pada hari kiamat amalan wajib atau pun amalan sunnahnya. Dzimmah kaum muslimin adalah satu, yang mana dzimmah tersebut berlaku bagi orang yang paling rendah diantara mereka. Barang siapa merusak janji seorang muslim, maka laknat Allah, para malaikat dan laknat seluruh manusia akan tertimpa kepadanya, tidak akan diterima darinya pada hari kiamat amalan wajib atau pun amalan sunnahnya. [Shahih Bukhari]

B.     Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7306 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ [التَّبُوْذَكِيُّ]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد العبدي]، حَدَّثَنَا عَاصِمٌ [الأحول]، قَالَ: قُلْتُ لِأَنَسٍ: أَحَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ المَدِينَةَ؟ قَالَ: «نَعَمْ، مَا بَيْنَ كَذَا إِلَى كَذَا، لاَ يُقْطَعُ شَجَرُهَا، مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»، قَالَ عَاصِمٌ: فَأَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ: «أَوْ آوَى مُحْدِثًا»

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail [At-Tabudzakiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid [bin Ziyad Al-‘Abdiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Ashim [bin Sulaiman Al-Ahwal], ia berkata, Aku bertanya kepada Anas, "Apakah Rasulullah telah mengharamkan kota Madinah?" Ia menjawab, "Benar, yaitu antara wilayah ini hingga itu, demikian pula tidak dibenarkan pohonnya ditebang, barang siapa mengada-adakan pelanggaran syari'at/bid'ah di sana, maka baginya laknat Allah, malaikat dan semua manusia." 'Ashim berkata, "Musa bin Anas mengabarkan kepadaku, bahwa beliau mengatakan, "Atau melindungi orang yang berbuat maksiat/bid'ah."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keistimewaan kota Madinah.

Lihat: Keistimewaan kota Madinah

3.      Boleh memotong tanaman dalam kota Madinah jika dibutuhkan, seperti rumput untuk makanan ternak.

Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda tentang kota Madinah:

«لَا يَصْلُحُ أَنْ يُقْطَعَ مِنْهَا شَجَرَةٌ إِلَّا أَنْ يَعْلِفَ رَجُلٌ بَعِيرَهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Tidak selayaknya ada sebuah pohon yang ditebang keculai seseorang yang hendak memberi makan untanya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ حَرَّمَ مَا بَيْنَ حَرَّتَيْ الْمَدِينَةِ، لَا يُقْطَعُ مِنْهَا شَجَرَةٌ، إِلَّا أَنْ يَعْلِفَ الرَّجُلُ بَعِيرَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

“Rasulullah mengharamkan sisi-sisi Madinah, maka tidak boleh memotong sepohon pun darinya, kecuali orang yang hendak memberi makan untanya". [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Begitu pula tanaman yang ditanam oleh manusia, boleh mereka memotongnya untuk dimanfaatkan.

Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

"وَأَمَّا مَا غَرَسَ النَّاسُ أَوْ زَرَعُوهُ فَهُوَ لَهُمْ" [مجموع الفتاوى (26/ 117)]

“Dan adapun tanaman yang ditanam oleh manusia, maka mereka boleh memanfaatkannya untuk mereka”. [Majmu’ Al-Fatawa 26/117]

4.      Laknat untuk orang yang membela perkara bid’ah dan melindungi pelakunya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«الْمَدِينَةُ حَرَمٌ، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يُقْبَلُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَدْلٌ، وَلَا صَرْفٌ» [صحيح مسلم]

"Medinah adalah haram (kota suci), maka barangsiapa yang membuat urusan bid'ah di dalamnya atau membela pelaku bid'ah maka ia berhak mendapat laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia, tidak diterima darinya tebusan dan taubat (ibadah wajib dan sunnahnya)". [Shahih Muslim]

Ø  Al-Khatbabiy (w.388H) rahimahullah berkata:

قوله "مَن آوَى محدثا"، فإنه يروى على وجهين: مُحْدِثًا مكسورة الدالّ وهو صاحب الحدَث وجانِيه، ومُحْدَثًا مفتوحة الدالّ وهو الأمر المحدَث والعمل المبتدَع الذي لم تجْرِ به سنة ولم يتقدَّم به عمل. [معالم السنن (2/ 223)]

“Ucapan Nabi (من آوى محدثا)  kata ”محدث” diriwayatkan dengan dua bentuk Muhdits dengan huruf dal dikasrah yaitu pembuat bid’ah dan pelakunya, dan Muhdats dengan huruf dal difathah yaitu perkara bid’ah dan amalan pelaku bid’ah yang tidak ada tuntunannya dari sunnah dan tidak ada yang perna mengamalkannya”. [Ma’alim As-Sunan 2/223]

Ø  Ibnu Baththal (w.449H) rahimahullah berkata:

"دلّ الحديثُ على أنه مَن آوى أهل المعاصى والبدع أنه شريكٌ في الأثم، وليس يدلّ الحديثُ على أنّ مَن أحدث حدثًا أو آوى محدثًا فى غير المدينة أنه غيرُ متوعّد ولا ملوم على ذلك؛ لتقدم العلم بأنّ مَن رَضِيَ فعلَ قومٍ وعملَهم أنه منهم، وإنْ كان بَعيدًا عنهم". [شرح صحيح البخارى لابن بطال (10/ 350)]

“Hadits ini menunjukkan bahwa siapa yang membela dan melindungi ahli masiat dan bid’ah maka ia ikut berdosa, dan hadits ini tidak menunjukkan bahwa orang yang membuat bi’dah atau membelanya di selain kota Madina maka ia tidak diancam dan tidak disalahkan dengan hal itu; karena sudah diketahui bahwa orang yang ridha dengan perbuatan suatu kaum maka ia termasuk dari mereka sekalipun ia berada jauh dari mereka”. [Syarh shahih Bukhari karya Ibnu Bathal]

5.      Bahaya bid’ah dalam urusan agama.

Diantaranya:

a.       Mendapatkan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah).

b.      Tidak diterima amal ibadahnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 103، 104]

Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. [Al-Kahfi: 103-104]

Ø  Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami (ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain:

«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak". [Shahih Muslim]

Lihat sengkapanya di sini: Bahaya bid'ah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (05): Dibencinya berlebih-lebihan dan berselisih dalam memahami ilmu, memaksakan dalam beragama, dan berbuat bid’ah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...