بسم الله الرحمن الرحيم
Hudzaifah
bin Al-Yaman radhiyallahu
'anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَنِ الخَيْرِ،
وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ
بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»
قُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ
دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي،
تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ» قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟
قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا
قَذَفُوهُ فِيهَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ: «هُمْ
مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي
إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ،
قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ «فَاعْتَزِلْ
تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى
يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Orang-orang
bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang perkara-perkara kebaikan sedangkan aku bertanya kepada
beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. Aku bertanya;
"Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan
lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini
akan datang keburukan?". Beliau menjawab: "Ya". Aku bertanya
lagi; "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?".
Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada "dakhan"
(kotorannya)". Aku bertanya lagi; "Apa kotorannya itu?". Beliau
menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu
mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari (amalannya ada yang baik dan ada yang
buruk)". Aku kembali bertanya; "Apakah setelah kebaikan (yang ada
kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?". Beliau menjawab: "Ya,
yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan
mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya". Aku kembali bertanya;
"Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada
kami?". Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kalian dan
berbicara dengan bahasa kalian". Aku katakan; "Apa yang baginda
perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?". Beliau
menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul miuslimin dan
pemimpin mereka". Aku kembali berkata; "Jika saat itu tidak ada
jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?". Beliau menjawab:
"Kamu tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus
memakan akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam
keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ:
كَيْفَ؟ قَالَ: «يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا
يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ
الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ
اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ
ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»
"Apakah
setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau menjawab:
"Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" Beliau menjawab:
"Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku
dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki
yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia." Hudzaifah
berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku apa yang
anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan patuhilah
kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu, dengar dan
patuhilah dia." [Shahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
يَا رَسُولَ
اللهِ، هَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ كَمَا كَانَ قَبْلَهُ شَرٌّ؟ قَالَ:
" يَا حُذَيْفَةُ، اقْرَأْ كِتَابَ اللهِ وَاعْمَلْ بِمَا فِيهِ "،
فَأَعْرَضَ عَنِّي، فَأَعَدْتُ عَلَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَعَلِمْتُ أَنَّهُ
إِنْ كَانَ خَيْرًا اتَّبَعْتُهُ وَإِنْ كَانَ شَرًّا اجْتَنَبْتُهُ، فَقُلْتُ:
هَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟ قَالَ: " نَعَمْ، فِتْنَةٌ
عَمْيَاءُ صَمَّاءُ، وَدُعَاةُ ضَلَالَةٍ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ
أَجَابَهُمْ قَذَفُوهُ فِيهَا " [مسند أحمد: حسن لغيره]
Wahai
Rasulullah! Apakah setelah kebaikan tersebut ada keburukan seperti sebelumnya?
Rasulullah ﷺ bersabda, "Hai Hudzaifah! Bacalah
kitab Allah dan amalkanlah isinya." Lalu beliau berpaling dariku lalu aku
mengulangi sebanyak tiga kali dan aku tahu bila hal itu baik aku pasti
mengikutinya dan bila jelek pasti aku menjauhinya, lalu aku berkata, Apakah
setelah kebaikan tersebut ada keburukan? Rasulullah ﷺ bersabda, "Ya, fitnah buta, bisu dan para penyeru sesat di
atas neraka jahanam, barang siapa yang menerima mereka maka mereka akan
melemparkannya ke neraka jahanam." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Selalu
merasa takut akan terjerumus dalam keburukan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ
عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [يونس: 15]
“Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya
aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". [Yunus: 15]
3. Mempelajari
tentang keburukan untuk dihindari.
Berkata
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu 'anhu:
«كَانَ
أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ
يَسْأَلُونَهُ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ» ، قِيلَ: لِمَ
فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: «مَنْ اتَّقَى الشَّرَّ وَقَعَ فِي الْخَيْرِ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
Para
sahabat Nabi ﷺ bertanya beliau tentang kebaikan, tapi
saya justru bertanya tentang keburukan. Ia ditanya: Kenapa kau melakukannya?
Hudzaifah bin Al Yaman menjawab: Barang siapa menjaga diri dari keburukan, ia
berada dalam kebaikan. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø
Abu Firas Al-Hamdaniy
berkata:
عَرَفتُ الشَرَّ لا لِلشَرّ ... لَكِن لِتَوَقّيهِ
Aku
mengetahui keburukan bukan untuk keburukan … akan tetapi untuk menjauhinya
وَمَن لَم يَعرِفِ الشَرَّ ... مِنَ الخَيرِ يَقَع فيهِ
Dan siapa yang tidak mengetahui keburukan … dari
kebaikan, ia akan terjatuh padanya
4. Kebaikan dan
keburukan silih berganti sebagai ujian.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ
الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ} [آل عمران: 140]
Jika
kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang zalim. [Ali
'Imran: 140]
{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} [الأنبياء:
35]
Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiyaa':35]
5. Keutamaan
berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi ﷺ.
Al-'Irbadh
bin Sariyah radhiyallahu
'anhu berkata:
صَلَّى بِنَا
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ
يَوْمٍ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ
مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟
فَقَالَ «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا
حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا
كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ
الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ،
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ،
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي
داود: صحيح]
Suatu
hari Rasulullah ﷺ
shalat bersama kami, kemudian ia memalingkan wajahnya kepada kami dan
menasehati kami dengan nasehat yang sangat mengena, air mata menetes dan hati
bergetar mendengarnya. Kemudian seseorang bertanya: Ya Rasulullah, sepertinya
ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang engkau wasiatkan kepada kami?
Rasululah ﷺ bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian
untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh dan taat (kepada pemerintah)
sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy, karena sesungguhnya siapa yang
hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia akan menyaksikan perselisihan
yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah
khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah
dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan dengan kuat), dan
jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu
adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud:
Shahih]
Lihat: Kewajiban mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf
6. Pintu neraka
ada tujuh.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ (43) لَهَا سَبْعَةُ
أَبْوَابٍ لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ} [الحجر: 43، 44]
Dan
sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada
mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh
pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari
mereka. [Al-Hijr: 43 - 44]
7. Bahaya da’i
yang mengajak kepada keburukan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ} [البقرة: 11، 12]
Dan
bila dikatakan kepada mereka (orang munafik): "Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Al-Baqarah: 11-12]
Ø
Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي
الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ" [سنن أبي داود: صحيح]
"Dan sesungguhnya yang paling aku takutkan pada umatku adalah
pemimpin-pemimpin yang menyesatkan". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq
8. Sifat da’I
yang mengajak kepada neraka Jahannam.
Diantaranya:
a) Berbicara
tanpa ilmu.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya
Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari seorang hamba, akan tetapi
Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sampai waktunya tidak ada
lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh. Lalu mereka
ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka mereka menjadi sesat
dan menyesatkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu bab 34; Cara dicabutnya ilmu
b) Mengajak
kepada kesyirikan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا
نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ
لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا} [النساء:
51]
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari
Al-Kitab? Mereka beriman (percaya) kepada Jibt dan Thaghut, dan mengatakan
kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman." [An-Nisa': 51]
{قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ
لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا} [الكهف: 21]
“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sungguh kami
akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atas gua mereka." [Al kahfi: 21]
Lihat:
Syarah Kitab Tauhid bab (23); Penjelasan bahwa sebagian umat ini ada yang menyembah berhala
c) Mengajak
untuk melawan penguasa.
Syuraih
bin 'Ubaid Al-Hadhramiy dan yang lainnya berkata;
جَلَدَ
عِيَاضُ بْنُ غَنْمٍ صَاحِبَ دَارَا حِينَ فُتِحَتْ، فَأَغْلَظَ لَهُ هِشَامُ بْنُ
حَكِيمٍ الْقَوْلَ حَتَّى غَضِبَ عِيَاضٌ، ثُمَّ مَكَثَ لَيَالِيَ، فَأَتَاهُ
هِشَامُ بْنُ حَكِيمٍ فَاعْتَذَرَ إِلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ هِشَامٌ لِعِيَاضٍ:
أَلَمْ تَسْمَعِ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ:
«إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا، أَشَدَّهُمْ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا
لِلنَّاسِ»؟ فَقَالَ عِيَاضُ بْنُ غَنْمٍ: يَا هِشَامُ بْنَ حَكِيمٍ، قَدْ
سَمِعْنَا مَا سَمِعْتَ، وَرَأَيْنَا مَا رَأَيْتَ، أَوَلَمْ تَسْمَعْ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ يَقُولُ:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ
عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ
مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ» ، وَإِنَّكَ
يَا هِشَامُ لَأَنْتَ الْجَرِيءُ، إِذْ تَجْتَرِئُ عَلَى سُلْطَانِ اللَّهِ،
فَهَلَّا خَشِيتَ أَنْ يَقْتُلَكَ السُّلْطَانُ، فَتَكُونَ قَتِيلَ سُلْطَانِ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
'Iyadh
bin Ganm -radhiyallahu 'anhu- mencambuk orang Dara ketika ditaklukkan.
Hisyam bin Hakim meninggikan suaranya kepadanya untuk menegur sehingga 'Iyadh
marah. Setelah beberapa hari, Hisyam bin Hakim mendatanginya, memberikan
alasan. Hisyam berkata kepada 'Iyadl, tidakkah kau mendengar Nabi ﷺ bersabda: "Orang yang paling keras
siksaannya adalah orang-orang yang paling keras menyiksa manusia di
dunia?" ‘Iyadh bin Ganm berkata; Wahai Hisyam bin Hakim, kami
pernah mendengar apa yang kau dengar dan kami juga melihat apa yang kau lihat,
namun tidakkah kau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa
yang hendak menasehati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan
dengan terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika
diterima memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". Dan kamu Wahai Hisyam, kamu sungguh orang yang berani,
jika kamu berani kepada penguasa Allah, kenapa kamu tidak takut dibunuh
penguasa dan kau menjadi korban penguasa Allah subhanahu wata'ala? [Musnad
Ahmad: Hasan ligairih]
Ø Imam Al-Barbahariy rahimahullah
berkata:
"إذا رَأيتَ الرَّجلَ يَدعُو عَلى السلطَان فَاعلمْ أنَّه صَاحبُ
هَوَى، وإذا رَأيتَ الرَّجلَ يَدعُو للسلطَان بالصَّلاح فَاعلمْ أنه صَاحِبُ سنّة
إنْ شَاء الله" [شرح السنة للبربهاري]
"Jika engkau melihat seseorang mendo'akan keburukan untuk penguasa maka
ketahuilah bahwa orang itu adalah pengikut hawa nafsu, dan jika engkau melihat
seseorang yang mendo'akan kebaikan untuk penguasa maka ketahuila bahwa orang
itu adalah pengikut sunnah insyaallah". [Syarhussunah karya Al-Barbahariy]
d) Meninggalkan
sunnah Nabi ﷺ dan mengajak kepada bid’ah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا
أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ
صُدُودًا} [النساء: 61]
Apabila
dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah
telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [An-Nisaa': 61]
Ø Dari Abu Rafi' radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ
bersabda:
«لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ
الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا
نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ» [سنن أبي
داود: صحيح]
“Sungguh,
akan ada salah seorang dari kalian duduk di atas kursi santainya, lalu datang
kepadanya perkara yang aku perintahkan atau aku larang kemudian ia berkata,
"Aku tidak tahu! Apa yang kami dapatkan dalam kitabullah selalu kami ikuti."
[Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Imam Al-Barbahariy rahimahullah
berkata:
"وإذا سمعتَ الرجلَ يطعنُ على الآثار أو يردّ الآثار أو يريدُ
غيرَ الآثار فاتّهِمْهُ على الإسلام، ولا تشكُّ أنه صاحبُ هَوَى مُبْتَدِع" [شرح
السنة للبربهاري]
"Dan jika enkau mendengar seseorang mencela atsar (hadits) atau menolak
atsar atau menginginkan selain atsar maka curigailah keislamannya, dan jangan
engkau ragu kalau ia seorang pengikut hawa nafsu ahli bid'ah".
[Syarhussunah karya Al-Barbahariy]
Lihat: Ciri-ciri ahli bid’ah
e) Mengajak
kepada perpecahan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ
وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ
ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [الأنعام: 159]
Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan (amat
fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu
kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah,
Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. [Al-An'am:159]
{وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا
دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ} [الروم:
31، 32]
Dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka. [Ar-Ruum: 31-32]
Ø
Jabir bin Abdillah radiyallahu'anhuma
berkata:
كُنَّا فِي غَزَاةٍ فَكَسَعَ رَجُلٌ مِنَ المُهَاجِرِينَ، رَجُلًا
مِنَ الأَنْصَارِ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: يَا لَلْأَنْصَارِ، وَقَالَ
المُهَاجِرِيُّ: يَا لَلْمُهَاجِرِينَ، فَسَمِعَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
فَقَالَ: «مَا بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَسَعَ
رَجُلٌ مِنَ المُهَاجِرِينَ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ، فَقَالَ: «دَعُوهَا
فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
Saat
kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum Muhajirin memukul
pantat seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu berkata: Wahai kaum
Anshar! Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kamum
Muhajirin! Ketika mendengarnya Rasulullah ﷺ
bertanya: "Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?" Mereka menjawab:
Ya Rasulullah seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum
Anshar. Maka Rasulullah bersabda: “Tinggalkan panggilan seperti itu, karena itu
sangat busuk". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu;
Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ
يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً، فَقُتِلَ، فَقِتْلَةٌ
جَاهِلِيَّةٌ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang berperang di bawah panji buta, marah karena fanatisme,
atau mengajak kepada fanatisme, atau membela fanatisme, kemudian ia mati, maka
ia mati jahiliyah." [Sahih Muslim]
Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan
9. Keutamaan
bersatu dan ta’at kepada penguasa muslim.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ، وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ، مَاتَ
مِيتَةً جَاهِلِيَّةً، ... وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي، يَضْرِبُ بَرَّهَا
وَفَاجِرَهَا، وَلَا يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا، وَلَا يَفِي لِذِي عَهْدٍ
عَهْدَهُ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa
keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan Jamaah kemudian ia mati,
maka matinya seperti mati jahiliah. … Dan barangsiapa keluar memerangi umatku,
kemudian menyerang orang-orang yang baik maupun yang fajir tanpa memperdulikan
orang mukmin, dan tidak pernah mengindahkan janji yang telah dibuatnya, maka
dia tidak termasuk dari golonganku dan saya tidak termasuk dari
golongannya." [Shahih Muslim]
Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah
10. Keutamaan
menjauhi fitnah.
Dari Hudzaifah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا،
فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ
أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ،
عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ
السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ
مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا
أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]
"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan
perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang
dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam.
Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya
bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih
bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan
bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti
cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang
kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih
Muslim]
11. Bersabar
ketika terjadi fitnah.
Dari Ibnu
'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi ﷺ bersabda;
«مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا
فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً
جَاهِلِيَّةً» [صحيح البخاري ومسلم]
"Siapa
yang tidak menyukai kebijakan amir (pemimpinnya) hendaklah bersabar, sebab
siapapun yang keluar dari ketaatan kepada amir sejengkal, ia mati dalam
jahiliyah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Membentengi diri dan keluarga dari berbagai ujian (fitnah)
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hadits Abu Hurairah; 3 yang diridhai dan dibenci Allah - Jujur dalam berda’wah kepada Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...