Minggu, 29 Desember 2024

Pentingnya mendidik anak sejak dini dengan Al-Qur'an

بسم الله الرحمن الرحيم

Kewajiban orang tua mendidik anaknya.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [التحريم: 6]

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim:6]

{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى} [طه: 132]

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaahaa:132]

Ø  Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، ...، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. … Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kewajiban orang tua mendidik anaknya

Keutamaan Al-Qur’an dan pengaruhnya terhadap anak.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا} [الإسراء: 9]

Sesungguhnya Al-Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. [Al-Israa':9]

{كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ} [ص: 29]

Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. [Shaad:29]

{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا} [الإسراء: 82]

Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. [Al-Israa':82]

Lihat: Keistimewaan Al-Qur'an

Tahapan mendidik anak dengan Al-Qur’an.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ} [القمر: 17]

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [Al-Qamar:17]

Lihat: Sifat ahli Al-Qur’an

1)      Memperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dini.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ} [الحشر: 21]

Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. [Al-Hasyr:21]

Ø  Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ البَيْتَ لَيُتْلَى فِيْهِ القُرْآنُ، فَيَتَرَاءى لأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءى النُّجُوْمُ لأَهْلِ الأَرْضِ» [السلسلة الصحيحة رقم (3112)]

“Sesungguhnya rumah yang jika dibacakan Al-Qur'an di dalamnya maka penduduk langit melihatnya seperti melihat bintang bagi penduduk bumi”. [Silsilah hadits sahih no.3112]

2)      Melatih untuk mengucapkannya (ditalqin).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; Rasulullah bersabda:

«الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Orang yang lancar membaca Al-Qur'an bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca Al-Qur'an dengan tersendat-sendat kesulitan membacanya mendapatkan dua pahala”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Al-Barra' bin 'Azib radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi bersabda:

«السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالقُرْآنِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Itu adalah ketenangan yang turun di saat membaca Al-Qur'an”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3)      Melatih untuk menghafalkannya.

Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ، وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah memuliakan orang tua muslim yang sudah ubanan, penghafal Al-Qur'an yang tidak berlebih-lebihan dan tidak diabaikan, dan memuliakan pemerintah yang adil”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

«تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ وَأَنَا ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ، وَقَدْ قَرَأْتُ المُحْكَمَ» [صحيح البخاري]

“Rasulullah wafat dan saya ketika berumur sepuluh tahun sudah menghafalkan surah-surah Al-Muhkam (Al-Mufashal)”. [Shahih Bukhari]

Ø  Amru bin Salimah radhiyallahu ‘anhuma katanya:

كُنَّا بِمَاءٍ مَمَرَّ النَّاسِ، وَكَانَ يَمُرُّ بِنَا الرُّكْبَانُ فَنَسْأَلُهُمْ: مَا لِلنَّاسِ، مَا لِلنَّاسِ؟ مَا هَذَا الرَّجُلُ؟ فَيَقُولُونَ: يَزْعُمُ أَنَّ اللَّهَ أَرْسَلَهُ، أَوْحَى إِلَيْهِ، أَوْ: أَوْحَى اللَّهُ بِكَذَا، فَكُنْتُ أَحْفَظُ ذَلِكَ الكَلاَمَ، وَكَأَنَّمَا يُقَرُّ فِي صَدْرِي، وَكَانَتِ العَرَبُ تَلَوَّمُ بِإِسْلاَمِهِمُ الفَتْحَ، فَيَقُولُونَ: اتْرُكُوهُ وَقَوْمَهُ، فَإِنَّهُ إِنْ ظَهَرَ عَلَيْهِمْ فَهُوَ نَبِيٌّ صَادِقٌ، فَلَمَّا كَانَتْ وَقْعَةُ أَهْلِ الفَتْحِ، بَادَرَ كُلُّ قَوْمٍ بِإِسْلاَمِهِمْ، وَبَدَرَ أَبِي قَوْمِي بِإِسْلاَمِهِمْ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ: جِئْتُكُمْ وَاللَّهِ مِنْ عِنْدِ النَّبِيِّ ﷺ حَقًّا، فَقَالَ: «صَلُّوا صَلاَةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا، وَصَلُّوا صَلاَةَ كَذَا فِي حِينِ كَذَا، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرُكُمْ قُرْآنًا». فَنَظَرُوا فَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَكْثَرَ قُرْآنًا مِنِّي، لِمَا كُنْتُ أَتَلَقَّى مِنَ الرُّكْبَانِ، فَقَدَّمُونِي بَيْنَ أَيْدِيهِمْ، وَأَنَا ابْنُ سِتٍّ أَوْ سَبْعِ سِنِينَ، وَكَانَتْ عَلَيَّ بُرْدَةٌ، كُنْتُ إِذَا سَجَدْتُ تَقَلَّصَتْ عَنِّي، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الحَيِّ: أَلاَ تُغَطُّوا عَنَّا اسْتَ قَارِئِكُمْ؟ فَاشْتَرَوْا فَقَطَعُوا لِي قَمِيصًا، فَمَا فَرِحْتُ بِشَيْءٍ فَرَحِي بِذَلِكَ القَمِيصِ

"Kami Pernah di sebuah mata air tempat berlalu lalang manusia, para pengendara sering melewati kami, maka kami menanyai mereka, "Apa yang terjadi pada orang-orang, dan bagaimana kabar sebenarnya tentang si laki-laki itu (maksudnya Muhammad)? Mereka jawab; Ia (Muhammad) telah mengaku bahwa Allah telah mengutusnya dan memberi wahyu kepadanya, Allah memberinya wahyu dengan demikian. Dan aku lebih hafal terhadap pembicaraan itu. Seolah-olah pembicaran itu mengesankan dalam hatiku dan orang Arab mencela habis-habisan kemenangan karena keislaman mereka. Lantas mereka katakan, "Biarkan saja dia (Muhammad) dan kaumnya, kalaulah dia menang terhadap kaumnya, berarti ia betul-betul Nabi yang jujur, ketika pelaku-pelaku kemenangan (kaum muslimin) singgah sebentar lantas berangkat, setiap kaum bergegas berangkat dengan keislaman mereka, dan ayahku bergegas menemui kaumku dengan keislaman mereka, ketika ayahku datang, ujarnya, "Demi Allah, sungguh aku baru saja menemui Nabi dan beliau sabdakan, "Shalatlah kalian sedemikian, di waktu sedemikian. Jika waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkan azan, dan yang mengimami kalian yang banyak hafalan alqurannya. Lantas mereka saling mencermati, dan tak ada yang lebih banyak hafalan Al-Qur'annya selain diriku disebabkan aku bertemu dengan pengendara, maka kemudian mereka menyuruhku maju (memimpin shalat di depan mereka), padahal umurku ketika itu baru enam atau tujuh tahun, ketika itu aku memakai kain apabila aku bersujud, kain itu tersingkap dariku. Maka salah seorang wanita kampung mengajukan saran, "Tidak sebaiknya kalian tutup dubur ahli-ahli qira'ah kalian?" Maka mereka langsung membeli dan memotong gamis untukku, sehingga tak ada yang menandingi kegembiraanku daripada kegembiraanku terhadap gamis itu. [Shahih Bukhari]

Ø  Alqamah rahimahullah berkata:

«مَا حَفِظْتُ وَأَنَا شَابٌّ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ فِي وَرَقَةٍ أَوْ قِرْطَاسٍ» [حلية الأولياء لأبي نعيم]

“Apa yang saya hafal ketika saya masih muda seperti aku melihatnya pada lembaran kertas atau catatan”. [Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim]

Ø  Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika mengomentari hadits Ibnu ‘Abbas di atas:

"فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى جَوَازِ تَعْلِيمِهِمُ الْقُرْآنَ فِي الصِّبَا، وَهُوَ ظَاهِرٌ، بَلْ قَدْ يَكُونُ مُسْتَحَبًّا أَوْ وَاجِبًا؛ لِأَنَّ الصَّبِيَّ إِذَا تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ بَلَغَ وَهُوَ يَعْرِفُ مَا يُصَلِّي بِهِ، وَحِفْظُهُ فِي الصِّغَرِ أَوْلَى مِنْ حِفْظِهِ كَبِيرًا، وَأَشَدُّ عُلُوقًا بِخَاطِرِهِ وَأَرْسَخُ وَأَثْبَتُ، كَمَا هُوَ الْمَعْهُودُ مِنْ حَالِ النَّاسِ" [تفسير ابن كثير]

“Pada hadits ini terdapat dalil bolehnya mengajarkan Al-Qur’an di masa kecil, dan itu nampak jelas bahkan bisa jadi dianjurkan atau diwajibkan; Karena anak kecil jika mempelajari Al-Qur’an ketika balig ia sudah tahu apa yang ia baca dalam shalat, dan hafalan anak kecil lebih kuat dari pada hafalan orang dewasa, itu lebih kuat melekat pada hatinya dan lebih mendalam dan kokoh, sebagaimana itu yang terlihat dari keadaan manusia”. [Tafsir Ibnu Katsir]

4)      Melatih untuk membacanya.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَقْرَأْ فِي الْمُصْحَفِ» [حلية الأولياء: حسنه الألباني]

“Barangsiapa yang gembira mencintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaklah ia membaca Al-Qur'an dengan mushaf”. [Hilyatul Auliya': Hasan]

Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an

5)      Melatih untuk memahaminya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا} [محمد: 24]

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran, ataukah hati mereka terkunci? [Muhammad:24]

Ø  Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

"الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ ومَاحِلٌ مُصَدَّقٌ، فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامًا قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقُهُ إِلَى النَّارِ" [شعب الإيمان: صحيح]

“Al-Qur'an adalah pemberi syafa'at diterima syafa'atnya dan pembela yang dibenarkan, maka barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam (tuntunan) maka ia akan menuntunnya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya (diabaikan) maka ia akan menggiringnya ke neraka”. [Syu'ab al-iman: Sahih]

6)      Melatih untuk mengamalkannya.

Ziyad bin Labid radhiyallahu 'anhu berkata:

ذَكَرَ النَّبِيُّ ﷺ شَيْئًا، فَقَالَ: «ذَاكَ عِنْدَ أَوَانِ ذَهَابِ الْعِلْمِ» ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ، وَنَحْنُ نَقْرَأُ الْقُرْآنَ، وَنُقْرِئُهُ أَبْنَاءَنَا، وَيُقْرِئُهُ أَبْنَاؤُنَا أَبْنَاءَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ زِيَادُ إِنْ كُنْتُ لَأَرَاكَ مِنْ أَفْقَهِ رَجُلٍ بِالْمَدِينَةِ، أَوَلَيْسَ هَذِهِ الْيَهُودُ، وَالنَّصَارَى، يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ، وَالْإِنْجِيلَ لَا يَعْمَلُونَ بِشَيْءٍ مِمَّا فِيهِمَا؟» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Nabi pernah menyebutkan sesuatu, lalu beliau bersabda, "Dan itulah saat hilangnya ilmu." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu bisa hilang? Sedangkan kami masih membaca Al-Qur'an dan kami juga membacakannya (mengajarkannya) kepada anak-anak kami, dan anak-anak kami juga akan membacakannya kepada keturunannya sampai hari kiamat datang." Beliau bersabda, "Kebangetan kamu ini wahai Ziyad, padahal aku melihatmu adalah orang yang paling memahami agama di Madinah ini! Bukankah orang-orang Yahudi dan Nasrani juga membaca Taurat dan Injil, namun mereka tidak mengamalkan sedikitpun apa yang terkandung di dalamnya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ. فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ تَعْرِفُنِي؟ فَيَقُولُ: مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ: أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ، وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ، وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ، وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا فَيَقُولَانِ: بِمَ كُسِينَا هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ وَاصْعَدْ فِي دَرَجِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا، فَهُوَ فِي صُعُودٍ مَا دَامَ يَقْرَأُ، هَذًّا كَانَ، أَوْ تَرْتِيلًا» [مسند أحمد: حسن]

“Sesungguhnya pahala Al-Qur'an mendatangi orang yang membacanya pada hari kiamat ketika keluar dari kuburnya seperti seorang yang berubah warna tubuhnya. Pahala Al-Qur'an berkata kepadanya: "Apakah kamu mengenalku?" Ia menjawab: "Aku tidak mengenalmu!" Pahala Al-Qur'an berkata: "Aku adalah bacaan Qur'an-mu yang membuatmu dahaga di siang hari dan begadang di malam harimu, dan sesungguhnya setiap pedagang mendapatkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya engkau hari ini mendapatkan hasil daganganmu". Maka ia diberi kekuasaan dengan tangan kanannya, dan kekekalan dengan tangan kirinya, dan diletakkan di atas kepalanya mahkota keagungan, dan kedua orang tuanya dipakaikan perhiasan yang tidak diketahui nilainya oleh penduduk dunia. Maka kedua orang tuanya berkata: "Dengan amalan apa kami dipakaikan ini?" Maka dikatakan pada keduanya: "Dengan amalan Al-Qur'an anak kalian berdua". Kemudian dikatakan pada ahli Qur'an: "Bacalah dan naiklah ke derajat surga dan kamar-kamarnya". Maka ia terus naik selama ia membaca Al-Qur'an dengan cepat atau perlahan. [Musnad Ahmad: Hasan]

7)      Melatih untuk mengajarkannya.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ} [آل عمران: 79]

Akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani*, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. [Ali 'Imran:79]

Ø  Dari Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» [صحيح البخاري]

“Sesungguhnya yang paling afdhal dari kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya”. [Sahih Bukhari]

Sebaik-baik wasiat kepada anak kita adalah Al-Qur’an.

Thalhah bin Musharrif rahimahullah berkata:

سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى: آوْصَى النَّبِيُّ ﷺ؟ فَقَالَ: لاَ، فَقُلْتُ: كَيْفَ كُتِبَ عَلَى النَّاسِ الوَصِيَّةُ أُمِرُوا بِهَا وَلَمْ يُوصِ؟ قَالَ: «أَوْصَى بِكِتَابِ اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

Aku bertanya kepada Abdullah bin Abi Aufaradhiyallahu ‘anhuma-, apakah Rasulullah mewasiatkan sesuatu? Abdullah menjawab: “Tidak”. Aku bertanya lagi: Bagaimana Rasulullah memerintahkan orang berwasiat sedangkan ia tidak berwasiat? Abdullah menjawab: “Beliau berwasiat dengan Al-Qur'an”. [Shhahih Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Membentengi diri dan keluarga dari berbagai ujian (fitnah) - Peran keluarga Islami dalam kehidupan masyarakat damai - Tatacara mendidik anak dalam Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...