Sabtu, 23 April 2011

Hadits Abu Hurairah; Tingkatan Iman


بسم الله الرحمن الرحيم


Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"الإيمان بضع وستون شعبة ، فأفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق ، والحياء شعبة من الإيمان"

"Keimanan itu terdiri dari enam puluh lebih cabang. Yang paling afdhal (tinggi kedudukannya) adalah mengatakan "tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah", dan yang paling rendah adalah menjauhkan duri/kotoran dari jalan. Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan".
            
Takhrij hadits:

1-      Al-Bukhary Kitab.Al-Iman Bab.Umuur al-iman (1/12) No. 9
2-      Muslim Kitab.Al-Iman Bab.'Adadu syu'ab al-iman (1/62) No. 57-58
            
Makna hadits:

Keimanan ibarat pohon yang memiliki akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah. Demikian pula keimanan terwujud pada keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan dengan amalan hati, lisan, dan anggota badan lainnya. Pohon hanya akan bermanfaat apabila ada akar dan batang tempat dimana bunga dan buah tumbuh. Tidak beda dengan keimanan, hanya mampu menyelamatkan dari api neraka jika dibarengi dengan ibadah dan amal saleh.
            Tiap-tiap bagian pada pohon memiliki fungsi dan keutamaan yang berbeda-beda, begitu pula keimanan antara satu cabang dan yang lainnya memiliki fungsi dan keutamaan yang berbeda-beda. Cabang iman yang paling urgen adalah kalimat tauhid mengucapkan "لا إله إلا الله", pengakuan lisan bahwa tiada sesuatu pun yang berhak disembah kecuali Allah semata.
Kemudian terus berurut cabang tersebut sampai kecabang yang terendah seperti menjauhkan kotoran dan duri pada jalan yang bisa mengganggu kenyamanan orang yang melaluinya.
            Rasa malu termasuk bagian dari pada keimanan bahkan salah satu bagian yang terpenting karena merupakan perasaan yang mencegah tindakan yang tercela. Sifat yang mendorong untuk melakukan begitu banyak kebaikan dan pencegah berbagai macam tindak kemungkaran. Itulah sebabnya kenapa sifat ini disebutkan secara khusus.

Biogafi ِRawi:

            Nama Abu Hurairah radhiyallahu'anhu diperselisihkan oleh para ulama, yang paling masyhur adalah Abdul Rahman bin Shakhr Ad-Dausy. Beliau memiliki hirrah (kucing) yang sering bersamanya, oleh sebab itu Rasulullah memberinya kunia Abu Hurairah.
            Beliau adalah salah satu anggota ahlussuffah, masuk Islam pada masa perang Khaebar tahun 7 H, sahabat yang terbanyak dalam meriwayatkan hadits (sekitar 5374 hadits).
            Rasulullah pernah berdo'a: "Ya Allah, tanamkanlah pada hamba-Mu ini (Abu Hurairah) dan ibunya rasa cinta pada hamba-hambamu yang beriman, dan tanamkan pula pada orang mukmin rasa cinta kepada Abu Hurairah dan ibunya". Abu Hurairah berkata: "Maka tidak ada seorang mukmin pun yang mendengar dan melihatku kecuali mencintaiku". [HR. Muslim]
            Ulama berkesimpulan dengan hadits ini bahwasanya salah satu tanda keimanan seseorang adalah mencintai Abu Hurairah dan ibunya.
            Beliau wafat dalam usianya yang ke 78 pada tahun 59 H di Medinah dan dimakamkan di pekuburan baqi'.
            
Makna kata dalam hadits:

Kata (الإيمان) yang dimaksud dalam hadits adalah keimanan yang sempurna yang bisa menyelamatkan dari neraka.
Kata (بضع وستون), "البضع", - huruf "ب" nya dikasrah dan terkadang difathah - menurut pendapat yang shahih, adalah angka antara dua dan sepuluh, penggunaannya dalam bahasa arab sama dengan penggunaan angka lainnya. Dijadikan mudzakkar apabila yang dihitung itu muannas, dan dijadikan muannas apabila yang dihitung itu mudzakkar. Dijadikan mabni saat bergandengan dengang angka sepuluh sebagaimana angka tunggal yang lainnya (1-9).
Contoh: "بضعة عشر رجلا", dan "بضع عشرة امرأة".
Apabila digandengkan dengan angka puluhan 20-90, harus memakai huruf 'atf seperti dalam hadits dan tidak bisa kita mengatakan: "بضع ومائة" dan tidak pula "بضع وألف".
(إماطة الأذى) meyisihkan dan menjauhkannya. "Al-adsa" adalah semua yang mengganggu dan menyakiti seperti batu, duri, kotoran, dan lain-lain.

Fiqhi hadits:

Beberapa ulama berusaha mengumpulkan seluruh cabang-cabang keimanan, akan tetapi mereka tidak sampai pada satu kesepakatan. Diantara mereka ada yang membagi dan mengelompokkannya menjadi amalan hati, amalan lisan, dan amalan anggota badan yang lain. Sementara yang lainnya hanya mengumpulkan saja tampa ada pengelompokan.
Diantara mereka ada juga yang berpendapat bahwa angka yang disebutkan dalam hadits ini merupakan isyarat yang menunjukkan banyaknya cabang keimanan dan bukan bertujuan untuk menetapkan jumlah.
Mungkin seseorang bertanya, terkadang rasa malu mencegah seseorang untuk mengatakan yang benar atau melakukan yang baik, seperti menahan seseorang untuk melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, bagaimana mungkin sifat ini dikatakan bagian dari pada iman?
Jawabannya: Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab as-shahihnya dari Imran bin Hushain mengatakan: Rasulullah bersabda: "Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali yang baik".
Pertanyaan ini juga diungkapkan oleh Al-kirmany kemudian beliau menjawab bahwa sifat yang mencegah seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kelemahan dan bukan rasa malu yang dipuji oleh syari'at.
Apabila rasa malu itu mencegah tindakan haram maka hukumnya wajib, apabila mencegah dari yang makruh maka hukumnya sunnah. Apabila mencegah untuk melakukan yang wajib maka hukumnya haram dan tidak termasuk rasa malu yang terpuji, seperti mencegah untuk bertannya tentang sesuatu yang sangat ia butuhkan.
Aisya berkata: Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Al-Anshar, rasa malu tidak mencegah mereka untuk memahami urusan agama.
Rasa malu yang dipuji syari'at ada beberapa tingkatan, yang paling tinggi adalah rasa malu yang dimiliki oleh orang yang mendapatkan nikmat dari Allah untuk tidak mempergunakannya dalam maksiat. Rasulullah bersabda: "Malulah kalian kepada Allah dengan sebanar-benarnya malu". Para sahabat menjawab: "Sesungguhnya kami telah merasa malu, alhamdulullillah!" Rasulullah berkata: "Bukan itu yang saya maksud, akan tetapi rasa malu kepada Allah yang sebenar-benarnya adalah menjaga kepala dan semua anggota badan yang ada padanya dari segala maksiat, menjaga perut dan isinya dari yang haram, mengingat mati dan kepunahan, siapa yang menginginkan akhirat ia meninggalkan gemerlap dunia. Barang siapa yang melakukan hal tersebut berarti ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya". [At-Tirmidzi]
            
Faedah yang dipetik dari hadits:

1-      Keimanan itu memiliki derajat dan tingkatan, bisa bertambah dan bekurang.
2-      Keutamman kalimat tauhid.
3-      Amal saleh masuk dalam kategori keimanan bersama keyakinan dalam hati.
4-      Ajakan untuk senantiasa besifat pemalu.

Wallahu a'lam !

*Lihat juga: - Keimanan dan kekafiran
                    - Syarat sah kalimat syahadat
                    - Pembagian Tauhid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...