بسم الله الرحمن الرحيم
Kemuliaan suatu ilmu pengetahuan dapat dilihat pada kemuliaan objek yang
dibahas di dalamnya. Ilmu Aqidah adalah ilmu pengetahuan yang paling mulia
secara mutlak, karena ilmu ini membahas tentang ke-Tuhan-an dan ke-Esa-an Allah
subhanahu wata'ala, dzat yang Maha Mulia dan Maha Agung. Dibahas juga
tentang Malaikat, Nabi dan Rasul, kitab-kitab suci, hari akhirat, dan takdir.
Pembahasan tentang aqidah adalah hal yang sangat urgen dalam agama Islam.
Tiga belas tahun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwa di
Mekah hanya menitik-beratkan pada pendalaman aqidah bagi para sahabatnya.
Beliau menyeru kaumnya untuk meninggalkan penyembahan pada berhala,
meninggalkan taqlid nenek moyang dan mengajak mereka untuk hanya
menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah subhanahu wata'ala.
Bahkan di akhir hayatnya pun beliau tidak lupa untuk mengingatkan para
sahabatnya agar tidak terjerumus ke dalam aqidah yang sesat, aqidah yang akan
membawa mereka pada kehancuran dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam suatu
hadits:
Diriwatkan oleh Ibnu Abbas dan 'Aisyah radhiyallahu 'anhum:
Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menghadapi
sakaratul maut, beliau menutupkan ujung baju beliau ke wajah beliau sendiri.
Dan jika beliau
kepanasan, maka beliau membukanya kembali seraya berkata:
" لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى
اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ "
"Laknat
Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka telah menjadikan makam
Nabi-Nabi mereka sebagai masjid".
'Aisyah mengatakan: "Beliau memperingatkan agar tidak melakukan
seperti apa yang mereka lakukan". [Musnad Ahmad: Sahih]
Setiap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wata'ala pada
kaumnya, mereka mengemban tugas utama yaitu menyeru pada aqidah yang sama,
aqidah tauhid, peng-Esa-an pada Allah dan meninggalkan berhala-berhala yang
mereka sembah. Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ} [الأنبياء: 25]
"Dan Kami
tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku"". [Al-Anbiya: 25]
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
"Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (yang disembah selain Allah)
itu"". (QS. An-Nahl: 36).
Hal ini disebabkan karena hanya Allah-lah yang menciptakan semua makhluk
yang ada, mereka diciptakan hanya untuk menyembah Ia semata, agar hati mereka
senantiasa bergantung kepada-Nya, penuh dengan rasa penghambaan, pengagungan,
takut, cinta, pengharapan dan tawakkal hanya kepada-Nya.
Tanpa aqidah yang sahih mustahil seseorang akan mampu menjalankan syari'at
Islam secara sempurna, bahkan
segala amal baik yang dilakukan tanpa dasar aqidah yang benar, tidak akan
diterima oleh Allah subhanahu wata'ala.
Sebelum mengajak pada pelaksanaan syari'at, pendalaman tentang aqidah harus
didahulukan, karena dengan aqidah yang sahih seseorang dengan sendirinya akan
mudah menjalankan segala yang disyari'atkan oleh Allah subhanahu wata'ala,
melaksanakan segala ibadah dengan ikhlas kepada-Nya dan sesuai dengan tuntunan
yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam al-Bukhari rahimahullah meriwatakan dalam kitab Ash-shahih-nya,
'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
" إِنَّمَا نَزَلَ أَوَّلَ
مَا نَزَلَ مِنْهُ سُورَةٌ مِنَ المُفَصَّلِ، فِيهَا ذِكْرُ الجَنَّةِ وَالنَّارِ،
حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الإِسْلاَمِ نَزَلَ الحَلاَلُ وَالحَرَامُ،
وَلَوْ نَزَلَ أَوَّلَ شَيْءٍ: لاَ تَشْرَبُوا الخَمْرَ، لَقَالُوا: لاَ نَدَعُ
الخَمْرَ أَبَدًا، وَلَوْ نَزَلَ: لاَ تَزْنُوا، لَقَالُوا: لاَ نَدَعُ الزِّنَا
أَبَدًا " [صحيح
البخاري]
"Sesungguhnya
yang paling pertama turun adalah surah al-Mufashal (dari surah qaaf sampai
an-naas), di dalamnya menyebutkan tentang surga dan neraka, sampai pada saat
orang-orang sudah masuk Islam, turunlah ayat yang berkaitan dengan halal dan
haram. Kalau saja ayat yang paling pertama turun mengatakan "Jangan minum
khamar!", mereka akan mengatakan "Kami tidak akan meninggalkan khamar
selama-lamnya!". Dan kalau saja ayat yang paling pertama turun mengatkan
"Jangan kalian berzina!", mereka akan mengatakan "Kami tidak
akan meninggalkan perzinaan selamanya!"".
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: "Perkataan 'Aisyah (نزل الحلال والحرام) mengisyaratkan
pada hikmah Ilahi akan susunan penurunan Al-Qur'an. Bahwasanya ayat yang
pertama turun dari Al-Qur'an adalah ajakan pada Tauhid, dan penyampaian berita
gembira bagi orang mu'min dan yang taat, serta ancaman bagi orang kafir dan
pelaku maksiat. Sampai ketika hati sudah yakin akan hal tersebut diturunkanlah
ayat tentang hukum. Itu sebabnya 'Aisyah mengatakan: "Kalau saja ayat yang
paling pertama turun mengatkan "Jangan minum khamar!", mereka akan
mengatakan: "Kami tidak akan meninggalkan khamar selama-lamnya!",
karena hati ini ditabiatkan akan menjauhi hal-hal yang melarang
kebiasaan".
Karena pentingnya pemahaman aqidah, maka ayat yang paling pertama
diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak luput
dari pembahasan aqidah. Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam surat al-'Alaq:
{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ
الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]
1. "Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan", 2. "Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah". 3. "Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah", 4. "Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam", 5. "Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya".
Demkian pula ayat yang paling terakhir diturunkan, Allah subhanahu
wata'ala berfirman dalam surah Al-Baqarah: 281:
{وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ
تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ} [البقرة: 281]
"Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan
yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan)".
Mempelajari aqidah yang sahih
bertujuan untuk mempebaiki tingkah laku dan mensucikan jiwa, mengarahkan kepada
akhlak yang mulia dan menjadi suri teladan. Seorang hamba tidak akan menjadi
baik, tidak akan beruntung, tidak akan selamat, tidak akan hidup dengan tenang
dan bahagia di dunia dan di akhirat kecuali dengan mengetahui dan mengamalkan
aqidah yang sahih.
Semua ini disebabkan karena Allah
telah menciptakan hamba-Nya dengan sifat dan tabiat yang hunafaa', yaitu
kecendrungan kepada Allah dan menjauh dari selain-Nya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [الروم: 30]
"Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah (ciptaan) Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui". [QS. Ar-Ruum:
30].
Manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala mempunyai naluri
beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal
itu tidaklah wajar. Mereka yang tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ،
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا
تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ
جَدْعَاءَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada
seseorang pun yang dilahirkan kecuali ia dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanya-lah yang menjadikan ia seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi, sama
halnya dengan hewan sempurna yang melahirkan, apakah kalian merasa akan
melahirkan hewan yang tidak sempurna?". [Sahih Al-Bukhariy dan Muslim]
Segala bentuk krisis yang menimpa umat Islam belakangan ini banyak
diakibatkan karena akhlak yang mereka praktekkan tidak mencerminkan sosok
seorang Muslim yang sejati. Hal ini berasal dari lemahnya pemahaman aqidah yang
mereka miliki, atau pemahaman aqidah yang tersebar pada kebanyakan umat Islam
adalah pemahaman aqidah yang keliru, atau pemahaman aqidah hanya sebatas
pengetahuan tanpa ada pengamalan dalam keseharian.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» [سنن أبي داود: صحيح]
“Orang beriman yang paling
sempurna keimanannya adalah yang paling mulia akhlaknya”. [Sunan Abi Daud:
Sahih]
Dari Abu
Syuraih radiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ،
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ»
“Demi Allah ia
tidak sempurna imannya, demi Allah ia tidak sempurna imannya, demi Allah ia
tidak sempurna imannya”
Rasulullah
ditanya: Siapa itu wahai Rasulullah?
Rasulullah
menjawab:
«الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ» [صحيح البخاري]
“Ia adalah orang
yang tetangganya tidak amann dari keburukannya”. [Sahih Bukhari]
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ
يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصْمُتْ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka janganlah ia menyakiti tetangganya,
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka hendaklah ia
memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat
maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Anas bin Malik berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
menkhutbahi kami kecuali beliau mengatakan:
" لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا
دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ " [مسند أحمد:
حسن]
“Tidak sempurna
imannya orang yang tidak menjaga amanahnya, dan tidak sempurna agama seseorang
yang tidak menjaga janjinya”. [Musnad Ahmad: Hasan]
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda
«اتَّقِ المَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَارْضَ
بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ، وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ
تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا،
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ» [سنن الترمذي: حسن]
“Jauhilah yang
diharamkan maka engkau akan menjadi manusia yang paling taat, ridhailah apa
yang dibagikan Allah untukmu maka engkau akan menjadi manusia yang paling kaya,
berbuat baiklah kepada tetanggamu maka engkau akan menjadi orang yang sempurna
imannya, cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai untuk dirimu maka
engkau akan menjadi muslim yang sempurna, janganlah banyak tertawa karena
sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Oleh karenanya, upaya yang mesti kita lakukan untuk mengembalikan umat
Islam pada masa kejayaannya adalah bagaimana menggalakan langkah tashfiyah
dan tarbiyah untuk umat Islam secara keseluruhan, baik dalam ilmu aqidah
maupun pada aspek yang lainnya.
Tashfiyah dalam aqidah yaitu dengan menghilangkan dan meninggalkan
pemahaman yang keliru tentang aqidah, dan tarbiyah dengan mengajarkan
dan menanamkan pengamalan aqidah yang sahih.
Semoga Allah
mengembalikan umat ini kepada agama-Nya yang Haq, amin.
Wallahu a’lam!
Tawwa na', blog baru ... !
BalasHapusAMIN.
BalasHapusapa yg dimaksud surah al-Mufashal . ?
Lumayan La'bu.
BalasHapussurah2 al-mufashal mulai dari surah ق (qaaf) sampai surah an-naas (akhir al-qur'an)
BalasHapus