Senin, 31 Maret 2014

Hadits Ibnu ‘Abbas; Allah mencatat kebaikan dan keburukan

بسم الله الرحمن الرحيم


Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitabnya “Al-Jaami’ Ash-Shahiih”:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau riwayatkan dari rabbnya (hadis qudsi) azza wa jalla berfirman, yang beliau sabdakan: "Allah menulis kebaikan dan kejahatan," selanjutnya beliau jelaskan: "Siapa yang berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan, bahkan hingga dilipat-gandakan tujuh ratus kali, bahkan lipat-ganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang berniat melakukan kejahatan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah menulis satu kebaikan disisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat kejahatan dan jadi ia lakukan, Allah menulisnya sebagai satu kejahatan saja."

Beberapa manfaat yang bisa diambil dari hadits ini:

1)    Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma

Namanya: Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul Muthalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy, Abu Al-‘Abbas Al-Madaniy.
Beliau adalah anak paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia digelari “Al-Bahr” dan “Al-Habr” karena keluasan ilmunya. Salah seroang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits, dan salah seorang “Al-‘Abaadilah” yang ahli fiqhi dari kalangan sahabat.

Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memelukku ke dada beliau seraya berdo'a:
«اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الحِكْمَةَ»
"Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah".
Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الكِتَابَ» [صحيح البخاري]
" Ya Allah, ajarkanlah dia Al Kitab (al-Qur'an) ". [Sahih Bukhari]
Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa;
«اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ» [مسند أحمد: صحيح]
“Ya Allah fahamkanlah ia terhadap agama dan ajarilah ia ta`wil (penafsiran)." [Musnad Ahmad: Sahih]

Beliau wafat pada tahun 68 hijriyah di Thaif dalam usianya yang ke 71 atau 72 tahun.


2)    Hadits Qudsiy

Adalah hadits yang dinisbatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah subhanahu wa ta’aalaa.
Perbedaannya dengan Al-Qur’an:

-          Lafadz dan makna Al-Qur’an langsung dari Allah. Sedangkan hadits Qudsiy lafadznya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
-          Al-Qur’an dibaca dalam shalat, sedangkan hadits Qudsiy tidak bisa.
-          Manusia ditantang untuk bisa mendatangkan seperti Al-Qur’an, sedangkan hadits Qudsiy tidak.
-          Lafadz Al-Qur’an adalah mu’jizat, sedangkan hadits Qudsiy bukan.
-          Al-Qur’an mesti diriwayatkan secara mutawatir sedangkan hadits Qudsiy tidak.
-          Al-Qur’an turun melalui perantara malaikat Jibril sedangkan hadits Qudsi tidak.
-          Pahala membaca Al-Qur’an perhuruf sepuluh kali lipat, sedangkan hadits Qudsiy tidak.
-          Al-Qur’an tertulis dalam mushaf yang ada sedangkan hadits Qudsiy tidak.
-          Al-Qur’an dinamai ayat, sedangkan hadits Qudsiy tidak.

3)    Kebaikan dan keburukan dicatat oleh Allah subhanahu wa ta’aalaa.

{وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا } [الكهف: 49]
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, Kitab apakah Ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". [Al-Kahfi:49]
{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir. [Qaaf:18]

Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan dari Allah dalam sebuah hadits qudsi:
يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ [صحيح مسلم]
“Wahai hamba-Ku .. semuanya hanyalah amalanmu, aku hitung untukmu kemudian aku berikan balasannya, barangsiapa yang mendapatkan kebaikan maka bersyukurlah kepada Allah, dan barangsiapa yang mendapatkan selain kebaikan maka jangan sesali kecuali dirimu sendiri”. [Sahih Muslim]

4)    Perbedaan antara niat melakukan kebaikan dan keburukan:

a)      Berniat melakukan suatu kebaikan kemudian ia lalai dan meninggalkannya, maka dicatat untuknya satu pahala kebaikan atas niatnya.

Dari Khuraim bin Fatik Al-Asadiy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، فَعَلِمَ اللهُ أَنَّهُ قَدْ أَشْعَرَهَا قَلْبَهُ، وَحَرَصَ عَلَيْهَا، كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ، وَمَنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ وَاحِدَةً وَلَمْ تُضَاعَفْ عَلَيْهِ، وَمَنْ عَمِلَ حَسَنَةً كَانَتْ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا [مسند أحمد: حسن]
"Dan barangsiapa yang bertekad untuk berbuat kebaikan, namun ia tidak melakukannya, kemudian Allah mengetahui bahwa hatinya telah memiliki keinginan keras untuk melakukan amalan tersebut, maka Allah akan menuliskannya sebagai amalan kebaikan. Dan barangsiapa yang bertekat untuk melakukan kejahatan, maka hal itu belum ditulis sebagai suatu keburukan, dan siapa yang melakukannya, baru akan ditulis baginya satu keburukan dan keburukan itu tidaklah dilipat-gandakan. Dan barangsiapa yang beramal kebaikan, maka kebaikan itu akan dilipatgandakan baginya menjadi sepuluh kebaikan”. [Musnad Ahmad: Hasan]

b)     Berniat melakukan satu kebaikan dan telah berusahan semampunya namun tidak terlaksana karena ada halangan, maka dicatat untuknya pahala amalan tersebut secara sempurna.

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» [صحيح البخاري]
"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]

Dalam riwayat lain; Abu Musa berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak hanya sekali atau dua kali, beliau bersabda:
«إِذَا كَانَ الْعَبْدُ يَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا، فَشَغَلَهُ عَنْهُ مَرَضٌ، أَوْ سَفَرٌ، كُتِبَ لَهُ كَصَالِحِ مَا كَانَ يَعْمَلُ، وَهُوَ صَحِيحٌ مُقِيمٌ» [سنن أبي داود: حسن]
"Apabila seorang hamba melakukan amal shalih, kemudian ia terhalang oleh suatu penyakit atau suatu perjalanan maka tercatat baginya seperti amalan shalih yang pernah ia lakukan dalam keadaan sehat dan muqim." [Sunan Abu Daud: Hasan]

Dari Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ حَتَّى أَصْبَحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ» [سنن النسائي: صحيح]
Barangsiapa yang beranjak ke tempat tidurnya dengan niat akan bangun untuk salat malam kemudian ia dikalahkan oleh matanya (ketiduran) sampai subuh maka telah dicatat untuknya apa yang telah ia niatkan dan tidurnya tersebut adalah sedekah dari Rabb-nya 'azza wajalla. [Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ رَاحَ فَوَجَدَ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا أَعْطَاهُ اللَّهُ جَلَّ وَعَزَّ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّاهَا وَحَضَرَهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَجْرِهِمْ شَيْئًا» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
Barangsiapa yang berwudhu dan memperbaiki wudhunya kemudian pergi ke mesjid dan mendapati orang-orang telah selesai salat maka Allah 'azza wa jalla memberinya pahala seperti pahala orang yang hadir salat jama'ah tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. [Sunan Abu Daud: Sahih]

c)      Berniat melakukan kebaikan dan berhasil melakukannya, maka dicatat untuknya pahala amalan tersebut secara sempurna dan dilipat gandakan.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ، وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ " [صحيح مسلم]
Allah azza wa jalla berfirman: "Barang siapa berbuat kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang semisalnya dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan Barangsiapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang serupa atau Aku mengampuninya. [Sahih Muslim]

d)     Berniat melakukan keburukan dan berhasil melakukannya, maka dicatat baginya satu dosa yang setimpal dengan keburukannya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا أَسْلَمَ العَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ، يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ القِصَاصُ: الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا " [صحيح البخاري]
“Jika seorang hamba masuk Islam kemudian baik keislamannya maka Allah menghapuskan darinya semua dosa yang telah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah qishash: Satu kebaikan diganjar dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali, dan satu keburukan diganjar dengan satu keburukan yang setimpal kecuali jika Allah memaafkannya”. [Sahih Bukhari]

e)      Berniat melakukan suatu keburukan dan telah berusahan namun tidak berhasil karena ada halangan, maka dicatat baginya dosa keburukan tersebut secara sempurna.

Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ»
"Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka".
Aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، ... وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ " [ سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang; … Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk, Keempat, selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan (yang serampangan mengelola hartanya), karena niatnya benar, maka dosa keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]

f)       Berniat melakukan keburukan kemudian tidak ia lakukan karena takut kepada Allah, maka dicatat untuknya satu kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ: إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً، فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا، وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ " [صحيح البخاري]
"Allah berfirman: 'Jika seorang hamba-Ku ingin melakukan kejahatan maka janganlah kalian catat hingga Ia melakukannya, dan jika ia melakukannya maka catatlah semisalnya. Jika ia meninggalkannya karena Aku maka catatlah kebaikan baginya, dan jika ia berniat melakukan kebaikan sedang ia belum melakukannya maka catatlah kebaikan baginya, dan jika Ia melakukannya maka catatlah sepuluh kebaikan baginya, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat'." [Sahih Bukhari]

Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" قَالَتِ الْملَائِكَةُ: رَبِّ، ذَاكَ عَبْدُكَ يُرِيدُ أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً، وَهُوَ أَبْصَرُ بِهِ، فَقَالَ: ارْقُبُوهُ فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِمِثْلِهَا، وَإِنْ تَرَكَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، إِنَّمَا تَرَكَهَا مِنْ جَرَّايَ " [صحيح مسلم]
Malaikat berkata: Tuhanku, itu hamba-Mu ingin melakukan satu keburukan -dan Dia lebih mengetahuinya-. Maka Allah berfirman: 'Kalian awasilah dia. Jika dia mengerjakan kejelekan itu maka kalian tulislah untuknya (satu dosa) dengan semisalnya, dan apabila dia meninggalkannya maka tulislah untuknya satu kebaikan. Karena dia meninggalkannya karena Aku'." [Sahih Muslim]

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40 - 41]
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). [An-Naazi’aat: 40-41]

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata: "Sekelompok orang dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang, maka mereka bertanya kepada beliau: 'Sesungguhnya kami mendapatkan dalam diri kami sesuatu yang salah seorang dari kami merasa besar (khawatir) untuk membicarakannya? '
Beliau menjawab:
«وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟»
'Benarkah kalian telah mendapatkannya? '
Mereka menjawab, 'Ya.'
Beliau bersabda:
«ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Itu adalah tanda bersihnya iman." [Sahih Muslim]

g)      Berniat melakukan keburukan kemudian tidak ia lakukan karena tidak bernafsu lagi, maka tidak dicatat baginya keburukan maupun kebaikan.

{وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 286]
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. [Al-Baqarah:286]
Allah berfirman:
قَدْ فَعَلْتُ [صحيح مسلم]
“Aku telah melakukannya”. [Sahih Muslim]

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun mengungkapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman …
وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً [صحيح مسلم]
“Dan barangsiapa yang berniat ingin melakukan satu kebaikan kemudian ia tidak melakukannya maka dicatat untuknya satu kebaikan, dan jika ia melakukannya maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Dan barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan tetapi tidak melakukannya maka tidak dicatat baginya sesuatu pun, dan jika ia melakukannya maka dicatat baginya satu keburukan”. [Sahih Muslim]

5)    Rahmat Allah Yang melipat-gandakan kebaikan.

{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ} [الأنعام: 160]
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). [Al-An’aam:160]
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا} [النساء: 40]
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. [An-Nisaa’:40]

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي " [صحيح مسلم]
"Setiap amal anak Adam dilipat-gandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.' [Sahih Muslim]

Dalam riwayat lain:
" ... الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ ، ... " [سنن ابن ماجه: صحيح]
“ … Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali, hingga jumlah yang dikehendaki Allah, … ”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

6)    Allah maha Adil dengan mencatat hanya satu dosa untuk satu keburukan.

{مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا} [غافر: 40]
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. [Gaafir:40]

7) Pahala suatu amalan dilipat gandakan karena beberapa faktor:

Faktor waktu

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا العَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ؟»
"Tidak ada amalan pada hari-hari yang lainn yang lebih utama dari hari-hari (sepuluh awal dzul hijjah) ini"
Para sahabat berkata, "Tidak juga jihad?"
Beliau menjawab:
«وَلاَ الجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ» [صحيح البخاري]
"Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi." [Sahih Bukhari]

Faktor tempat

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Salat di mesjidku lebih baik dari 1000 salat di mesjid selainnya, kecuali mesjid al-haram. Dan salat di mesjid al-haram lebih baik dari 100.000 salat di mesjid selainnya. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Faktor amalan itu sendiri

{مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 261]
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:261]
{وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ} [البقرة: 265]
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. [Al-Baqarah:265]

Fakto kondisi:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ»
"Satu Dirham -pahalanya- bisa mendahului seratus ribu Dirham."
Mereka bertanya; 'Bagaimana hal itu? '
Beliau bersabda:
«كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ تَصَدَّقَ بِأَحَدِهِمَا، وَانْطَلَقَ رَجُلٌ إِلَى عُرْضِ مَالِهِ، فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا» [سنن النسائي: حسنه الشيخ الألباني]
'Seseorang memiliki uang dua Dirham, lalu mensedekahkan satu Dirham; dan seseorang pergi ke tempat hartanya yang melimpah ruah, ia mengambil darinya seratus ribu Dirham, lalu ia bersedekah dengannya." [Sunan An-Nasa'iy: Hasan]

Faktor pelaku:

{وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا (31) يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ} [الأحزاب: 31، 32]
Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan kami sediakan baginya rezki yang mulia. Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. [Al-Ahzaab: 31-32]

Faktor objek amalan:

Dari Salman bin 'Amir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَالصَّدَقَةُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ، وَصِلَةٌ " [مسند أحمد: صحيح]
"Bersedekah kepada fakir miskin mendapat pahala sedekah, dan bersedekah kepada kerabat mendapat dua pahala: Pahala sedekah dan pahala silaturahmi". [Musnad Ahmad: Sahih]

8) Ganjaran keburukan tidak dilipat-gandakan, akan tetapi terkadang hukumannya lebih besar karena beberapa faktor:

Faktor tempat

{وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ} [الحج: 25]
Dan siapa yang bermaksud di dalamnya (Masjidilharam) melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya dari siksa yang pedih. [Al-Hajj:25]

Faktor waktu

{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} [التوبة: 36]
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu". [At-Taubah:36]

Faktor kedudukan pelaku:

{وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا . إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا} [الإسراء: 74، 75]
Dan kalau kami tidak memperkuat (hati)mu (Muhammad), niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian, benar-benarlah kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat-ganda di dunia Ini dan begitu (pula siksaan) berlipat-ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. [Al-Israa’: 74-75]
{يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا} [الأحزاب: 30]
Hai isteri-isteri nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat-gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. [Al-Ahzaab:30]

Faktor minimnya pendorong

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ - وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ - وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ " [صحيح مسلم]
"Ada tiga orang yang mana Allah tidak mengajak mereka berbicara pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: yaitu orang tua yang pezina, pemimpin yang pendusta, dan orang miskin yang sombong." [Sahih Muslim]

Wallahu a’lam!


2 komentar:

  1. luar biasa uraiannya. terima kasih ya. ijin copy ya

    Munawardi Lampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, jazaakallahu khaer, silahkan dicopy, semoga bermanfaat, amiin!

      Hapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...