Rabu, 02 Oktober 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (23) Bercumbu bagi orang yang berpuasa

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama:
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ المُبَاشَرَةِ لِلصَّائِمِ
“Bab: Bercumbu (suami istri) bagi orang yang berpuasa”
Maksudnya: Hukum mencumbu istri tanpa menggauli secara hakiki bagi orang yang sedang berpuasa.
Dalam bab ini Imam Bukhari menyebutkan satu atsar dari Aisyah radhiyallahu 'anha secara mu’allaq, satu hadits dari Aisyah juga secara muttashil, kemudian menyebutkan atsar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan Thawus yang menjelaskan makna “Irbah”.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: «يَحْرُمُ عَلَيْهِ فَرْجُهَا»
Dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Haram baginya mendatangi kemaluan istrinya”.

Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy -rahimahullah- dengan sanad dan matan yang lengkap dalam kitabnya “Syarh Ma’aniy Al-Atsaar” (2/95) no.3400:
عَنْ حَكِيمِ بْنِ عِقَالٍ، أَنَّهُ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا مَا يَحْرُمُ عَلَيَّ مِنَ امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ؟ قَالَتْ: «فَرْجُهَا»
Dari Hakim bin ‘Iqaal, bahwasanya ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang apa yang diharamkan bagiku dari istriku ketika aku sedang berpuasa?
Aisyah menjawab: “Kemaluannya”.
Ø  Diriwayatkan juga oleh Abdurrazzaq -rahimahullah- dalam “Al-Mushannaf” (4/189) no.7439:
عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ مِنَ امْرَأَتِهِ صَائِمًا؟ قَالَتْ: «كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الْجِمَاعَ»
Dari Masruq, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah tentang apa yang dihalalkan bagi seorang suami terhadap istrinya ketika ia berpuasa?
Aisyah menjawab: “Semuanya kecuali jimak (bersetubuh langsung).”
B.     Penjelasan kedua:
Hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, diriwayatkan oleh imam Bukhari -rahimahullah- secara muttasil, Ia berkata:
1826 - حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَ: عَنْ شُعْبَةَ، عَنِ الحَكَمِ [بن عتيبة الكندي]، عَنْ إِبْرَاهِيمَ [النخعي]، عَنِ الأَسْوَدِ [بن يزيد النخعي]، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ»
1826 - Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, Syu'bah, dari Al Hakam [bin ‘Utaibah Al-Kindiy] dari Ibrahim [An-Nakha’iy] dari Al Aswad [bin Yazid An-Nakha’iy], dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencium dan mencumbu (isteri-isteri Beliau) padahal Beliau sedang berpuasa. Dan Beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsunya dibandingkan kalian".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
2.      Hikmah poligami Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantara hikmah poligami yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah agar para istri beliau bisa menyampaikan kepada umatnya perihal kehidupan rumah tangga beliau yang tidak bisa dipantau kecuali oleh mereka.
3.      Kekuatan dalam berhubungan suami-istri adalah sifat sempurna bagi laki-laki.
Qatadah -rahimahullah- berkata, telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata,:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدُورُ عَلَى نِسَائِهِ فِي السَّاعَةِ الوَاحِدَةِ، مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَهُنَّ إِحْدَى عَشْرَةَ» قَالَ: قُلْتُ لِأَنَسٍ: أَوَكَانَ يُطِيقُهُ؟ قَالَ: «كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ أُعْطِيَ قُوَّةَ ثَلاَثِينَ»
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi isterinya pada waktu yang sama di malam hari atau siang hari, saat itu jumlah isteri-isteri Beliau sebelas orang".
Aku bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: "Apakah Beliau mampu?".
Jawabnya: "Beliau diberikan kekuatan setara tiga puluh lelaki".
Dalam riwayat lain;
Dari Qatadah bahwa Anas radhiyallahu 'anhu menerangkan kepada mereka bahwa jumlah isteri-isteri Beliau shallallahu 'alaihi wasallam saat itu sembilan orang". [Shahih Bukhari]
Ø  Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
" قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ: لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ، تَلِدُ كُلُّ امْرَأَةٍ غُلاَمًا يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَقَالَ لَهُ المَلَكُ: قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ، فَأَطَافَ بِهِنَّ، وَلَمْ تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ " قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ قَالَ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ، وَكَانَ أَرْجَى لِحَاجَتِهِ "
Sulaiman bin Dawud 'Alaihimas Salam berkata, "Pada malam ini, aku benar-benar akan menggilir seratus orang isteri, sehingga setiap wanita akan melahirkan seorang anak yang berjihad di jalan Allah."
Lalu Malaikat pun berkata padanya, "Katakanlah Insya Allah."
Namun ternyata ia tidak mengatakannya dan lupa. Kemudian ia pun menggilir pada malam itu, namun tak seorang pun dari mereka yang melahirkan, kecuali seorang wanita yang berbentuk setengah manusia.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya ia mengatakan Insya Allah niscaya ia tidak akan membatalkan sumpahnya, dan juga hajatnya akan terkabulkan." [Shahih Bukhari]
Ø  Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda:
«يُعْطَى المُؤْمِنُ فِي الجَنَّةِ قُوَّةَ كَذَا وَكَذَا مِنَ الجِمَاعِ»
"Orang beriman kelak di syurga diberi kekuatan bersetubuh seperti ini dan seperti ini, "
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah apakah mampu seperti itu?
Beliau menjawab:
«يُعْطَى قُوَّةَ مِائَةٍ»
"Mereka diberi kekuatan jima' sampai seratus kali lipat." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø  Zaid bin Arqam radhiyallahu 'anhu berkata; Seorang Yahudi mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Wahai Abu Qasim, bukankah Anda telah berdalih bahwa penghuni surga makan dan minum di dalamnya?"
Kemudian laki-laki itu berkata kepada temannya, "Jika ia menetapkan hal ini, maka saya akan membantahnya."
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ أَحَدَهُمْ لَيُعْطَى قُوَّةَ مِائَةِ رَجُلٍ فِي الْمَطْعَمِ وَالْمَشْرَبِ وَالشَّهْوَةِ وَالْجِمَاعِ»
"Ya, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, salah seorang dari mereka benar-benar akan diberi kekuatan seratus laki-laki, yakni dalam makanan, minuman, syahwat dan jima'."
Orang Yahudi itu bertanya, "Maka yang makan dan minum, mestinya akan memiliki hajat (buang air)."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«حَاجَةُ أَحَدِهِمْ عَرَقٌ يَفِيضُ مِنْ جُلُودِهِمْ مِثْلُ رِيحِ الْمِسْكِ، فَإِذَا الْبَطْنُ قَدْ ضَمُرَ»
"Hajat salah seorang dari mereka adalah keringat yang keluar dari kulit-kulit mereka yang wanginya seharum Misk, dan perut pun mengecil kembali." [Musnad Ahmad: Shahih]
4.      Allah menganugrahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kecintaan kepada wanita.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
"Dijadikan kesenanganku dari dunia ada pada wanita dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk hatiku ada dalam shalat." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
5.      Kekuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menahan nafsunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi oleh Allah -subhanahu wata’aalaa- kekuatan berhubungan intim dengan wanita dengan kekuatan 30 laki-laki, bahkan ada yang mengatakan 40 laki-laki penduduk surga yang setara dengan 4000 kekuatan laki-laki dunia.
Namun demikian, beliau hanya mencukupkan 11 atau 9 istri saja. Wallahu a’lam!
6.      Boleh mencumbu istri ketika puasa dengan menjauhi kelaminnya bagi yang mampu menahan diri.
Al-Aswad bin Yazid -rahimahullah- berkata;
قُلْتُ لِعَائِشَةَ: أَيُبَاشِرُ الصَّائِمُ، يَعْنِي امْرَأَتَهُ،؟ قَالَتْ: " لَا "، قُلْتُ: أَلَيْسَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ؟ قَالَتْ: " كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ "
"Saya bertanya kepada Aisyah -radhiyallahu ‘anha-; Apakah orang yang berpuasa boleh mencumbui istrinya?"
Dia (Aisyah) radhiyallahu 'anha menjawab; Tidak boleh.
Saya berkata; "Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium (istrinya) sedang beliau dalam keadaan berpuasa?"
Dia (Aisyah) Berkata; "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dapat menahan nafsunya di antara kalian." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø  Dari Sa’id bin Jubair -rahimahullah-:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ: إنِّي تَزَوَّجْت ابْنَةَ عَمٍّ لِي جَمِيلَةً، فَبَنَيْتُ بِهَا فِي رَمَضَانَ: فَهَلْ لِي إلَى قُبْلَتِهَا مِنْ سَبِيلٍ؟ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ: هَلْ تَمْلِكُ نَفْسَكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: قَبِّلْ، قَالَ: فَبِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي: هَلْ إلَى مُبَاشَرَتِهَا مِنْ سَبِيلٍ؟ قَالَ: هَلْ تَمْلِكُ نَفْسَكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَبَاشِرْهَا، قَالَ: فَهَلْ لِي إلَى أَنْ أَضْرِبَ بِيَدِي عَلَى فَرْجِهَا مِنْ سَبِيلٍ؟ قَالَ: وَهَلْ تَمْلِكُ نَفْسَكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: اضْرِبْ
Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma: Aku telah menikahi putri pamanku yang cantik, maka aku mulai serumah denganya di bulan Ramadhan, apakah boleh bagi saya menciumnya?
Ibnu Abbas bertanya kepadanya: Apakah kamu mampu menahan diri?
Ia menjawab: Iya.
Ibnu Abbas berkata: Ciumlah!
Ia bertanya lagi: Apakah boleh bagi saya mencumbuinya?
Ibnu Abbas bertanya kepadanya: Apakah kamu mampu menahan diri?
Ia menjawab: Iya.
Ibnu Abbas berkata: Cumbuilah!
Ia bertanya lagi: Apakah boleh bagi saya memegang kemaluannya?
Ibnu Abbas bertanya kepadanya: Apakah kamu mampu menahan diri?
Ia menjawab: Iya.
Ibnu Abbas berkata: Peganglah! [Al-Muhalla karya Ibnu Hazm: Shahih]
Ø  Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anha ditanya: Apakah engkau mencium istrimu ketika berpuasa?
Sa’ad menjawab:
نَعَمْ وَأَقْبِضُ عَلَى مَتَاعِهَا.
“Iya, dan aku memegang kemaluannya”. [Al-Muhalla karya Ibnu Hazm: Shahih]
Ø  Dari ‘Amru bin Syuraih -rahimahullah-;
«أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ كَانَ يُبَاشِرُ امْرَأَتَهُ بِنِصْفِ النَّهَارِ، وَهُوَ صَائِمٌ»
“Bahwasanya Ibnu Mas’ud -radhiyallahu 'anhu- mencumbui istrinya di pertengahan hari saat ia sedang berpuasa”. [Mushannaf ‘Abdurrazaq: Shahih]
7.      Jika mencumbu istri menyebabkan keluarnya air mani, maka puasanya batal.
 Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي ". [صحيح البخاري ومسلم]
Allah 'azza wa jalla berfirman: “Puasa adalah untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya langsung. Meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Aku”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (2) Keutamaan puasa
8.      Menutupi bagian kemaluan istri untuk lebih aman.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha:
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ، ثُمَّ يَجْعَلُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا ثَوْبًا، يَعْنِي الْفَرْجَ»
Bahwa Rasulullah shallallallahu'alaihiwasallam pernah mencumbuinya sedang beliau dalam keadaan berpuasa. Kemudian beliau meletakkan sebuah kain antara dirinya dengannya, yaitu kemaluan." [Musnad Ahmad: Shahih]
C.     Penjelasan ketiga.
Setelah meriwayatkan hadits Aisyah, imam Bukhari -rahimahullah- menyebutkan dua atsar yang menjelaskan makna kata “irbah”.
Yang pertama: Atsar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ {مَآرِبُ} [طه: 18]: «حَاجَةٌ»
Dan Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma- berkata: {keperluan} [Thaha: 18], artinya hajat.
Atsar ini diriwayatkan secara lengkap oleh Ath-Thabariy -rahimahullah- dalam tafsirnya 16/45:
عَنْ عَلِيٍّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَوْلُهُ {وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى} [طه: 18] يَقُولُ: حَاجَةٌ أُخْرَى
Dari ‘Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas, tentang firman Allah: {dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya} [Thaha: 18], Ibnu Abbas berkata: “Maksudnya kebutuhan yang lain”.
Dalam riwayat lain:
Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy -rahimahullah- dalam tafsirnya 16/45:
عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِهِ: {وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى} [طه: 18] قَالَ: حَوَائِجُ أُخْرَى قَدْ عَلِمْتَهَا
Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, tentang firman Allah: {dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya} [Thaha: 18], Ibnu Abbas berkata: “Maksudnya kebutuhan-kebutuhan lain yang telah Engkau ketahui”.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى (17) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى} [طه: 17، 18]
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". [Thaahaa: 17-18]
Yang kedua: Atsar Thawus bin Kaisan, Abu Abdirrahman Al-Yamaniy (w.106H) rahimahullah.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
قَالَ طَاوُسٌ: {غَيْرِ أُولِي الإِرْبَةِ} [النور: 31]: «الأَحْمَقُ لاَ حَاجَةَ لَهُ فِي النِّسَاءِ»
Thawus -rahimahullah- berkata: {yang tidak mempunyai keinginan} [An-Nuur: 31], artinya: Orang lugu yang tidak punya nafsu terhadap wanita.
Atsar ini diriwayatkan secara lengkap oleh Abdurrazaq -rahimahullah- dalam tafsirnya 2/436 no.2032:
عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ} [النور: 31]، قَالَ: «هُوَ الْأَحْمَقُ الَّذِي لَيْسَ لَهُ فِي النِّسَاءِ حَاجَةٌ وَلَا أَرَبٌ»
Dari Ibnu Thawus [Abdullah], dari bapaknya, tentang firman Allah ta’aalaa {yang tidak mempunyai keinginan}, Thawus berkata: “Maksudnya adalah orang yang lugu yang tidak punya keperluan dan nafsu terhadap wanita”.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [النور: 31]
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An-Nuur: 31]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...