بسم الله الرحمن الرحيم
Perselisihan pendapat di antara
manusia adalah hal yang pasti terjadi, dan supaya perselisihan pendapat ini
tidak menjadi sebab perpecahan dan permusuhan, maka hendaklah diperhatikan dan
mengamalkan adab-adab atau etika berselisih pendapat, berdialog, atau berdebat. Diantaranya:
1. Ikhlas dalam
mencari kebenaran.
Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu di atas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى
"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan" [Shahih Bukhari dan Muslim]
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]
Dan
orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-‘Ankabuut:69]
Imam Asy-Syafi’iy -rahimahullah-
berkata:
«مَا
نَاظَرْتُ أَحَدًا إِلا عَلَى النَّصِيحَةِ» [آداب الشافعي ومناقبه لابن أبي حاتم]
“Aku tidak berdebat dengan
seseorang kecuali dengan niat saling menasehati”.
Beliau juga mengatakan:
وَاللَّهِ، مَا
نَاظَرْتُ أَحَدًا، فَأَحْبَبْتُ أَنْ يُخْطِئَ [آداب الشافعي ومناقبه لابن أبي حاتم]
“Demi Allah, aku tidak berdebat
dengan seseorang kemudian aku senang jika ia salah”. [Adab Asy-Syafi’iy karya
Ibnu Abi Hatim]
2. Mengharapkan
orang lain bisa menerima kebenaran.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَلَعَلَّكَ
بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا} [الكهف: 6]
Maka (apakah) barangkali kamu
akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya
mereka tidak beriman kepada keterangan Ini (Al-Quran). [Al-Kahfi:6]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu:
«فَوَاللَّهِ
لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Demi
Allah, jika seorang diberi hidayah karena kamu maka itu lebih untukmu dari
seekou unta merah”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
3. Meninggalkan perdebatan yang tidak bermanfaat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{سَيَقُولُونَ
ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا
بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ
بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً
ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا} [الكهف: 22]
Nanti (ada orang yang akan)
mengatakan: “(jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya”,
dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam
adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang
lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah
anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka;
tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena
itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali
pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka. [Al-Kahfi:22]
{وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ
لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا
يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ} [الكهف: 19]
Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar
mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di
antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka
menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata
(yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada
(di sini). [Al-Kahfi:19]
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata, "Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ
حَسَّنَ خُلُقَهُ
"Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang
meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga
bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku
juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak
baik." [Sunan Abi Daud: Hasan]
Dari Ali radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dan Fathimah
binti Nabi ‘alaihissalam pada suatu malam, dan berkata:
«أَلاَ تُصَلِّيَانِ؟»
“Apakah kalian tidak shalat malam?”
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menjawab: Jiwa kami di tangan Allah, jika Allah
menghendaki maka kami akan dibangunkan untuk shalat.
Kemudian
beliau pergi ketika kami mengatakan hal itu dan beliau tidak mengatakan sesuatu
bantahan padaku. Kemudian aku mendengarnya saat beliau berpaling dengan memukul
pahanya, membaca:
{وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا}
[الكهف: 54]
Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. [Al-Kahfi:
54] [Sahih Bukhari dan Muslim]
4. Punya kemampuan dalam berdialog.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ
رِدْءًا يُصَدِّقُنِي ۖ إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ} [القصص : 34]
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia
bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku
khawatir mereka akan mendustakanku". [Al-Qashash: 34]
5. Berdialog dengan penuh hikmah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ
عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل : 125]
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl: 125]
*Hikmah:
ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil.
{وَلَا تُجَادِلُوا
أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}
[العنكبوت: 46]
Dan
janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling
baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka*. [Al-‘Ankabuut:46]
Yang
dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: Orang-orang yang setelah
diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara
yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan
permusuhan.
6. Mendengarkan
pendapat dan hujjah orang lain.
Suatu
hari Utbah bin Rabi’ah berkata saat ia sedang duduk di perkumpulan orang
Quraisy dan Nabi ‘alaihishalatu wassalam sedang duduk di mesjid sendirian: “Wahai
kaum Quraisy, bolehkah aku pergi menemui Muhammad dan aku berdialog dengannya
kemudian aku menawarkan padanya beberapa hal semoga ia menerima sebagiannya dan
kita memberi apa yang ia mau sehingga ia membiarkan kita (tidak mencela agama
kita)?”
Dialog
ini terjadi ketika Hamzah telah memeluk Islam dan kaum Quraisy melihat sahabat
Rasulullah semakin bertambah banyak.
Kaum
Quraisya menjawab: “Tentu, wahai Abu Al-Waliid (kuniah ‘Uqbah), pergilah
kepadanya, dan ajaklah ia berdialog!”
Maka
‘Uqbah pergi menemui Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- dan duduk di dekatnya,
kemudian berkata:
يا أبن أخي، إنك
منا حيث قد علمت من السطة في العشيرة، والمكان في النسب، وإنك قد أتيت قومك بأمر عظيم،
فرقت به جماعتهم، وسفهت به أحلامه، وعبت به آلهتم ودينهم، وكفرت به من مضى من آبائهم،
فاسمع مني أعرض عليك أمورا تنظر فيها لعلك تقبل منا بعضها .
Wahai
anak saudaraku, sesungguhnya kedudukan engkau di sisi kami –sebagaimana yang
engkau ketahui- adalah bagian dari keluarga dan tempat yang mulia dalam
keturunan, dan engkau telah membawa sesuatu kepada kaummu masalah yang besar,
engkau memecah persatuan mereka, engkau membodohi pemukanya, mencela tuhan dan
agama mereka, dan engkau mengkafirkan nenek moyang mereka, maka dengarkanlah
nasehat dariku, aku akan memberi beberapa tawaran padamu, semoga engkau
menerima salah satunya.
Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
قل يا أبا الوليد
أسمع!
“Sampaikanlah
wahai Abul Waliid, aku akan mendengarkannya!”
Abul
Walid melajutkan:
يا ابن أخي إن
كنت إنما تريد بما جئت به من هذا الأمر مالا جمعنا لك من أموالنا حتى تكون أكثرنا مالا،
وإن كنت تريد به شرفا سودناك علينا حتى لا نقطع أمرا دونك، وإن كنت تريد ملكا ملكناك
علينا، وإن كان هذا الذي يأتيك رئيا تراه لا تستطيع رده عن نفسك طلبنا لك الطب وبذلنا
في أموالنا حتى نبرئك منه فإنه ربما غلب التابع على الرجل حتى يداوى منه
Wahai
anak saudaraku, jika engkau hanya mengharapkan harta dengan menyampaikan apa
yang engkau da’wahkan ini maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu
sehingga engkau menjadi orang terkaya diantara kami, dan jika engkau
mengharapkan kedudukan mulia maka kami akan mengangkatmu sebagai tuan kami
sehingga kami tidak akan menetapkan suatu urusan tanpa meminta pendapatmu, dan
jika engkau menginginkan kekuasaan maka kami jadikan engaku penguasa atas kami,
dan jika yang mendatangimu adalah ruh jahat dan engkau tidak mampu melawannya
maka kami akan mencarikan untukmu tabib dan kami akan mendermakan harta kami
sampai engkau sembuh, karena bisa jadi pengganggu mengalahkan seseorang sampai
ia diobati.
Setelah
‘Utbah selesai berbicara dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam setia
menyimaknya, beliau bertanya:
أقد فرغت يا أبا
الوليد ؟
“Apakah
engkau sudah selesai, wahai Abul Waliid?”
‘Utbah
menjawab: نعم Iya!
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasalam berkata: فاسمع مني Maka dengarkanlah aku!
‘Utbah
menwaba: أفعل Aku akan
mendengarkan!
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasalam kemudian membaca firman Allah -subhanahu wata’aalaa-:
{حم (1) تَنْزِيلٌ
مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ
يَعْلَمُونَ (3) بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ}
[فصلت: 1 - 4]
Haa
Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita
gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak
mau mendengarkan. [Fushilat: 1-4]
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam
terus membacakan Al-Qur’an kepda ‘Utbah, dan ‘Utbah terdiam ketika
mendengarkannya sambil meletakkan kedua tangannya di belakan sebagai sandaran,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sampai pada ayat sajadah
kemudian beliau sujud, kemudian berkata:
قد سمعت يا أبا
الوليد ما سمعت فأنت وذاك [فقه السيرة للغزالي:
حسنه الألباني]
“Engkau telah mendengarkan wahai Abul Walid apa yang
engkau dengar, maka terserah engkau dengan hal itu”. [Fiqhussirah kayra
Al-Gazaliy: Hasan]
7. Menyebutkan
dalil untuk setiap pendapat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ
مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا} [الأنعام: 148]
Katakanlah:
"Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada kami?" [Al-An’aam:148]
{قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [البقرة: 111] [النمل: 64]
Katakanlah:
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". [Al-Baqarah:111,
An-Naml:64]
{قُلْ هَٰذِهِ
سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ
اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف : 108]
Katakanlah:
"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]
8. Membantah pendapat
orang lain dengan tenang.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَاغْضُضْ مِنْ
صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ} [لقمان: 19]
Dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Luqman:19]
{اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا
لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ (44)} [طه : 43-44]
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". [Thahaa: 43-44]
Dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- istri Nabi -shallallahu
'alaihi wasallam-; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ
وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
"Sesungguhnya kasih sayang (lemah lembut) itu tidak akan berada pada
sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika
kasih sayang (lemah lembut) itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan
membuatnya menjadi buruk." [Shahih Muslim]
Dari Abu Hurairah -radhiallahu 'anhu-;
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ
الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi
orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
9. Menyebutkan
hal-hal yang disepakati sebelum yang diperselisihkan.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا
تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ
ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ
اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ} [الزمر: 38]
Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah:
"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika
Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu
dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. [Az-Zumar:38]
10. Tawadhu'
dalam membantah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى
أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} [سبأ: 24]
Katakanlah:
"Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?"
Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu
(orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang
nyata.
[Saba’:24]
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ}
[البقرة: 204]
Dan
di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal
ia adalah penantang yang paling keras. [Al-Baqarah: 204]
Dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إن أبغض الرجال إلى الله الألد الخصم»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya orang yang paling
dibenci oleh Allah adalah orang yang penentang yang paling keras”. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ
الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat
biji sawi dari kesombongan." Seorang laki-laki bertanya,
"Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan sandalnya bagus (apakah ini
termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan
manusia." [Shahih Muslim]
Abdullah bin Al-Mu’taz -rahimahullah- berkata:
الْمُتَوَاضِعُ
فِي طِلابِ الْعِلْمِ أَكْثَرُهُمْ عِلْمًا ، كَمَا أَنَّ الْمَكَانَ الْمُنْخَفِضَ
أَكْثَرُ الْبِقَاعِ مَاءً
“Orang
tawadhu’ di antara penuntut ilmu adalah orang yang paling banyak ilmunyaa,
sebagaimana tempat yang rendah lebih banyak menampung air”. [Al-Jaami’ liakhlaqirrawi]
11. Menentukan
pokok perselisihan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ
إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا
مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ} [آل عمران : 64]
Katakanlah:
"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah".
Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". [Ali ‘Imran:64]
12. Merujuk
kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sesuai pemahaman sahabatnya dan
orang-orang yang meniti jejaknya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. [An-Nisaa’:59]
{إِنَّمَا كَانَ
قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ
أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]
Sesungguhnya
jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami
mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur:51]
Lihat: Keutamaan Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Lihat: Keutamaan Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
13. Merujuk
kepada ahlinya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]
Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43,
Al-Anbiyaa’:7]
{وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ
مِنْهُمْ } [النساء: 83]
Dan
kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama) di antara
mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulama). [An-Nisaa’:83]
{فَاسْأَلْ بِهِ
خَبِيرًا } [الفرقان: 59]
14. Kalau tidak tahu, diam saja.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَا تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ
كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء:
36]
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya. [Al-Israa’:36]
{وَتَقُولُونَ
بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ
اللَّهِ عَظِيمٌ} [النور: 15]
Dan
kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu
menganggapnya suatu yang ringan saja. padahal dia pada sisi Allah adalah besar. [An-Nuur:15]
{هَا أَنْتُمْ
هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ
لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [آل عمران: 66]
Beginilah
kamu, kamu Ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui,
Maka Kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah
mengetahui sedang kamu tidak Mengetahui. [Ali ‘Imran:66]
15. Jangan malu mengatakan “Saya tidak tahu”!
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا
قَلِيلًا} [الإسراء: 85]
Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". [Al-Israa’:85]
{يَسْأَلُونَكَ
عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا
لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ} [الأعراف:
187]
Mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia”. [Al-A’raaf:187]
Ketika
Jibril bertanya tentang hari kiamat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
مَا المَسْئُولُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ [صحيح البخاري ومسلم]
“Tidaklah
yang ditanya tentang itu lebih tau dari pada yang bertanya”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
16. Hindari
hinaan dan caci-maki.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«سِبَابُ المُسْلِمِ
فُسُوقٌ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Mencaci sesama muslim
adalah suatu kefasikan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain;
«لَيْسَ المُؤْمِنُ
بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ، وَلَا الفَاحِشِ، وَلَا البَذِيءِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Orang beriman (yang sempurna
imannya) tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan
tidak berkata buruk”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
17. Menentukan
jenis perselisihan, mana yang harus diingkari dan mana yang tidak.
Dari ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا حَكَمَ
الحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ
ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Jika
seorang hakim menetapkan suatu hukum dan ia telah berusaha dengan baik kemudian
ia menetapkan yang benar maka ia mendapat dua pahala, dan jika ia menetapkan
hukum dan ia telah berusaha dengan baik kemudian ia menetapkan yang salah maka
ia mendapat satu pahala”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
18. Berlapang
dada dan adil dengan orang yang tidak sepaham.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ} [المائدة: 8]
Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. [Al-Maidah:8]
{وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىَٰ} [الأنعام : 152]
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabat(mu). [Al-An'aam: 152]
Ibnu
Umar
radhiyallahu 'anhuma berkata:
قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنَا لَمَّا رَجَعَ مِنَ الأَحْزَابِ: «لاَ يُصَلِّيَنَّ
أَحَدٌ العَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ» فَأَدْرَكَ بَعْضَهُمُ العَصْرُ فِي
الطَّرِيقِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نُصَلِّي حَتَّى نَأْتِيَهَا، وَقَالَ بَعْضُهُمْ:
بَلْ نُصَلِّي، لَمْ يُرَدْ مِنَّا ذَلِكَ، فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami ketika beliau kembali
dari perang Ahzab: "Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian shalat
'Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah." Lalu tibalah waktu shalat
ketika mereka masih di jalan, sebagian dari mereka berkata, 'Kami tidak akan
shalat kecuali telah sampai tujuan', dan sebagian lain berkata, 'Bahkan kami
akan melaksanakan shalat, sebab beliau tidaklah bermaksud demikian'. Maka
kejadian tersebut diceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
dan beliau tidak mencela seorang pun dari mereka."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Abdurrahman bin Zayd
radhiyallahu
'anhu berkata: Usman -radhiyallahu 'anhu- melakukan shalat di Mina empat raka'at. Lalu Abdullah bin Mas'ud berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ رَكْعَتَيْنِ،
وَمَعَ عُمَرَ رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ عُثْمَانَ صَدْرًا مِنْ إِمَارَتِهِ، ثُمَّ أَتَمَّهَا
، ثُمَّ تَفَرَّقَتْ بِكُمُ الطُّرُقُ فَلَوَدِدْتُ أَنْ لِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ
رَكْعَتَيْنِ مُتَقَبَّلَتَيْنِ
Aku
telah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (di Mina)
dua raka'at, bersama Abu Bakr dua raka'at, bersama Umar dua raka'at, dan
bersama Usman di awal khilafahnya kemudian ia menyempurnakan shalat
empat raka'at. Kemudian kalian berselisih arah, maka aku berharap andai saja
shalat yang aku lakuan empat raka'at, yang dua raka'atnya pun diterimah.
Lalu ia
ditanya: Engkau mencela Usman kemudian engkaupun shalat bersamanya empat
raka'at?
Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu menjawab:
«الْخِلَافُ شَرٌّ»
[سنن أبي داود: صحيح]
“Perselisihan
itu buruk”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
19. Berbaik
sangka.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ
لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ
رَحِيمٌ} [الحجرات: 12]
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Hujuraat:12]
{لَوْلَا إِذْ
سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا} [النور: 12]
Mengapa
di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat
tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri (sesama)? [An-Nuur:12]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ،
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ
تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا
عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Jauhilah buruk sangka, karena
buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan janganlah kalian menguping
pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari keburukan orang lain, dan
jangan bersaing yang tidak sehat, dan jangan saling iri, dan jangan saling
bermusuhan, jangan saling membelakangi (menjauhi), dan jadilah kalian hamba
Allah yang saling bersaudara. [Sahih Bukhari dan Muslim]
20. Posisikan
diri sebagai orang yang sedang dihadapi.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{كَذَلِكَ كُنْتُمْ
مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ} [النساء: 94]
Begitu
jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu. [An-Nisaa’:94].
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:
«لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tidak sempurna keimanan
seseorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya seperti ia
mencintai untuk dirinya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu
a’lam!
Referensi:
الخلاف أسبابه وآدابه، المؤلف: الدكتور عائض القرني
الإئتلاف في عدم الإنكار في مسائل الإختلاف، المؤلف: سعيد بن عبد القادر بن سالم باشنفر
أدب الإختلاف، المؤلف: سعيد بن عبد القادر بن سالم باشنفر
الإئتلاف والاختلاف، أسسه وضوابطه، المؤلف: الدكتور صالح بن غانم السدلان
موقف المُسلم مِن الخلاف للشيخ عبد الرحمن بن ناصر البراك
الإئتلاف في عدم الإنكار في مسائل الإختلاف، المؤلف: سعيد بن عبد القادر بن سالم باشنفر
أدب الإختلاف، المؤلف: سعيد بن عبد القادر بن سالم باشنفر
الإئتلاف والاختلاف، أسسه وضوابطه، المؤلف: الدكتور صالح بن غانم السدلان
موقف المُسلم مِن الخلاف للشيخ عبد الرحمن بن ناصر البراك
Lihat
juga: Bahaya perselisihan dan perpecahan - Faktor perpecahan umat - Kunci kemenangan dan kebangkitan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...