بسم
الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 2 ayat dan 1 hadits:
1) Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الْأَبْرَارَ
يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (5) عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا
عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (6) يُوفُونَ بِالنَّذْرِ
وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا} [الإنسان:
5 - 7]
Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang
campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya
hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan
sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang
azabnya merata di mana-mana.
[Al-Insan: 5-7]
2) Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ نَفَقَةٍ
أَوْ نَذَرْتُمْ مِنْ نَذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ} [البقرة: 270]
Apa
saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada
seorang penolongpun baginya.
[Al-Baqarah: 270]
Ø Hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ
يَعْصِهِ»
"Barangsiapa bernadzar untuk menaati Allah, hendaknya
ia menaati-Nya, dan barangsiapa bernadzar untuk bermaksiat kepadaNya, maka
janganlah ia perturutkan untuk bermaksiat kepadaNya." [Shahih Bukhari]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 3 poin penting:
1.
Wajib menunaikan nadzar.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلْيُوفُوا نُذُورَهُم} [الحج: 29]
Dan
hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka. [Al-Hajj: 29]
{وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ
لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ
(75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ
مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ
بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ} [التوبة: 75 - 77]
Dan
diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan
bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh". Maka
setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka
kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang
selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati
mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri
terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka
selalu berdusta.
[At-Taubah: 75-77]
Ø Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ
وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ
يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ»
"Yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup
di masaku, kemudian masa setelahnya, kemudian seetelahnya. Sesungguhnya pada
masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya,
mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak
melaksanakannya, dan nampak pada mereka ke-gemukan" [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي نَذَرْتُ
فِي الجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي المَسْجِدِ الحَرَامِ، فَقَالَ
لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْفِ نَذْرَكَ» فَاعْتَكَفَ
لَيْلَةً [صحيح البخاري ومسلم]
"Wahai
Rasulullah, aku pernah bernadzar di zaman Jahiliyyah untuk beri'tikaf satu
malam di Al Masjidil Haram".
Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: "Tunaikanlah
nadzarmu itu".
Maka
kemudian 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu melaksanakan
i'tikafnya pada suatu malam. [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.
Jika telah ditetapkan bahwa nadzar adalah bentuk ibadah
untuk Allah maka melakukannya untuk selain Allah adalah bentuk syirik.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ} [المائدة: 76]
Katakanlah:
"Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Al-Maidah: 76]
{قَالَ
أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا
يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ} [الأنبياء:
66، 67]
Ibrahim berkata: "Maka mengapakah
kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun
dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang
kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?"
[Al-Anbiyaa': 66-67]
Bernadzar hukumnya makruh.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَنْذِرُوا، فَإِنَّ
النَّذْرَ لَا يُغْنِي مِنَ الْقَدَرِ شَيْئًا، وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ
الْبَخِيلِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Janganlah
kalian bernadzar, karena nadzar sedikitpun tidak akan merubah takdir,
hanyasanya) nadzar itu untuk mengeluarkan sesuatu dari orang bakhil."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّذْرِ، وَقَالَ: «إِنَّهُ لاَ يَرُدُّ شَيْئًا،
وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ البَخِيلِ» [صحيح
البخاري ومسلم]
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melarang nadzar dan bersabda: "Nadzar
tidak bisa menolak sesuatu, hanyasanya ia dikeluarkan dari orang bakhil."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Kecuali nadzar
setelah mendapatkan nikmat.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِذْ
قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي
مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [آل عمران: 35]
(Ingatlah) ketika isteri 'Imran berkata:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena
itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui". [Ali 'Imran:35]
3.
Nadzar yang mengandung maksiat tidak boleh ditunaikan.
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ
فِي مَعْصِيَةٍ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ الْعَبْدُ» [صحيح
مسلم]
"Tidak
boleh melaksanakan nadzar dalam kemaksiatan kepada Allah dan tidak pula
terhadap sesuatu yang tidak dimiliki oleh seorang hamba." [Shahih Muslim]
Ø Tsabit bin Adh-Dhahhaq radhiyallahu 'anhu berkata:
نَذَرَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلًا بِبُوَانَةَ
فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي نَذَرْتُ
أَنْ أَنْحَرَ إِبِلًا بِبُوَانَةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «هَلْ كَانَ فِيهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يُعْبَدُ؟»
قَالُوا: لَا، قَالَ: «هَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ؟»، قَالُوا:
لَا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْفِ بِنَذْرِكَ،
فَإِنَّهُ لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ
ابْنُ آدَمَ» [سنن أبي داود: صحيح]
Seorang
laki-laki bernadzar pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
untuk menyembelih unta di Buwanah. Kemudian ia datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan berkata; Sesungguhnya saya telah bernadzar untuk
menyembelih unta di Buwanah.
Kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah padanya
terdapat berhala diantara berhala-berhala jahiliyah yang disembah?"
Mereka
berkata; Tidak.
Beliau
berkata: "Apakah padanya terdapat hari besar (raya) diantara hari-hari
besar mereka?"
Mereka
berkata; Tidak.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penuhi nadzarmu,
sesungguhnya tidak boleh memenuhi nadzar dalam bermaksiat kepada Allah, dalam
perkara yang tidak dimiliki anak Adam." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Demikian pula dengan
nadzar yang tidak sanggup ia lakukan:
Anas
bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى شَيْخًا يُهَادَى بَيْنَ ابْنَيْهِ، قَالَ: «مَا بَالُ
هَذَا؟»، قَالُوا: نَذَرَ أَنْ يَمْشِيَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ عَنْ تَعْذِيبِ
هَذَا نَفْسَهُ لَغَنِيٌّ»، وَأَمَرَهُ أَنْ يَرْكَبَ
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang tua renta yang dipapah oleh kedua
anaknya, maka Beliau bertanya: "Mengapa orang ini berbuat seperti ini?".
Mereka
menjawab: "Dia telah bernadzar untuk berjalan kaki (menuju Makkah) ".
Maka
Beliau berkata: "Allah tidak membutuhkan orang ini untuk menyiksa dirinya".
Maka
Beliau memerintahkan orang itu naik tunggangan. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ، إِذَا هُوَ بِرَجُلٍ قَائِمٍ، فَسَأَلَ عَنْهُ
فَقَالُوا: أَبُو إِسْرَائِيلَ، نَذَرَ أَنْ يَقُومَ وَلاَ يَقْعُدَ، وَلاَ
يَسْتَظِلَّ، وَلاَ يَتَكَلَّمَ، وَيَصُومَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مُرْهُ فَلْيَتَكَلَّمْ وَلْيَسْتَظِلَّ وَلْيَقْعُدْ،
وَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ» [صحيح البخاري]
Ketika
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah, tiba-tiba ada
seseorang yang berdiri terus, beliau pun bertanya tentang perbuatannya, maka
para sahabat menjawab; 'Itu Abu isra'il, telah bernadzar untuk berdiri dan
tidak akan duduk, tidak akan berteduh, tidak akan berbicara dan terus
berpuasa.'
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Suruhlah dia untuk bicara,
berteduh, duduk, dan menyempurnakan puasanya." [Shahih Bukhari]
Ø Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمَّا بَلَغَهُ أَنَّ أُخْتَ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ،
نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ مَاشِيَةً، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنْ نَذْرِهَا
مُرْهَا فَلْتَرْكَبْ» [سنن أبي داود: صحيح]
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tatkala telah sampai kepadanya bahwa
saudari 'Uqbah bin 'Amir bernadzar untuk berhaji dengan berjalan kaki, maka
beliau berkata: "Sesungguhnya Allah tidak butuh kepada nadzarnya.
Perintahkan dia agar berkendaraan." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Apakah orang yang
bernadzar maksiat atau suatu yang tidak dimilikinya harus membayar kaffarah?
Pendapat
pertama: Tidak wajib kaffarah karena
dalam hadits di atas tidak disebutkan kaffarah bagi mereka.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا} [البقرة: 286]
Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [Al-Baqarah: 286]
{فَاتَّقُوا
اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ} [التغابن:
16]
Maka bertakwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu. [At-Tagabun: 16]
{رَبَّنَا
وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ} [البقرة: 286] "
قَالَ: نَعَمْ "
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". [Al-Baqarah:286]
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
“Iya aku kabulkan”.
[Shahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«وَإِذَا
أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ»
"Dan jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian maka
kerjakanlah sesuai dengan kemampuan kalian". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Pendapat
kedua: Wajib membayar kaffarah
sumpah.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«كَفَّارَةُ النَّذْرِ كَفَّارَةُ
الْيَمِينِ» [صحيح مسلم]
"Kafaratnya (denda) nadzar sama dengan
kafaratnya sumpah." [Shahih Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا نَذْرَ فِي
مَعْصِيَةٍ وَكَفَّارَتُهُ كَفَّارَةُ يَمِينٍ»
"Tidak boleh ada nadzar dalam
bermaksiat, dan kafaratnya adalah kafarat sumpah." [Sunan Abi Daud:
Shahih]
Ø Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" النَّذْرُ
نَذْرَانِ: فَمَا كَانَ لِلَّهِ فَكَفَّارَتُهُ الْوَفَاءُ، وَمَا كَانَ
لِلشَّيْطَانِ فَلَا وَفَاءَ فِيهِ وَعَلَيْهِ كَفَّارَةُ يَمِينٍ " [المنتقى لابن الجارود: حسن]
“Nadzar
ada dua: Nadzar yang dilakukan demi Allah maka kaffarahnya adalah dengan
melunasinya, dan nadzar demi Syaithan maka tidak boleh ditunaikan dan wajib ia
membayar kaffarah sumpah”. [Al-Muntaqa karya Ibnu Al-Jaruud: Hasan]
Ø Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu berkata, Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" النَّذْرُ نَذْرَانِ: فَمَا
كَانَ مِنْ نَذْرٍ فِي طَاعَةِ اللَّهِ فَذَلِكَ لِلَّهِ وَفِيهِ الْوَفَاءُ،
وَمَا كَانَ مِنْ نَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ فَذَلِكَ لِلشَّيْطَانِ وَلَا
وَفَاءَ فِيهِ، وَيُكَفِّرُهُ مَا يُكَفِّرُ الْيَمِينَ " [سنن النسائي: صححه الألباني]
"Nadzar ada dua; nadzar dalam ketaatan
kepada Allah, maka hal tersebut adalah untuk Allah dan harus ditunaikan,
sedangkan nadzar dalam bermaksiat kepada Allah, maka hal tersebut adalah untuk
setan dan tidak boleh ditunaikan, dan ia bisa dihapus oleh kafarat yang
menghapus sumpah." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Kaffarah sumpah:
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{لَا
يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ
بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ
مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ
رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ
أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة: 89]
Allah
tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu,
atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang
siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga
hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah
(dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan
kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). [Al-Maidah: 89]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...