Rabu, 15 April 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (62) Puasa pada hari Jum’at

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صَوْمِ يَوْمِ الجُمُعَةِ، فَإِذَا أَصْبَحَ صَائِمًا يَوْمَ الجُمُعَةِ فَعَلَيْهِ أَنْ يُفْطِرَ
“Bab: Puasa pada hari Jum’at, jika seseorang berniat puasa pada hari Jum’at maka ia harus membatalkannya
Seorang perawi kitab shahih Bukhari menjelaskan:
يَعْنِي: إِذَا لَمْ يَصُمْ قَبْلَهُ، وَلاَ يُرِيدُ أَنْ يَصُومَ بَعْدَهُ
“Maksudnya: Jika ia tidak berpuasa pada hari sebelumnya (Kamis), atau tidak akan puasa pada hari setelahnya (Sabtu)”.
Dalam bab ini, Imam Bukhari ingin menjelaskan tentang hukum berpuasa pada hari Jum’at. Beliau berpendapat bahwa puasa hari Jum’at tidak dibolehkan kecuali jika ia telah berpuasa pada hari sebelumnya (Kamis) atau akan berpuasa pada hari esoknya (Sabtu). Beliau meriwayatkan 3 hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Jabir bin ‘Abdillah, Abu Hurairah, dan Juwairiyah binti Al-Harits radhiyallahu ‘anhum.
Hadits pertama: Hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan melalui dua jalur:
Jalur pertama; Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1883 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ [الضَّحَّاكُ بنُ مَخْلَدٍ الشَّيْبَانِيُّ]، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَبْدِ الحَمِيدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ، قَالَ: سَأَلْتُ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الجُمُعَةِ؟ قَالَ: «نَعَمْ»
1883 - Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim [Adh-Dhahhaq bin Makhlad Asy-Syaibaniy], dari Ibnu Juraij, dari 'Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah, dari Muhammad bin 'Abbad berkata; "Aku bertanya kepada Jabir radhiyallahu 'anhu apakah benar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang puasa pada hari Jum'at?
Dia menjawab: "Benar".
Jalur kedua; Imam Bukhari rahimahullah berkata:
زَادَ غَيْرُ أَبِي عَاصِمٍ، يَعْنِي: " أَنْ يَنْفَرِدَ بِصَوْمٍ "
Selain 'Abu 'Ashim, para perawi menambahkan: "Yakni apabila mengkhususkan hari Jum'at untuk berpuasa".
Takhrij jalur kedua riwayat selain Abi ‘Ashim:
a)       Jalur Yahya bin Sa’id Al-Qathan, diriwayatkan oleh An-Nasa’iy rahimahullah dalam “As-Sunan Al-Kubra” (3/205) no.2760, ia berkata:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ، قَالَ: قُلْتُ لِجَابِرٍ: أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى أَنْ يُفْرَدَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ بِصَوْمٍ؟ قَالَ: " إِي وَرَبِّ الْكَعْبَةِ "
‘Amru bin ‘Ali memberitakan kepada kami, ia berkata: Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin ‘Abbad bin Ja’far menberitakan kepadaku, ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir: Apakah engkau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dari mengkhususkan hari Jum’at dengan puasa?
Jabir menjawab: Iya, demi Rabbnya Ka’bah!
b)      Jalur Hafsh bin Giyats, diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam “As-Sunan Al-Kubra” (3/205) no.2762, ia berkata:

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ مُفَرَدًا»
Ahmad bin ‘Utsman bin Hakim memberitakan kepada kami, ia berkata: Abu Nu’aim menceritakan kepada kami, ia berkata: Hafsh menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Muhammad bin ‘Abbad bin Ja’far, dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dari puasa hari Jum’at secara khusus”.
c)       Jalur An-Nadhr bin Syumail, diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam “As-Sunan Al-Kubra” (3/205) no.2761, ia berkata:
أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سَلْمٍ الْبَلْخِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ شُميلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ، أَنَّ جَابِرًا، سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ أَنْ نُفْرِدَهُ»
Sulaiman bin Salm Al-Balkhiy memberitakan kepada kami, ia berkata: An-Nadhr bin Syumail menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin ‘Abbad: Bahwasanya Jabir ditanya tentang puasa pada hari Jum’at, maka ia menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dari mengkhususkan puasa hari Jum’at”.
Hadits kedua: Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1884 - حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ [ذَكْوَانُ بنُ عَبْدِ اللهِ السَّمَّانُ]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «لاَ يَصُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الجُمُعَةِ، إِلَّا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ»
1884 - Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyats, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih [Dzakwan bin Abdillah As-Samman], dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum'at kecuali dibarengi dengan satu hari sebelum atau sesudahnya".
Hadits ketiga: Hadits Juwairiyah binti Al-Harits radhiyallahu ‘anha.
Diriwayatkan melalui tiga jalur, dua jalur dengan sanad bersambung, dan satu jalur dengan sanad mu’allaq (terputus).
Jalur pertama dan kedua; Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1885 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ شُعْبَةَ، (ح) وحَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ [بن بشار بندار]، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ [محمد بن جعفر]، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ [يحيى بن مالك المَرَاغِيّ العَتَكيّ]، عَنْ جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ الحَارِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الجُمُعَةِ وَهِيَ صَائِمَةٌ، فَقَالَ: «أَصُمْتِ أَمْسِ؟»، قَالَتْ: لاَ، قَالَ: «تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا؟» قَالَتْ: لاَ، قَالَ: «فَأَفْطِرِي»
1885 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari Syu'bah. (Hadits)
Dan telah menceritakan kepada saya Muhammad [bin Basyar Bundar], telah menceritakan kepada kami Ghundar [Muhammad bin Ja’far], telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Abu Ayyub [Yahya bin Malik Al-Maragiy Al-‘Atakiy], dari Juwairiyah binti Al-Harits radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya pada hari Jum'at ketika dia sedang berpuasa. Beliau bertanya: "Apakah kemarin kamu juga berpuasa?"
Dia menjawab: "Tidak".
Beliau bertanya lagi: "Apakah besok kamu berniat berpuasa?"
Dia menjawab: "Tidak".
Maka Beliau berkata: "Berbukalah (batalkanlah) ".
Jalur ketiga; Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَالَ حَمَّادُ بْنُ الجَعْدِ: سَمِعَ قَتَادَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو أَيُّوبَ، أَنَّ جُوَيْرِيَةَ، حَدَّثَتْهُ: فَأَمَرَهَا فَأَفْطَرَتْ
Dan berkata Hammad bin Al Ja'di, dia mendengar Qatadah, telah menceritakan kepada saya Abu Ayyub, bahwa Juwairiyah menceritakan kepadanya: Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya agar dia membatalkan puasanya, maka ia membatalkannya.
Takhrij jalur ketiga riwayat Hammad bin Al-Ja’d:
Diriwayatkan oleh Abu Al-Qasim Al-Bagawiy rahimahullah dalam kitabnya “Jam’u haditsi Hudbah bin Khalid”, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam “Fathul Bariy” (4/273), dan “Tagliq At-Ta’liq” (3/203), Al-Bagawiy berkata:
ثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، ثَنَا حَمَّادُ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ: سُئِلَ قَتَادَةُ وَأنا شَاهِدٌ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو أَيُّوبَ، أَنَّ جُوَيْرِيَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَتْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَهِيَ صَائِمَةٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: هَلْ صُمْتِ أَمْسِ؟ قَالَتْ: لَا، قَالَ: أَفَتُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِي غَدًا؟ قَالَتْ: مَا أُرِيدُ ذَاكَ، قَالَ: " فَأَمَرَهَا نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَفْطَرَتْ " .
Hudbah bin Khalid menceritakan kepada kami, ia berakata: Hammad bin Al-Ja’d menceitakan kepda kami, ia berkata: Qatadah ditanya -sementara saya menyaksikan- tentang puasa pada hari Jum’at, maka ia menjawab: Abu Ayyub menceritakan kepadaku bahwasanya Juwairiyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepadanya: Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemuinya saat ia sedang puasa pada hari Jum’at, maka beliau bertanya: Apakah engkau puasa kemarin?
Juwairiyah menjawab: Tidak.
Beliau bertanya lagi: Apakah engkau juga akan berpuasa besok?
Juwairiyah menjawab: Aku tidak ingin puasa besok.
Maka Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkannya untuk membatalkan puasa, maka ia membatalkan puasanya.
Penjelasan singkat 3 hadits di atas:
1.      Biografi Jabir bin ‘Abdillah bin ‘Amr bin Haram, Abu Abdillah Al-Khazrajiy Al-Anshariy Al-Salmiyy radhiyallahu ‘anhu.
2.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
3.      Biografi Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar Al-Musthaliqiyah radhiyallahu ‘anha.
Beliau salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia mejadi salah satu tawanan perang melawan Bani Musthalaq pada tahun 5 atau 6 hijriyah, saatu itu ia berumur 20 tahun, kemudian dimerdekakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian dinikahi. Beliau wafat tahun 50 hijriyah pada umur 65 tahun.
Ia meriwayatkan sekitar 7 hadits, diantaranya 1 dalam shahih Bukhari dan 2 dalam shahih Muslim. [Lihat: Siyar A’lam An-Nubalaa’ karya Adz-Dzahabiy 2/261]
Diantara keistimewaannya:
a)      Nabi memberinya nama Juwairiyah.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
" كَانَتْ جُوَيْرِيَةُ اسْمُهَا بَرَّةُ فَحَوَّلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَهَا جُوَيْرِيَةَ، وَكَانَ يَكْرَهُ أَنْ يُقَالَ: خَرَجَ مِنْ عِنْدَ بَرَّةَ "
Juwairiyah dulunya bernama "Barrah" kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menggantinya dengan” Juwairiyah”, Rasulullah tidak suka disebut: Ia keluar dari "Barrah". [Sahih Muslim]
b)      Menjadi berkah bagi kaumnya.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
وَقَعَتْ جُوَيْرِيَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ بْنِ الْمُصْطَلِقِ فِي سَهْمِ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، أَوِ ابْنِ عَمٍّ لَهُ فَكَاتَبَتْ عَلَى نَفْسِهَا، وَكَانَتِ امْرَأَةً مَلَّاحَةً تَأْخُذُهَا الْعَيْنُ، قَالَتْ: عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَجَاءَتْ تَسْأَلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كِتَابَتِهَا فَلَمَّا قَامَتْ عَلَى الْبَابِ فَرَأَيْتُهَا كَرِهْتُ مَكَانَهَا وَعَرَفْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَرَى مِنْهَا مِثْلَ الَّذِي رَأَيْتُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَا جُوَيْرِيَةُ بِنْتُ الْحَارِثِ وَإِنَّمَا كَانَ مِنْ أَمْرِي مَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ وَإِنِّي وَقَعْتُ فِي سَهْمِ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ وَإِنِّي كَاتَبْتُ عَلَى نَفْسِي فَجِئْتُكَ أَسْأَلُكَ فِي كِتَابَتِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَهَلْ لَكِ إِلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ؟» قَالَتْ: وَمَا هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أُؤَدِّي عَنْكِ كِتَابَتَكِ وَأَتَزَوَّجُكِ» قَالَتْ: قَدْ فَعَلْتُ، قَالَتْ: فَتَسَامَعَ - تَعْنِي النَّاسَ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تَزَوَّجَ جُوَيْرِيَةَ، فَأَرْسَلُوا مَا فِي أَيْدِيهِمْ مِنَ السَّبْيِ، فَأَعْتَقُوهُمْ، وَقَالُوا: أَصْهَارُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا رَأَيْنَا امْرَأَةً كَانَتْ أَعْظَمَ بَرَكَةً عَلَى قَوْمِهَا مِنْهَا، أُعْتِقَ فِي سَبَبِهَا مِائَةُ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ بَنِي الْمُصْطَلِقِ [سنن أبي داود: حسن]
"Juwairiyah binti Al Harits bin Al-Mushthaliq menjadi milik Tsabit bin Qais bin Syammas saat pembagian ghanimah, atau pada anak pamannya. Kemudian Juwairiyah mengadakan perjanjian pembebasan dirinya. Ia adalah wanita menawan yang selalu menarik perhatian orang yang memandangnya. Kemudian ia datang memohon bantuan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hal perjanjian pembebasannya. Ketika ia berdiri di depan pintu dan aku melihatnya, maka aku tidak menyukai posisinya dan aku mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan melihat dirinya seperti yang aku lihat. Kemudian Juwairiyah berkata, "Wahai Rasulullah, aku adalah Juwairiyah binti Al-Harits, permasalahanku sudah Tuan ketahui. Sungguh, aku telah menjadi milik Tsabit bin Qais bin Syammas dalam pembagian, dan aku telah mengadakan perjanjian pembebasan diriku. Maka aku datang kepadamu memohon pertolongan dalam perjanjian pembebasanku."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Apakah engkau mau mengambil sesuatu yang lebih baik dari hal itu?"
Juwairiyah bertanya, "Hal apakah itu wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda: "Aku bayarkan perjanjian pembebasanmu dan aku akan menikahimu!"
Juwairiyah menjawab, "Aku telah melakukannya (siap)."
Aisyah berkata, "Kemudian orang-orang mendengar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menikahi Juwairiyah, mereka pun melepaskan tawanan yang ada di tangan mereka dan membebaskan mereka. kemudian mereka berkata: "Para tawanan itu adalah kerabat (besan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami tidak melihat seorang wanita yang lebih besar berkahnya bagi kaumnya dari pada dirinya, sebab karenanya seratus keluarga Bani Mushthaliq dibebaskan." [Sunan Abi Daud: Hasan]
c)       Ahli ibadah
Dari Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma-, dari Juwairiyah -radhiyallahu 'anha- bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari rumah Juwairiyah pada pagi hari usai shalat Subuh dan dia tetap di tempat shalatnya. Tak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih duduk di tempat shalatnya. Setelah itu, Rasulullah menyapanya: "Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat shalatmu?"
Juwairiyah menjawab; 'Ya. Saya masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah.'
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
"Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya, seberat arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya." [Shahih Muslim]
4.      Larangan mengkhususkan puasa pada hari Jum’at, hukumnya makruh.
Laila -radhiyallahu 'anha- istri Basyir berkata; Basyir -radhiyallahu 'anhu- bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
أَصُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَلَا أُكَلِّمُ ذَلِكَ الْيَوْمَ أَحَدًا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَصُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا فِي أَيَّامٍ هُوَ أَحَدُهَا، أَوْ فِي شَهْرٍ، وَأَمَّا أَنْ لَا تُكَلِّمَ أَحَدًا، فَلَعَمْرِي لَأَنْ تَكَلَّمَ بِمَعْرُوفٍ، وَتَنْهَى عَنْ مُنْكَرٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَسْكُتَ» [مسند أحمد: صحيح]
'Bolehkan saya puasa pada hari Jum'at dan tidak berbicara pada hari itu pada siapa pun.'
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Jangan puasa khusus hari jum'at, kecuali puasa beberapa hari dan jumat menjadi salah satunya atau puasa sebulan. Adapun masalahmu engkau berniat tidak berbicara kepada siapa pun, sungguh bila kau berbicara kebaikan dan mencegah kemungkaran itu lebih baik dari pada diam." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَصُومُوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَحْدَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Janganlah kalian berpuasa hanya pada hari jum'at saja." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø  Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ لَا تَخْتَصَّ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ دُونَ اللَّيَالِي، وَلَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ دُونَ الْأَيَّامِ» [مسند أحمد: صحيح لغيره]
"Wahai Abu Ad-Darda’, janganlah kamu khususkan hanya malam Jum’at untuk bangun shalat malam sementara malam-malam yang lainnya tidak, dan jangan pula mengkhususkan hanya hari Jumat untuk puasa sementara hari yang lain tidak." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]
Ø  Dari Junadah Al-Azdiy radhiyallahu 'anhu:
أَنَّهُمْ دَخَلُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَمَانِيَةَ نَفَرٍ هُوَ ثَامِنُهُمْ، فَقَرَّبَ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا يَوْمَ جُمُعَةٍ، فَقَالَ: «كُلُوا» قَالُوا: صُيَّامٌ، قَالَ: «صُمْتُمْ أَمْسِ؟» قَالُوا: لَا، قَالَ: فَصَائِمُونَ غَدًا؟ قَالُوا: لَا، قَالَ: «فَأَفْطِرُوا» [السنن الكبرى للنسائي]
Mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjumlah delapan orang dan ia salah satu dari mereka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghidangkan makanan pada mereka di hari Jum’at, beliau berkata: Makanlah.
Mereka menjawab: Kami berpuasa.
Beliau bertanya: Apakah kalian telah berpuasa kemarin?
Mereka menjwab: Tidak.
Beliau bertanya: Apakah kalian akan berpuasa besok?
Mereka menjawab: Tidak.
Beliau bersabda: Maka batalkanlah puasa kalian!
Adapun berpuasa pada hari Jum’at jika dibarengi dengan berpuasa sebelumnya atau setelahnya, atau bertepatan dengan puasa yang disunnnahkan seperti ‘Arafah dan selainnya, atau bertepatan dengan puasa nadzar, maka itu dibolehkan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ غُرَّةِ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، وَقَلَّمَا كَانَ يُفْطِرُ يَوْمَ الجُمُعَةِ»
“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam biasa berpuasa pada hari-hari pertama selama tiga hari dari tiap bulan, dan beliau jarang didapati tidak berpuasa pada hari Jumat”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
At-Tirmidziy berkata:
«حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ» وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ صِيَامَ يَوْمِ الجُمُعَةِ، وَإِنَّمَا يُكْرَهُ أَنْ يَصُومَ يَوْمَ الجُمُعَةِ لَا يَصُومُ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ "
“Hadits Abdullah merupakan hadits hasan gharib, sebagian ulama mensunnahkan berpuasa pada hari Jum’at, yang dimakruhkan jika tidak disertai dengan puasa sehari sebelum atau sesudah”. [Sunan Tirmidziy]
5.      Hikmah larangan mengkhususkan puasa pada hari Jum’at.
Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini, disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- dalam “Fathul Bariy” (4/273), ia berkata bahwa yang paling kuat dari pendapat tersebut adalah yang pertama, yaitu hari Jum’at adalah hari raya dan bukan hari berpuasa. Ada hadits dan atsar yang jelas menyebutkan hikmah ini:
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَوْمُ عِيدٍ، فَلَا تَجْعَلُوا يَوْمَ عِيدِكُمْ يَوْمَ صِيَامِكُمْ، إِلَّا أَنْ تَصُومُوا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ» [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya hari jum'at adalah hari raya, maka janganlah kalian jadikan hari raya kalian sebagai hari kalian berpuasa, kecuali jika kalian berpuasa sebelumnya atau setelahnya." [Musnad Ahmad: Hasan]
Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
«مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَطَوِّعًا مِنَ الشَّهْرِ أَيَّامًا، فَلْيَكُنْ صَوْمُهُ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَلَا يَصُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَإِنَّهُ يَوْمُ طَعَامٍ وَشَرَابٍ، وَذِكْرٍ» [مصنف ابن أبي شيبة: إسناده حسن]
“Siapa diantara kalian yang berpuasa sunnah di setiap bulan maka hendaklah puasanya itu pada hari kamis, dan janganlah berpuasa pada hari Jum’at, karena hari Jum’at adalah hari makan dan minum, dan berdzikir”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Sanadnya hasan]
Ø  Qais bin Sakan -rahimahullah- berkata:
مَرَّ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ عَبْدِ اللَّهِ عَلَى أَبِي ذَرٍّ يَوْمَ جُمُعَةٍ، وَهُمْ صِيَامٌ، فَقَالَ: «أَقْسَمْتُ عَلَيْكُمْ لِتَفْطُرُنَّ فَإِنَّهُ يَوْمُ عِيدٍ» [مصنف ابن أبي شيبة]
Beberapa orang dari murid Abdullah melewati Abu Dzar pada hari Jum’at dan mereka sedang puasa, maka Abu Dzar berkata: “Aku bersumpah terhadap kalian agar kalian membatalkan puasa, karena sesungguhnya hari Jum’at adalah hari Raya”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
6.      Keistimewaan hari Jum’at.
Diantaranya:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ جَعَلَهُ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ وَإِنْ كَانَ طِيبٌ فَلْيَمَسَّ مِنْهُ وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ [سنن ابن ماجه: حسن]
“Sesungguhnya hari ini (Jum'at) adalah hari raya, Allah menjadikannya untuk umat Islam. Maka barangsiapa yang ingin menunaikan ibadah salat Jum'at maka hendaklah ia mandi, dan jika ada parfum maka hendaklah ia memakainya, dan hendaklah juga ia ber-siwak (sikat gigi).” [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَأَحْسَنَ طُهُورَهُ، وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ، وَمَسَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ، ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ، وَلَمْ يَلْغُ، وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ اثْنَيْنِ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Barangsiapa yang mandi di hari jum'at, bersuci dengan baik, memakai pakaian terbaiknya, dan memakai parfum secukupnya, kemudian datang ke mesjid untuk salat Jum'at, dengan tidak berbicara (lalai) dan tidak memisahkan dua orang dengan duduk diantaranya tanpa izin, maka diampuni dosanya antara hari itu dengan Jum'at sebelumnya”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø  Dari Abu Lubabah bin Abdul Mundzir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الْأَيَّامِ وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ فِيهِ خَمْسُ خِلَالٍ خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ مَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيَاحٍ وَلَا جِبَالٍ وَلَا بَحْرٍ إِلَّا وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ [سنن ابن ماجه: حسن]
“Sesungguhnya hari Jum'at adalah tuannya hari, dan paling mulia di sisi Allah. Lebih mulia di sisi Allah dari hari idul Adha dan Idul Fitri. Pada hari Jum'at ada lima keistimewaan: Allah menciptakan Adam di hari Jum'at. Dan Allah menurumkan Adam ke bumi di hari Jum'at. Dan pada hari Jum'at Allah mewafatkan Adam. Dan pada hari Jum'at ada waktu yang tidak seorang hamba pun yang meminta kepada Allah kecuali diberi. Dan pada hari Jum'at hari kiamat tiba, tidak satu malaikat terdekat pun, tidak pula langit, bumi, angin, gunung, dan lautan kecuali mereka takut pada hari Jum'at”. [Ibnu Majah: Hasan]
7.      Haidts Abu Hurairah dan Juwairiyah diantara dalil yang membolehkan berpuasa pada hari Sabtu.
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ يَوْمَ السَّبْتِ وَيَوْمَ الْأَحَدِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنَ الْأَيَّامِ، وَيَقُولُ: «إِنَّهُمَا يَوْمَا عِيدِ الْمُشْرِكِينَ، فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أُخَالِفَهُمْ» [مسند أحمد: حسن]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dulu lebih sering berpuasa pada hari sabtu dan ahad daripada hari-hari yang lain, dan beliau bersabda: "Sesungguhnya kedua hari itu adalah hari besar orang musyrik, dan aku hanya ingin menyelisihi mereka." [Musnad Ahmad: Hasan]
Kecuali jika mengkhususkan puasa pada hari Sabtu, maka hal tersebut dilarang, hukumnya makruh.
Dari Abdullah bin Busr As-Sulamiy dari Saudarinya (Ash-Shamma') radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا فِي مَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلَّا لِحَاءَ عِنَبَةٍ، أَوْ عُودَ شَجَرَةٍ فَلْيَمْضَغْهُ»
"Jangan kalian puasa di hari sabtu kecuali yang diwajibkan bagimu, dan jika ia tidak mendapatkan sesuatu untuk berbuka kecuali kulit anggur atau akar pohon maka hendaklah ia mengisapnya. [Sunan Abi Daud: Diperselisihkan]
Ø  Dalam riwayat lain: Abdullah bin Busr Al-Maziniy radhiyallahu 'anhu berkata: Kalian melihat tanganku ini? Dengan tangan ini aku pernah membaiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا فِيمَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ " [مسند أحمد]
"Janganlah kamu berpuasa pada hari sabtu, kecuali pada puasa yang telah diwajibkan atas kalian." [Musnad Ahmad]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...