Senin, 20 April 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (63) Bolehkah mengkhususkan suatu hari untuk berpuasa?

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: هَلْ يَخُصُّ شَيْئًا مِنَ الأَيَّامِ؟
“Bab: Bolehkah mengkhususkan satu hari (untuk berpuasa)?”
Dalam bab ini Imam Bukhari mempertanyakan hukum mengkhususkan satu hari tertentu untuk berpuasa, apakah dibolehkan atau tidak karena ada beberapa hadits dalam masalah ini yang nampaknya bertentangan. Seperti hadits Aisyah -radhiyallahu 'anha- yang diriwayatkan dalam bab ini.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1886 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى [القطان]، عَنْ سُفْيَانَ [الثوري]، عَنْ مَنْصُورٍ [بن المعتمر]، عَنْ إِبْرَاهِيمَ [النخعي]، عَنْ عَلْقَمَةَ، قُلْتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: هَلْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْتَصُّ مِنَ الأَيَّامِ شَيْئًا؟ قَالَتْ: " لاَ، كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً، وَأَيُّكُمْ يُطِيقُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُطِيقُ؟ "
1886 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya [Al-Qathan], dari Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Ibrahim [An-Nakha’iy], dari 'Alqamah; Aku bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan hari-hari tertentu dalam beramal?"
Dia menjawab: "Tidak. Beliau selalu beramal terus menerus tanpa putus. Siapakah dari kalian yang akan mampu (beramal) sebagaimana yang mampu dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Diantara sifat mulia Asiyah, adalah sangat pemalu sampai ia malu terhadap orang yang sudah wafat.
Aisyah berkata:
كُنْتُ أَدْخُلُ بَيْتِي الَّذِي دُفِنَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبِي فَأَضَعُ ثَوْبِي، وَأَقُولُ إِنَّمَا هُوَ زَوْجِي وَأَبِي، فَلَمَّا دُفِنَ عُمَرُ مَعَهُمْ فَوَاللَّهِ مَا دَخَلْتُهُ إِلَّا وَأَنَا مَشْدُودَةٌ عَلَيَّ ثِيَابِي، حَيَاءً مِنْ عُمَرَ [مسند أحمد: صحيح]
"Saya masuk rumahku yang di dalamnya Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam dikubur beserta ayahku. Saya menaruh kainku dan saya berkata; Mereka hanya suamiku dan ayahku! Namun ketika Umar dikubur bersama mereka, demi Allah aku tidak memasukinya melainkan aku tebalkan kainku karena malu kepada Umar." [Musnad Ahmad: Shahih]

2.      Bolehkah mengkhususkan satu hari untuk berpuasa?
Sebagian ulama berpendapat dengan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam bab ini bahwa dimakruhkan megkhususkan puasa pada hari-hari dalam sepekan. Kecuali hari-hari tertentu yang telah ditetapkan anjurannya dalam syari’at seperti hari ‘Arafah, ‘Asyur’a, dan semisalnya.
Akan tetapi pendapat ini dilemahkan dengan adanya riwayat yang menyebutkan pengkhususan puasa pada hari Senin dan Kamis. Diantaranya:
'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالخَمِيسِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sering berpuasa pada hari senin dan kamis. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø  Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin?
Rasulullah menjawab:
«ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ -» [صحيح مسلم]
"Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus -atau: aku dituruni wahyu-". [Sahih Muslim]
Ø  Dari Mantan budak Usamah bin Zaid, bahwa ia pernah pergi bersama Usamah menuju lembah Al-Qura untuk mencari hartanya, ia berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kemudian mantan budaknya berkata; Kenapa engkau berpuasa pada hari Senin dan Kamis, padahal engkau sudah sangat tua?
Lalu Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhama menjawab; Sesungguhnya Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis, dan ketika ditanyakan tentang hal itu, beliau bersabda:
«إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Sesungguhnya amalan para hamba disampaikan pada hari Senin dan Kamis." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالخَمِيسِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ» [سنن الترمذي: صحيح]
Amalan diperlihatkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku senang jika amalanku diperlihatkan saat aku berpuasa”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Adapun hadits Aisyah dalam bab ini, maka kemungkinan ia ditanya tentang puasa tiga hari dalam sebulan, apakah ada hari-hari khususnya? Maka Aisyah menjawab bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengkhususkan hari tertentu ketika berpuasa tiga hari dalam sebulan.
Mu'adzah Al-'Adawiyah -rahimahallah- bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apakah Rasulullah berpuasa setiap bulan sebanyak 3 hari?
Aisyah menjawab: Iya.
Aku bertanya lagi: Pada hari apa dalam sebulan ia berpuasa?
Aisyah menjawab:
«لَمْ يَكُنْ يُبَالِي مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ» [صحيح مسلم]
“Rasulullah tidak peduli hari apapun dalam sebulan ia berpuasa”. [Sahih Muslim]
3.      Boleh mengkhususkan waktu atau tempat untuk melakukan suatu ibadah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang dalam misi perang, dan orang tersebut selalu membaca surah dalam shalatnya ketika mengimami sahabatnya kemudian mengakhirinya dengan surah Al-Ikhlash. Maka ketika mereka kembali, mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka beliau bersabda:
«سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟»
“Tanyakan kepadanya, karena alasan apa ia melakukan hal itu?”
Kemudian mereka menanyakannya, maka ia menjawab: Karena surah tersebut adalah sifat Ar-Rahman (Allah) dan aku suka membacanya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sampaikan kepadanya bahwasanya Allah telah mencintainya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Seorang laki-laki dari kaum Anshar menjadi imam di masjid Qubaa’, dan setiap ia ingin memulai membaca satu surah dalam shalatnya, ia memulainya dengan membaca surah Al-Ikhlash sampai selesai kemudian membaca surah lain bersamanya, dan ia melakukan hal itu pada setiap raka’at. Maka sahabat-sahabatnya bertanya: Engkau membaca surah ini (Al-Ikhlash) kemudian tidak merasa cukup sampai membaca surah yang lain. Maka semestinya engkau membaca surah tersebut atau maninggalkannya dan membaca surah yang lain saja!
Maka orang tersebut berkata: Aku tidak akan meninggalkannya, jika kalian ingin aku menjadi imam kalian dengan surah tersebut maka akan kulakukan, dan jika kalian tidak suka maka aku akan meninggalkan kalian!
Akan tetapi mereka menganggap orang tersebut adalah yang terbaik dari mereka, dan mereka tidak senang jika yang menjadi imam adalah selainnya.
Maka ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka, mereka menceritaan hal tersebut, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«يَا فُلَانُ، مَا يَمْنَعُكَ مِمَّا يَأْمُرُ بِهِ أَصْحَابُكَ، وَمَا يَحْمِلُكَ أَنْ تَقْرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ»؟
“Wahai Fulan, apa yang mencegahmu untuk melakuan apa yang diperintahkan sahabat-sahabatmu, apa yang membuatmu membaca surah tersebut di setiap raka’at?”
Orang itu menjawab: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintainya!
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ حُبَّهَا أَدْخَلَكَ الجَنَّةَ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø  Tsabit bin Adh-Dhahhaq radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
نَذَرَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلًا بِبُوَانَةَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي نَذَرْتُ أَنْ أَنْحَرَ إِبِلًا بِبُوَانَةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ كَانَ فِيهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِيَّةِ يُعْبَدُ؟» قَالُوا: لَا، قَالَ: «هَلْ كَانَ فِيهَا عِيدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ؟»، قَالُوا: لَا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْفِ بِنَذْرِكَ، فَإِنَّهُ لَا وَفَاءَ لِنَذْرٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ، وَلَا فِيمَا لَا يَمْلِكُ ابْنُ آدَمَ» [سنن أبي داود: صحيح]
Seorang laki-laki bernadzar pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyembelih unta di Buwanah. Kemudian ia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; Sesungguhnya saya telah bernadzar untuk menyembelih unta di Buwanah.
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah padanya terdapat berhala diantara berhala-berhala jahiliyah yang disembah?"
Mereka berkata; Tidak.
Beliau berkata: "Apakah padanya terdapat hari besar (raya) diantara hari-hari besar mereka?"
Mereka berkata; Tidak.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penuhi nadzarmu, sesungguhnya tidak boleh memenuhi nadzar dalam bermaksiat kepada Allah, dalam perkara yang tidak dimiliki anak Adam." [Sunan Abi Daud: Shahih]
4.      Diantara hikmah banyaknya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menyampaikan amalan beliau ketika dalam rumah.
Umar bin Abi Salamah radhiyallahu 'anhuma menanyai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Apakah orang puasa boleh berciuman?
Rasulullah bersabda kepadanya:
«سَلْ هَذِهِ»
"Tanya ini", menunjuk kepada Ummu Salamah radhiyallahu 'anha.
Maka Ummu Salamah memberitahunya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu.
Umar bin Abi Salamah berkta: Wahai Rasulullah, itu karena Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersbada kepadanya:
«أَمَا وَاللهِ، إِنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ، وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [صحيح مسلم]
"Ketahuilah, demi Allah! Sesungguhnya aku ini yang lebih bertakwa kepada Allah dari kalian, dan lebih takut kepada-Nya dari kalian (tidak mungkin melakukan yang terlarang)". [Sahih Muslim]
5.      Boleh laki-laki bertanya kepada wanita jika aman dari fitnah (godaan).
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب: 53]
"Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." [Al-Ahzaab:53]
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ} [النور: 30، 31]
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya". [An-Nuur: 30-31]
6.      Keutamaan beramal secara konsisten.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا، وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» [صحيح البخاري]
"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]
7.      Tidak ada yang bisa menyamai ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«قَدْ عَلِمْتُمْ أَنِّي أَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَصْدَقُكُمْ وَأَبَرُّكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah diantara kalian, paling jujur, dan paling baik". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang wishal dalam berpuasa. Kemudian ada seseorang dari kalangan Kaum Muslimin yang berkata kepada Beliau: "Bukankah anda melakukan puasa wishal, wahai Rasulullah?"
Maka Beliau berkata:
«وَأَيُّكُمْ مِثْلِي، إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ»
"Siapa dari kalian yang keadaannya sama denganku? Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena Rabbku selalu memberiku makan dan minum". [Shahih Bukhari]
Ø  Al-Mugirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan salat malam sampai kakinya bengkak, ditanyakan kepadanya: Kenapa engkau malakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?
Rasulullah menjawab:
«أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tidakkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?!” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ، ثُمَّ مَضَى، فَقُلْتُ: يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ، فَمَضَى، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ بِهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ، فَقَرَأَهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ، فَقَرَأَهَا، يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا، إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ [صحيح مسلم]
"Aku pernah shalat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam, beliau memulainya dengan membaca surah Al-Baqarah. Lalu aku berkata dalam hatiku: Mungkin beliau akan ruku' pada ayat ke seratus. Namun beliau malah meneruskannya'. Aku berkata dalam hatiku: 'Beliau shalat dengan surat Al-Baqarah dalam satu rakaat'. Akan tetapi beliau meneruskan (shalatnya), maka aku berkata dalam hati: 'Ia akan ruku' setelahnya', namun beliau melanjutkannya dengan membaca surah An-Nisaa'. Beliau membacanya (hingga selesai), kemudian memulai lagi dengan surah Ali 'Imraan, dan beliau membacanya (hingga selesai) dengan perlahan-perlahan. Jika beliau menjumpai ayat tasbih maka beliau bertasbih (memuji Allah), jika beliau menjumpai ayat yang menganjurkan untuk meminta maka beliau pun meminta (kepada Allah), dan jika beliau menjumpai ayat yang berkenaan dengan memohon perlindungan maka beliau memohon perlindungan”. [Sahih Muslim]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...