Rabu, 01 April 2020

Keistimewaan Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha

بسم الله الرحمن الرحيم
Ummu Sulaim adalah kuniahnya, adapun namanya diperselisihkan oleh ulama, ada yang mengatakan: Al-Gumaisha’, atau Ar-Rumaishaa’, atau Sahlah, atau Rumailah, binti Milhan bin Khalid bin Zayd bin Haram Al-Anshariyah radhiyallahu ‘anha.
Ia adalah ibu dari Anas bin Malik bin An-Nadhr radhiyallahu ‘anhuma.
Ia dahulu adalah istri Malik bin An-Nadhr di masa Jahiliyah, kemudian setelah datang Islam, Ummu Sulaim masuk Islam bersama kaumnya kemudian mengajak suaminya memeluk Islam, akan tetapi Malik bin An-Nadhr menolak dan ia pergi ke Syam dan mati di sana. Kemudian setelah itu menikah dengan Abu Thalhah Zayd bin Sahl Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Ia salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan wanita yang cerdas dan mulia. Ia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 14 hadits, disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim sebanyak 1 hadits, yang diriwayatkan oleh imam Bukhari saja sebanyak 1 hadits, dan diriwayatkan oleh imam Muslim saja sebanyak 2 hadits.
Diantara keistimewaannya:
1)      Sering dikunjungi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَّ بِجَنَبَاتِ أُمِّ سُلَيْمٍ دَخَلَ عَلَيْهَا فَسَلَّمَ عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرُوسًا بِزَيْنَبَ، فَقَالَتْ لِي أُمُّ سُلَيْمٍ: لَوْ أَهْدَيْنَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً، فَقُلْتُ لَهَا: افْعَلِي، فَعَمَدَتِ إلى تَمْرٍ وَسَمْنٍ وَأَقِطٍ، فَاتَّخَذَتْ حَيْسَةً فِي بُرْمَةٍ، فَأَرْسَلَتْ بِهَا مَعِي إِلَيْهِ، فَانْطَلَقْتُ بِهَا إِلَيْهِ [صحيح البخاري معلقا]
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika melewati sisi rumah Ummi Sulaim, beliau masuk menemuinya dan memberi salam kepadanya. Dan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru menikah dengan Zainab, Ummu Sulaim berkata kapadaku: Andai saja kita memberi hadits kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!
Aku berkata kepadanya: Lakukanlah!
Maka ia pergi mengambil kurma, mentega, dan keju, kemudian ia membuat “haisah” (makanan terbuat dari kurma, mentega, dan keju) dalam bejana, kemudian ia mengirimnya bersamaku kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku berangkat membawa makanan tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [Shahih Bukhari: Mu’allaq]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِنْدَنَا، فَعَرِقَ، وَجَاءَتْ أُمِّي بِقَارُورَةٍ، فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَا، فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هَذَا الَّذِي تَصْنَعِينَ؟» قَالَتْ: هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا، وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيبِ
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada kami kemudian tidur siang di rumah kami, kemudian beliau berkeringat dan ibuku datang dengan botol kecil kemudian menjadikan keringat beliau mengalir ke dalamnya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangun dari tidurnya dan berkata: "Wahai Ummu Sulaim, apa yang engkau lakukan ini?"
Ummu Sulaim menjawab: Ini adalah keringatmu, kami menjadikannya parfum kami, dan ia adalah parfum yang paling harum! [Sahih Muslim]
2)      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengasihinya.
Dri Anas radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memasuki rumah di Madinah selain rumah Ummu Sulaim kecuali rumah istri-istri Beliau. Lalu ditanyakan kepada Beliau tentang hal ini, maka Beliau menjawab:
«إِنِّي أَرْحَمُهَا قُتِلَ أَخُوهَا مَعِي» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sungguh aku berbelas kasihan kepadanya karena saudaranya terbunuh di sisiku". [Shahih Bukhari dan Muslim]
3)      Memiliki agama dan iman yang kokoh.
Ummu 'Athiyyah radhiyallahu 'anha berkata:
«أَخَذَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ البَيْعَةِ أَنْ لاَ نَنُوحَ»، فَمَا وَفَتْ مِنَّا امْرَأَةٌ غَيْرَ خَمْسِ نِسْوَةٍ: أُمِّ سُلَيْمٍ، وَأُمِّ العَلاَءِ، وَابْنَةِ أَبِي سَبْرَةَ امْرَأَةِ مُعَاذٍ، وَامْرَأَتَيْنِ - أَوِ ابْنَةِ أَبِي سَبْرَةَ، وَامْرَأَةِ مُعَاذٍ وَامْرَأَةٍ أُخْرَى – [صحيح البخاري ومسلم]
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengambil sumpah setia dari kami ketika kami berbai'at yaitu kami dilarang meratap. Dan tidak ada yang menepatinya dari kami kalangan wanita kecuali lima wanita: Ummu Sulaim, Ummu Al’Alaa’, putri Abi Sabrah istri Mu’adz, dan dua wanita lainnya. Atau: Putri Abi Sabrah, dan istri Mu’ad, dan seorang wanita lainnya. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
" خَطَبَ أَبُو طَلْحَةَ أُمَّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ: وَاللَّهِ مَا مِثْلُكَ يَا أَبَا طَلْحَةَ يُرَدُّ، وَلَكِنَّكَ رَجُلٌ كَافِرٌ، وَأَنَا امْرَأَةٌ مُسْلِمَةٌ، وَلَا يَحِلُّ لِي أَنْ أَتَزَوَّجَكَ، فَإِنْ تُسْلِمْ فَذَاكَ مَهْرِي وَمَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ، فَأَسْلَمَ فَكَانَ ذَلِكَ مَهْرَهَا "
“Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim berkata; Demi Allah, orang sepertimu tidak pantas ditolak wahai Abu Thalhah. Akan tetapi engkau adalah orang kafir dan saya adalah wanita muslimah. Tidak halal saya menikah denganmu, maka jika engkau masuk Islam maka itu adalah maharku. Dan saya tidak meminta selain itu kepadamu. Kemudian iapun masuk Islam, dan itulah yang menjadi maharnya”.
Tsabit -rahimahullah- berkata:
«فَمَا سَمِعْتُ بِامْرَأَةٍ قَطُّ كَانَتْ أَكْرَمَ مَهْرًا مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ الْإِسْلَامَ، فَدَخَلَ بِهَا فَوَلَدَتْ لَهُ» [سنن النسائي: صحيح]
“Saya tidak mendengar sama sekali wanita yang maharnya lebih mulia daripada Ummu Sulaim, yaitu Islam. Kemudian Abu Thalhah berumah tangga dengannya dan melahirkan anak dari perkawinannya.” [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø  Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah -rahimahullah- berkata:
أُمّ سُلَيْمٍ، أَنَّهَا آمَنَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ، فَجَاءَ أَبُو أَنَسٍ وَكَانَ غَائِبًا، فَقَالَ: أَصَبَوْتِ؟ قَالَتْ: مَا صَبَوْتُ وَلَكِنِّي آمَنْتُ بِهَذَا الرَّجُلِ، فَجَعَلَتْ تُلَقِّنُ أَنَسًا وَتُشِيرُ إِلَيْهِ قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قُلْ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، قَالَ: فَفَعَلَ، قَالَ: فَيَقُولُ لَهَا أَبُوهُ: لَا تُفْسِدِي عَلَيَّ ابْنِي فَتَقُولُ: إِنِّي لَا أُفْسِدُهُ، قَالَ: فَخَرَجَ مَالِكٌ أَبُو أَنَسٍ فَلَقِيَهُ عَدُوٌّ فَقَتَلَهُ فَلَمَّا بَلَغَهَا قَتْلُهُ، قَالَتْ: لَا جَرَمَ لَا أَفْطِمُ أَنَسًا حَتَّى يَدَعَ الثَّدْيَ حَيًّا وَلَا أَتَزَوَّجُ حَتَّى يَأْمُرَنِي أَنَسٌ، فَيَقُولُ: قَدْ قَضَتِ الَّذِي عَلَيْهَا. فَتَرَكَ الثَّدْيَ فَخَطَبَهَا أَبُو طَلْحَةَ وَهُوَ مُشْرِكٌ فَأَبَتْ فَقَالَتْ لَهُ يَوْمًا فِيمَا تَقُولُ: أَرَأَيْتَ حَجَرًا تَعْبُدُهُ لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ أَوْ خَشَبَةً تَأْتِي بِهَا النَّجَّارَ فَيَنْجُرُهَا لَكَ هَلْ يَضُرُّكَ هَلْ يَنْفَعُكَ؟ قَالَ: فَوَقَعَ فِي قَلْبِهِ الَّذِي قَالَتْ: قَالَ: فَأَتَاهَا، فَقَالَ: لَقَدْ وَقَعَ فِي قَلْبِي الَّذِي قُلْتِ. وَآمَنَ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَزَوَّجُكَ وَلَا آخُذُ مِنْكَ صَدَاقًا غَيْرَهُ " [الطبقات الكبرى]
Ummu Sulaim ketika telah beriman kepada Rasulullah, Abu Anas datang yang tadinya pergi dan berkata: Apakah engkau telah beralih agama?
Ummu Sulaim berkata: Aku tidak beralih agama, akan tetapi aku telah beriman kepada lelaki ini.
Kemudian Ummu Sulaim menuntun Anas dan memberi isyarat untuk mengucapkan: Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.
Lalu Anas melakukannya, maka bapaknya berkata: Jangan engkau merusak anakku!
Ummu Sulaim berkata: Aku tidak merusaknya.
Kemudian Malik Abu Anas keluar kota dan betemu dengan musuh dan membunuhnya. Maka ketika berita kematiannya sampai, Ummu Sulaim berkata: Tidak mengapa, aku tidak akan berhendi menyusui Anas sampai ia melepaskannya, dan aku tidak akan menikah lagi sampai Anas memerintahkanku.
Setelah berlalu dan Anas sudah tidak menyusu lagi, Abu Thalhah melamarnya dan ia masih musyrik. Maka Ummu Sulaim menolak, dan suatu hari ia berkata kepadanya: Tidakkah engkau melihat bahwa batu yang engkau sembah tidak dapat memberikan keburukan dan tidak dapat memberi kebaikan kepadamu. Atau kayu yang engkau berikan kepada si tukang kayu dan membuatkan patung untukmu, apakah bisa memberikan keburukan kepadamu, apakah bisa memberikan manfaat kepadamu?
Kemudian tertanam dalam hati Abu Thalhah apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka ia mendatanginya dan berkata: Telah tertanam dalam hatiku apa yang engkau katakana!
Kemudian Abu Thalhah beriman, maka Ummu Sulaim berkata: Aku menerima lamaranmu dan aku tidak meminta mahar darimu selainnya. [Ath-Thabaqat karya Ibnu Sa’ad]
Ø  Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- berkata;
قَالَ أَبُو طَلْحَةَ لِأُمِّ سُلَيْمٍ لَقَدْ سَمِعْتُ صَوْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَعِيفًا، أَعْرِفُ فِيهِ الجُوعَ، فَهَلْ عِنْدَكِ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، فَأَخْرَجَتْ أَقْرَاصًا مِنْ شَعِيرٍ، ثُمَّ أَخْرَجَتْ خِمَارًا لَهَا، فَلَفَّتِ الخُبْزَ بِبَعْضِهِ، ثُمَّ دَسَّتْهُ تَحْتَ يَدِي وَلاَثَتْنِي بِبَعْضِهِ، ثُمَّ أَرْسَلَتْنِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَذَهَبْتُ بِهِ، فَوَجَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي المَسْجِدِ، وَمَعَهُ النَّاسُ، فَقُمْتُ عَلَيْهِمْ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «آرْسَلَكَ أَبُو طَلْحَةَ» فَقُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «بِطَعَامٍ» فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَنْ مَعَهُ: «قُومُوا» فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقْتُ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ، حَتَّى جِئْتُ أَبَا طَلْحَةَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: يَا أُمَّ سُلَيْمٍ قَدْ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ، وَلَيْسَ عِنْدَنَا مَا نُطْعِمُهُمْ؟ فَقَالَتْ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَانْطَلَقَ أَبُو طَلْحَةَ حَتَّى لَقِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو طَلْحَةَ مَعَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلُمِّي يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، مَا عِنْدَكِ» فَأَتَتْ بِذَلِكَ الخُبْزِ، فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفُتَّ، وَعَصَرَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ عُكَّةً فَأَدَمَتْهُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَكَلَ القَوْمُ كُلُّهُمْ وَشَبِعُوا، وَالقَوْمُ سَبْعُونَ أَوْ ثَمَانُونَ رَجُلًا " [صحيح البخاري ومسلم]
Abu Thalah berkata kepada Ummu Sulaim: "Aku mendengar suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melemah, dan aku tahu bahwa beliau sedang lapar. Apakah kamu mempunyai sesuatu?" 
Maka Ummu Sulaim pun mengeluarkan beberapa bulatan gandum, dan mengeluarkan tudungnya lalu menutup roti itu dan meletakkannya di balik pakaianku. Ia juga memberikan sebagiannya padaku lalu mengutusku untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku pun membawa dan aku dapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di dalam masjid yang sedang bersama orang-orang. Aku berdiri di tengah-tengah mereka, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya padaku: "Apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah?" 
Aku menjawab, "Ya." 
Beliau bertanya lagi: "Dengan membawa makanan?" 
Aku berkata, "Ya." 
Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada orang-orang yang saat itu sedang bersamanya: "Beranjaklah." 
Maka mereka pun segera beranjak pergi (ke tempat Abu Thalhah) dan aku segera bergegas ke hadapan mereka, hingga aku sampai di tempat Abu Thalhah. Maka Abu Thalhah pun berkata, "Wahai Ummu Sulaim. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah datang bersama orang-orang sementara kita tidak memiliki persediaan makanan untuk menjamu mereka." 
Ummu Sulaim berkata: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." 
Akhirnya Abu Thalhah pergi hingga bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Abu Thalhah menyambut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga keduanya masuk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Ummu Sulaim, keluarkanlah makanan yang kamu punyai." 
Maka Ummu Sulaim pun mengeluarkan roti itu. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh untuk diremukkan sementara Ummu Sulaim meremas-remas samin untuk lauk roti. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacakan sesuatu padanya sekehendak Allah (dido’akan keberkahan). Sesudah itu beliau bersabda: "Izinkanlah untuk sepuluh orang." 
Lalu ia pun mengizinkan mereka dan mereka pun makan hingga kenyang dan keluar. Beliau bersabda lagi: "Izinkan untuk sepuluh orang lagi." 
Ia pun mengizinkan mereka hingga mereka makan sampai kenyang dan keluar. Beliau bersabda lagi: "Izinkan untuk sepuluh orang lagi." 
Ia pun mengizinkan mereka hingga mereka semua makan sampai kenyang lalu keluar. Setelah itu, beliau mengizinkan lagi untuk sepuluh orang. Akhirnya mereka semua makan dan kenyang. Padahal jumlah mereka adalah delapan puluh orang. [Shahih Bukhari dan Muslim]
4)      Dido’akan keberkahan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ، فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ، قَالَ: مَا فَعَلَ ابْنِي، قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ، فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ العَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ: وَارُوا الصَّبِيَّ، فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ: «أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا» فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: احْفَظْهُ حَتَّى تَأْتِيَ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ، فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَمَعَهُ شَيْءٌ؟» قَالُوا: نَعَمْ، تَمَرَاتٌ، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَضَغَهَا، ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ، فَجَعَلَهَا فِي فِي الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ، وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ [صحيح البخاري ومسلم]
"Anak Abu Thalhah sedang sakit[1], ketika Abu Thalhah keluar anaknya meninggal. Dan ketika Abu Thalhah kembali ia bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?"
Ummu Sulaim menjawab, "Dia lebih tenang dari sebelumnya (maksudnya sudah wafat)."
Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan malam, maka Abu Thalhah pun makan malam kemudian bersetubuh dengannya. Setelah selesai (dari jima') Ummu Sulaim berkata, "Anakmu telah dikuburkan."
Maka di waktu pagi, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan kejadian tersebut. Beliau bertanya: "Kalian tadi malam menjadi pengantin?"
Abu Thalhah menjawab, "Ya."
Beliau pun berdoa: "Ya Allah, berkahilah keduanya."
Ummu Sulaim kemudian melahirkan seorang anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku, "Jagalah ia hingga engkau bawa ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
Anas kemudian membawa bayi tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan Ummu Sulaim membekalinya dengan beberapa kurma. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian meraih bayi Abu Thalhah, beliau lalu bertanya: "Apakah ia (Anas) membawa sesuatu?"
Para sahabat menjawab, "Ya. Beberapa butir kurma."
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian mengambil kurma dan menguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari mulutnya dan memasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu memberinya nama Abdullah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dalam riwayat lain:
مَاتَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ، مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ لِأَهْلِهَا: لَا تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ قَالَ: فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً، فَأَكَلَ وَشَرِبَ، فَقَالَ: ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ، فَوَقَعَ بِهَا، فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ مِنْهَا، قَالَتْ: يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ، فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ، أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ؟ قَالَ: لَا، قَالَتْ: فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ، قَالَ: فَغَضِبَ، وَقَالَ: تَرَكْتِنِي حَتَّى تَلَطَّخْتُ، ثُمَّ أَخْبَرْتِنِي بِابْنِي [صحيح مسلم]
"Pada suatu ketika seorang putra Abu Thalhah dan istrinya yang bernama Ummu Sulaim, meninggal dunia Kemudian Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya; 'Janganlah kalian memberitahukan musibah ini kepada Abu Thalhah sehingga saya sendiri yang akan memberitahukannya."
Anas berkata; "Tak lama kemudian Abu Thalhah tiba di rumah. Seperti biasa, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam untuk suaminya. Lalu Abu Thalhah makan dan minum dengan senangnya. Kemudian Ummu Sulaim mulai berhias Iebih cantik daripada hari biasanya hingga Abu Thalhah menggaulinya. Setelah mengetahui bahwasanya Abu Thalhah telah merasa puas dan lega, maka Ummu Sulaim berkata; 'Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurut pendapat engkau apabila ada sekelompok orang memberikan pinjaman kepada suatu keluarga. Kemudian, ternyata pinjaman tersebut mereka minta kembali. Apakah boleh keluarga itu menolak permintaannya?
Dengan mantap Abu Thalhah menjawab; "Tentu saja keluarga itu tidak boleh menolak permintaan kelompok itu."
Lalu Ummu Sulaim berkata; "Maka demikian dengan anak kita, ketahuilah bahwasanya anak kita yang tercinta telah diminta oleh Dzat yang telah mencipta dan memilikinya. Oleb karena itu, relakanlah kematian putera kita tersebut".
Betapa terkejut dan marahnya Abu Thalhah mendengar informasi yang disampaikan istrinya itu. Lalu ia pun berkata kepada istrinya; "Mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu berita ini? Tetapi kamu malah memberitahukannya kepadaku setelah aku menggaulimu.' [Shahih Muslim]
5)      Ikut berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ اتَّخَذَتْ يَوْمَ حُنَيْنٍ خِنْجَرًا، فَكَانَ مَعَهَا، فَرَآهَا أَبُو طَلْحَةَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَذِهِ أُمُّ سُلَيْمٍ مَعَهَا خِنْجَرٌ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا هَذَا الْخِنْجَرُ؟» قَالَتْ: اتَّخَذْتُهُ إِنْ دَنَا مِنِّي أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، بَقَرْتُ بِهِ بَطْنَهُ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضْحَكُ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، اقْتُلْ مَنْ بَعْدَنَا مِنَ الطُّلَقَاءِ انْهَزَمُوا بِكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، إِنَّ اللهَ قَدْ كَفَى وَأَحْسَنَ» [صحيح مسلم]
Bahwa Ummu Sulaim selalu membawa belati ketika perang Hunain, lalu Abu Thalhah melihatnya sehingga ia pun mengadu, "Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim selalu membawa parang."
Beliau lalu bertanya kepada Ummu Sulaim: "Untuk apakah kamu selalu membawa parang?"
Ummu Sulaim berkata: Saya membawanya karena jika ada orang Musyrik mendekatiku, maka aku akan membelah perutnya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa mendengarnya.
Ummu Sulaim berkata, "Wahai Rasulullah, bunuhlah orang-orang yang anda bebaskan di hari penaklukan kota Makkah, sekarang mereka telah lari dari Anda."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Ummu Sulaim, sesungguhnya Allah telah mencukupi dan memperbaiki." [Shahih Muslim]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو بِأُمِّ سُلَيْمٍ وَنِسْوَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ مَعَهُ إِذَا غَزَا، فَيَسْقِينَ الْمَاءَ، وَيُدَاوِينَ الْجَرْحَى» [صحيح مسلم]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berperang bersama-sama dengan Ummu Sulaim dan beberap wanita Anshar, ketika perang berkecamuk, mereka memberi minum dan mengobati tentara yang terluka." [Shahih Muslim]
6)      Dijamin masuk surga
Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" رَأَيْتُنِي دَخَلْتُ الجَنَّةَ، فَإِذَا أَنَا بِالرُّمَيْصَاءِ، امْرَأَةِ أَبِي طَلْحَةَ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku bermimpi memasuki surga. Disana aku bertemu seorang wanita yang bertahi mata, yaitu istri dari Abu Thalhah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Anas radhiyallahu ‘anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْفَةً، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذِهِ الْغُمَيْصَاءُ بِنْتُ مِلْحَانَ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ " [صحيح مسلم]
"Ketika aku masuk ke dalam surga, aku mendengar suara derapan kaki, maka aku pun Iangsung bertanya, 'Derapan kaki Siapa itu? ' Para penghuni surga menjawab; 'Itu adalah Ghumaisha' bin Milhan, ibu Anas bin Malik." [Shahih Muslim]
7)      Tidak malu bertanya untuk kebaikan.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَهُ، وَعَائِشَةُ عِنْدَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ، الْمَرْأَةُ تَرَى مَا يَرَى الرَّجُلُ فِي الْمَنَامِ، فَتَرَى مِنْ نَفْسِهَا مَا يَرَى الرَّجُلُ مِنْ نَفْسِهِ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، فَضَحْتِ النِّسَاءَ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَقَالَ لِعَائِشَةَ: «بَلْ أَنْتِ، فَتَرِبَتْ يَمِينُكِ، نَعَمْ، فَلْتَغْتَسِلْ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، إِذَا رَأَتْ ذَاكَ» [صحيح مسلم]
‘Ummu Sulaim datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Aisyah sedang berada di samping beliau, dia berkata; 'Wahai Rasulullah, seorang wanita mimpi basah seperti yang dimimpikan laki-laki, dia bermimpi dirinya (melakukan sesuatu) sebagaimana laki-laki bermimpi.'
Aisyah berkata; 'Wahai Ummu Sulaim, engkau telah membuka (aib) wanita. Malangnya dirimu.’
Beliau bersabda kepada Aisyah; “Bahkan kamu yang malang. Ya, hendaklah dia mandi wahai Ummu Sulaim apabila dia melihat hal itu." [Shahih Muslim]
8)      Menawarkan anaknya untuk menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ، فَأَتَتْهُ بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ، قَالَ: «أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ، وَتَمْرَكُمْ فِي وِعَائِهِ، فَإِنِّي صَائِمٌ» ثُمَّ قَامَ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ البَيْتِ، فَصَلَّى غَيْرَ المَكْتُوبَةِ، فَدَعَا لِأُمِّ سُلَيْمٍ وَأَهْلِ بَيْتِهَا، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي خُوَيْصَّةً، قَالَ: «مَا هِيَ؟»، قَالَتْ: خَادِمُكَ أَنَسٌ، فَمَا تَرَكَ خَيْرَ آخِرَةٍ وَلاَ دُنْيَا إِلَّا دَعَا لِي بِهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ»، فَإِنِّي لَمِنْ أَكْثَرِ الأَنْصَارِ مَالًا، وَحَدَّثَتْنِي ابْنَتِي أُمَيْنَةُ: أَنَّهُ دُفِنَ لِصُلْبِي مَقْدَمَ حَجَّاجٍ البَصْرَةَ بِضْعٌ وَعِشْرُونَ وَمِائَةٌ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk Beliau. Beliau berkata: "Kembalikanlah mentega-mentega kalian ke kendinya dan kurma-kurma kalian di penyimpanannya karena aku sedang berpuasa".
Kemudian Beliau berdiri di pojok rumah mengerjakan shalat sunnat. Setelah itu Beliau memanggil Ummu Sulaim dan anggota keluarga lainnya. Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai permintaan sederhana".
Beliau bertanya: "Apa itu?"
Ummu Sulaim berkata: "Jadikan Anas sebagai pelayanmu!”
Anas berkata: “Maka beliau tidak meninggalkan kebaikan akhirat dan dunia kecuali beliau mendo’akannya untukku”.
Beliau berdo'a: "Ya Allah, karuniakanlah dia harta dan anak-anak dan berilah dia keberkahan di dalamnya".
Setelah itu aku menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan Kaum Anshar. Dan telah menceritakan kepada saya putriku Umainah: "Bahwa telah dikuburkan anak kandungku, di masa kedatangan Hajjaj di Bashrah (tahun 75H, dan umur Anas waktu itu 80 tahun lebih), sekitar seratus dua puluh orang lebih". [Shahih Bukhari]
Ø  Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha wafat pada masa khilafah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu

[Lihat: Siyar Alam An-Nabalaa' karya Adz-Dzahabiy 2/304, Fadhail Ash-Shahabah karya syekh Musthafa Al-'Adawiy hal.540]
Wallahu a’lam!



[1] Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Abu ‘Umair pemilik burung yang bernama “Nugair”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...