بسم
الله الرحمن الرحيم
Ummu
Sulaim adalah kuniahnya, adapun namanya diperselisihkan oleh ulama, ada yang
mengatakan: Al-Gumaisha’, atau Ar-Rumaishaa’, atau Sahlah, atau Rumailah, binti
Milhan bin Khalid bin Zayd bin Haram Al-Anshariyah radhiyallahu ‘anha.
Ia
adalah ibu dari Anas bin Malik bin An-Nadhr radhiyallahu ‘anhuma.
Ia
dahulu adalah istri Malik bin An-Nadhr di masa Jahiliyah, kemudian setelah
datang Islam, Ummu Sulaim masuk Islam bersama kaumnya kemudian mengajak
suaminya memeluk Islam, akan tetapi Malik bin An-Nadhr menolak dan ia pergi ke
Syam dan mati di sana. Kemudian setelah itu menikah dengan Abu Thalhah Zayd bin
Sahl Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Ia salah
seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan wanita
yang cerdas dan mulia. Ia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sebanyak 14 hadits, disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim
sebanyak 1 hadits, yang diriwayatkan oleh imam Bukhari saja sebanyak 1
hadits, dan diriwayatkan oleh imam Muslim saja sebanyak 2 hadits.
Diantara
keistimewaannya:
1)
Sering
dikunjungi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَّ بِجَنَبَاتِ أُمِّ سُلَيْمٍ دَخَلَ عَلَيْهَا
فَسَلَّمَ عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَرُوسًا بِزَيْنَبَ، فَقَالَتْ لِي أُمُّ سُلَيْمٍ: لَوْ أَهْدَيْنَا لِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدِيَّةً، فَقُلْتُ لَهَا: افْعَلِي،
فَعَمَدَتِ إلى تَمْرٍ وَسَمْنٍ وَأَقِطٍ، فَاتَّخَذَتْ حَيْسَةً فِي بُرْمَةٍ،
فَأَرْسَلَتْ بِهَا مَعِي إِلَيْهِ، فَانْطَلَقْتُ بِهَا إِلَيْهِ [صحيح البخاري معلقا]
Dahulu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika melewati sisi rumah Ummi Sulaim,
beliau masuk menemuinya dan memberi salam kepadanya. Dan ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam baru menikah dengan Zainab, Ummu Sulaim berkata kapadaku:
Andai saja kita memberi hadits kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam!
Aku
berkata kepadanya: Lakukanlah!
Maka
ia pergi mengambil kurma, mentega, dan keju, kemudian ia membuat “haisah”
(makanan terbuat dari kurma, mentega, dan keju) dalam bejana, kemudian ia
mengirimnya bersamaku kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku
berangkat membawa makanan tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
[Shahih Bukhari: Mu’allaq]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِنْدَنَا، فَعَرِقَ، وَجَاءَتْ أُمِّي
بِقَارُورَةٍ، فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَا، فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هَذَا الَّذِي
تَصْنَعِينَ؟» قَالَتْ: هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا، وَهُوَ مِنْ
أَطْيَبِ الطِّيبِ
Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada kami kemudian tidur siang
di rumah kami, kemudian beliau berkeringat dan ibuku datang dengan botol
kecil kemudian menjadikan keringat beliau mengalir ke dalamnya, lalu Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bangun dari tidurnya dan berkata: "Wahai Ummu
Sulaim, apa yang engkau lakukan ini?"
Ummu
Sulaim menjawab: Ini adalah keringatmu, kami menjadikannya parfum kami, dan ia
adalah parfum yang paling harum! [Sahih Muslim]
2)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengasihinya.
Dri
Anas radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tidak pernah memasuki rumah di Madinah selain rumah Ummu Sulaim
kecuali rumah istri-istri Beliau. Lalu ditanyakan kepada Beliau tentang hal
ini, maka Beliau menjawab:
«إِنِّي أَرْحَمُهَا
قُتِلَ أَخُوهَا مَعِي» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sungguh
aku berbelas kasihan kepadanya karena saudaranya terbunuh di sisiku".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
3) Memiliki agama dan iman yang kokoh.
Ummu
'Athiyyah radhiyallahu
'anha berkata:
«أَخَذَ عَلَيْنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ البَيْعَةِ أَنْ لاَ نَنُوحَ»،
فَمَا وَفَتْ مِنَّا امْرَأَةٌ غَيْرَ خَمْسِ نِسْوَةٍ: أُمِّ سُلَيْمٍ، وَأُمِّ
العَلاَءِ، وَابْنَةِ أَبِي سَبْرَةَ امْرَأَةِ مُعَاذٍ، وَامْرَأَتَيْنِ - أَوِ ابْنَةِ
أَبِي سَبْرَةَ، وَامْرَأَةِ مُعَاذٍ وَامْرَأَةٍ أُخْرَى – [صحيح البخاري ومسلم]
"Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mengambil sumpah setia dari kami ketika
kami berbai'at yaitu kami dilarang meratap. Dan tidak ada yang menepatinya dari
kami kalangan wanita kecuali lima wanita: Ummu Sulaim, Ummu Al’Alaa’, putri Abi
Sabrah istri Mu’adz, dan dua wanita lainnya. Atau: Putri Abi Sabrah, dan istri
Mu’ad, dan seorang wanita lainnya. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Anas radhiyallahu
‘anhu berkata:
" خَطَبَ أَبُو طَلْحَةَ
أُمَّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ: وَاللَّهِ مَا مِثْلُكَ يَا أَبَا طَلْحَةَ يُرَدُّ،
وَلَكِنَّكَ رَجُلٌ كَافِرٌ، وَأَنَا امْرَأَةٌ مُسْلِمَةٌ، وَلَا يَحِلُّ لِي
أَنْ أَتَزَوَّجَكَ، فَإِنْ تُسْلِمْ فَذَاكَ مَهْرِي وَمَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ،
فَأَسْلَمَ فَكَانَ ذَلِكَ مَهْرَهَا "
“Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim. Kemudian
Ummu Sulaim berkata; Demi Allah, orang sepertimu tidak pantas ditolak wahai Abu
Thalhah. Akan tetapi engkau adalah orang kafir dan saya adalah wanita muslimah.
Tidak halal saya menikah denganmu, maka jika engkau masuk Islam maka itu adalah
maharku. Dan saya tidak meminta selain itu kepadamu. Kemudian iapun masuk
Islam, dan itulah yang menjadi maharnya”.
Tsabit -rahimahullah- berkata:
«فَمَا سَمِعْتُ
بِامْرَأَةٍ قَطُّ كَانَتْ أَكْرَمَ مَهْرًا مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ الْإِسْلَامَ،
فَدَخَلَ بِهَا فَوَلَدَتْ لَهُ» [سنن النسائي:
صحيح]
“Saya tidak mendengar sama sekali wanita
yang maharnya lebih mulia daripada Ummu Sulaim, yaitu Islam. Kemudian Abu
Thalhah berumah tangga dengannya dan melahirkan anak dari perkawinannya.”
[Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah -rahimahullah-
berkata:
أُمّ سُلَيْمٍ، أَنَّهَا آمَنَتْ
بِرَسُولِ اللَّهِ، فَجَاءَ أَبُو أَنَسٍ وَكَانَ غَائِبًا، فَقَالَ: أَصَبَوْتِ؟
قَالَتْ: مَا صَبَوْتُ وَلَكِنِّي آمَنْتُ بِهَذَا الرَّجُلِ، فَجَعَلَتْ
تُلَقِّنُ أَنَسًا وَتُشِيرُ إِلَيْهِ قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قُلْ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، قَالَ: فَفَعَلَ، قَالَ: فَيَقُولُ
لَهَا أَبُوهُ: لَا تُفْسِدِي عَلَيَّ ابْنِي فَتَقُولُ: إِنِّي لَا أُفْسِدُهُ،
قَالَ: فَخَرَجَ مَالِكٌ أَبُو أَنَسٍ فَلَقِيَهُ عَدُوٌّ فَقَتَلَهُ فَلَمَّا
بَلَغَهَا قَتْلُهُ، قَالَتْ: لَا جَرَمَ لَا أَفْطِمُ أَنَسًا حَتَّى يَدَعَ
الثَّدْيَ حَيًّا وَلَا أَتَزَوَّجُ حَتَّى يَأْمُرَنِي أَنَسٌ، فَيَقُولُ: قَدْ
قَضَتِ الَّذِي عَلَيْهَا. فَتَرَكَ الثَّدْيَ فَخَطَبَهَا أَبُو طَلْحَةَ وَهُوَ
مُشْرِكٌ فَأَبَتْ فَقَالَتْ لَهُ يَوْمًا فِيمَا تَقُولُ: أَرَأَيْتَ حَجَرًا
تَعْبُدُهُ لَا يَضُرُّكَ وَلَا يَنْفَعُكَ أَوْ خَشَبَةً تَأْتِي بِهَا
النَّجَّارَ فَيَنْجُرُهَا لَكَ هَلْ يَضُرُّكَ هَلْ يَنْفَعُكَ؟ قَالَ: فَوَقَعَ
فِي قَلْبِهِ الَّذِي قَالَتْ: قَالَ: فَأَتَاهَا، فَقَالَ: لَقَدْ وَقَعَ فِي
قَلْبِي الَّذِي قُلْتِ. وَآمَنَ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَزَوَّجُكَ وَلَا آخُذُ
مِنْكَ صَدَاقًا غَيْرَهُ " [الطبقات الكبرى]
Ummu
Sulaim ketika telah beriman
kepada Rasulullah, Abu Anas datang yang tadinya pergi dan berkata: Apakah
engkau telah beralih agama?
Ummu
Sulaim berkata: Aku tidak beralih agama, akan tetapi aku telah beriman kepada
lelaki ini.
Kemudian
Ummu Sulaim menuntun Anas dan memberi isyarat untuk mengucapkan: Tiada ilah
yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.
Lalu
Anas melakukannya, maka bapaknya berkata: Jangan engkau merusak anakku!
Ummu
Sulaim berkata: Aku tidak merusaknya.
Kemudian
Malik Abu Anas keluar kota dan betemu dengan musuh dan membunuhnya. Maka ketika
berita kematiannya sampai, Ummu Sulaim berkata: Tidak mengapa, aku tidak akan
berhendi menyusui Anas sampai ia melepaskannya, dan aku tidak akan menikah lagi
sampai Anas memerintahkanku.
Setelah
berlalu dan Anas sudah tidak menyusu lagi, Abu Thalhah melamarnya dan ia masih
musyrik. Maka Ummu Sulaim menolak, dan suatu hari ia berkata kepadanya:
Tidakkah engkau melihat bahwa batu yang engkau sembah tidak dapat memberikan
keburukan dan tidak dapat memberi kebaikan kepadamu. Atau kayu yang engkau
berikan kepada si tukang kayu dan membuatkan patung untukmu, apakah bisa
memberikan keburukan kepadamu, apakah bisa memberikan manfaat kepadamu?
Kemudian
tertanam dalam hati Abu Thalhah apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka ia
mendatanginya dan berkata: Telah tertanam dalam hatiku apa yang engkau
katakana!
Kemudian
Abu Thalhah beriman, maka Ummu Sulaim berkata: Aku menerima lamaranmu dan aku
tidak meminta mahar darimu selainnya. [Ath-Thabaqat karya Ibnu Sa’ad]
Ø Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- berkata;
قَالَ أَبُو طَلْحَةَ لِأُمِّ سُلَيْمٍ
لَقَدْ سَمِعْتُ صَوْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ضَعِيفًا، أَعْرِفُ فِيهِ الجُوعَ، فَهَلْ عِنْدَكِ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ،
فَأَخْرَجَتْ أَقْرَاصًا مِنْ شَعِيرٍ، ثُمَّ أَخْرَجَتْ خِمَارًا لَهَا،
فَلَفَّتِ الخُبْزَ بِبَعْضِهِ، ثُمَّ دَسَّتْهُ تَحْتَ يَدِي وَلاَثَتْنِي
بِبَعْضِهِ، ثُمَّ أَرْسَلَتْنِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: فَذَهَبْتُ بِهِ، فَوَجَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي المَسْجِدِ، وَمَعَهُ النَّاسُ، فَقُمْتُ عَلَيْهِمْ،
فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «آرْسَلَكَ أَبُو
طَلْحَةَ» فَقُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «بِطَعَامٍ» فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَنْ مَعَهُ: «قُومُوا»
فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقْتُ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ، حَتَّى جِئْتُ أَبَا طَلْحَةَ
فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: يَا أُمَّ سُلَيْمٍ قَدْ جَاءَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ، وَلَيْسَ عِنْدَنَا مَا
نُطْعِمُهُمْ؟ فَقَالَتْ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَانْطَلَقَ أَبُو
طَلْحَةَ حَتَّى لَقِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو طَلْحَةَ
مَعَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلُمِّي يَا
أُمَّ سُلَيْمٍ، مَا عِنْدَكِ» فَأَتَتْ بِذَلِكَ الخُبْزِ، فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفُتَّ، وَعَصَرَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ
عُكَّةً فَأَدَمَتْهُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِيهِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ
لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ
قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا ثُمَّ
خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَذِنَ لَهُمْ، فَأَكَلُوا حَتَّى
شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشَرَةٍ» فَأَكَلَ القَوْمُ
كُلُّهُمْ وَشَبِعُوا، وَالقَوْمُ سَبْعُونَ أَوْ ثَمَانُونَ رَجُلًا " [صحيح البخاري ومسلم]
Abu Thalah berkata kepada Ummu Sulaim:
"Aku mendengar suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
melemah, dan aku tahu bahwa beliau sedang lapar. Apakah kamu mempunyai
sesuatu?"
Maka Ummu Sulaim pun mengeluarkan beberapa
bulatan gandum, dan mengeluarkan tudungnya lalu menutup roti itu dan
meletakkannya di balik pakaianku. Ia juga memberikan sebagiannya padaku lalu
mengutusku untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Aku
pun membawa dan aku dapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
sedang berada di dalam masjid yang sedang bersama orang-orang. Aku berdiri di
tengah-tengah mereka, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya padaku: "Apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah?"
Aku menjawab, "Ya."
Beliau bertanya lagi: "Dengan membawa
makanan?"
Aku berkata, "Ya."
Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda kepada orang-orang yang saat itu sedang bersamanya: "Beranjaklah."
Maka mereka pun segera beranjak pergi (ke
tempat Abu Thalhah) dan aku segera bergegas ke hadapan mereka, hingga aku
sampai di tempat Abu Thalhah. Maka Abu Thalhah pun berkata, "Wahai Ummu
Sulaim. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
datang bersama orang-orang sementara kita tidak memiliki persediaan makanan
untuk menjamu mereka."
Ummu Sulaim berkata: "Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui."
Akhirnya Abu Thalhah pergi hingga bertemu
dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Abu Thalhah
menyambut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga keduanya masuk.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Ummu
Sulaim, keluarkanlah makanan yang kamu punyai."
Maka Ummu Sulaim pun mengeluarkan roti itu.
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh untuk diremukkan
sementara Ummu Sulaim meremas-remas samin untuk lauk roti. Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membacakan sesuatu padanya sekehendak Allah (dido’akan
keberkahan). Sesudah itu beliau bersabda: "Izinkanlah untuk sepuluh
orang."
Lalu ia pun mengizinkan mereka dan mereka
pun makan hingga kenyang dan keluar. Beliau bersabda lagi: "Izinkan untuk
sepuluh orang lagi."
Ia pun mengizinkan mereka hingga mereka
makan sampai kenyang dan keluar. Beliau bersabda lagi: "Izinkan untuk
sepuluh orang lagi."
Ia pun mengizinkan mereka hingga mereka
semua makan sampai kenyang lalu keluar. Setelah itu, beliau mengizinkan lagi
untuk sepuluh orang. Akhirnya mereka semua makan dan kenyang. Padahal jumlah
mereka adalah delapan puluh orang. [Shahih Bukhari dan Muslim]
4) Dido’akan keberkahan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata:
كَانَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ
يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ، فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو
طَلْحَةَ، قَالَ: مَا فَعَلَ ابْنِي، قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: هُوَ أَسْكَنُ مَا
كَانَ، فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ العَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا،
فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ: وَارُوا الصَّبِيَّ، فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ:
«أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا»
فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: احْفَظْهُ حَتَّى تَأْتِيَ بِهِ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ، فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَمَعَهُ شَيْءٌ؟» قَالُوا: نَعَمْ،
تَمَرَاتٌ، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَضَغَهَا،
ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ، فَجَعَلَهَا فِي فِي الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ،
وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ [صحيح
البخاري ومسلم]
"Anak Abu Thalhah sedang sakit[1],
ketika Abu Thalhah keluar anaknya meninggal. Dan ketika Abu Thalhah kembali ia
bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?"
Ummu Sulaim menjawab, "Dia lebih
tenang dari sebelumnya (maksudnya sudah wafat)."
Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan
malam, maka Abu Thalhah pun makan malam kemudian bersetubuh dengannya. Setelah
selesai (dari jima') Ummu Sulaim berkata, "Anakmu telah dikuburkan."
Maka di waktu pagi, Abu Thalhah mendatangi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan kejadian
tersebut. Beliau bertanya: "Kalian tadi malam menjadi pengantin?"
Abu Thalhah menjawab, "Ya."
Beliau pun berdoa: "Ya Allah, berkahilah
keduanya."
Ummu Sulaim kemudian melahirkan seorang
anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku, "Jagalah ia hingga engkau bawa ke
hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."
Anas kemudian membawa bayi tersebut kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan Ummu Sulaim membekalinya dengan
beberapa kurma. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian meraih bayi
Abu Thalhah, beliau lalu bertanya: "Apakah ia (Anas) membawa
sesuatu?"
Para sahabat menjawab, "Ya. Beberapa
butir kurma."
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
kemudian mengambil kurma dan menguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari
mulutnya dan memasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu
memberinya nama Abdullah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
مَاتَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ، مِنْ
أُمِّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ لِأَهْلِهَا: لَا تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ
حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ قَالَ: فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً،
فَأَكَلَ وَشَرِبَ، فَقَالَ: ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ
قَبْلَ ذَلِكَ، فَوَقَعَ بِهَا، فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ
مِنْهَا، قَالَتْ: يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا
عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ، فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ، أَلَهُمْ أَنْ
يَمْنَعُوهُمْ؟ قَالَ: لَا، قَالَتْ: فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ، قَالَ: فَغَضِبَ،
وَقَالَ: تَرَكْتِنِي حَتَّى تَلَطَّخْتُ، ثُمَّ أَخْبَرْتِنِي بِابْنِي [صحيح مسلم]
"Pada suatu ketika seorang putra Abu
Thalhah dan istrinya yang bernama Ummu Sulaim, meninggal dunia Kemudian Ummu
Sulaim berkata kepada keluarganya; 'Janganlah kalian memberitahukan musibah ini
kepada Abu Thalhah sehingga saya sendiri yang akan memberitahukannya."
Anas berkata; "Tak lama kemudian Abu
Thalhah tiba di rumah. Seperti biasa, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam
untuk suaminya. Lalu Abu Thalhah makan dan minum dengan senangnya. Kemudian
Ummu Sulaim mulai berhias Iebih cantik daripada hari biasanya hingga Abu
Thalhah menggaulinya. Setelah mengetahui bahwasanya Abu Thalhah telah merasa
puas dan lega, maka Ummu Sulaim berkata; 'Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurut
pendapat engkau apabila ada sekelompok orang memberikan pinjaman kepada suatu
keluarga. Kemudian, ternyata pinjaman tersebut mereka minta kembali. Apakah
boleh keluarga itu menolak permintaannya?
Dengan mantap Abu Thalhah menjawab;
"Tentu saja keluarga itu tidak boleh menolak permintaan kelompok
itu."
Lalu Ummu Sulaim berkata; "Maka
demikian dengan anak kita, ketahuilah bahwasanya anak kita yang tercinta telah
diminta oleh Dzat yang telah mencipta dan memilikinya. Oleb karena itu,
relakanlah kematian putera kita tersebut".
Betapa terkejut dan marahnya Abu Thalhah
mendengar informasi yang disampaikan istrinya itu. Lalu ia pun berkata kepada
istrinya; "Mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu berita ini?
Tetapi kamu malah memberitahukannya kepadaku setelah aku menggaulimu.' [Shahih
Muslim]
5) Ikut berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Dari
Anas radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ اتَّخَذَتْ
يَوْمَ حُنَيْنٍ خِنْجَرًا، فَكَانَ مَعَهَا، فَرَآهَا أَبُو طَلْحَةَ، فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللهِ، هَذِهِ أُمُّ سُلَيْمٍ مَعَهَا خِنْجَرٌ، فَقَالَ لَهَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا هَذَا الْخِنْجَرُ؟» قَالَتْ:
اتَّخَذْتُهُ إِنْ دَنَا مِنِّي أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، بَقَرْتُ بِهِ
بَطْنَهُ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضْحَكُ،
قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، اقْتُلْ مَنْ بَعْدَنَا مِنَ الطُّلَقَاءِ
انْهَزَمُوا بِكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا
أُمَّ سُلَيْمٍ، إِنَّ اللهَ قَدْ كَفَى وَأَحْسَنَ» [صحيح
مسلم]
Bahwa
Ummu Sulaim selalu membawa belati ketika perang Hunain, lalu Abu Thalhah
melihatnya sehingga ia pun mengadu, "Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim selalu
membawa parang."
Beliau
lalu bertanya kepada Ummu Sulaim: "Untuk apakah kamu selalu membawa
parang?"
Ummu
Sulaim berkata: Saya membawanya karena jika ada orang Musyrik mendekatiku, maka
aku akan membelah perutnya."
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tertawa mendengarnya.
Ummu
Sulaim berkata, "Wahai Rasulullah, bunuhlah orang-orang yang anda bebaskan
di hari penaklukan kota Makkah, sekarang mereka telah lari dari Anda."
Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Ummu Sulaim,
sesungguhnya Allah telah mencukupi dan memperbaiki." [Shahih Muslim]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو بِأُمِّ سُلَيْمٍ وَنِسْوَةٍ مِنَ
الْأَنْصَارِ مَعَهُ إِذَا غَزَا، فَيَسْقِينَ الْمَاءَ، وَيُدَاوِينَ الْجَرْحَى»
[صحيح مسلم]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah berperang bersama-sama dengan Ummu Sulaim dan beberap
wanita Anshar, ketika perang berkecamuk, mereka memberi minum dan mengobati
tentara yang terluka." [Shahih
Muslim]
6) Dijamin masuk surga
Jabir
bin 'Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
" رَأَيْتُنِي
دَخَلْتُ الجَنَّةَ، فَإِذَا أَنَا بِالرُّمَيْصَاءِ، امْرَأَةِ أَبِي طَلْحَةَ
" [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku
bermimpi memasuki surga. Disana aku bertemu seorang wanita yang bertahi mata,
yaitu istri dari Abu Thalhah”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Anas radhiyallahu ‘anhu
berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" دَخَلْتُ
الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْفَةً، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذِهِ
الْغُمَيْصَاءُ بِنْتُ مِلْحَانَ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ " [صحيح مسلم]
"Ketika
aku masuk ke dalam surga, aku mendengar suara derapan kaki, maka aku pun
Iangsung bertanya, 'Derapan kaki Siapa itu? ' Para penghuni surga menjawab;
'Itu adalah Ghumaisha' bin Milhan, ibu Anas bin Malik." [Shahih Muslim]
7) Tidak malu bertanya untuk kebaikan.
Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَهُ، وَعَائِشَةُ عِنْدَهُ: يَا
رَسُولَ اللهِ، الْمَرْأَةُ تَرَى مَا يَرَى الرَّجُلُ فِي الْمَنَامِ، فَتَرَى
مِنْ نَفْسِهَا مَا يَرَى الرَّجُلُ مِنْ نَفْسِهِ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: يَا
أُمَّ سُلَيْمٍ، فَضَحْتِ النِّسَاءَ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَقَالَ لِعَائِشَةَ:
«بَلْ أَنْتِ، فَتَرِبَتْ يَمِينُكِ، نَعَمْ، فَلْتَغْتَسِلْ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ،
إِذَا رَأَتْ ذَاكَ» [صحيح مسلم]
‘Ummu
Sulaim datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Aisyah
sedang berada di samping beliau, dia berkata; 'Wahai Rasulullah, seorang wanita
mimpi basah seperti yang dimimpikan laki-laki, dia bermimpi dirinya (melakukan
sesuatu) sebagaimana laki-laki bermimpi.'
Aisyah
berkata; 'Wahai Ummu Sulaim, engkau telah membuka (aib) wanita. Malangnya
dirimu.’
Beliau
bersabda kepada Aisyah; “Bahkan kamu yang malang. Ya, hendaklah dia mandi wahai
Ummu Sulaim apabila dia melihat hal itu." [Shahih Muslim]
8) Menawarkan anaknya untuk menjadi pelayan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu:
دَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ، فَأَتَتْهُ
بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ، قَالَ:
«أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ، وَتَمْرَكُمْ فِي وِعَائِهِ، فَإِنِّي
صَائِمٌ» ثُمَّ قَامَ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ البَيْتِ، فَصَلَّى غَيْرَ
المَكْتُوبَةِ، فَدَعَا لِأُمِّ سُلَيْمٍ وَأَهْلِ بَيْتِهَا، فَقَالَتْ أُمُّ
سُلَيْمٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي خُوَيْصَّةً، قَالَ: «مَا هِيَ؟»،
قَالَتْ: خَادِمُكَ أَنَسٌ، فَمَا تَرَكَ خَيْرَ آخِرَةٍ وَلاَ دُنْيَا إِلَّا
دَعَا لِي بِهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ
فِيهِ»، فَإِنِّي لَمِنْ أَكْثَرِ الأَنْصَارِ مَالًا، وَحَدَّثَتْنِي ابْنَتِي
أُمَيْنَةُ: أَنَّهُ دُفِنَ لِصُلْبِي مَقْدَمَ حَجَّاجٍ البَصْرَةَ بِضْعٌ
وَعِشْرُونَ وَمِائَةٌ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang
menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk
Beliau. Beliau berkata:
"Kembalikanlah mentega-mentega kalian ke kendinya dan kurma-kurma kalian
di penyimpanannya karena aku sedang berpuasa".
Kemudian
Beliau berdiri di pojok rumah mengerjakan shalat sunnat. Setelah itu Beliau
memanggil Ummu Sulaim dan anggota keluarga lainnya. Ummu Sulaim berkata:
"Wahai Rasulullah, aku mempunyai permintaan sederhana".
Beliau
bertanya: "Apa itu?"
Ummu
Sulaim berkata: "Jadikan Anas sebagai pelayanmu!”
Anas
berkata: “Maka beliau tidak meninggalkan kebaikan akhirat dan dunia kecuali
beliau mendo’akannya untukku”.
Beliau
berdo'a: "Ya Allah, karuniakanlah dia harta dan anak-anak dan berilah dia
keberkahan di dalamnya".
Setelah
itu aku menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan Kaum Anshar. Dan
telah menceritakan kepada saya putriku Umainah: "Bahwa telah dikuburkan
anak kandungku, di masa kedatangan Hajjaj di Bashrah (tahun 75H, dan umur Anas
waktu itu 80 tahun lebih), sekitar seratus dua puluh orang lebih". [Shahih
Bukhari]
Ø Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha
wafat pada masa khilafah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.
[Lihat: Siyar Alam An-Nabalaa' karya Adz-Dzahabiy 2/304, Fadhail Ash-Shahabah karya syekh Musthafa Al-'Adawiy hal.540]
[Lihat: Siyar Alam An-Nabalaa' karya Adz-Dzahabiy 2/304, Fadhail Ash-Shahabah karya syekh Musthafa Al-'Adawiy hal.540]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...