Rabu, 18 Maret 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (59) Puasa pada hari “bidh”; tanggal 13, 14, dan 15

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صِيَامِ أَيَّامِ البِيضِ: ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
“Bab: Puasa pada hari “bidh”; tanggal 13, 14, dan 15 (bulan hijriyah)”
Dalam bab ini imam Bukhari rahimahullah menjelaskan keutamaan berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, terkhusus pada hari-hari “bidh” yaitu hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas bulan hijriyah. Dinamai hari-hari “bidh” karena siang dan malam pada hari tersebut sangat terang, ada yang mengatakan dinamai demikian karena seluruh bagian bulan terlihat pada malamnya.
Dalam bab ini imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan hadits wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1880 - حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ [عبد الله بن عمرو البصري]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ [بن سعيد، أبو عبيدة التَّنُّوْرِيُّ]، حَدَّثَنَا أَبُو التَّيَّاحِ [يزيد بن حُمَيْدٍ الضُّبَعِيُّ]، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو عُثْمَانَ [عَبْدُ الرَّحْمَنِ بنُ مُلٍّ النَّهْدِيُّ]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ: «صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ»
1880 - Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar [‘Abdullah bin ‘Amr Al-Bashriy], telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits [bin Sa’id, Abu ‘Ubaidah At-Tannuriy], telah menceritakan kepada kami Abu At-Tayyah [Yazid bin Humaid Adh-Dhuba’iy] berkata: Telah menceritakan kepada saya Abu 'Utsman [Abdurrahman bin Mull An-Nahdiy], dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Kekasihku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wasiat kepadaku agar aku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mendirikan shalat Dhuha dua raka'at, dan shalat witir sebelum aku tidur".
  1. Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

  1. “Al-Khalil” adalah tingkatan cinta tertinggi.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي المَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ، إِلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ»
"Sesungguhnya manusia yang paling berjasa terhadapku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari ummatku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh, tidak ada satupun pintu di dalam Masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar." [Shahih Bukhari dan Muslim]
  1. Anjuran berwasiat kepada yang dicintai.
Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam menggandeng tangannya dan berkata:
«يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ»، فَقَالَ: " أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "
"Wahai Mu'adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu, demi Allah, sungguh aku mencintaimu." Kemudian beliau berkata: "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap akhir shalat untuk mengucapkan: "Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik." [Sunan Abu Daud]
  1. Keutamaan berpuasa tiga hari sebulan.
Diantaranya:
1)      Sering dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata;
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ» [سنن النسائي: صحيح]
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulan." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
2)      Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada beberapa sahabatnya
Abu Ad-Darda` radhiyallahu 'anhu berkata;
«أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ، لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ: بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلَاةِ الضُّحَى، وَبِأَنْ لَا أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ» [صحيح مسلم]
"Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam mewasiatkan kepadaku untuk melakukan tiga hal, yaitu agar aku tidak meninggalkan selama hidupku, puasa tiga hari tiap bulan, shalat dhuha dan tidak tidur sebelum shalat witir." [Shahih Muslim]
Ø  Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata;
«أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثَةٍ لَا أَدَعُهُنَّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَبَدًا: أَوْصَانِي بِصَلَاةِ الضُّحَى، وَبِالْوَتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ، وَبِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ» [سنن النسائي: صحيح]
"Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat tiga hal kepadaku -insya Allah ta'ala tidak akan ku tinggalkan selamanya-. Beliau berwasiat kepadaku agar melakukan shalat Dhuha, shalat witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari setiap bulan." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø  Abu 'Aqrab radhiyallahu 'anhu berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang puasa, lalu beliau menjawab:
«صُمْ يَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ» وَاسْتَزَادَهُ، قَالَ: بَأبِى أَنْتَ وَأُمِّي أَجِدُنِي قَوِيًّا، فَزَادَهُ، قَالَ: «صُمْ يَوْمَيْنِ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ»، فَقَالَ: بَأبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَجِدُنِي قَوِيًّا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنِّي أَجِدُنِي قَوِيًّا، إِنِّي أَجِدُنِي قَوِيًّا»، فَمَا كَادَ أَنْ يَزِيدَهُ، فَلَمَّا أَلَحَّ عَلَيْهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ» [سنن النسائي: صحيح]
"Berpuasalah sehari setiap bulan."
Namun ia minta tambah, seraya berkata; 'Bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, aku masih kuat -melakukan lebih dari itu-.'
Lalu beliau menambahinya seraya bersabda: 'Berpuasalah dua hari setiap bulan.'
ia berkata; 'Bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah, sungguh aku masih kuat! '
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sungguh aku masih kuat, sungguh aku masih kuat.'
Hampir saja beliau tidak menambahkan untuknya. Setelah ia mendesak terus, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Berpuasalah tiga hari setiap bulan.' [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
3)      Puasa yang baik
Dari Usman bin Abi Al-'Ash Ats-Tsaqafiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" صِيَامٌ حَسَنٌ صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Puasa yang baik adalah puasa tiga hari dalam setiap bulan”. [Musnad Ahmad: Sahih]
4)      Bernilai puasa setahun
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma:
وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ، فَإِنَّ الحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، وَذَلِكَ مِثْلُ صِيَامِ الدَّهْرِ [صحيح البخاري ومسلم]
“Dan berpuasalah dalam sebulan sebanyak 3 hari, karena kebaikan dilipat-gandakan 10 kali dan itu senilai dengan puasa setahun”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ -عَزَّ وَجَلَّ- تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابِهِ: {مَنْ جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا} [الأنعام: 160] اليَوْمُ بِعَشْرَةِ أَيَّامٍ " [سنن الترمذي: صحيح]
"Barang siapa yang berpuasa tiga hari pada setiap bulan, maka sama halnya dengan puasa sebulan penuh". Lalu Allah 'azza wajalla menurunkan ayat yang membenarkan akan perkara tersebut yaitu (firman-Nya): {Barang siapa yang melakukan satu kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala sepuluh kali lipat}, satu hari berpuasa sama dengan sepuluh hari." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ، وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، صَوْمُ الدَّهْرِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Puasa di bulan kesabaran (ramadan) dan tiga hari pada setiap bulan adalah puasa setahun”. [Musnad Ahmad: Sahih]
5)      Membersihkan hati
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ، وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ، وَيُذْهِبُ مَغَلَةَ الصَّدْرِ "
Puasa di bulan kesabaran (Ramadhan) dan tiga hari pada setiap bulan adalah puasa setahun, menghilangkan "magalah" di dada.
Abu Dzar bertanya: Apa itu "magalah" di dada?
Rasulullah menjawab:
رِجْسُ الشَّيْطَانِ [مسند أحمد: صحيح]
“Godaan setan”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø  Dalam riwayat lain dari seorang A'rabiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Menghilangkan dengki di dada”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Ramadhan; Bulan kesabaran
5.      Bagaimana menjalankan puasa 3 hari sebulan?
Ada beberapa cara yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
  1. Pada hari apa saja.
Mu'adzah Al-'Adawiyah -rahimahallah- bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, apakah Rasulullah berpuasa setiap bulan sebanyak 3 hari?
Aisyah menjawab: Iya.
Aku bertanya lagi: Pada hari apa dalam sebulan ia berpuasa?
Aisyah menjawab:
«لَمْ يَكُنْ يُبَالِي مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ» [صحيح مسلم]
“Rasulullah tidak peduli hari apapun dalam sebulan ia berpuasa”. [Sahih Muslim]
  1. Tiga hari di awal bulan berturut-turut.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ يَعْنِي مِنْ غُرَّةِ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa di awal setiap bulan 3 hari”. [Sunan Abu Daud: Hasan]
  1. Senin awal bulan, dan 2 kamis berikutnya berturut-turut.
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، يَوْمَ الِاثْنَيْنِ مِنْ أَوَّلِ الشَّهْرِ، وَالْخَمِيسِ الَّذِي يَلِيهِ، ثُمَّ الْخَمِيسِ الَّذِي يَلِيهِ» [سنن النسائي: صحيح]
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa 3 hari setiap bulan pada hari senin di awal bulan, dan kamis berikutnya, kemudian kamis berikutnya. [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Ø  Hunaidah Al-Khuza'iy -rahimahallah- berkata; Aku masuk menemui Ummul Mu'minin -radhiyallahu ‘anha-, dan aku mendengar ia berkata;
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، ثُمَّ الْخَمِيسَ، ثُمَّ الْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ» [سنن النسائي: صحيح]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa tiga hari setiap bulan; hari Senin pertama dari bulan itu, kemudian hari Kamis, kemudian hari Kamis berikutnya." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
  1. Senin, kamis, dan senin berikutnya.
Hafsah radhiyallahu 'anha berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَالِاثْنَيْنِ مِنَ الْجُمْعَةِ الْأُخْرَى» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa 3 hari setiap bulan pada hari Senin dan Kamis, dan Senin Jum'at berikutnya”. [Sunan Abu Daud: Hasan]
  1. Hari Sabtu, Ahad, dan Senin. Kemudian bulan berikutnya hari Selasa, Rabu, dan Kamis.
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنَ الشَّهْرِ السَّبْتَ، وَالأَحَدَ، وَالِاثْنَيْنِ، وَمِنَ الشَّهْرِ الآخَرِ الثُّلَاثَاءَ، وَالأَرْبِعَاءَ، وَالخَمِيسَ» [سنن الترمذي: ضعيف مرفوعا]
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah berpuasa dari satu bulan pada hari sabtu, ahad dan senin, dibulan yang lain (beliau berpuasa) pada hari selasa, rabu dan kamis. [Sunan Tirmidziy: Lemah secara marfu’ tapi hasan secara mauquf dari amalan Aisyah]

  1. Hari-hari “bidh” tanggal 13, 14, dan 15.
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ، وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ [سنن النسائي: حسنه الألباني]
“Puasa 3 hari di setiap bulan senilai puasa setahun, dan hari-hari putih adalah hari ke 13, 14, dan 15 (bulan hijriyah)”. [Sunan An-Nasai: Dihasankan oleh syekh Albaniy]
Ø  Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu berkata;
" أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ " [سنن النسائي: حسنه الشيخ الألباني]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami agar berpuasa tiga hari Bidh dalam sebulan; yaitu -tanggal- tiga belas, empat belas dan lima belas." [Sunan An-Nasa’iy: Hasan]
Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ» [سنن النسائي: حسنه الألباني]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak berbuka (berpuasa) pada hari-hari putih saat hadir dan bepergian”. [Sunan An-Nasa'i: Hasan]
  1. Sehari dalam setiap sepuluh hari.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma:
«صُمْ مِنْ كُلِّ عَشَرَةِ أَيَّامٍ يَوْمًا، وَلَكَ أَجْرُ تِسْعَةٍ» [صحيح مسلم]
"Berpuasalah sehari dalam setiap sepuluh hari, maka kamu akan mendapatkan ganjaran pahala sembilan hari lainnya." [Shahih Muslim]
  1. Di akhir bulan.

Insyallah akan dibahas khusus pada bab ke-61.

  1. Keutamaan shalat Dhuha.
Diantaranya:
a.       Menutupi kewajiban sedekah untuk setiap persendian
Dari Abu Dzar -radhiallahu 'anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنَ ابْنِ آدَمَ صَدَقَةٌ، تَسْلِيمُهُ عَلَى مَنْ لَقِيَ صَدَقَةٌ، وَأَمْرُهُ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيُهُ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَإِمَاطَتُهُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ، وَبُضْعَتُهُ أَهْلَهُ صَدَقَةٌ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ يَأْتِي شَهْوَةً، وَتَكُونُ لَهُ صَدَقَةٌ؟ قَالَ: «أَرَأَيْتَ لَوْ وَضَعَهَا فِي غَيْرِ حَقِّهَا أَكَانَ يَأْثَمُ؟» قَالَ: «وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ رَكْعَتَانِ مِنَ الضُّحَى» [سنن أبي داود: صحيح]
"Setiap hari setiap persendian anak Adam harus disedekahi, salam yang diberikan kepada orang yang dijumpainya adalah sedekah, setiap perintahnya kepada kebaikan adalah sedekah, setiap larangannya dari yang munkar adalah sedekah, membuang hal yang mengganggu jalan adalah sedekah, dan persetubuhannya dengan isteri adalah sedekah."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mendatangi isteri dengan syahwat juga dihitung sebagai sedekah!"
Beliau menjawab: "Apa pendapatmu jika itu ia lakukan kepada yang bukan haknya, apakah ia berdosa?"
Beliau lalu bersabda lagi: "Dan itu semua bisa diganti dengan dua rakaat dhuha." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø  Buraidah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فِي الْإِنْسَانِ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَسِتُّونَ، مَفْصِلًا فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهُ بِصَدَقَةٍ» قَالُوا: وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟ قَالَ: «النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا، وَالشَّيْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُكَ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Pada diri manusia itu terdapat tiga ratus enam puluh persendian, maka hendaklah ia memberi sedekah untuk setiap persendiannya tersebut."
Para sahabat berkata, "Wahai Nabi Allah, siapa yang akan mampu melakukannya!"
Beliau bersabda: "Mengubur ludah dalam masjid atau sesuatu yang engkau buang dari jalan (adalah sedekah), dan jika engkau tidak mendapatinya maka dua rakaat dhuha sudah cukup bagimu." [Sunan Abi Daud: Shahih]
b.      Mendapat pahala haji dan umrah.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Barangsiapa yang salat subuh di mesjid berjama'ah kemudian duduk berzikir mengingat Allah sampai matahari terbit, kemudian salat dua raka'at maka ia mendapat pahala seperti pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna, sempurna”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Ø  Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ، وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci menuju mesjid untuk salat fardhu maka pahalanya seperti pahala seorang haji yang muhrim, dan barangsiapa yang keluar untuk salat dhuha ia tidak beranjak kecuali untuk itu maka pahalanya seperti pahala orang yang umrah, dan melakukan salat setelah salat tanpa ada kelalaian diantaranya tercatat di 'illiyyin (kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah)”. [Sunan Abu Daud: Hasan]
Lihat: Amalan bernilai haji dan umrah
c.       Shalat awwabin
Zaid bin Arqam radhiyallahu 'anhu pernah melihat suatu kaum yang tengah mengerjakan shalat Dhuha, lalu dia berkata; "Tidakkah mereka tahu bahwa shalat di luar waktu ini lebih utama? Sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ» [صحيح مسلم]
"Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan." [Shahih Muslim]
d.      Harta rampasan perang yang paling cepat dan banyak
Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash -radhiyallahu 'anhuma- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus satu pasukan lalu mereka pulang dengan cepat dan membawa ghanimah (harta rampasan).
Maka orang-orangpun ribut membicarakan dekatnya medan perang mereka, banyaknya ghonimah yang mereka bawa, serta cepatnya mereka pulang (dari perang), sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda:
«أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَقْرَبَ مِنْهُ مَغْزًى، وَأَكْثَرَ غَنِيمَةً، وَأَوْشَكَ رَجْعَةً؟ مَنْ تَوَضَّأَ، ثُمَّ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لِسُبْحَةِ الضُّحَى، فَهُوَ أَقْرَبُ مَغْزًى، وَأَكْثَرُ غَنِيمَةً، وَأَوْشَكُ رَجْعَةً» [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Maukah kalian aku tunjukkan medan perang yang dekat, banyak ghonimahnya dan dapat pulang dengan cepat? Barangsiapa yang berwudhu lalu ia pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat sunnah dhuha, maka dialah yang telah mendapat tempat perang yang dekat, ghonimah yang banyak dan pulang dengan cepat?" [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
e.       Diberi kecukupan oleh Allah
Dari Nu’aim bin Hammar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah 'azza wajalla berfirman;
" يَا ابْنَ آدَمَ، لَا تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ، أَكْفِكَ آخِرَهُ " [سنن أبي داود: صحيح]
" Wahai anak Adam, janganlah kamu meninggalkan-Ku (karena tidak mengerjakan) empat raka'at pada permulaan siang, niscaya aku akan mencukupi kebutuhanmu di sore hari." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø  Dari Abu Ad-Dardaa’ atau Abu Dzar radhiyallahu 'anhuma; dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dari Allah tabaraka wa ta’aalaa Dia berfirman:
«ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Wahai anak Adam, ruku'lah kamu kepadaku dipermulaan siang sebanyak empat raka'at, niscaya Aku akan memenuhi kebutuhanmu di akhir siang." [Sunan At-Tirmidziy: Shahih]
  1. Keutamaan shalat witir.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الوِتْرَ، فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ القُرْآنِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya Allah itu ganjil (tidak ada duanya), dan mencintai bilangan yang ganjil, maka lakukanlah shalat witir (shalat malam yang jumlahnya ganjil) wahai ahli Al-Qur'an”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلَاةً، فَحَافِظُوا عَلَيْهَا، وَهِيَ الْوَتْرُ [مسند أحمد: صحيح]
“Sesungguhnya Allah menambahkan kalian satu shalat maka jagalah ia (dengan malaksanakannya setiap saat), yaitu shalat witir”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø  Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ، حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ يُومِئُ إِيمَاءً صَلاَةَ اللَّيْلِ، إِلَّا الفَرَائِضَ وَيُوتِرُ عَلَى رَاحِلَتِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dalam perjalan jauhnya di atas kendaraannya, kemana pun wajahnya mengarah, beliau mengangguk dalam shalat malam, kecuali shalat wajib, dan beliau mendirikan witir di atas kendaraannya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
  1. Mana yang terbaik, witir sebelum tidur atau setelah tidur?
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Jadikanlah akhir dari shalat malam kalian dengan shalat witir”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ، وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ، وَذَلِكَ أَفْضَلُ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang takut tidak bangun di akhir malam maka hendaklah ia shalat witir di awal malam, dan barangsiapa yang merasa bisa bangun di akhir malam maka hendaklah ia shalat witir di akhir malam karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh Allah dan Malaikat) dan itu lebih baik". [Shahih Muslim]
Ø  Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Abu Bakar:
«مَتَى تُوتِرُ؟»، قَالَ: أُوتِرُ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ، وَقَالَ لِعُمَرَ: «مَتَى تُوتِرُ؟»، قَالَ: آخِرَ اللَّيْلِ، فَقَالَ لِأَبِي بَكْرٍ: «أَخَذَ هَذَا بِالْحَزْمِ»، وَقَالَ لِعُمَرَ: «أَخَذَ هَذَا بِالْقُوَّةِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Kapankah kamu melaksanakan witir?"
Abu Bakr radhiyallahu 'anhu menjawab; Saya melakukan witir dipermulaan malam!
Dan beliau bertanya kepada Umar: "Kapankah kamu melaksanakan witir?"
Umar radhiyallahu 'anhu menjawab: Saya melakukan witir pada akhir malam!
Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar; "Orang ini telah melakukan dengan keteguhan hati (aman)".
Dan kepada Umar beliau mengatakan: "Sedangkan orang ini telah melakukan dengan kemantapan (terberat)" [Sunan Abi Daud: Shahih]
  1. Minimal witir dengan satu raka’at.
'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata; Ada seseorang bertanya: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bagaimana cara shalat malam?"
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ، فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ»
"Dua dua (raka'at) dan jika kamu khawatir masuk waktu Subuh witirlah dengan satu raka'at". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...