Rabu, 05 Februari 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (47), (48), dan (49) Tentang puasa Wishal

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama.
Bab ke-47, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ الوِصَالِ، وَمَنْ قَالَ: «لَيْسَ فِي اللَّيْلِ صِيَامٌ»
“Bab: Puasa wishal, dan pendapat bahwa pada malam hari tidak ada puasa”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan tentang puasa “wishal” yaitu menyampung puasa sampai malam hari.
Beliau menyebutkan satu pendapat bahwa puasa wishal itu tidak ada karena puasa hanya dilakukan di siang hari sedangkan di malam hari tidak ada puasa. Dan imam Bukhari menyebutkan dalilnya dari Al-Qur’an, dan hikmah larangan puasa wishal.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]، «وَنَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ رَحْمَةً لَهُمْ وَإِبْقَاءً عَلَيْهِمْ، وَمَا يُكْرَهُ مِنَ التَّعَمُّقِ»
“Karena firman Allah ta’aalaa: {Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam} [Al-Baqarah: 187], dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarangnya sebagai bentuk kasih sayang (rahmat) bagi mereka dan menjaga kebaikan mereka, dan adanya larangan dari sifat berlebih-lebihan”
Kemudian imam Bukhari menyebutkan 4 hadits yang menunjukkan larangan melakukan puasa wishal dan hikmahnya, yaitu hadits Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abu Sa’id Al-Khudriy, dan Asiyah rahdiyallahu ‘anhum.
Hadits pertama: Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1860 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ شُعْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ تُوَاصِلُوا» قَالُوا: إِنَّكَ تُوَاصِلُ، قَالَ: «لَسْتُ كَأَحَدٍ مِنْكُمْ إِنِّي أُطْعَمُ، وَأُسْقَى، أَوْ إِنِّي أَبِيتُ أُطْعَمُ وَأُسْقَى»
1860 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad], ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari Syu'bah, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Qatadah, dari Anas radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melaksanakan puasa wishal (puasa terus tanpa berbuka) ".
Orang-orang berkata: "Namun, bukankah anda melakukan puasa wishal?"
Beliau bersabda: "Aku tidak sama dengan keadaan seorang dari kalian karena aku diberi makan dan minum” atau dengan redaksi “selalu saja aku diberi makan dan minum ".
Hadits kedua: Hadits Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1861 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ الوِصَالِ» قَالُوا: إِنَّكَ تُوَاصِلُ، قَالَ: «إِنِّي لَسْتُ مِثْلَكُمْ إِنِّي أُطْعَمُ وَأُسْقَى»
1861 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi', dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang puasa wishal. Orang-orang berkata: "Namun, bukankah anda sendiri melakukan puasa wishal?"
Beliau bersabda: "Aku tidak sama dengan keadaan seorang dari kalian karena aku diberi makan dan minum".
Ø  Hadits ini telah diriwayatkan sebelumnya oleh Imam Bukhari dalam kitab Ash-Shaum, Bab (20) Berkah sahur tanpa diwajibkan, melalui jalur Musa bin Isma'il Al-Mingkariy, dari Juwairiyah bin Asmaa’ Al-Bashriy, dari Nafi'.
Hadits ketiga: Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1862 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنِي [يزيد بن عبد الله] ابْنُ الهَادِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «لاَ تُوَاصِلُوا، فَأَيُّكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُوَاصِلَ، فَلْيُوَاصِلْ حَتَّى السَّحَرِ»، قَالُوا: فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «إِنِّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي أَبِيتُ لِي مُطْعِمٌ يُطْعِمُنِي، وَسَاقٍ يَسْقِينِ»
1862 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf, telah menceritakan kepada saya Al-Laits, telah menceritakan kepada saya [Yazid bin Abdillah] Ibnu Al-Hadi, dari 'Abdullah bin Khabbab, dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melaksanakan puasa wishal, maka siapa dari kalian yang mau melakukan puasa wishal hendaklah dia melakukannya hingga (makan) sahur".
Orang-orang berkata: "Bukankah anda sendiri melakukan puasa wishal, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda: "Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena saat aku tidur akan ada pemberi makan yang datang kepadaku lalu memberi aku makan dan datang pemberi minum lalu memberi aku minum".
Hadits keempat: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1863 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُحَمَّدٌ [بن سلام البيكندي] قَالاَ: أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ [بن سليمان]، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الوِصَالِ رَحْمَةً لَهُمْ»، فَقَالُوا: إِنَّكَ تُوَاصِلُ، قَالَ: «إِنِّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ».
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ [البخاري]: «لَمْ يَذْكُرْ عُثْمَانُ: "رَحْمَةً لَهُمْ"»
1863 - Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad [bin Salam Al-Bikandiy], keduanya berkata: Telah mengabarkan kepada kami 'Abdah [bin Sulaiman], dari Hisyam bin 'Urwah, dari bapaknya, dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang puasa wishal sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka (para sahabat). Mereka berkata: "Bukankah anda sendiri melakukan puasa wishal?"
Beliau bersabda: "Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena aku diberi makan dan minum oleh Rabbku".
Abu 'Abdullah [Al-Bukhariy] berkata: 'Utsman tidak menyebut kalimat; "Sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka".
Penjelasan singkat 4 hadits di atas:
1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
2.      Biografi Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.
3.      Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy, Sa’ad bin Malik bin Sinan radhiyallahu ‘anhu.
4.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
5.      Larangan berpuasa wishal.
Puasa wishal adalah puasa yang dilakukan berturut-turut tanpa dipisahkan dengan makan dan minum ketika waktu berbuka atau sahur.
Ulama berselisih tentang hukum puasa ini:
Pendapat pertama: Hukumnya haram.
Dengan dalil 4 hadits di atas, yang menyebutkan larangan berpuasa wishal, dan hukum asal larangan adalah haram.
Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاصَلَ بَيْنَ يَوْمَيْنِ وَلَيْلَةٍ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ قَدْ قَبِلَ وِصَالَكَ، وَلَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ بَعْدَكَ وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ: {ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187] ، فَلَا صِيَامَ بَعْدَ اللَّيْلِ» [المعجم الأوسط: ضعفه ابن حجر]
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa wishal dua hari satu malam, kemudian Jibril mendatanginya dan berkata: Sesungguhnya Allah telah menerima puasa wishalmu, dan tidak halal bagi seorangpun selainmu, karena Allah tabaraka wa ta’aalaa telah berfirman: {Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam} [Al-Baqarah: 187], maka tidak ada puasa setelah malam. [Al-Mu’jam Al-Ausath karya Ath-Thabaraniy: Dilemahkan oleh Ibnu Hajar]
Pendapat kedua: Hukumnya makruh.
Dengan dalil hadits Abu Hurairah pada bab berikutnya yang menunjukkan adanya teguran keras dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bagi yang berpuasa wishal.
Samurah bin Jundub berkata:
«نَهَانَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُوَاصِلَ فِي شَهْرِ الصَّوْمِ، يَكْرَهُهُ، وَلَيْسَتْ بِالْعَزِيمَةِ» [المعجم الكبير للطبراني: ضعيف]
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kami berpuasa wishal di bulan Ramadhan, beliau memakruhkannya, dan tidak tegas melarangnya (tidak diharamkan)”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Lemah]
Pendapat ketiga: Haram bagi yang tidak mampu tapi memaksakan diri, dan boleh bagi yang mampu.
Dalam riwayat lain, 'Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاصَلَ، فَوَاصَلَ النَّاسُ، فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَنَهَاهُمْ
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan puasa wishal (puasa terus tanpa berbuka) lalu orang-orang mengikutinya yang mengakibatkan mereka kepayahan. Maka Beliau melarang mereka melakukannya”. [Shahih Bukhari]
Dan hadits Abu Hurairah pada bab setelah bab ini yang menunjukkan bahwa Sahabat tetap melakukan puasa wishal sekalipun telah dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini menunjukkan bahwa larangan tersebut hanya sebagai bentuk keringanan dan kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk umatnya yang tidak mampu.
Abdurrahman bin Abi Laila -rahimahullah- berkata: Seorang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepadaku:
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الحِجَامَةِ وَالْمُوَاصَلَةِ وَلَمْ يُحَرِّمْهُمَا إِبْقَاءً عَلَى أَصْحَابِهِ» فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ تُوَاصِلُ إِلَى السَّحَرِ، فَقَالَ: «إِنِّي أُوَاصِلُ إِلَى السَّحَرِ، وَرَبِّي يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِي» [سنن أبي داود: صحيح]
Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang dari berbekam serta berpuasa wishal dan beliau tidak mengharamkannya sebagai belas kasih kepada para sahabatnya. Kemudian dikatakan kepada beliau; Wahai Rasulullah, anda melakukan wishal hingga waktu sahur.
Maka beliau berkata: "Aku melakukan (puasa) wishal hingga waktu sahur dan Tuhanku memberiku makan dan minum." [Sunan Abi Daud: Shahih]
6.      Boleh bertanya tentang hikmah suatu larangan.
Tidak boleh bertanya dalam bentuk pengingkaran, karena hikmah utama perintah dan larangan adalah agar kita tunduk terhadap ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]
Ø  Mu'adzah -rahimahullah- berkata: Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha;
مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]
'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?'
Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah?'
Aku menjawab; 'Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.'
Dia menjawab; 'Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]
7.      Boleh minta penjelasan dari seorang ulama jika fatwanya tidak sesuai dengan tindakannya.
8.      Bagaimana Nabi diberi makan dan minum saat tidur?
Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini:
Pendapat pertama: Diberi makan secara hakiki dan merasakan kenyang.
Pendapat kedua: Diberi kekuatan.
Pendapat ketiga: Allah menciptakan rasa kenyang sehingga tidak merasa lapar dan haus.
Pendapat keempat: Sibuk memikirkan keagungan Allah sehingga rasa lapar dan haus tidak terasa.
9.      Allah Maha Kuasa, mampu menciptakan sesuatu tanpa ada sebab.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ} [يس: 82]
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. [Yaasiin:82]
Nb: Beberapa faidah dari hadits ini telah disebutkan pada penjelasan hadits Ibnu Umar, dalam bab (20).
B.     Penjelasan kedua.
Bab ke-48, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ التَّنْكِيلِ لِمَنْ أَكْثَرَ الوِصَالَ
“Bab: Ancaman bagi orang yang memperbanyak puasa wishal”
Dalam bab ini, imam Bukhari menegaskan akan larangan berpuasa “wishal” dengan menyebutkan hadits Anas secara mu’allaq, dan hadits Abu Hurairah secara muttashil yang menunjukkan tegurang keras dari Nabi akan larangan berpuasa wishal.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
رَوَاهُ أَنَسٌ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Diriwayatkan oleh Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”
Hadits Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- ini, akan diriwayatkan secara muttashil pada kitab At-Tamanniy, bab tentang bolehnya mengatakan “لو” (seandainya), imam Bukhari berkata:
حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: وَاصَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آخِرَ الشَّهْرِ، وَوَاصَلَ أُنَاسٌ مِنَ النَّاسِ، فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «لَوْ مُدَّ بِيَ الشَّهْرُ لَوَاصَلْتُ وِصَالًا يَدَعُ المُتَعَمِّقُونَ تَعَمُّقَهُمْ، إِنِّي لَسْتُ مِثْلَكُمْ، إِنِّي أَظَلُّ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ» 
تَابَعَهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مُغِيرَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami 'Ayyasy bin Al Walid, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu 'anhu, mengatakan; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyambung akhir bulan (untuk tetap berpuasa) sehingga sahabat lain menyambungnya (wishal). Berita ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga beliau bersabda; "Kalaulah bulan dipanjangkan bagiku, niscaya kulakuan puasa wishal, sehingga orang-orang yang berlebihan dalam beragama meninggalkan kebiasaan berlebih-lebihannya, Sungguh aku tidak seperti kalian, Tuhanku senantiasa memberiku makan dan minum."
Hadits ini diperkuat oleh Sulaiman bin Mughirah dari Tsabit dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Lihat hadits Anas pada bab sebelumnya (Bab ke-47).
Ø  Adapun hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, imam Bukhari meriwayatkannya melalui dua jalur.
Jalur pertama: Dari Abu Salamah bin Abdirrahman rahimahullah.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1864 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي حمزة]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الوِصَالِ فِي الصَّوْمِ» فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنَ المُسْلِمِينَ: إِنَّكَ تُوَاصِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «وَأَيُّكُمْ مِثْلِي، إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ»، فَلَمَّا أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا عَنِ الوِصَالِ، وَاصَلَ بِهِمْ يَوْمًا، ثُمَّ يَوْمًا، ثُمَّ رَأَوُا الْهِلَالَ، فَقَالَ: «لَوْ تَأَخَّرَ لَزِدْتُكُمْ» كَالتَّنْكِيلِ لَهُمْ حِينَ أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا
1864 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi’ Al-Bahraniy], telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah], dari Az Zuhriy, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Abu Salamah bin 'Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang wishal dalam berpuasa. Kemudian ada seseorang dari kalangan Kaum Muslimin yang berkata kepada Beliau: "Bukankah anda melakukan puasa wishal, wahai Rasulullah?"
Maka Beliau berkata: "Siapa dari kalian yang keadaannya sama denganku? Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena Rabbku selalu memberiku makan dan minum".
Tatkala mereka enggan menghentikan kebiasaan puasa wishal, maka Beliau melakukan puasa wishal bersama mereka hari demi hari, kemudian mereka melihat hilal. Maka ketika itu Beliau bersabda: "Kalau hilal itu tidak datang (terlambat) pasti aku akan menambah lagi puasa wishal bersama kalian".
Ucapan ini Beliau sampaikan sebagai bentuk sindiran kepada mereka ketika mereka enggan menghentikan puasa wishal.
Jalur kedua: Dari Hammam rahimahullah.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1865 - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى [البلْخيّ]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ [بن همام الصنعاني]، عَنْ مَعْمَرٍ [بن راشد]، عَنْ هَمَّامٍ [بن منبه]، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِيَّاكُمْ وَالوِصَالَ» مَرَّتَيْنِ قِيلَ: إِنَّكَ تُوَاصِلُ، قَالَ: «إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِ، فَاكْلَفُوا مِنَ العَمَلِ مَا تُطِيقُونَ»
1865 - Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa [Al-Balkhiy], telah menceritakan kepada kami 'Abdur Razzaq [bin Hammam Ash-Shan’aniy], dari Ma'mar [bin Rasyid], dari Hammam [bin Munabbih] bahwasanya dia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Janganlah kalian melakukan puasa wishal".
Ada seseorang berkata, kepada Beliau: "Bukankah anda melakukan puasa wishal?"
Beliau menjawab: " Rabbku selalu memberiku makan dan memberi minum. Maka laksanakanlah amal amal yang kalian mampu saja".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
2)      Teguran keras bagi yang melakukan puasa wishal.
Laila As-Sadusiyah -istri Basyir Ibnu Al-Khashashiyah radhiyallahu ‘anhu- berkata:
أَرَدْتُ أَنْ أَصُومَ يَوْمَيْنِ مُوَاصِلَةً، فَمَنَعَنِي بَشِيرٌ، وَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهُ وَقَالَ: " يَفْعَلُ ذَلِكَ النَّصَارَى، وَلَكِنْ صُومُوا كَمَا أَمَرَكُمُ اللَّهُ، وَأَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ، فَإِذَا كَانَ اللَّيْلُ فَأَفْطِرُوا " [مسند أحمد: صحيح]
Saya ingin puasa dua hari secara berturut-turut, kemudian Basyir melarangku dan berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarangnya. Beliau berkata; “Orang-orang Nashrani melakukan hal itu, tapi berpuasalah seperti yang diperintahkan Allah kepada kalian dan sempurnakanlah puasa hingga malam, bila sudah malam berbukalah”. [Musnad Ahmad: Shahih]
3)      Larangan melakukan amal ibadah secara berlebihan yang tidak sesuai tuntunan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ} [ص: 86]
Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri). [Shaad:86]
Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari kami berada di sisi Umar radhiyallahu 'anhu, lalu ia berkata:
«نُهِينَا عَنِ التَّكَلُّفِ» [صحيح البخاري]
“Kita dilarang untuk terlalu mamaksakan diri”. [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا [صحيح مسلم]
“Binasalah orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan (melampaui batas)”.
Rasulullah mengucapkannya tiga kali. [Sahih Muslim]
C.     Penjelasan ketiga.
Bab ke-49, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ الوِصَالِ إِلَى السَّحَرِ
“Bab: Puasa wishal hingga makan sahur”
Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan keringanan bagi orang yang ingin berpuasa wishal agar melakukannya hanya sampai waktu sahur, dan tidak melakkukannay beberapa hari berturut-turut tanpa diselingi dengan santap sahur.
Imam Bukhari kembali meriwayatkan hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu yang sudah ia riwayatkan pada dua bab sebelumnya (Bab ke-47), Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1866 - حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي [عبد العزيز] ابْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ يَزِيدَ [بن عبد الله بن الهاد]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «لاَ تُوَاصِلُوا، فَأَيُّكُمْ أَرَادَ أَنْ يُوَاصِلَ، فَلْيُوَاصِلْ حَتَّى السَّحَرِ»، قَالُوا: فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي أَبِيتُ لِي مُطْعِمٌ يُطْعِمُنِي، وَسَاقٍ يَسْقِينِ»
1866 - Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah, telah menceritakan kepada saya [Abdul ‘Aziz] Ibnu Abu Hazim, dari Yazid [bin Abdillah bin Al-Haad], dari 'Abdullah bin Khabbab, dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melaksanakan puasa wishal, maka siapa dari kalian yang mau melakukan puasa wishal hendaklah dia melakukannya hingga (makan) sahur".
Mereka berkata: "Bukankah anda melakukan puasa wishal, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda: "Aku tidak sama dengan keadaan seorang kalian karena bagiku ada pemberi makan yang memberi aku makan dan pemberi minum yang memberi aku minum".
Boleh berpuasa wishal sampai sahur.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوَاصِلُ مِنَ السَّحَرِ إِلَى السَّحَرِ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
“Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyambung puasa dari sahur sampai waktu sahur kembali”. [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Ø  Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوَاصِلُ مِنَ السَّحَرِ إِلَى السَّحَرِ» [المعجم الأوسط]
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyambung puasa dari sahur sampai waktu sahur kembali”. [Al-Mu’jam Al-Ausath]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...