بسم الله الرحمن الرحيم
Perintah bersabar
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصَابِرُوا} [آل عمران: 200]
Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. [Ali 'Imran: 200]
{فَاصْبِرْ إِنَّ
وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ} [الروم: 60] [غافر: 55 و 77]
Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah adalah benar. [Ar-Ruum: 60] [Gaafir: 55 dan 77]
Keutamaan bersabar
Diantaranya:
1. Mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah, dan menjadi
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ
صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ}
[البقرة: 155 - 157]
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah
kami kembali". Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-Baqarah: 155 - 157]
2. Mendapatkan pahala tanpa batas.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ
بِغَيْرِ حِسَابٍ} [الزمر: 10]
Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
[Az-Zumar: 10]
3. Perbuatan yang mulia.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ
لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ} [الشورى: 43]
Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan,
sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. [Asy-Syura: 43]
4.
Sebagai penolong.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [البقرة:
153]
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar. [Al-Baqarah: 153]
5.
Dicintai oleh Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاللَّهُ يُحِبُّ
الصَّابِرِينَ } [آل عمران: 146]
Allah mencintai orang-orang yang sabar.
[Ali 'Imran: 146]
Hikmah suatu ujian
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ
الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ} [محمد: 31]
Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu
sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di
antara kamu. [Muhammad: 31]
Ayat-ayat tentang perintah sabar dan penjelasan tentang keutamaannya
sangat banyak dan masyhur.
Lihat: Keutamaan orang sabar
Hadits
pertama
1/25- وعن أبي مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ
عَاصِم الأشْعريِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَان، وَالْحَمْدُ للَّه
تَمْلأَ الْميزانَ، وسُبْحَانَ الله والحَمْدُ للَّه تَمْلآنِ أَوْ تَمْلأ مَا
بَيْنَ السَّموَات وَالأَرْضِ، وَالصَّلاَةِ نورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ،
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، والْقُرْآنُ حُجَّةُ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ. كُلُّ النَّاس يَغْدُو،
فَبِائِعٌ نَفْسَهُ فمُعْتِقُها، أَوْ مُوبِقُهَا" رواه مسلم.
Dan dari Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim
Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Bersuci adalah separuh dari iman, ucapan “alhamdulillah”
memenuhi timbangan, ucapan “subhanallah” dan “alhamdulillah”
keduanya memenuhi, atau memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah
cahaya, sedekah adalah bukti, kesabaran adalah sinar, dan Al-Qur'an adalah
hujjah bagimu atau bumerang bagimu. Setiap manusia beraktifitas di pagi hari,
maka ada yang menjual (mengorbankan) dirinya, sehingga ia membebaskannya atau
membinasakannya." Diriwayatkan oleh imam Muslim.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (23) Abu Malik; Pintu-pintu kebaikan
Hadits
kedua
2/26- وَعَنْ أبي سَعيدٍ بْن مَالِك بْن
سِنَانٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ نَاساً مِنَ الأنصَارِ
سَأَلُوا رَسُولَ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فأَعْطاهُم، ثُمَّ سَأَلُوهُ
فَأَعْطَاهُمْ، حَتَّى نَفِد مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لَهُمْ حِينَ أَنَفَقَ كُلَّ
شَيْءٍ بِيَدِهِ: "مَا يَكُنْ مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أدَّخِرَهُ عَنْكُمْ،
وَمَنْ يسْتعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، وَمَنْ
يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ. وَمَا أُعْطِىَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْراً
وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ" مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dan dari Abu Sa'id bin Malik bin Sinan
Al-Khudriy radhiyallahu 'anhuma berkata: Beberapa orang dari kaum
Anshar meminta kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam lalu
Rasulullah memberi mereka, kemudian mereka meminta lagi lalu Rasulullah memberi
mereka, kemudian meminta lagi lalu beliau memberi mereka sampai habis apa yang
beliau miliki, kemudian bersabda: “Apa
yang aku miliki dari kebaikan maka pasti aku tidak akan menyembunyikannya dari
kalian, dan barangsiapa yang menjaga kehormatannya maka Allah akan menjaga
kehormatannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan mencukupinya,
dan barangsiapa yang berusaha sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan
seseorang tidak diberi sesuatu yang lebih baik dan luas daripada kesabaran.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1.
Biografi
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Sifat
dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hakim
bin Hizam –radhiyallahu
‘anhu- berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia
memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:
«يَا حَكِيمُ،
إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ
لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي
يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى» [صحيح البخاري]
“Wahai
Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa
yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain)
maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati
yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat
orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari
tangan yang di bawah”. [Sahih Bukhari]
3.
Larangan
banyak meminta.
Dari Abdullah
bin Umar –radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ
مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Seseorang
senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada
di wajahnya sekerat daging”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Meminta, memberi, dan menerima
4.
Keutamaan
sifat ‘iffah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لِلْفُقَرَاءِ
الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي
الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ
بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ} [البقرة: 273]
(Berinfaqlah)
kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya
karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang dengan cara mendesak.
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. [Al-Baqarah:273]
Ø Dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’iy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
" أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو
سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ
لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ " [صحيح
مسلم]
"Penghuni surga itu ada tiga; (1)
pemilik kekuasaan yang adil, derma dan mendapat pertolongan (dari Allah), (2)
seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang
muslim, dan (3) seorang yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan."
[Shahih Muslim]
5.
Keutamaan
sifat senantiasa merasa cukup.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى
النَّفْسِ»
"Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu
adalah kaya hati." [Shahih Bukhari dan Muslim]
6.
Siapa
yang berusaha dalam kebaikan maka Allah akan memberikan kemudahan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ
اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69]
Dan
orang-orang yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut:69]
7.
Sifat
sabar adalah anugrah terbaik.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ
لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ} [النحل: 126]
Akan tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. [An-Nahl: 126]
{وَأَنْ تَصْبِرُوا
خَيْرٌ لَكُمْ} [النساء: 25]
Dan kesabaran itu lebih baik bagimu.
[An-Nisaa': 25]
Hadits
ketiga
3/27- وَعَنْ أبي يَحْيَى صُهَيْبِ بْنِ سِنَانٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "عَجَباً
لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ
إِلاَّ للْمُؤْمِن: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ".رواه مسلم.
Dan dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sangat menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya
terasa baik, dan itu tidak terjadi pada siapapun kecuali pada seorang Mukmin,
jika ia mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan jika ditimpa
musibah ia bersabar, maka itu baik baginya". [Sahih Muslim]
Lihat: Sifat mukmin yang menakjubkan; Bersyukur dan bersabar
Hadits
keempat
4/28- وعنْ أَنسٍ رضِيَ الله عنْهُ قَالَ:
لمَّا ثقُلَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم جَعَلَ يتغشَّاهُ الكرْبُ
فقَالتْ فاطِمَةُ رَضِيَ الله عنْهَا: واكَرْبَ أبَتَاهُ، فَقَالَ: "ليْسَ عَلَى
أَبيكِ كرْبٌ بعْدَ اليَوْمِ"، فلمَّا مَاتَ قالَتْ: يَا أبتَاهُ أَجَابَ
رَبّاً دعَاهُ، يَا أبتَاهُ جنَّةُ الفِرْدَوْسِ مأوَاهُ، يَا أَبَتَاهُ إِلَى
جبْريلَ نَنْعَاهُ، فلَمَّا دُفنَ قالتْ فاطِمَةُ رَضِيَ الله عَنهَا: أطَابتْ
أنفسُكُمْ أَنْ تَحْثُوا عَلَى رسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
التُّرابَ؟ روَاهُ البُخاريُّ.
Dan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata; Tatkala sakit Nabi ﷺ semakin parah hingga
beliau hampir pingsan, Fatimah ‘alaihassalam berkata, "Wahai betapa
parahnya sakit ayahku! Nabi ﷺ bersabda kepadanya; “Ayahmu
tidak akan sakit parah lagi setelah hari ini”. Dan tatkala Nabi ﷺ telah wafat, Fatimah berkata; 'Wahai ayahku
yang telah memenuhi panggilan Rabb-nya, 'wahai ayahku yang surga firdaus adalah
tempat kembalinya, wahai ayahku yang kepada Jibril 'alaihissalam kami
memberitahukan kematiannya. Dan tatkala telah dikuburkan, Fatimah 'alaihissalam
berkata, "Wahai Anas, apakah engkau tidak merasa canggung menaburi
Rasulullah ﷺ dengan tanah?" [Diriwayatkan
oleh Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1.
Biografi
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Beratnya
sakaratul maut.
Aisyah radhiyallahu'anha mengatakan; Di depan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada kantong kulit atau bejana
berisi air, lantas beliau masukkan kedua tangannya dalam air dan beliau usap
wajahnya dengan keduanya dan beliau ucapkan:
«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ»
"Laa-ilaaha-illallah,
sungguh kematian diriingi sekarat (kesulitan)". [Shahih Bukhari]
Ø 'Aisyah radhiyallahu'anha berkata:
«مَا أَغْبِطُ أَحَدًا
بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Aku tidak iri terhadap seseorang
karena mudahnya kematian dia setelah melihat sulitnya kematian Rasulullah ﷺ." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Dari Buraidah radhiyallahu'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«المُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الجَبِينِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Orang beriman meninggal dunia dengan keringat di dahi (karena beratnya
kematian)". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
3.
Boleh
bersedih ketika ditimpa musibah.
Anas bin Malik radhiallahu'anhu
berkata;
دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ القَيْنِ، وَكَانَ ظِئْرًا
لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ، فَقَبَّلَهُ، وَشَمَّهُ، ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ
بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ، فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ، فَقَالَ لَهُ عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
فَقَالَ: «يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ»، ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى،
فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ
يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا
إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ» [صحيح البخاري ومسلم]
Kami bersama Rasulullah ﷺ mendatangi Abu Saif Al Qaiyn yang (istrinya) telah mengasuh dan
menyusui Ibrahim 'alaihissalam (putra Nabi ﷺ.
Lalu Rasulullah ﷺ mengambil Ibrahim dan
menciumnya. Kemudian setelah itu pada kesempatan yang lain kami mengunjunginya
sedangkan Ibrahim telah meninggal. Hal ini menyebabkan kedua mata Rasulullah ﷺ berlinang air mata. Lalu berkatalah
'Abdurrahman bin 'Auf radhiallahu'anhu kepada beliau, "Mengapa Anda
menangis, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Wahai Ibnu 'Auf,
sesungguhnya ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang) ". Beliau lalu
melanjutkan dengan kalimat yang lain dan bersabda, "Kedua mata boleh
mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan
kecuali apa yang diridhai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai
Ibrahim pastilah bersedih". [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.
Yang
dilarang adalah niyahah (meratap).
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" اثْنَتَانِ فِي
النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ وَالنِّيَاحَةُ عَلَى
الْمَيِّتِ " [صحيح مسلم]
"Pada manusia ada dua hal yang
menjadikan mereka kafir; mencela nasab dan meratapi mayit." [Shahih
Muslim]
5.
Orang
beriman telah beristirahat dari beban hidup di dunia setelah wafatnya.
Abu Qatadah bin Rib'i Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu menceritakan;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ، فَقَالَ: «مُسْتَرِيحٌ
وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا المُسْتَرِيحُ
وَالمُسْتَرَاحُ مِنْهُ؟ قَالَ: «العَبْدُ المُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ
الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالعَبْدُ الفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ
مِنْهُ العِبَادُ وَالبِلاَدُ، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ» [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah dilewati jenazah, kemudian beliau bersabda, "Telah
tiba gilirannya seorang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi
nyaman". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa maksud Anda ada
orang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman?' Jawab Nabi,
"Seorang hamba yang mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia
dan kesulitan-kesulitannya menuju rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat,
manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman karena kematiannya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
6.
Allah
memberikan pilihan kepada Rasulullah dan beliau memilih bertemu Allah.
Abu
Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu
'anhu- berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan
khuthbahnya:
«إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ
الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»
"Sesungguhnya Allah telah
menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di
sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah."
Maka tiba-tiba Abu Bakr Ash-Shidiq
-radhiyallahu 'anhu- menangis. Aku berpikir dalam hati, apa yang membuat orang
tua ini menangis, hanya karena Allah menawarkan kepada seorang hamba untuk
memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu hamba tersebut memilih
apa yang ada di sisi Allah?" Dan ternyata Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam adalah yang dimaksud hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah
orang yang paling memahami isyarat itu. [Shahih Bukhari]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Abdurrahman bin
Abi Bakr menjenguk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sementara
aku menjadi sandarannya di dadaku, dan Abdurrahman membawa siwak yang basah ia
pakai
bersiwak.
Lalu Rasulullah mengarahkan pandangannya,
maka aku mengambil siwak itu, kemudian aku mengigitnya, memotongnya dan
mencucinya, lalu aku berikan kepada Rasulullah kemudian ia bersiwak dengannya.
Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah bersiwak sekalipun lebih baik dari cara
bersiwaknya saat itu. Kemudian setelah Rasulullah selesai bersiwak, ia
mengangkat jarinya dan berkata:
«فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى»
"Aku memilih berada bersama
teman (para Nabi) di tempat yang paling tinngi (di langit)"
Rasulullah mengucapkannya tiga kali
kemudian wafat. Aisyah sering
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat di antara dada
dan tenggorokanku. [Sahih Bukhari]
7.
Tempat
Rasulullah adalah surga tertinggi.
Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ
أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ
وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ»
"Bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia
adalah surga terbaik dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa
diatas firdaus itu adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya
mengalir sungai-sungai surga". [Shahih Bukhari]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr
bin Al-'Ash radiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ
صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي
الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ» [صحيح
مسلم]
"Jika kalian mendengar
muadzin (adzan), maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian
berselawatlah untukku, karena sesungguhnya barangsiapa yang berselawat untukku
maka Allah akan berselawat untuknya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada
Allah untukku "Al-Wasilah", yaitu tempat yang paling mulia di
surga, tidak ada yang berhak menghuninya kecuali untuk seseorang dari hamba
Allah, dan aku berharap akulah orangnya, maka barangsiapa yang meminta untukku
"al-wasilah" maka ia berhak mendapatkan syafa'at. [Sahih
Muslim]
8.
Musibah
terbesar menimpa umat Islam adalah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
"Rasulullah ﷺ membuka pintu antara beliau dengan
orang-orang, atau menyingkap tirai. Ketika itu orang-orang sedang melaksanakan
shalat di belakang Abu Bakar. Beliau lalu memuji Allah atas kondisi mereka yang
baik, dengan harapan agar Allah memberikan ganti atas dirinya untuk mereka
seorang yang dilihatnya bersama mereka (maksudnya Abu Bakar). Beliau bersabda:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ
أَيُّمَا أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، أَوْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ،
فَلْيَتَعَزَّ بِمُصِيبَتِهِ بِي عَنِ الْمُصِيبَةِ الَّتِي تُصِيبُهُ بِغَيْرِي،
فَإِنَّ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِي لَنْ يُصَابَ بِمُصِيبَةٍ بَعْدِي أَشَدَّ عَلَيْهِ
مِنْ مُصِيبَتِي» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Wahai manusia, siapa saja orangnya dari kaum mukmin yang ditimpa musibah, hendaklah ia hibur dengan musibah yang menimpaku. Seorang dari umatku tidak akan pernah ditimpa musibah seperti musibah yang menimpaku." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Hadits
kelima
5/29- وعنْ أبي زيْد أُسامَة بن زيد بن حَارثَةَ
موْلَى رسُول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وحبَّهِ وابْنِ حبِّهِ رضيَ اللهُ
عنهُمَا، قالَ: أَرْسلَتْ بنْتُ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: إنَّ
ابْنِي قَدِ احتُضِرَ فاشْهدْنَا، فأَرسَلَ يقْرِئُ السَّلامَ ويَقُول: "إنَّ
للَّه مَا أَخَذَ، ولهُ مَا أعْطَى، وكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بأجَلٍ مُسمَّى،
فلتصْبِر ولتحْتسبْ" فأرسَلَتْ إِليْهِ تُقْسمُ عَلَيْهِ ليأْتينَّها.
فَقَامَ وَمَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبادَةَ، وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَأُبَيُّ بْنَ
كَعْبٍ، وَزَيْدُ بْنِ ثاَبِتٍ، وَرِجَالٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، فَرُفِعَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم الصبيُّ، فأقعَدَهُ في
حِجْرِهِ ونَفْسُهُ تَقعْقعُ، فَفَاضتْ عَيْناهُ، فقالَ سعْدٌ: يَا رسُولَ الله
مَا هَذَا؟ فقالَ: "هَذِهِ رَحْمةٌ جعلَهَا اللَّهُ تعَالَى في قُلُوبِ
عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا
يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ "
Dan dari Usamah bin Zaid bin Haritsah
maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kekasihnya dan anak
kekasihnya radhiyallahu 'anhuma berkata; Putri Nabi shallallahu'alaihi
wasallam mengirim kabar kepada Beliau bahwa; "Anakku didatangi
kematian, maka datanglah kepada kami".
Maka Nabi shallallahu'alaihi wasallam
memerintahkannya untuk menyampaikan salam lalu bersabda: "Sesungguhnya
milik Allah apa yang diambil-Nya dan milik Allah apa yang diberi-Nya. Dan
segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya, maka bersabarlah engkau
karenanya dan mohonkanlah pahala darinya."
Kemudian dia menutus lagi kepada Beliau dan
bersumpah atasnya agar Beliau datang menjenguknya. Maka Beliau berangkat,
bersamanya ada Sa'ad bin 'Ubadah, Mu'adz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin
Tsabit dan beberapa orang lain. Kemudian bayi tersebut diserahkan kepada Nabi shallallahu'alaihi
wasallam dan beliau meletakkannya di pankuannya, hati Beliau nampak
berguncang (karena bersedih). Maka mengalirlah air mata Beliau.
Sa'ad berkata: "Wahai Rasulullah,
mengapakah engkau menangis?
Beliau berkata: "Inilah rahmat yang
Allah berikan kepada hati hamba-hambaNya dan sesungguhnya Allah akan merahmati
di antara hamba-hambaNya mereka yang saling berkasih sayang". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1.
Biografi
Usamah bin Zayd radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Anjuran
menyampaikan ungkapan duka cita (ta’ziyah) sekalipun hanya lewat perantara.
Lihat: Bagaimana menyampaikan ta’ziyah
3.
Boleh
menangisi orang yang meninggal.
4.
Allah
menanamkan dan mencabut rasa kasih sayang dalam hati seseorang.
'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ؟ فَمَا
نُقَبِّلُهُمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Seorang
Arab Badui datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, "Kalian menciumi
anak-anak kalian, padahal kami tidak pernah menciumi anak-anak kami." Maka
Nabi ﷺ bersabda, "Apakah aku memiliki apa yang telah Allah
hilangkan dari hatimu berupa sikap kasih sayang?" [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لَا تُنْزَعُ
الرَّحْمَةُ إِلَّا مِنْ شَقِيٍّ» [سنن أبي داود: حسن]
"Rahmat Allah tidak akan dicabut
kecuali dari orang yang celaka." [Sunan Abi Daud: Hasan]
5.
Allah
hanya akan merahmati orang yang punya kasih sayang.
Dari Abdullah bin Amru -radhiallahu
'anhuma-; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
«الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَن، ُ ارْحَمُوا أَهْلَ
الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ»
"Para penyayang akan disayangi oleh Ar
Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja
yang di langit." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata: "Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- pernah mencium Al-Hasan bin Ali sedangkan disamping
beliau ada Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk, lalu Aqra' berkata,
"Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah
mencium mereka sekali pun!
Maka Rasulullah -shallallahu 'alaihi
wasallam- memandangnya dan bersabda:
«مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Barangsiapa tidak mengasihi maka ia
tidak akan dikasihi." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Hadits
keenam
6/30- وَعَنْ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "كَانَ مَلِكٌ
فيِمَنْ كَانَ قبْلَكُمْ، وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ، فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِك:
إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابعَثْ إِلَيَّ غُلاَماً أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ، فَبَعَثَ
إِلَيْهِ غُلاَماً يعَلِّمُهُ، وَكَانَ في طَريقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ،
فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمهُ فأَعْجَبهُ، وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ
مَرَّ بالرَّاهِب وَقَعَدَ إِلَيْه، فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ، فَشَكَا
ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ: إِذَا خَشِيتَ السَّاحِر فَقُلْ: حبَسَنِي
أَهْلي، وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحرُ.
فَبيْنَمَا هُو عَلَى ذَلِكَ إذْ أتَى عَلَى دابَّةٍ عظِيمَة قدْ
حَبَسَت النَّاس فَقَالَ: اليوْمَ أعْلَمُ السَّاحِرُ أفْضَل أم الرَّاهبُ أفْضلَ؟
فأخَذَ حجَراً فقالَ: اللهُمَّ إنْ كَانَ أمْرُ الرَّاهب أحَبَّ إلَيْكَ مِنْ
أَمْرِ السَّاحِرِ فاقتُلْ هَذِهِ الدَّابَّة حتَّى يمْضِيَ النَّاسُ، فرَماها
فقتَلَها ومَضى النَّاسُ، فأتَى الرَّاهب فأخبَرهُ. فَقَالَ لهُ الرَّاهبُ: أىْ
بُنيَّ أَنْتَ اليوْمَ أفْضلُ منِّي، قدْ بلَغَ مِنْ أمْركَ مَا أَرَى، وإِنَّكَ
ستُبْتَلَى، فإنِ ابْتُليتَ فَلاَ تدُلَّ عليَّ.
وكانَ الغُلامُ يبْرئُ الأكْمةَ والأبرصَ، ويدَاوي النَّاس مِنْ
سائِرِ الأدوَاءِ. فَسَمعَ جلِيسٌ للملِكِ كانَ قدْ عمِىَ، فأتَاهُ بهداياَ
كثيرَةٍ فقال: ما هاهُنَا لَكَ أجْمَعُ إنْ أنْتَ شفَيْتني، فَقَالَ إنِّي لا
أشفِي أحَداً، إِنَّمَا يشْفِي اللهُ تعَالى، فإنْ آمنْتَ بِاللَّهِ تعَالَى
دعوْتُ اللهَ فشَفاكَ، فآمَنَ باللَّه تعَالى فشفَاهُ اللَّهُ تَعَالَى، فأتَى
المَلِكَ فجَلَس إليْهِ كَما كانَ يجْلِسُ فقالَ لَهُ المَلكُ: منْ ردَّ علَيْك
بصَرك؟ قَالَ: ربِّي. قَالَ: ولكَ ربٌّ غيْرِي؟، قَالَ: رَبِّي وربُّكَ اللهُ،
فأَخَذَهُ فلَمْ يزلْ يُعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الغُلاَمِ.
فجئَ بِالغُلاَمِ، فَقَالَ لهُ المَلكُ: أىْ بُنَيَّ قدْ بَلَغَ منْ
سِحْرِك مَا تبْرئُ الأكمَهَ والأبرَصَ وتَفْعلُ وَتفْعَلُ فقالَ: إِنَّي لا أشْفي
أَحَداً، إنَّما يشْفي الله تَعَالَى، فأخَذَهُ فَلَمْ يزَلْ يعذِّبُهُ حتَّى دلَّ
عَلَى الرَّاهبِ، فجِئ بالرَّاهِبِ فَقيلَ لَهُ: ارجَعْ عنْ دِينكَ، فأبَى، فدَعا
بالمنْشَار فوُضِع المنْشَارُ في مفْرقِ رأْسِهِ، فشقَّهُ حتَّى وقَعَ شقَّاهُ،
ثُمَّ جِئ بجَلِيسِ المَلكِ فقِيلَ لَهُ: ارجِعْ عنْ دينِكَ فأبَى،
فوُضِعَ المنْشَارُ في مفْرِقِ رَأسِهِ، فشقَّهُ به حتَّى وقَع شقَّاهُ، ثُمَّ جئ
بالغُلامِ فقِيل لَهُ: ارجِعْ عنْ دينِكَ، فأبَى، فدَفعَهُ إِلَى نَفَرٍ منْ
أصْحابِهِ فَقَالَ: اذهبُوا بِهِ إِلَى جبَلِ كَذَا وكذَا فاصعدُوا بِهِ الجبلَ،
فإذَا بلغتُمْ ذروتهُ فإنْ رجعَ عنْ دينِهِ وإِلاَّ فاطرَحوهُ فذهبُوا بِهِ
فصعدُوا بهِ الجَبَل فَقَالَ: اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شئْت، فرجَف بِهمُ
الجَبَلُ فسَقطُوا، وجَاءَ يمْشي إِلَى المَلِكِ، فقالَ لَهُ المَلكُ: مَا فَعَلَ
أَصحَابكَ؟ فقالَ: كفانيهِمُ الله تعالَى، فدفعَهُ إِلَى نَفَرَ منْ أصْحَابِهِ
فَقَالَ: اذهبُوا بِهِ فاحملُوه في قُرقُور وَتَوسَّطُوا بِهِ البحْرَ، فإنْ
رَجَعَ عنْ دينِهِ وإلاَّ فَاقْذفُوهُ، فذَهبُوا بِهِ فَقَالَ: اللَّهُمَّ
اكفنِيهمْ بمَا شِئْت، فانكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفينةُ فغرِقوا، وجَاءَ يمْشِي
إِلَى المَلِك. فقالَ لَهُ الملِكُ: مَا فَعَلَ أَصحَابكَ؟ فَقَالَ: كفانِيهمُ
الله تعالَى.
فقالَ للمَلِكِ إنَّك لسْتَ بقَاتِلِي حتَّى تفْعلَ مَا آمُركَ بِهِ.
قَالَ: مَا هُوَ؟ قَالَ: تجْمَعُ النَّاس في صَعيدٍ واحدٍ، وتصلُبُني عَلَى جذْعٍ،
ثُمَّ خُذ سهْماً مِنْ كنَانتِي، ثُمَّ ضعِ السَّهْمِ في كَبدِ القَوْسِ ثُمَّ
قُل: بسْمِ اللَّهِ ربِّ الغُلاَمِ ثُمَّ ارمِنِي، فإنَّكَ إذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ
قَتَلْتنِي. فجَمَع النَّاس في صَعيدٍ واحِدٍ، وصلَبَهُ عَلَى جذْعٍ، ثُمَّ أَخَذَ
سهْماً منْ كنَانَتِهِ، ثُمَّ وضَعَ السَّهمَ في كبِدِ القَوْسِ، ثُمَّ قَالَ:
بِسْم اللَّهِ رَبِّ الغُلامِ، ثُمَّ رمَاهُ فَوقَعَ السَّهمُ في صُدْغِهِ،
فَوضَعَ يدَهُ في صُدْغِهِ فمَاتَ. فقَالَ النَّاسُ: آمَنَّا بِرَبِّ الغُلاَمِ،
فَأُتِىَ المَلكُ فَقِيلُ لَهُ: أَرَأَيْت مَا كُنْت تحْذَر قَدْ
وَاللَّه نَزَلَ بِك حَذرُكَ. قدْ آمنَ النَّاسُ. فأَمَرَ بِالأخدُودِ بأفْوَاهِ
السِّكك فخُدَّتَ وَأضْرِمَ فِيها النيرانُ وقالَ: مَنْ لَمْ يرْجَعْ عنْ دينِهِ
فأقْحمُوهُ فِيهَا أوْ قيلَ لَهُ: اقْتَحمْ، ففعَلُوا حتَّى جَاءتِ امرَأَةٌ
ومعَهَا صَبِيٌّ لهَا، فَتقَاعَسَت أنْ تَقعَ فِيهَا، فَقَالَ لَهَا الغُلاَمُ:
يَا أمَّاهْ اصبِرِي فَإِنَّكَ عَلَي الحَقِّ" روَاهُ مُسْلَمٌ.
Dan dari Shuhaib radhiyallahu
‘anhu; bahwasanya Rasulullah ﷺ
bersabda, "Dulu, sebelum kalian ada seorang raja, ia memiliki tukang
sihir, saat tukang sihir sudah tua, ia berkata kepada rajanya: 'Aku sudah tua,
kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.' Lalu raja mengutus
kepadanya seorang pemuda untuk mengajarkan sihir kepada pemuda itu. Di
perjalanan antara tukang sihir dan si raja terdapat seorang rahib. Si pemuda
itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan kata-kata si
rahib itu sehingga bila datang ke si penyihir ia melewati si rahib dan duduk
bersamanya, dan jika ia mendatangi tukans sihir ia dipukuli. Pemuda itu
mengeluhkan hal itu kepada si rahib, ia berkata, 'Bila engkau takut kepada tukang
sihir, katakan: 'Keluargaku menahanku, ' dan bila kau takut pada keluargamu,
katakan: 'Si tukang sihir menahanku.'
Saat seperti itu, pada suatu hari ia
mendekati sebuah hewan yang besar yang menghalangi jalanan orang, ia berkata,
'Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah pendeta lebih
baik.' Ia mengambil batu lalu berkata, 'Ya Allah, bila urusan si rahib lebih
Engkau sukai daripada tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini hingga orang
bisa lewat.' Ia melemparkan batu itu dan membunuhnya, orang-orang pun bisa
lewat. Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib. Si rahib berkata, 'Anakku,
saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti yang aku
lihat, engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian jangan menunjukkan
padaku.'
Si pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta,
penyakit kulit, dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu
ia mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, ia
berkata, 'Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan yang aku kumpulkan disini.'
Pemuda itu berkata, 'Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan
hanyalah Allah, bila kau beriman pada-Nya, aku akan berdoa kepada-Nya agar
menyembuhkanmu.' Teman si raja itu pun beriman lalu si pemuda itu berdoa kepada
Allah lalu ia pun sembuh. Teman raja itu kemudian mendatangi raja lalu duduk di
dekatnya. Si raja berkata, 'Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu?' Orang
itu menjawab, 'Rabb-ku.' Si raja berkata, 'Kau punya Rabb selainku?' Orang itu
berkata, 'Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah.' Si raja menangkapnya lalu
menyiksanya hingga ia menunjukkan pada pemuda itu.
Lalu pemuda itu didatangkan, Raja berkata,
'Hai anakku, sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, kusta dan kau melakukan
ini dan itu.' Pemuda itu berkata, 'Bukan aku yang menyembuhkan, yang
menyembuhkan hanya Allah.' Si raja menangkapnya dan terus menyiksanya ia
menunjukkan kepada si rahib. Si raja mendatangi si rahib, rahib pun didatangkan
lalu dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Si rahib tidak mau lalu si raja
meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya hingga sebelahnya
terkapar di tanah.
Setelah itu teman si raja didatangkan dan
dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Ia tidak mau lalu si raja meminta
gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya hingga sebelahnya
terkapar di tanah. Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya:
'Tinggalkan agamamu.' Pemuda itu tidak mau. Lalu si raja menyerahkannya ke
sekelompok tentaranya, raja berkata, 'Bawalah dia ke gunung ini dan ini,
bawalah ia naik, sampai puncaknya, bila ia mau meninggalkan agamanya
(biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkan dari atas gunung.' Mereka
membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku
dari mereka sekehendak-Mu.' Ternyata gunung mengguncang mereka dan mereka semua
jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya:
'Bagaimana kondisi tentara yang mengawalmu?' Pemuda itu menjawab, 'Allah
mencukupiku dari mereka.' Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya,
raja berkata, 'Bawalah dia ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut, bila ia
mau meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau
meninggalkannya, lemparkan dia.' Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda
itu berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendak-Mu.' Ternyata
perahunya terbalik dan mereka semua tenggelam. Pemuda itu pulang hingga tiba di
hadapan raja, raja bertanya: Bagaimana keadaan tentara yang mengawalmu?' Pemuda
itu menjawab, 'Allah mencukupiku dari mereka.'
Setelah itu ia berkata kepada raja: 'Kau
tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan yang aku perintahkan, '
Raja bertanya: 'Apa yang kau perintahkan?' Pemuda itu berkata, 'Kumpulkan semua
orang di tanah luas lalu saliblah aku di atas pelepah, ambillah anak panah dari
sarung panahku, kemudian letakkan di tengah busur, lalu ucapkan: 'Dengan nama
Allah, Rabb pemuda ini.' Kemudian panahlah aku. Bila kau melakukannya kau akan
membunuhku.' Akhirnya raja itu melakukannya. Ia kumpulkan semua orang di tanah
luas lalu menyalibnya di atas pelepah, kemudian mengambil anak panah dari
sarung panahnya, dan meletakkan anak panah ditengah-tengah panah seraya
berkata, 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.' Anak panah di lesakkan ke
pelipis (antara mata dan telinga) pemuda itu lalu pemuda meletakkan tangannya
di tempat panah menancap kemudian mati. Orang-orang berkata, 'Kami beriman
dengan Rabb pemuda itu.'
Kemudian didatangkan kepada raja dan
dikatakan padanya: 'Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khawatirkan, demi Allah
kini telah menimpamu. Orang-orang beriman seluruhnya.' Si raja kemudian
memerintahkan membuat parit di jalanan kemudian disulut api. Raja berkata,
'Siapa pun yang tidak meninggalkan agamanya, pangganglah di dalamnya.' Mereka
melakukannya hingga datanglah seorang wanita bersama anaknya, sepertinya ia
hendak mundur agar tidak terjatuh dalam kubangan api lalu si bayi itu berkata,
'Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran."
Lihat: Kisah pemuda beriman dan raja yang dzalim
Wallahu a'lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (02) Taubat (hadits 9-12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...