Jumat, 12 Juli 2019

Bagaimana menyampaikan ta'ziyah?

بسم الله الرحمن الرحيم


Ta’ziyah adalah memberi nasehat kepada orang yang ditimpa musibah untuk tabah dan bersabar atas yang yang terjadi, dan memberi kabar gembira dengan pahala atas kesabarannya, serta mendo’akan kebaikan untuk si mayyit dan keluarga yang ditinggal.

A.    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan ta’ziyah kepada sahabatnya.

Qurrah radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ يَجْلِسُ إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَفِيهِمْ رَجُلٌ لَهُ ابْنٌ صَغِيرٌ يَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ، فَيُقْعِدُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَهَلَكَ فَامْتَنَعَ الرَّجُلُ أَنْ يَحْضُرَ الْحَلْقَةَ لِذِكْرِ ابْنِهِ، فَحَزِنَ عَلَيْهِ، فَفَقَدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَالِي لَا أَرَى فُلَانًا؟» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بُنَيُّهُ الَّذِي رَأَيْتَهُ هَلَكَ، فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ عَنْ بُنَيِّهِ، فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ هَلَكَ، فَعَزَّاهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «يَا فُلَانُ، أَيُّمَا كَانَ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ تَمَتَّعَ بِهِ عُمُرَكَ، أَوْ لَا تَأْتِي غَدًا إِلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ إِلَّا وَجَدْتَهُ قَدْ سَبَقَكَ إِلَيْهِ يَفْتَحُهُ لَكَ»، قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، بَلْ يَسْبِقُنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُهَا لِي لَهُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ، قَالَ: «فَذَاكَ لَكَ» [سنن النسائي: صحيح]
"Adalah kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika sedang duduk, beberapa orang dari sahabatnya duduk menemaninya. Diantara mereka ada seorang yang memiliki anak kecil yang mendatangi beliau dari belakang punggungnya, lalu beliau mendudukkan di depannya. Pada suatu hari anak itu meninggal dunia. Maka orang tersebut tidak  mau menghadiri majelis karena selalu mengingat anaknya, dan ia bersedih atas kematiannya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa kehilangan dan bertanya: "Mengapa aku tidak melihat si fulan?"
Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, anak kecilnya yang engkau lihat telah meninggal dunia"
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengannya dan bertanya tentang anaknya? Ia memberitahukan bahwa anaknya telah meninggal dunia, lalu beliau memberikan ta’ziyah atas musibahnya, kemudian bersabda: "Wahai fulan, manakah yang lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu? Atau kelak engkau tidak mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan anakmu telah mendahuluimu lalu membukakannya untukmu?"
Ia menjawab; "Wahai Nabi Allah, tentu ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia membukakannya untukku lebih aku cintai."
Beliau bersabda: "Itulah bagianmu." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

B.    Keutamaan memberi ta’ziyah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ عَزَّى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فِي مُصِيبَةٍ، كَسَاهُ اللهُ حُلَّةً خَضْرَاءَ يُحْبَرُ بِهَا " قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا يُحْبَرُ بِهَا؟ قَالَ: " يُغْبَطُ بِهَا " [شعب الإيمان]
“Barangsiapa yang memberi ta’ziyah kepada saudaranya yang muslim dalam satu musibah, maka Allah akan memakaikan kepadanya jubah hijau “yuhbaru bihaa””
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, apa maksudnya “yuhbaru bihaa”?
Beliau menjawab: “Orang-orang iri dengannya (mendambakan sepertinya)”. [Syu’abul Iman]

Hadits ini disebutkan oleh syekh Albaniy dalam kitabnya “Talkhish Ahkam Al-Janaiz”, dan beliau hukumi lemah dalam kitab “Al Irwaa’”.

C.     Beberapa hal yang dilakukan ketika ta’ziyah:

1.      Memberi ucapan ta’ziyah.

Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma berkata; Putri Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengirim kabar kepada Beliau bahwa; "Anakku telah meninggal, maka datanglah kepada kami".
Maka Nabi shallallahu'alaihi wasallam memerintahkannya untuk menyampaikan salam lalu bersabda:
«إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ، وَلْتَحْتَسِبْ»
"Sesungguhnya milik Allah apa yang diambil-Nya dan milik Allah apa yang diberi-Nya. Dan segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya, maka bersabarlah engkau karenanya dan mohonkanlah pahala darinya."
Kemudian dia menutus lagi kepada Beliau dan meminta dengan sangat agar Beliau bisa datang. Maka Beliau berangkat, bersamanya ada Sa'ad bin 'Ubadah, Mu'adz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lain. Kemudian bayi tersebut diserahkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan hati Beliau nampak berguncang (karena bersedih). Maka mengalirlah air mata Beliau.
Sa'ad berkata: "Wahai Rasulullah, mengapakah engkau menangis?
Beliau berkata:
«هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ»
"Inilah rahmat yang Allah berikan kepada hati hamba-hambaNya dan sesungguhnya Allah akan merahmati di antara hamba-hambaNya mereka yang saling berkasih sayang". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ada empat poin penting yang disampaikan ketika mengucapkan ta’ziyah:

a)      Segala nikmat yang kita miliki adalah pemberian Allah, dan apa yang Allah ambil dari kita adalah milik-Nya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ} [آل عمران: 109]
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. [Ali ‘Imran: 109]
{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا} [النساء: 126]
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. [An-Nisaa’: 126]
{لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ} [لقمان: 26]
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [Luqman: 26]
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). [An-Nahl: 53]

b)      Segala sesuatu yang diciptakan Allah punya batas waktu yang telah ditentukan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا، وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ، ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ} [الأنعام: 2]
Dialah (Allah) yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). [Al-An’am: 2]
{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ} [الروم: 8]
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. [Ar-Ruum: 8]
{مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى} [الأحقاف: 3]
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. [Al-Ahqaaf: 3]

Dari Abdullah bin 'Amr radiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ " [صحيح مسلم]
"Allah telah mencatat takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selama 50.000 tahun". [Sahih Muslim]

Apa persiapan kita untuk menjemput ajal?

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Kapan hari kiamat tiba?
Rasulullah balik bertanya:
«وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا»
"Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"
Sahabat tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»
"Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti".
Anas berkata: Tidak pernah kami gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah ini. Anas berkata: Sesungguhnya aku mencintai Rasulullah, Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di akhirat dengan cintaku kepada mereka sekalipun amalanku tidak seperti dengan amalan mereka. [Sahih Bukhari dan Muslim]

c)       Mengajak untuk bersabar.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ} [البقرة: 155 - 157]
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[*]. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-Baqarah: 155-157]
[*]  Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”. Kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa musibah baik besar maupun kecil.

Buraidah radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَهَّدُ الْأَنْصَارَ وَيَعُودُهُمْ، وَيَسْأَلُ عَنْهُمْ، فَبَلَغَهُ عَنِ امْرَأَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ مَاتَ ابْنُهَا وَلَيْسَ لَهَا غَيْرُهُ، وَأَنَّهَا جَزَعَتْ عَلَيْهِ جَزَعًا شَدِيدًا، فَأَتَاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهَا بِتَقْوَى اللَّهِ وَبِالصَّبْرِ، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ: إِنِّي امْرَأَةٌ رَقُوبٌ لَا أَلِدُ، وَلَمْ يَكُنْ لِي غَيْرُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الرَّقُوبُ الَّذِي يَبْقَى وَلَدُهَا» ، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنِ امْرِئٍ، أَوِ امْرَأَةٍ مَسْلَمَةٍ يَمُوتُ لَهَا ثَلَاثَةُ أَوْلَادٍ إِلَّا أَدْخَلَهُمُ اللَّهُ بِهِمُ الْجَنَّةَ» فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي وَاثْنَانِ قَالَ: «وَاثْنَانِ» [المستدرك على الصحيحين للحاكم]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering memantau kaum Anshar dan menjenguk mereka, dan menanyakan kondisi mereka. Ketika sampai kepada beliau berita seorang wanita Anshar yang anaknya wafat dan ia tidak punya anak selainnya, dan ia sangat terpukul dan sangat bersedih, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemuinya dan memerintahkannya untuk bertakwa kepada Allah dan bersabar.
Wanita itu berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang sudah mandul dan tidak bisa lagi melahirkan, dan aku tidak punya anak selainnya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang mandul itu yang masih hidup anaknya”.
Kemudian beliau melanjutkan: “Tidaklah seseorang laki-laki atau perempuan muslim yang wafat tiga dari anaknya kecuali Allah akan memasukkan ia dengan mereka ke dalam surga”.
Kemudian Umar berkata: Ya Rasulullah, kukorbankan ayah dan ibuku demi engkau, demikian pulan yang wafat dua dari anaknya?
Rasulullah menjawab: “Demikian pulan yang wafat dua dari anaknya”. [Mustadrak karya Al-Hakim: Hasan]

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Allah subhanahu berfirman: Wahai anak cucu Adam, jika engkau bersabar dan mengharapkan (pahala) Allah sejak awal musibah, maka Aku tidak rela untukmu suatu pahala selain surga”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]


d)      Mengajak untuk mengharap dan memohon pahala dari Allah atas musibah yang menimpa.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak seorang hamba pun ditimpa musibah lalu mengatakan ...
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيبَتِيْ، وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali, Ya Allah .. berikanlah aku pahala dalam musibahku, dan berikanlah aku gantinya yang lebih baik".
Kecuali Allah akan memberinya pahala atas musibahnya dan menggantikan untuknya yang lebih baik”.
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat, aku membaca do'a yang diajarkan Rasulullah, dan Allah memberikan aku yang lebih baik yaitu Rasulullah.

Dalam riwayat lain;

Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat aku berkata: "Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah, rumahnya adalah rumah yang pertama kali disinggahi Rasulullah ketika hijrah".
Kemudian aku membaca do'a tersebut, maka Allah menggantikan untukku Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. [Shahih Muslim]


2.      Mendo’akan si mayyit (yang wafat) dan keluarganya yang ditinggalkan.

Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata;  Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke rumah kami untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda:
«إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ»
"Apabila ruh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya”,
Kemudian keluarganya pun meratap hiteris.
Maka beliau bersabda:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ»
“Janganlah sekali-kali mendo'akan atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan."
Setelah itu, beliau berdo'a:
«اللهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ»
"Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu dan gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya." [Shahih Muslim]

Abdullah bin Ja’far radhiyallahu 'anhuma berkata:
... فَأَمْهَلَ، ثُمَّ أَمْهَلَ آلَ جَعْفَرٍ - ثَلاثًا - أَنْ يَأْتِيَهُمْ، ثُمَّ أَتَاهُمْ فَقَالَ: «لَا تَبْكُوا عَلَى أَخِي بَعْدَ الْيَوْمِ ادْعُوا إلِي ابْنَيِ أخِي» قَالَ: فَجِيءَ بِنَا كَأَنَّا أَفْرُخٌ، فَقَالَ: ادْعُوا إِلَيَّ الْحَلاقَ، فَجِيءَ بِالْحَلاقِ فَحَلَقَ رُءُوسَنَا، ثُمَّ قَالَ: «أَمَّا مُحَمَّدٌ فَشَبِيهُ عَمِّنَا أَبِي طَالِبٍ، وَأَمَّا عَبْدُ اللَّهِ فَشَبِيهُ خَلْقِي وَخُلُقِي» ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَأَشَالَهَا، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ اخْلُفْ جَعْفَرًا فِي أَهْلِهِ، وَبَارِكْ لِعَبْدِ اللَّهِ فِي صَفْقَةِ يَمِينِهِ» ، قَالَهَا ثَلاثَ مِرَارٍ، قَالَ: فَجَاءَتِ أمُّنَا فَذَكَرَتْ لَهُ يُتْمَنَا، وَجَعَلَتْ تُفْرِحُ لَهُ، فَقَالَ: «الْعَيْلَةَ تَخَافِينَ عَلَيْهِمْ وَأَنَا وَلِيُّهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ» [مسند أحمد]
... Kemudian Beliau menunda (untuk datang kepada keluarga korban perang), dan beliau menunda untuk datang kepada keluarga Ja'far selama tiga hari. Kemudian beliau mendatangi mereka dan berkata; "Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini atau besok, dan panggilkanlah kedua putra saudaraku."
Abdullah berkata; Kemudian kami dibawa ke hadapan beliau, seakan-akan kami anak ayam (yang kehilangan induknya).
Beliau berkata; "Panggilkanlah tukang cukur untukku."
Lalu didatangkanlah tukang cukur, dan dia pun mencukur rambut kami. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Muhammad (bin Ja'far) itu mirip dengan paman kami, Abu Thalib, sedang Abdullah itu mirip dengan fisikku dan kelakuanku."
Lalu beliau memegang tanganku dan menengadahkannya, lalu berdoa: "Ya Allah gantikanlah Ja'far bagi keluarganya, serta berkahilah Abdullah atas janji setianya." Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali.
Abdullah berkata; Lalu ibu kami datang dan mengatakan kepada beliau tentang keyatiman kami, sehingga membuat beliau bersedih, kemudian beliau bersabda: "Kemiskinan yang engkau khawatir atas mereka?! Sesungguhnya aku adalah wali bagi mereka di dunia dan di akhirat." [Musnad Ahmad: Shahih]

‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat jenazah dan aku menghafalkah do’anya:
«اللهُمَّ، اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ - أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ -»
“Ya Allah, ampunilah dosanya, rahmatilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah ia, muliakanlah tempat persinggahannya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah ia dengan air, salju, dan embun, bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran, gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, istri/suaminya dengan istri/suami yang lebih baik, masukkanlah ia ke dalam surga, dan lindungilah ia dari siksaan kubur – atau dari siksaan neraka –“. [Sahih Muslim]


3.      Mengelus kepala anak yatim si mayyit.

Abdullah bin Ja'far radhiyallahu 'anhuma berkata;
لَوْ رَأَيْتَنِي وَقُثَمَ وَعُبَيْدَ اللَّهِ ابْنَيْ عَبَّاسٍ، وَنَحْنُ صِبْيَانٌ نَلْعَبُ، إِذْ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى دَابَّةٍ، فَقَالَ: «ارْفَعُوا هَذَا إِلَيَّ» قَالَ: فَحَمَلَنِي أَمَامَهُ، وَقَالَ لِقُثَمَ: ارْفَعُوا هَذَا إِلَيَّ فَجَعَلَهُ وَرَاءَهُ، وَكَانَ عُبَيْدُ اللَّهِ أَحَبَّ إِلَى عَبَّاسٍ مِنْ قُثَمَ، فَمَا اسْتَحَى مِنْ عَمِّهِ أَنْ حَمَلَ قُثَمًا وَتَرَكَهُ، قَالَ: ثُمَّ مَسَحَ عَلَى رَأْسِي ثَلاثًا، وَقَالَ كُلَّمَا مَسَحَ: «اللَّهُمَّ اخْلُفْ جَعْفَرًا فِي وَلَدِهِ» قَالَ: قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ: مَا فَعَلَ قُثَمُ؟ قَالَ: اسْتُشْهِدَ، قَالَ: قُلْتُ: اللَّهُ أَعْلَمُ بِالْخَيْرِ وَرَسُولُهُ بِالْخَيْرِ، قَالَ: أَجَلْ [مسند أحمد]
Seandainya engkau melihat diriku, Qutsam bin Abbas dan Ubaidullah bin Abbas, saat kami masih kecil suka bermain-main, tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lewat dengan tunggangannya. Beliau berkata padaku: "Naikkan anak itu bersamaku!"
Lalu beliau mendudukkanku di hadapannya, kemudian beliau berkata pada Qutsam; "Naikkan anak itu bersamaku."
Lalu beliau mendudukkannya di belakangnya.
'Ubaidullah adalah anak yang lebih disukai Abbas daripada Qutsam, meskipun demikian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak malu kepada pamannya untuk membawa Qutsam dan meninggalkan 'Ubaidullah. Kemudian beliau mengusap kepalaku tiga kali, dan setiap mengusap beliau menguccapkan: "Ya Allah, jadikanlah pengganti Ja'far (untuk mengurus) anaknya."
Khalid bin Sarrah berkata; Saya bertanya kepada Abdullah; "Apa yang terjadi dengan Qutsam?"
Dia menjawab; "Dia syahid."
Saya berkata; "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui tentang hal yang baik."
Abdullah berkata; "Tentu." [Musnad Ahmad: Hasan]

4.      Menyebut kebaikan si mayyit.

Abu Al-Aswad –rahimahullah- berkata,: "Aku pernah berkunjung ke kota Madinah saat sedang berjangkitnya penyakit. Saat aku sedang duduk dekat 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu tiba-tiba ada jenazah yang lewat di hadapan mereka lalu mereka menyanjungnya dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata,: "Pasti baginya".
Tak lama kemudian lewat jenazah yang lain lalu jenazah itu pun disanjung dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, lagi: "Pasti baginya".
Kemudian lewat jenazah yang ketiga lalu jenazah itu disebut dengan keburukan, maka 'Umar radhiyallahu 'anhu pun berkata,: "Pasti baginya".
Berkata, Abu Al Aswad; maka aku bertanya: "Apa yang dimaksud pasti baginya, wahai Amirul mukminin?".
Maka dia berkata: "Aku mengatakannya seperti yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
«أَيُّمَا مُسْلِمٍ، شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الجَنَّةَ»
"Bilamana seorang muslim (meninggal dunia) lalu disaksikan (disanjung) oleh empat orang muslim lainnya dengan kebaikan maka pasti Allah akan memasukakannya ke dalam surga".
Maka kami bertanya kepadanya: "Bagaimana kalau tiga orang muslim?".
Dia menjawab; "Juga oleh tiga orang".
Kami berkata lagi: "Bagaimana kalau dua orang muslim?".
Dia menjawab; "Juga oleh dua orang".
Dan kami tidak menanyakannya lagi bagaimana kalau satu orang". [Shahih Bukhari]

Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَشْهَدُ لَهُ أَرْبَعَةٌ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْأَدْنَيْنَ، إِلَّا قَالَ: قَدْ قَبِلْتُ عِلْمَكُمْ فِيهِ، وَغَفَرْتُ لَهُ مَا لَا تَعْلَمُونَ "
"Tidak ada seorang muslim yang meninggal kemudian ada empat tetangga rumah dekatnya yang datang kepadanya, melainkan Allah akan berfirman: sungguh Aku telah menerima amalnya dengan kehadiran kalian dan aku mengampuninya dengan apa yang kalian tidak tahu." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

5.      Bersedekah (membuatkan makanan) untuk keluarga si mayyit.

Abdullah bin Ja’far radhiyallahu 'anhuma berkata: Ketika datang berita kematian Ja’far, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«اصْنَعُوا لِأَهْلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا، فَإِنَّهُ قَدْ جَاءَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ»
“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena sungguh mereka telah ditimpa sesuatu yang menyibukkan mereka (yaitu musibah sehingga tidak sempat membuat makanan sendiri)”. [Sunan At-Tirmidziy: Hasan]

Wallahu a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...