بسم الله الرحمن الرحيم
Ta’ziyah adalah memberi nasehat kepada orang yang ditimpa musibah untuk
tabah dan bersabar atas yang yang terjadi, dan memberi kabar gembira dengan
pahala atas kesabarannya, serta mendo’akan kebaikan untuk si mayyit dan
keluarga yang ditinggal.
A. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan ta’ziyah kepada sahabatnya.
Qurrah radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ يَجْلِسُ إِلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَفِيهِمْ رَجُلٌ
لَهُ ابْنٌ صَغِيرٌ يَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِ ظَهْرِهِ، فَيُقْعِدُهُ بَيْنَ يَدَيْهِ،
فَهَلَكَ فَامْتَنَعَ الرَّجُلُ أَنْ يَحْضُرَ الْحَلْقَةَ لِذِكْرِ ابْنِهِ، فَحَزِنَ
عَلَيْهِ، فَفَقَدَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَالِي
لَا أَرَى فُلَانًا؟» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بُنَيُّهُ الَّذِي رَأَيْتَهُ
هَلَكَ، فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ عَنْ بُنَيِّهِ،
فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ هَلَكَ، فَعَزَّاهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «يَا فُلَانُ،
أَيُّمَا كَانَ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ تَمَتَّعَ بِهِ عُمُرَكَ، أَوْ لَا تَأْتِي غَدًا
إِلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ إِلَّا وَجَدْتَهُ قَدْ سَبَقَكَ إِلَيْهِ يَفْتَحُهُ
لَكَ»، قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، بَلْ يَسْبِقُنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُهَا
لِي لَهُوَ أَحَبُّ إِلَيَّ، قَالَ: «فَذَاكَ لَكَ» [سنن النسائي: صحيح]
"Adalah kebiasaan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam jika sedang duduk, beberapa orang dari sahabatnya duduk
menemaninya. Diantara mereka ada seorang yang memiliki anak kecil yang
mendatangi beliau dari belakang punggungnya, lalu beliau mendudukkan di
depannya. Pada suatu hari anak itu meninggal dunia. Maka orang tersebut
tidak mau menghadiri majelis karena
selalu mengingat anaknya, dan ia bersedih atas kematiannya. Lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam merasa kehilangan dan bertanya: "Mengapa aku tidak
melihat si fulan?"
Mereka menjawab, "Wahai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, anak kecilnya yang engkau lihat
telah meninggal dunia"
Lalu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertemu dengannya dan bertanya tentang anaknya? Ia
memberitahukan bahwa anaknya telah meninggal dunia, lalu beliau memberikan
ta’ziyah atas musibahnya, kemudian bersabda: "Wahai fulan, manakah
yang lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu? Atau kelak
engkau tidak mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan
anakmu telah mendahuluimu lalu membukakannya untukmu?"
Ia menjawab; "Wahai Nabi
Allah, tentu ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia membukakannya untukku
lebih aku cintai."
Beliau bersabda: "Itulah
bagianmu." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
B. Keutamaan memberi ta’ziyah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ عَزَّى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فِي مُصِيبَةٍ،
كَسَاهُ اللهُ حُلَّةً خَضْرَاءَ يُحْبَرُ بِهَا " قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ،
مَا يُحْبَرُ بِهَا؟ قَالَ: " يُغْبَطُ بِهَا " [شعب الإيمان]
“Barangsiapa yang memberi
ta’ziyah kepada saudaranya yang muslim dalam satu musibah, maka Allah akan
memakaikan kepadanya jubah hijau “yuhbaru bihaa””
Ada yang bertanya: Wahai
Rasulullah, apa maksudnya “yuhbaru bihaa”?
Beliau menjawab: “Orang-orang
iri dengannya (mendambakan sepertinya)”. [Syu’abul Iman]
Hadits ini disebutkan oleh
syekh Albaniy dalam kitabnya “Talkhish Ahkam Al-Janaiz”, dan beliau hukumi lemah dalam kitab “Al Irwaa’”.
C. Beberapa hal yang dilakukan ketika ta’ziyah:
1. Memberi ucapan ta’ziyah.
Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma berkata; Putri
Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengirim kabar kepada Beliau bahwa;
"Anakku telah meninggal, maka datanglah kepada kami".
Maka Nabi shallallahu'alaihi
wasallam memerintahkannya untuk menyampaikan salam lalu bersabda:
«إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا
أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ، وَلْتَحْتَسِبْ»
"Sesungguhnya
milik Allah apa yang diambil-Nya dan milik Allah apa yang diberi-Nya. Dan
segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya, maka bersabarlah engkau
karenanya dan mohonkanlah pahala darinya."
Kemudian dia menutus lagi
kepada Beliau dan meminta dengan sangat agar Beliau bisa datang. Maka Beliau
berangkat, bersamanya ada Sa'ad bin 'Ubadah, Mu'adz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab,
Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lain. Kemudian bayi tersebut diserahkan
kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan hati Beliau nampak
berguncang (karena bersedih). Maka mengalirlah air mata Beliau.
Sa'ad berkata: "Wahai
Rasulullah, mengapakah engkau menangis?
Beliau berkata:
«هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي
قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ»
"Inilah rahmat yang Allah
berikan kepada hati hamba-hambaNya dan sesungguhnya Allah akan merahmati di antara
hamba-hambaNya mereka yang saling berkasih sayang". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ada empat poin penting yang disampaikan ketika mengucapkan
ta’ziyah:
a) Segala nikmat yang kita
miliki adalah pemberian Allah, dan apa yang Allah ambil dari kita adalah milik-Nya.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلِلَّهِ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ} [آل عمران: 109]
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit
dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. [Ali ‘Imran: 109]
{وَلِلَّهِ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطًا} [النساء: 126]
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa
yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. [An-Nisaa’: 126]
{لِلَّهِ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ} [لقمان: 26]
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang
di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [Luqman: 26]
{وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka
dari Allah-lah (datangnya). [An-Nahl:
53]
b) Segala sesuatu yang
diciptakan Allah punya batas waktu yang telah ditentukan.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا، وَأَجَلٌ مُسَمًّى
عِنْدَهُ، ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ} [الأنعام: 2]
Dialah (Allah) yang
menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). [Al-An’am: 2]
{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا
مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ} [الروم: 8]
Dan mengapa
mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan)
yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di
antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. [Ar-Ruum: 8]
{مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى} [الأحقاف: 3]
Kami tiada
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. [Al-Ahqaaf: 3]
Dari Abdullah bin 'Amr radiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ " [صحيح مسلم]
"Allah
telah mencatat takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selama
50.000 tahun". [Sahih Muslim]
Apa persiapan kita untuk menjemput ajal?
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang Sahabat bertanya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Kapan hari kiamat tiba?
Rasulullah balik bertanya:
«وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا»
"Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"
Sahabat tersebut menjawab: Tidak
ada yang spesial, kecuali cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»
"Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti".
Anas berkata: Tidak pernah kami
gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah ini. Anas berkata:
Sesungguhnya aku mencintai Rasulullah, Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa
bersama mereka di akhirat dengan cintaku kepada mereka sekalipun amalanku tidak
seperti dengan amalan mereka. [Sahih Bukhari dan Muslim]
c) Mengajak untuk bersabar.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
(155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُهْتَدُونَ} [البقرة: 155 - 157]
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"[*]. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
[Al-Baqarah: 155-157]
[*] Artinya: “Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”. Kalimat Ini dinamakan
kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya
waktu ditimpa musibah baik besar maupun kecil.
Buraidah radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَتَعَهَّدُ الْأَنْصَارَ وَيَعُودُهُمْ، وَيَسْأَلُ عَنْهُمْ، فَبَلَغَهُ
عَنِ امْرَأَةٍ مِنَ الْأَنْصَارِ مَاتَ ابْنُهَا وَلَيْسَ لَهَا غَيْرُهُ، وَأَنَّهَا
جَزَعَتْ عَلَيْهِ جَزَعًا شَدِيدًا، فَأَتَاهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَمَرَهَا بِتَقْوَى اللَّهِ وَبِالصَّبْرِ، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ:
إِنِّي امْرَأَةٌ رَقُوبٌ لَا أَلِدُ، وَلَمْ يَكُنْ لِي غَيْرُهُ، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الرَّقُوبُ الَّذِي يَبْقَى وَلَدُهَا»
، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنِ امْرِئٍ، أَوِ امْرَأَةٍ مَسْلَمَةٍ يَمُوتُ لَهَا ثَلَاثَةُ
أَوْلَادٍ إِلَّا أَدْخَلَهُمُ اللَّهُ بِهِمُ الْجَنَّةَ» فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي وَاثْنَانِ قَالَ: «وَاثْنَانِ» [المستدرك على الصحيحين
للحاكم]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering memantau kaum
Anshar dan menjenguk mereka, dan menanyakan kondisi mereka. Ketika sampai
kepada beliau berita seorang wanita Anshar yang anaknya wafat dan ia tidak
punya anak selainnya, dan ia sangat terpukul dan sangat bersedih, maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menemuinya dan memerintahkannya untuk bertakwa kepada
Allah dan bersabar.
Wanita itu berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang
sudah mandul dan tidak bisa lagi melahirkan, dan aku tidak punya anak
selainnya.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang
mandul itu yang masih hidup anaknya”.
Kemudian beliau melanjutkan: “Tidaklah seseorang laki-laki atau
perempuan muslim yang wafat tiga dari anaknya kecuali Allah akan memasukkan ia
dengan mereka ke dalam surga”.
Kemudian Umar berkata: Ya Rasulullah, kukorbankan ayah dan ibuku demi
engkau, demikian pulan yang wafat dua dari anaknya?
Rasulullah menjawab: “Demikian pulan yang wafat dua dari anaknya”. [Mustadrak
karya Al-Hakim: Hasan]
Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ
الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ» [سنن ابن ماجه:
حسنه الألباني]
“Allah subhanahu berfirman: Wahai anak cucu Adam, jika
engkau bersabar dan mengharapkan (pahala) Allah sejak awal musibah, maka Aku
tidak rela untukmu suatu pahala selain surga”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Lihat: Keutamaan orang bersabar.
d) Mengajak untuk mengharap
dan memohon pahala dari Allah atas musibah yang menimpa.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak seorang
hamba pun ditimpa musibah lalu mengatakan ...
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ،
اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيبَتِيْ، وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah
kami kembali, Ya Allah .. berikanlah aku pahala dalam musibahku, dan berikanlah
aku gantinya yang lebih baik".
Kecuali Allah akan memberinya pahala atas musibahnya dan menggantikan
untuknya yang lebih baik”.
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat, aku membaca do'a
yang diajarkan Rasulullah, dan Allah memberikan aku yang lebih baik yaitu
Rasulullah.
Dalam riwayat lain;
Ummu Salamah berkata: Maka ketika Abu Salamah wafat aku berkata:
"Muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah, rumahnya adalah rumah
yang pertama kali disinggahi Rasulullah ketika hijrah".
Kemudian aku membaca do'a tersebut, maka Allah menggantikan untukku
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. [Shahih Muslim]
Lihat: Manfaat musibah.
2. Mendo’akan si mayyit (yang wafat) dan keluarganya yang
ditinggalkan.
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata; Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam datang ke rumah kami untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu,
mata Abu Salamah tengah terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau
bersabda:
«إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ»
"Apabila ruh telah
dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya”,
Kemudian keluarganya pun
meratap hiteris.
Maka beliau bersabda:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ،
فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ»
“Janganlah sekali-kali
mendo'akan atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan
mengaminkan apa yang kalian ucapkan."
Setelah itu, beliau berdo'a:
«اللهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ
دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ
لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ
فِيهِ»
"Ya Allah, ampunilah
Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang terpimpin dengan
petunjuk-Mu dan gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah
kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan
terangilah dia di dalam kuburnya." [Shahih Muslim]
Abdullah
bin Ja’far radhiyallahu 'anhuma
berkata:
... فَأَمْهَلَ، ثُمَّ أَمْهَلَ آلَ جَعْفَرٍ
- ثَلاثًا - أَنْ يَأْتِيَهُمْ، ثُمَّ أَتَاهُمْ فَقَالَ: «لَا تَبْكُوا عَلَى أَخِي
بَعْدَ الْيَوْمِ ادْعُوا إلِي ابْنَيِ أخِي» قَالَ: فَجِيءَ بِنَا كَأَنَّا أَفْرُخٌ،
فَقَالَ: ادْعُوا إِلَيَّ الْحَلاقَ، فَجِيءَ بِالْحَلاقِ فَحَلَقَ رُءُوسَنَا، ثُمَّ
قَالَ: «أَمَّا مُحَمَّدٌ فَشَبِيهُ عَمِّنَا أَبِي طَالِبٍ، وَأَمَّا عَبْدُ اللَّهِ
فَشَبِيهُ خَلْقِي وَخُلُقِي» ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَأَشَالَهَا، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ
اخْلُفْ جَعْفَرًا فِي أَهْلِهِ، وَبَارِكْ لِعَبْدِ اللَّهِ فِي صَفْقَةِ يَمِينِهِ»
، قَالَهَا ثَلاثَ مِرَارٍ، قَالَ: فَجَاءَتِ أمُّنَا فَذَكَرَتْ لَهُ يُتْمَنَا، وَجَعَلَتْ
تُفْرِحُ لَهُ، فَقَالَ: «الْعَيْلَةَ تَخَافِينَ عَلَيْهِمْ وَأَنَا وَلِيُّهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ» [مسند أحمد]
... Kemudian Beliau menunda
(untuk datang kepada keluarga korban perang), dan beliau menunda untuk datang
kepada keluarga Ja'far selama tiga hari. Kemudian beliau mendatangi mereka dan
berkata; "Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini atau
besok, dan panggilkanlah kedua putra saudaraku."
Abdullah berkata; Kemudian
kami dibawa ke hadapan beliau, seakan-akan kami anak ayam (yang kehilangan
induknya).
Beliau berkata;
"Panggilkanlah tukang cukur untukku."
Lalu didatangkanlah tukang
cukur, dan dia pun mencukur rambut kami. Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Muhammad (bin Ja'far) itu mirip dengan
paman kami, Abu Thalib, sedang Abdullah itu mirip dengan fisikku dan
kelakuanku."
Lalu beliau memegang tanganku
dan menengadahkannya, lalu berdoa: "Ya Allah gantikanlah Ja'far bagi
keluarganya, serta berkahilah Abdullah atas janji setianya."
Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali.
Abdullah berkata; Lalu ibu
kami datang dan mengatakan kepada beliau tentang keyatiman kami, sehingga
membuat beliau bersedih, kemudian beliau bersabda: "Kemiskinan yang engkau
khawatir atas mereka?! Sesungguhnya aku adalah wali bagi mereka di dunia dan di
akhirat." [Musnad Ahmad: Shahih]
‘Auf bin
Malik Al-Asyja’iy radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan
shalat jenazah dan aku menghafalkah do’anya:
«اللهُمَّ،
اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا
مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ
الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ - أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ -»
“Ya Allah, ampunilah
dosanya, rahmatilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah ia, muliakanlah tempat
persinggahannya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah ia dengan air, salju, dan
embun, bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan
pakaian putih dari kotoran, gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik,
keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, istri/suaminya dengan istri/suami
yang lebih baik, masukkanlah ia ke dalam surga, dan lindungilah ia dari siksaan
kubur – atau dari siksaan neraka –“. [Sahih Muslim]
Lihat: Do’a untuk orang mati.
3. Mengelus kepala anak yatim si mayyit.
Abdullah bin Ja'far radhiyallahu 'anhuma berkata;
لَوْ رَأَيْتَنِي وَقُثَمَ وَعُبَيْدَ اللَّهِ
ابْنَيْ عَبَّاسٍ، وَنَحْنُ صِبْيَانٌ نَلْعَبُ، إِذْ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى دَابَّةٍ، فَقَالَ: «ارْفَعُوا هَذَا إِلَيَّ» قَالَ: فَحَمَلَنِي
أَمَامَهُ، وَقَالَ لِقُثَمَ: ارْفَعُوا هَذَا إِلَيَّ فَجَعَلَهُ وَرَاءَهُ، وَكَانَ
عُبَيْدُ اللَّهِ أَحَبَّ إِلَى عَبَّاسٍ مِنْ قُثَمَ، فَمَا اسْتَحَى مِنْ عَمِّهِ
أَنْ حَمَلَ قُثَمًا وَتَرَكَهُ، قَالَ: ثُمَّ مَسَحَ عَلَى رَأْسِي ثَلاثًا،
وَقَالَ كُلَّمَا مَسَحَ: «اللَّهُمَّ اخْلُفْ جَعْفَرًا فِي وَلَدِهِ» قَالَ: قُلْتُ
لِعَبْدِ اللَّهِ: مَا فَعَلَ قُثَمُ؟ قَالَ: اسْتُشْهِدَ، قَالَ: قُلْتُ: اللَّهُ
أَعْلَمُ بِالْخَيْرِ وَرَسُولُهُ بِالْخَيْرِ، قَالَ: أَجَلْ [مسند أحمد]
Seandainya engkau melihat
diriku, Qutsam bin Abbas dan Ubaidullah bin Abbas, saat kami masih kecil suka
bermain-main, tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lewat dengan
tunggangannya. Beliau berkata padaku: "Naikkan anak itu bersamaku!"
Lalu beliau mendudukkanku di
hadapannya, kemudian beliau berkata pada Qutsam; "Naikkan anak itu
bersamaku."
Lalu beliau mendudukkannya di
belakangnya.
'Ubaidullah adalah anak yang
lebih disukai Abbas daripada Qutsam, meskipun demikian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam tidak malu kepada pamannya untuk membawa Qutsam dan
meninggalkan 'Ubaidullah. Kemudian beliau mengusap kepalaku tiga kali,
dan setiap mengusap beliau menguccapkan: "Ya Allah, jadikanlah pengganti
Ja'far (untuk mengurus) anaknya."
Khalid bin Sarrah berkata;
Saya bertanya kepada Abdullah; "Apa yang terjadi dengan Qutsam?"
Dia menjawab; "Dia
syahid."
Saya berkata; "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui tentang hal yang baik."
Abdullah berkata;
"Tentu." [Musnad Ahmad: Hasan]
4. Menyebut kebaikan si mayyit.
Abu Al-Aswad –rahimahullah-
berkata,: "Aku pernah berkunjung ke kota Madinah saat sedang berjangkitnya
penyakit. Saat aku sedang duduk dekat 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu
'anhu tiba-tiba ada jenazah yang lewat di hadapan mereka lalu mereka
menyanjungnya dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata,:
"Pasti baginya".
Tak lama kemudian lewat
jenazah yang lain lalu jenazah itu pun disanjung dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu
'anhu berkata, lagi: "Pasti baginya".
Kemudian lewat jenazah yang
ketiga lalu jenazah itu disebut dengan keburukan, maka 'Umar radhiyallahu
'anhu pun berkata,: "Pasti baginya".
Berkata, Abu Al Aswad; maka
aku bertanya: "Apa yang dimaksud pasti baginya, wahai Amirul
mukminin?".
Maka dia berkata: "Aku
mengatakannya seperti yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
«أَيُّمَا مُسْلِمٍ، شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ
بِخَيْرٍ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الجَنَّةَ»
"Bilamana seorang muslim
(meninggal dunia) lalu disaksikan (disanjung) oleh empat orang muslim lainnya
dengan kebaikan maka pasti Allah akan memasukakannya ke dalam surga".
Maka kami bertanya kepadanya:
"Bagaimana kalau tiga orang muslim?".
Dia menjawab; "Juga oleh
tiga orang".
Kami berkata lagi:
"Bagaimana kalau dua orang muslim?".
Dia menjawab; "Juga oleh
dua orang".
Dan kami tidak menanyakannya
lagi bagaimana kalau satu orang". [Shahih Bukhari]
Dari Anas radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَشْهَدُ
لَهُ أَرْبَعَةٌ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْأَدْنَيْنَ، إِلَّا قَالَ:
قَدْ قَبِلْتُ عِلْمَكُمْ فِيهِ، وَغَفَرْتُ لَهُ مَا لَا تَعْلَمُونَ "
"Tidak ada seorang
muslim yang meninggal kemudian ada empat tetangga rumah dekatnya yang datang
kepadanya, melainkan Allah akan berfirman: sungguh Aku telah menerima amalnya
dengan kehadiran kalian dan aku mengampuninya dengan apa yang kalian tidak
tahu." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
5. Bersedekah (membuatkan makanan) untuk keluarga si mayyit.
Abdullah bin Ja’far radhiyallahu
'anhuma berkata: Ketika datang berita kematian Ja’far, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«اصْنَعُوا لِأَهْلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا،
فَإِنَّهُ قَدْ جَاءَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ»
“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena sungguh mereka telah
ditimpa sesuatu yang menyibukkan mereka (yaitu musibah sehingga tidak sempat
membuat makanan sendiri)”. [Sunan At-Tirmidziy: Hasan]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Hadits Abu Hurairah; Jika amanah sudah dilalaikan - Keutamaan memberi makan - Berlomba dalam urusan akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...