بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits
ketujuh
7/31- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ
قَبْرٍ فَقَال: " اتَّقِي الله وَاصْبِرِي" فَقَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي،
فَإِنِّكَ لَمْ تُصَبْ بمُصِيبتى، وَلَمْ تعْرفْهُ، فَقيلَ لَها: إِنَّه
النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فَأَتتْ بَابَ النَّبِّي صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم، فلَمْ تَجِد عِنْدَهُ بَوَّابينَ، فَقالتْ: لَمْ أَعْرِفْكَ،
فقالَ:"إِنَّما الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأولَى" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Anas radhiallahu'anhu,
ia berkata,: Nabi ﷺ pernah berjalan
melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Maka beliau
berkata: "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah". Wanita itu
berkata: "Kamu tidak mengerti keadaan saya, karena kamu tidak mengalami
mushibah seperti yang aku alami". Wanita itu tidak mengetahui jika yang
menasihati itu Nabi ﷺ. Lalu diberi tahu,
"Sesungguhnya orang tadi adalah Nabi ﷺ.
Spontan wanita tersebut mendatangi rumah Nabi ﷺ
dan dia tidak menemukan penjaga pintu. Setelah bertemu dia berkata, "Maaf,
tadi aku tidak mengetahui Anda". Maka beliau bersabda, "Sesungguhnya
sabar itu pada pukulan pertama (saat datang mushibah)" [Muttafaqun ‘alaihi]
وفي رواية لمُسْلمٍ: "تَبْكِي عَلَى صَبيٍّ لَهَا".
Dan dalam riwayat Muslim: “Ia menangisi
kematian anaknya”.
Penjelasan singkat hadits
ini:
1. Biografi Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Anjuran
memberi nasehat untuk bersabar (lihat hadits kelima).
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{ثُمَّ كَانَ مِنَ
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (17)
أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ} [البلد: 17، 18]
Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman
dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan
kanan. [Al-Balad: 17-18]
{وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} [العصر: 1 - 3]
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Al-'Ashr: 1 - 3]
Lihat:
4 kunci
keberuntungan dunia akhirat
3. Perasaan
terlalu sedih, gembira, atau marah terkadang membuat seseorang tidak sadar
melakukan kesalahan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ
غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي أَعَجِلْتُمْ
أَمْرَ رَبِّكُمْ وَأَلْقَى الْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ
إِلَيْهِ قَالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا
يَقْتُلُونَنِي فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ وَلَا تَجْعَلْنِي مَعَ
الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ . قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي
رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ} [الأعراف: 150-151]
Dan
tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati
berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah
kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun
melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun)
sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya
kaum Ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab
itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu
masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim". Musa berdoa:
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam
rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang". [Al-A'raaf: 150-151]
4. Sikap
bijaksana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
5. Bersabar
jika nasehat kita tidak diterima terkhusus orang yang tidak mengenal kita.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا
بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا} [الكهف: 6]
Maka
(apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah
mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan Ini
(Al-Quran). [Al-Kahfi:6]
Ø
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata: Dulu aku mengajak ibuku memeluk Islam saat ia masih musyrik,
dan pada suatu hari aku mengajaknya tapi ia memperdengarkan aku tentang
Rasulullah yang aku tidak sukai.
Maka
aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saya
menangis, aku berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah mengajak ibuku
memeluk Islam tapi ia menolakku, dan hari ini aku mengajaknya namun ia
memperdengarkan aku tentangmu suatu yang aku benci, maka mintalah kepada Allah
agar memberi hidayah untuk ibu Abu Hurairah.
Kemudian
Rasulullah berdo’a:
«اللهُمَّ اهْدِ
أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ»
“Ya
Allah berilah hidayah untuk ibu Abu Hurairah”
Kemudian
aku pergi dengan perasaan gembira dengan do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan ketika aku tiba, aku menuju pintu tapi pintunya tertutup dan
ibuku mendengar langkah kakiku maka ia berkata: Tetap ditempatmu wahai Abu
Hurairah. Dan aku mendengar siraman air.
Abu
Hurairah berkata: Kemudian ibuku mandi, memakai pakaian dan memasang
kerudungnya, lalu membuka pintu kemudian berkata: Wahai Abu Hurairah, aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Abu
Hurairah berkata: Maka aku kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, aku mendatanginya dan aku menagis karena gembira. Aku berkata:
Wahai Rasulullah, terimalah berita gembira, sungguh Allah telah mengabulkan
do’amu, dan Allah telah memberi hidayah untuk ibu Abu Hurairah!
Maka
Rasulullah memanjatkan syukur dan pujian kepada Allah dan mengucapkan suatu
yang baik. [Sahih Muslim]
6. Segera
meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
7. Boleh
menempatkan penjaga pintu di rumah jika dibutuhkan.
Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu ‘anhu menuturkan:
خَرَجَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى حَائِطٍ مِنْ حَوَائِطِ
المَدِينَةِ لِحَاجَتِهِ، وَخَرَجْتُ فِي إِثْرِهِ، فَلَمَّا دَخَلَ الحَائِطَ
جَلَسْتُ عَلَى بَابِهِ، وَقُلْتُ: لَأَكُونَنَّ اليَوْمَ بَوَّابَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يَأْمُرْنِي، فَذَهَبَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَضَى حَاجَتَهُ، وَجَلَسَ عَلَى قُفِّ البِئْرِ،
فَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ وَدَلَّاهُمَا فِي البِئْرِ، فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ
يَسْتَأْذِنُ عَلَيْهِ لِيَدْخُلَ، فَقُلْتُ: كَمَا أَنْتَ حَتَّى أَسْتَأْذِنَ
لَكَ، فَوَقَفَ فَجِئْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَبُو بَكْرٍ يَسْتَأْذِنُ عَلَيْكَ، قَالَ:
«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ» فَدَخَلَ، فَجَاءَ عَنْ يَمِينِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ وَدَلَّاهُمَا فِي
البِئْرِ، فَجَاءَ عُمَرُ فَقُلْتُ: كَمَا أَنْتَ حَتَّى أَسْتَأْذِنَ لَكَ،
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ
بِالْجَنَّةِ» فَجَاءَ عَنْ يَسَارِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ فَدَلَّاهُمَا فِي البِئْرِ، فَامْتَلَأَ القُفُّ، فَلَمْ
يَكُنْ فِيهِ مَجْلِسٌ، ثُمَّ جَاءَ عُثْمَانُ فَقُلْتُ: كَمَا أَنْتَ حَتَّى
أَسْتَأْذِنَ لَكَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ائْذَنْ
لَهُ وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ، مَعَهَا بَلاَءٌ يُصِيبُهُ» فَدَخَلَ فَلَمْ
يَجِدْ مَعَهُمْ مَجْلِسًا، فَتَحَوَّلَ حَتَّى جَاءَ مُقَابِلَهُمْ عَلَى شَفَةِ
البِئْرِ، فَكَشَفَ عَنْ سَاقَيْهِ ثُمَّ دَلَّاهُمَا فِي البِئْرِ، فَجَعَلْتُ
أَتَمَنَّى أَخًا لِي، وَأَدْعُو اللَّهَ أَنْ يَأْتِيَ [صحيح البخاري]
Nabi ﷺ
suatu hari keluar ke sebuah kebun Madinah untuk suatu keperluannya, dan aku
mengikuti di belakang beliau. Tatkala beliau masuk kebun, aku duduk di pintunya
dan kukatakan dalam hati; 'Hari ini aku menjadi penjaga pintu Nabi ﷺ sekalipun beliau tidak memerintahkanku.'
Nabi ﷺ terus pergi dan menuntaskan hajatnya,
beliau duduk di atas emper sumur dan menyingkap kedua betisnya dan memasukkan
keduanya ke dalam sumur (kolam). Abu Bakar datang dan meminta izin kepada
beliau untuk masuk, maka aku berkata; 'kamu tetap di tempatmu sampai aku
meminta izin untukmu!' Abu Bakar pun berhenti hingga aku menemui Nabi ﷺ dan kukatakan; 'ya Nabiyullah, Abu Bakar
memintamu izin kepadamu.' Nabi menjawab, "Berilah dia izin, dan berilah
kabar gembira kepadanya dengan surga!" Abu Bakar pun masuk kebun dan
datang dari sebelah kanan Nabi ﷺ.
Lalu ia menyingkap kedua betisnya dan masukkannya kedalam sumur (kolam).
Kemudian datanglah Umar, maka aku berkata; 'kamu tetap di tempatmu sampai aku
meminta izin untukmu! ' Nabi ﷺ lantas berkata,
"Berilah dia izin, dan berilah kabar gembira dengan surga, " maka dia
pun datang dari sebelah kiri Nabi ﷺ
dan menyingkap kedua betisnya kemudian memasukkannya kedalam sumur, maka
emperan sumur telah menjadi sesak, sehingga tak ada lagi ruangan sumur yang
luang. Kemudian datanglah Utsman, maka aku katakan 'kamu tetap di tempatmu sampai
aku meminta izin untukmu!' Maka Nabi ﷺ
bersabda, "Berilah dia izin, dan berilah kabar gembira dengan surga, dan
bersama surga itu terdapat malapetaka yang akan menimpanya." Utsman pun
masuk tetapi dia tidak menemukan tempat duduk bersama mereka maka dia pun
berputar sehingga datang dari arah depan mereka di mulut sumur (kolam),
kemudian dia menyingkap kedua betisnya dan memasukkan kedua kakinya kedalam
sumur. Maka aku berkhayal saudaraku, dan aku berdoa kepada Allah agar
cepat-cepat datang. [Shahih Bukhari]
8. Sabar yang
hakiki adalah saat awal musibah.
Dari Abu Umamah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ
وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ
الْجَنَّةِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
"Allah subhanahu berfirman:
Wahai anak cucu Adam, jika engkau bersabar dan mengharapkan (pahala) Allah
sejak awal musibah, maka Aku tidak rela untukmu suatu pahala selain
surga". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Hadits
kedelapan
8/32- وَعَنْ أَبي هَرَيرَةَ رَضي اللَّه عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ: "يَقولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي
المُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ
احْتَسَبهُ إِلاَّ الجَنَّة" رواه البخاري.
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah
ta'ala berfirman: 'Tidak ada balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi
hamba-Ku yang beriman, jika Aku mencabut nyawa orang yang dicintainya di dunia,
kemudian ia rela dan bersabar kecuali surga.'" [Diriwayatkan oleh Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2.
Balasan surga bagi orang bersabar terhadap musibah.
Allah subhanahu wata’alaa berfirman:
{أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ
بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا} [الفرقان: 75]
Mereka itulah orang yang dibalasi dengan
martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut
dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. [Al-Furqaan:75]
{وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً
وَحَرِيرًا} [الإنسان: 12]
Dan Dia memberi balasan kepada mereka Karena
kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. [Al-Insaan:12]
3. Keutamaan
sabar ketika kehilangan anak.
Diantaranya:
a) Menjadi pelindung dari neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ
يَمُوتُ لِمُسْلِمٍ ثَلاَثَةٌ مِنَ الوَلَدِ، فَيَلِجَ النَّارَ، إِلَّا تَحِلَّةَ
القَسَمِ» قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا} [مريم: 71] [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidaklah
seorang muslim yang mati 3 anaknya kemudian masuk neraka, kecuali (sesaat di
atas titian shirath) untuk memenuhi sumpah Allah". [Sahih Bukhari
dan Muslim]
Abu ‘Abdillah (Imam Bukhari) –rahimahullah- mengatakan: Yaitu
firman Allah: "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan
mendatangi neraka itu". [Maryam:71]
b) Menyebabkan masuk surga
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا
يَمُوتُ لِإِحْدَاكُنَّ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبَهُ، إِلَّا دَخَلَتِ
الْجَنَّةَ»
"Tidaklah
seorang dari kalian yang mati tiga anaknya kemudian bersabar kecuali ia masuk
surga".
Seorang wanita bertanya: Atau dua, wahai Rasulullah?
Rasulullah bersabda:
«أَوِ
اثْنَيْنِ» [صحيح مسلم]
"Atau
dua". [Sahih Muslim]
Dari seorang sahabat Rasulullah –radhiyallahu 'anhu-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ يُقَالُ لِلْوِلْدَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: " ادْخُلُوا الْجَنَّةَ
". فَيَقُولُونَ: " يَا رَبِّ حَتَّى يَدْخُلَ آبَاؤُنَا وَأُمَّهَاتُنَا
"، فَيَأْتُونَ ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: " مَا لِي أَرَاهُمْ مُحْبَنْطِئِينَ
، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ " ، فَيَقُولُونَ: " يَا رَبِّ آبَاؤُنَا "،
فَيَقُولُ: " ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ " [مسند أحمد: حسن]
Sesungguhnya dikatakan kepada anak yang mati sebelum balig pada hari
kiamat: "Masuklah kalian ke dalam surga!" Kemudian mereka berkata:
"Ya Rabb, kami tidak akan masuk sampai bapak dan ibu kami juga
masuk!" Kemudian mereka datang, maka Allah 'azza wa jalla berkata:
"Kenapa Aku melihat kalian menolak, masuklah kalian ke dalam surga!"
Kemudian mereka berkata: "Ya Rabb, orang tua kami juga!" Maka Allah
berkata: "Masuklah kalian surga bersama orang tua kalian!" [Musnad
Ahmad: Hasan]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (17); Syafa’at
Hadits
kesembilan
9/33- وعَنْ عائشَةَ رضيَ اللَّهُ عنها أنَهَا سَأَلَتْ رسولَ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَن الطَّاعونِ، فَأَخبَرَهَا: "أَنَهُ كَانَ
عَذَاباً يَبْعَثُهُ اللَّه تَعَالَى عَلَى منْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ
تعالَى رحْمةً للْمُؤْمنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ في الطَّاعُون
فَيَمْكُثُ في بلَدِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ
إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ"
رواه البخاري.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha,
bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan kepadanya: Bahwa tha'un
(penyakit ganas menular) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa
yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat
bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha'un lalu dia
bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan
mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah
mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang
yang mati syahid". [Diriwayatkan oleh Bukhari]
Lihat: Sikap seorang mukmin menghadapi wabah penyakit menular (covid-19)
Hadits
kesepuluh dan kesebelas
10/34- وعَنْ أَنسٍ رضي اللَّه عنه قالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ: "إنَّ اللَّه عَزَّ وجَلَّ قَالَ: "إِذَا
ابْتَلَيْتُ عَبدِي بحبيبتَيْهِ فَصبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجنَّةَ"،
رواه البخاريُّ.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: Allah ‘azza wajalla berfirman dalam hadits qudsi: Jika Aku
menguji hambaKu dengan mengambil
kedua matanya lalu ia bersabar, maka aku akan menggantikannya dengan surga.
[Diriwayatkan oleh Bukhari]
11/35- وعنْ عطاءِ بْن أَبي رَباحٍ قالَ:
قالَ لِي ابْنُ عبَّاسٍ رضي اللَّهُ عنهُمَا ألاَ أريكَ امْرَأَةً مِن أَهْلِ
الجَنَّة؟ فَقُلت: بلَى، قَالَ: هذِهِ المْرأَةُ السوْداءُ أَتَتِ النبيَّ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فقالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وإِنِّي أَتكَشَّفُ، فَادْعُ
اللَّه تَعَالَى لِي قَالَ: "إِن شئْتِ صَبَرْتِ ولكِ الْجنَّةُ، وإِنْ
شِئْتِ دعَوْتُ اللَّه تَعالَى أَنْ يُعافِيَكِ" فقَالتْ: أَصْبرُ، فَقالت:
إِنِّي أَتَكشَّفُ، فَادْعُ اللَّه أَنْ لا أَتكشَّفَ، فَدَعَا لَهَا. متَّفقٌ
عليْهِ.
Atha' bin Abi Rabah -rahimahullah- berkata: Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhuma berkata
padaku: Maukah engkau kuperlihatkan perempuan dari penduduk surga? Aku
menjawab: Tentu. Ibnu Abbas berkata: Perempuan hitam ini datang kepada
Rasulullah dan berkata: Aku menderita penyakit ayan/pitam babi dan auratku
sering terbuka, maka berdo'alah kepada Allah untukku. Rasulullah bersabda: Jika
kau mau tetap bersabar dan mendapat surga, atau jika kau mau aku berdo'a kepada
Allah agar menyembuhkanmu. Perempuan itu menjawab: Aku memilih bersabar, akan
tetapi aku khawatir auratku terlihat maka berdo'alah kepada Allah untukku agar
auratku tidak terlihat. Lalu Rasulullah berd'a untuknya. [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
2. Keutamaan
bersabar jika ditimpa musibah (penyakit).
3. Tidak boleh
mengkalim seseorang ahli surga atau ahli neraka kecuali jika ada ketetapan dari
Allah dalam Al-Qur’an atau Nabi dalam haditsnya.
Lihat:
Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (4) Ibnu Mas'ud;
Proses penciptaan dan perjalanan hidup manusia
4. Boleh menyebutkan
aib (cacat) seseorang untuk diperkenalkan.
Lihat:
6 gibah yang dibolehkan
5. Boleh
meminta dido’akan kesembuhan, adapun meminta diruqyah maka sebaiknya
ditinggalkan.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَأَخَذَ النَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ
الأُمَّةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ
العَشَرَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الخَمْسَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ
وَحْدَهُ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، هَؤُلاَءِ
أُمَّتِي؟ قَالَ: لاَ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا
سَوَادٌ كَثِيرٌ، قَالَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، وَهَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفًا
قُدَّامَهُمْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ، قُلْتُ: وَلِمَ؟ قَالَ:
كَانُوا لاَ يَكْتَوُونَ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ" [صحيح البخاري ومسلم]
"Diperlihatkan padaku seluruh umat,
aku melihat seorang Nabi lewat bersama satu umat, dan Nabi lewat bersama
beberapa orang, dan Nabi lewat bersama sepuluh orang, dan Nabi lewat bersama
lima orang, dan Nabi lewat bersama satu orang. Kemudian aku melihat kerumunan
banyak orang dan aku bertanya: Wahai Jibril, apakah mereka itu adalah umatku?
Jibril menjawab: Bukan, akan tetapi lihatlah ke ufuk! Maka aku melihat
kerumunan orang yang banyak. Jibril berkata: Mereka itu adalah umatmu, dan
tujuh puluh ribu dari mereka yang terdepan akan masuk surga tanpa dihisab dan
disiksa! Aku bertanya: Kenapa? Jibril menjawab: Mereka tidak berobat dengan
kai' (pengobatan api), tidak meminta diruqyah, tidak meyakini thiyarah
(keberuntungan atau musibah karena sesuatu selain Allah), dan mereka senantiasa
bertawakkal kepada Tuhan mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]
6. Kemuliaan
wanita ini meminta untuk tidak terbuka auratnya sekalipun dalam keadaan tidak
sadar.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ
عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ} [النور: 31]
Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya … “. [An-Nuur: 31]
Ø
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; bahwasanya Asma binti Abi
Bakr menghadap pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
berpakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan bersabda:
«يَا
أَسْمَاءُ، إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى
مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا»
"Ya
Asma'! Sesungguhnya seorang wanita jika telah memasuki masa baliq, tidak boleh
kelihatan bagian tubuhnya kecuali ini dan ini". Rasulullah menunjuk wajah
dan telapak tangannya. [Sunan Abi Daud]
Lihat: Syarat pakaian wanita muslimah
7. Berobat
hukumnya tidak wajib selama tidak menyebabkan ia melalaikan kewajiban.
Dari Usamah bin Syarik radiyallahu
'anhu berkata: Seorang A'rabiy bertanya kepada Rasulullah: Apakah kita
boleh berobat?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا
وَضَعَ لَهُ دَوَاءً، غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Berobatlah, karena sesungguhnya Allah 'azza
wa jalla tidak menurunkan satu penyakit kecuali menurunkan bersamanya obat
penawar, kecuali satu penyakit yaitu ketuaan”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Hadits
keduabelas
12/36- وعنْ أَبي عبْدِ الرَّحْمنِ عبْدِ
اللَّه بنِ مسْعُودٍ رضيَ اللَّه عنه قَال: كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلى رسولِ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يحْكيِ نَبيّاً مِنَ الأَنْبِياءِ -صلواتُ اللَّهِ وسَلاَمُهُ عَليْهم-، ضَرَبُهُ قَوْمُهُ فَأَدْموْهُ
وهُو يمْسحُ الدَّم عنْ وجْهِهِ، يقُولُ: "اللَّهمَّ اغْفِرْ لِقَوْمي فإِنَّهُمْ
لا يعْلمُونَ" متفقٌ عَلَيْه.
Dan dari Abu ‘Abdirrahman 'Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Sepertinya aku melihat Nabi ﷺ sedang bercerita tetang seorang Nabi diantara para nabi –shalawatullahi
wasalamuhu ‘alaihim- yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah-darah
sambil beliau mengusap darah yang mengalir dari wajah beliau lalu bersabda,
"Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka orang-orang yang belum
mengerti". [Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Abdullah bin
Mas’ud Al-Hudzaliy, Abu Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2) Kesabaran
para Nabi dan Rasul dalam berda’wah.
Sa'ad
bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu bertanya: Ya Rasulullah .. siapakah orang yang paling berat cobaannya?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
" الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ
فَالْأَمْثَلُ مِنَ النَّاسِ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ
كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ
خُفِّفَ عَنْهُ، وَمَا يَزَالُ الْبَلاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى
ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ " [مسند أحمد: حسن]
"Para Nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang paling taat,
kemudian yang paling taat dari manusia. Seseorang dicoba sesuai kadar
keimanannya, jika agamanya kuat maka akan ditambah cobaannya, dan jika agamanya
rendah maka akan diringankan cobaannya. Seorang hamba akan terus diberi cobaan
sampa ia berjalan di atas bumi tampa ada satu dosapun yang tersisa."
[Musnad Ahmad: Haditsnya Hasan]
Ø 'Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bercerita bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam: "Apakah baginda pernah mengalami peristiwa yang
lebih berat dari kejadian perang Uhud?"
Beliau menjawab:
" لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا
لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ العَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ
نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى
مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ
إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا
بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، فَنَادَانِي
فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا
عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ
فِيهِمْ، فَنَادَانِي مَلَكُ الجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، فَقَالَ، ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ
الأَخْشَبَيْنِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَلْ
أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ
وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا " [صحيح البخاري ومسلم]
"Sungguh aku sering mengalami
peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami
dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa Al-'Aqabah, saat aku menawarkan
diriku kepada Ibnu 'Abdi Yalil bin 'Abdu Kulal agar membantuku namun dia tidak
mau memenuhi keinginanku hingga akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku
tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu Ats-Tsa'aalib (Qarnu
Al-Manazil). Aku mendongakkan kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang
memayungiku lalu aku melihat ke arah sana dan ternyata ada malaikat Jibril yang
kemudian memanggilku seraya berkata; "Sesungguhnya Allah mendengar ucapan
kaummu kepadamu dan apa yang mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah mengirim
kepadamu malaikat gunung yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu".
Maka malaikat gunung berseru dan memberi
salam kepadaku kemudian berkata; "Wahai Muhammad". Maka dia berkata;
"Apa yang kamu inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan
kepada mereka dua gunung ini".
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak
keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". [Shahih Bukhari dan Muslim]
3) Membalas
keburukan dengan kebaikan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ
عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]
Jadilah
engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.
[Al-A'raaf:199]
{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا} [الفرقان:
63]
Dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan
(mengabaikannya). [Al-Furqaan:63]
4) Kewajiban
meneladani para Nabi dan Rasul dalam berda’wah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ
وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ} [الممتحنة:
4]
Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah,
kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. [Al-Mumtahanah: 4]
5) Da’wah
kepada yang hak (kebenaran) akan selalu mengalami rintangan.
Waroqoh
bin Naufal -rahimahullah-
berkata ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan
peristiwa yang dialaminya di gua Hira kepadanya:
هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى، يَا
لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ
"Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai
seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh
kaummu".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya:
«أَوَ مُخْرِجِيَّ هُمْ؟»
"Apakah aku akan diusir
mereka?"
Waroqoh menjawab:
نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا
عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا. [صحيح
البخاري ومسلم]
"Iya. Karena tidak ada satu
orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali
akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan
menolongmu dengan sekemampuanku". [Shahih Bukhari dan Muslim]
6) Kasih sayang
Nabi dan Rasul kepada umatnya.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ} [التوبة:
128]
Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]
7) Boleh
memintakan ampunan untuk orang kafir selama masih hidup.
Abu
Dzar radhiyallahu 'anhu
berkata:
«قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِآيَةٍ حَتَّى
أَصْبَحَ يُرَدِّدُهَا» وَالْآيَةُ: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [المائدة:
118] [سنن ابن ماجه: حسن]
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mendirikan shalat dengan satu ayat yang ia
ulang-ulang sampai subuh”, ayat itu adalah: "Jika Engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana". [Al-Maidah:118] [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Adapun setelah wafat
mereka, maka tidak diperbolehkan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ} [التوبة: 113]
Tiadalah
sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka jahanam.
[At-Taubah: 113]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«اسْتَأْذَنْتُ
رَبِّى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لأُمِّى فَلَمْ يَأْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ
أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِى» [صحيح مسلم]
“Aku minta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampun bagi ibuku tapi Allah tidak mengizinkan aku, dan aku minta izin untuk menziarahi kuburannya dan Allah mengizinkanku”. [Sahih Muslim]
Hadits
ketigabelas dan empatbelas
13/37- وَعنْ أَبي سَعيدٍ وأَبي هُرَيْرة
رضيَ اللَّه عَنْهُمَا عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ:
"مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَن
وَلاَ أَذًى وَلاَ غمٍّ، حتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُها إِلاَّ كفَّر اللَّه بهَا
مِنْ خطَايَاه" متفقٌ عَلَيهِ.
Dan dari Abu Sa'id dan Abu
Hurairah -radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidak seorang muslim pun ditimpa kelelahan, penyakit,
kesusahan, kesedihan, kesakitan, dan gunda, sekalipun duri menusuknya kecuali
Allah menjadikannya kaffarah (penghapus) dosa-dosanya”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
14/38- وعن ابْن مسْعُود رضي اللَّه عنه
قَالَ: دَخلْتُ عَلى النَبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُو يُوعَكُ
فَقُلْتُ يَا رسُولَ اللَّه إِنَّكَ تُوعكُ وَعْكاً شَدِيداً قَالَ: "أَجَلْ
إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلانِ مِنْكُم" قُلْتُ: ذلِكَ أَنَّ لَكَ
أَجْريْن؟ قَالَ: "أَجَلْ ذَلك كَذَلك مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى،
شوْكَةٌ فَمَا فوْقَهَا إلاَّ كَفَّر اللَّه بهَا سَيِّئَاتِهِ، وَحطَّتْ عنْهُ
ذُنُوبُهُ كَمَا تَحُطُّ الشَّجرةُ وَرقَهَا" متفقٌ عَلَيهِ.
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhuberkata; Saya pernah menjenguk Rasulullah ﷺ
ketika beliau sedang menderita sakit, lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah,
sepertinya Anda sedang merasakan sakit yang amat berat!" Beliau bersabda,
"Benar, rasa sakit yang menimpaku ini sama seperti rasa sakit yang menimpa
dua orang dari kalian." Kataku selanjutnya, "Sebab itu Anda
mendapatkan pahala dua kali lipat." Beliau menjawab, "Benar, seperti
itulah, dan tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah (penyakit) atau
yang lain, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana
pohon menggugurkan dedaunannya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Abu
Sa’id Al-Khudriy Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khazrajiy
Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Manusia
diciptakan untuk diuji.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّا خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيه} [الإنسان: 2]
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya.
[Al-Insaan:2]
3.
Musibah
sekecil apapun menghapuskan dosa-dosa.
Dari Jabir
bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
« لاَ
تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ
الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ » [صحيح مسلم]
“Jangan
engkau mencaci maki penyakit al-huma (demam panas), karena penyakit itu
menghilangkan dosa-dosa anak cucu Adam seperti api menghilangkan kotoran besi.”
[Sahih Muslim]
Ø
Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata: Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjenguk orang sakit beliau berkata kepadanya:
"
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ " [صحيح البخاري]
“Tidak
apa-apa, ini akan menjadi pembersih dosa jika Allah menghendaki”. [Sahih
Bukhari]
Ø
Dari Syaddad bin Auws radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ: إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا،
فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ، فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ
وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنَ الْخَطَايَا . وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا قَيَّدْتُ
عَبْدِي، وَابْتَلَيْتُهُ، فَأَجْرُوا لَهُ كَمَا كُنْتُمْ تُجْرُونَ لَهُ وَهُوَ صَحِيحٌ
"
“Sesungguhnya
Allah ‘azza wajalla berfirman (dalam hadits qudsi): Sesungguhnya jika
Aku memberi cobaan (berupa penyakit) kepada seorang hamba dari hamba-Ku yang
beriman lalu ia memuji-Ku atas cobaan yang kutimpakan padanya, maka (ketika ia
sembuh) sesungguhnya ia bangkit dari pembaringannya seperti hari ia dilahirkan
oleh ibunya bersih dari dosa-dosa. Dan Ar-Rabb ‘azza wajalla berkata
(kepada Malaikat): Aku yang menahan hamba-Ku dan Aku yang memberinya cobaan,
maka catatlah untuknya pahala seperti kalian mencatat pahala untuknya (atas
ibadah yang sering ia lakukan) di waktu sehat. [Musnad Ahmad: Hasan]
4.
Musibah
mengangkat derajat di surga.
Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ كُتِبَتْ
لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ» [صحيح مسلم]
"Tidak seorang muslimpun tertusuk duri atau yang lebih parah kecuali
Allah mencatat untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu dosa".
[Sahih Muslim]
5.
Pahala
musibah sesuai dengan berat penderitaannya.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ» [سنن
الترمذي: حسن]
“Sesungguhnya
besar suatu pahala tergantung besarnya cobaan". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Hadits
kelimabelas
15/39- وعنْ أَبي هُرَيرة رضيَ اللَّهُ عنه
قال: قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: " مَنْ يُرِدِ اللَّهُ
بِهِ خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ ". رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuknya kebaikan maka Allah menimpakannya
musibah”. [Sahih Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Bagi orang
beriman, selalu ada hikmah di balik musibah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ» [سنن الترمذي: حسن]
"Sesungguhnya barangsiapa
yang ridha maka untuknya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang murka maka
untuknya pula murka Allah". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø Dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ،
وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ،
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
[صحيح مسلم]
"Sangat menakjubkan urusan
seorang Mukmin, semua urusannya terasa baik, dan itu tidak terjadi pada
siapapun kecuali pada seoran Mukmin, jika ia mendapat kebaikan ia bersyukur,
maka itu baik baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu baik
baginya". [Sahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَكُونُ لَهُ
عِنْدَ اللَّهِ الْمَنْزِلَةُ الرَّفِيعَةُ مَا يَنَالُهَا بِعَمَلٍ، فَمَا
يَزَالُ اللَّهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكْرَهُ، حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا»
“Sesungguhnya
seorang hamba memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah yang tidak bisa ia
capai dengan amalannya, maka Allah terus memberinya cobaan yang tidak
disenanginya sampai ia meraih kedudukan tersebut”. [Musnad Abu Ya'la: Sahih]
Lihat: Hikmah dari musibah
2.
Kenikmatan di atas maksiat adalah musibah terbesar.
Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى
مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ "
“Jika kalian melihat Allah memberi seorang
hamba kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara ia melakukan maksiat, maka
ketahuilah sesungguhnya itu cuma istidraaj (pancingan)”.
Kemudian Rasulullah membaca firman Allah
...
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ
كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا
هُمْ مُبْلِسُونَ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan
yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa. [Al-An'am:44] [Musnad Ahmad: Sahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar (hadits 1-6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...