بسم الله الرحمن الرحيم
Dan dari Shuhaib radhiyallahu
‘anhu; bahwasanya Rasulullah ﷺ
bersabda:
"كَانَ مَلِكٌ فيِمَنْ كَانَ قبْلَكُمْ،
وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ، فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِك: إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابعَثْ
إِلَيَّ غُلاَماً أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ، فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَماً يعَلِّمُهُ،
وَكَانَ في طَريقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ، فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمهُ
فأَعْجَبهُ، وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بالرَّاهِب وَقَعَدَ إِلَيْه،
فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ، فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ:
إِذَا خَشِيتَ السَّاحِر فَقُلْ: حبَسَنِي أَهْلي، وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ
فَقُلْ: حَبَسَنِي السَّاحرُ.
فَبيْنَمَا هُو عَلَى ذَلِكَ إذْ أتَى عَلَى دابَّةٍ عظِيمَة قدْ
حَبَسَت النَّاس فَقَالَ: اليوْمَ أعْلَمُ السَّاحِرُ أفْضَل أم الرَّاهبُ أفْضلَ؟
فأخَذَ حجَراً فقالَ: اللهُمَّ إنْ كَانَ أمْرُ الرَّاهب أحَبَّ إلَيْكَ مِنْ
أَمْرِ السَّاحِرِ فاقتُلْ هَذِهِ الدَّابَّة حتَّى يمْضِيَ النَّاسُ، فرَماها
فقتَلَها ومَضى النَّاسُ، فأتَى الرَّاهب فأخبَرهُ. فَقَالَ لهُ الرَّاهبُ: أىْ
بُنيَّ أَنْتَ اليوْمَ أفْضلُ منِّي، قدْ بلَغَ مِنْ أمْركَ مَا أَرَى، وإِنَّكَ
ستُبْتَلَى، فإنِ ابْتُليتَ فَلاَ تدُلَّ عليَّ.
وكانَ الغُلامُ يبْرئُ الأكْمةَ والأبرصَ، ويدَاوي النَّاس مِنْ
سائِرِ الأدوَاءِ. فَسَمعَ جلِيسٌ للملِكِ كانَ قدْ عمِىَ، فأتَاهُ بهداياَ
كثيرَةٍ فقال: ما هاهُنَا لَكَ أجْمَعُ إنْ أنْتَ شفَيْتني، فَقَالَ إنِّي لا
أشفِي أحَداً، إِنَّمَا يشْفِي اللهُ تعَالى، فإنْ آمنْتَ بِاللَّهِ تعَالَى
دعوْتُ اللهَ فشَفاكَ، فآمَنَ باللَّه تعَالى فشفَاهُ اللَّهُ تَعَالَى، فأتَى المَلِكَ
فجَلَس إليْهِ كَما كانَ يجْلِسُ فقالَ لَهُ المَلكُ: منْ ردَّ علَيْك بصَرك؟
قَالَ: ربِّي. قَالَ: ولكَ ربٌّ غيْرِي؟، قَالَ: رَبِّي وربُّكَ اللهُ، فأَخَذَهُ
فلَمْ يزلْ يُعذِّبُهُ حتَّى دلَّ عَلَى الغُلاَمِ.
فجئَ بِالغُلاَمِ، فَقَالَ لهُ المَلكُ: أىْ بُنَيَّ قدْ بَلَغَ منْ
سِحْرِك مَا تبْرئُ الأكمَهَ والأبرَصَ وتَفْعلُ وَتفْعَلُ فقالَ: إِنَّي لا أشْفي
أَحَداً، إنَّما يشْفي الله تَعَالَى، فأخَذَهُ فَلَمْ يزَلْ يعذِّبُهُ حتَّى دلَّ
عَلَى الرَّاهبِ، فجِئ بالرَّاهِبِ فَقيلَ لَهُ: ارجَعْ عنْ دِينكَ، فأبَى، فدَعا
بالمنْشَار فوُضِع المنْشَارُ في مفْرقِ رأْسِهِ، فشقَّهُ حتَّى وقَعَ شقَّاهُ،
ثُمَّ جِئ بجَلِيسِ المَلكِ فقِيلَ لَهُ: ارجِعْ عنْ دينِكَ فأبَى،
فوُضِعَ المنْشَارُ في مفْرِقِ رَأسِهِ، فشقَّهُ به حتَّى وقَع شقَّاهُ، ثُمَّ جئ
بالغُلامِ فقِيل لَهُ: ارجِعْ عنْ دينِكَ، فأبَى، فدَفعَهُ إِلَى نَفَرٍ منْ
أصْحابِهِ فَقَالَ: اذهبُوا بِهِ إِلَى جبَلِ كَذَا وكذَا فاصعدُوا بِهِ الجبلَ،
فإذَا بلغتُمْ ذروتهُ فإنْ رجعَ عنْ دينِهِ وإِلاَّ فاطرَحوهُ فذهبُوا بِهِ
فصعدُوا بهِ الجَبَل فَقَالَ: اللَّهُمَّ اكفنِيهمْ بمَا شئْت، فرجَف بِهمُ
الجَبَلُ فسَقطُوا، وجَاءَ يمْشي إِلَى المَلِكِ، فقالَ لَهُ المَلكُ: مَا فَعَلَ
أَصحَابكَ؟ فقالَ: كفانيهِمُ الله تعالَى، فدفعَهُ إِلَى نَفَرَ منْ أصْحَابِهِ
فَقَالَ: اذهبُوا بِهِ فاحملُوه في قُرقُور وَتَوسَّطُوا بِهِ البحْرَ، فإنْ
رَجَعَ عنْ دينِهِ وإلاَّ فَاقْذفُوهُ، فذَهبُوا بِهِ فَقَالَ: اللَّهُمَّ
اكفنِيهمْ بمَا شِئْت، فانكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفينةُ فغرِقوا، وجَاءَ يمْشِي
إِلَى المَلِك. فقالَ لَهُ الملِكُ: مَا فَعَلَ أَصحَابكَ؟ فَقَالَ: كفانِيهمُ
الله تعالَى.
فقالَ للمَلِكِ إنَّك لسْتَ بقَاتِلِي حتَّى تفْعلَ مَا آمُركَ بِهِ.
قَالَ: مَا هُوَ؟ قَالَ: تجْمَعُ النَّاس في صَعيدٍ واحدٍ، وتصلُبُني عَلَى جذْعٍ،
ثُمَّ خُذ سهْماً مِنْ كنَانتِي، ثُمَّ ضعِ السَّهْمِ في كَبدِ القَوْسِ ثُمَّ
قُل: بسْمِ اللَّهِ ربِّ الغُلاَمِ ثُمَّ ارمِنِي، فإنَّكَ إذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ
قَتَلْتنِي. فجَمَع النَّاس في صَعيدٍ واحِدٍ، وصلَبَهُ عَلَى جذْعٍ، ثُمَّ أَخَذَ
سهْماً منْ كنَانَتِهِ، ثُمَّ وضَعَ السَّهمَ في كبِدِ القَوْسِ، ثُمَّ قَالَ:
بِسْم اللَّهِ رَبِّ الغُلامِ، ثُمَّ رمَاهُ فَوقَعَ السَّهمُ في صُدْغِهِ،
فَوضَعَ يدَهُ في صُدْغِهِ فمَاتَ. فقَالَ النَّاسُ: آمَنَّا بِرَبِّ الغُلاَمِ،
فَأُتِىَ المَلكُ فَقِيلُ لَهُ: أَرَأَيْت مَا كُنْت تحْذَر قَدْ
وَاللَّه نَزَلَ بِك حَذرُكَ. قدْ آمنَ النَّاسُ. فأَمَرَ بِالأخدُودِ بأفْوَاهِ
السِّكك فخُدَّتَ وَأضْرِمَ فِيها النيرانُ وقالَ: مَنْ لَمْ يرْجَعْ عنْ دينِهِ
فأقْحمُوهُ فِيهَا أوْ قيلَ لَهُ: اقْتَحمْ، ففعَلُوا حتَّى جَاءتِ امرَأَةٌ
ومعَهَا صَبِيٌّ لهَا، فَتقَاعَسَت أنْ تَقعَ فِيهَا، فَقَالَ لَهَا الغُلاَمُ:
يَا أمَّاهْ اصبِرِي فَإِنَّكَ عَلَي الحَقِّ" روَاهُ مُسْلَمٌ.
"Dulu, sebelum kalian ada seorang
raja, ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir sudah tua, ia berkata kepada
rajanya: 'Aku sudah tua, kirimlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari
sihir.' Lalu raja mengutus kepadanya seorang pemuda untuk mengajarkan sihir
kepada pemuda itu. Di perjalanan antara tukang sihir dan si raja terdapat
seorang rahib. Si pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia
kagum akan kata-kata si rahib itu sehingga bila datang ke si penyihir ia
melewati si rahib dan duduk bersamanya, dan jika ia mendatangi tukans sihir ia
dipukuli. Pemuda itu mengeluhkan hal itu kepada si rahib, ia berkata, 'Bila
engkau takut kepada tukang sihir, katakan: 'Keluargaku menahanku, ' dan bila
kau takut pada keluargamu, katakan: 'Si tukang sihir menahanku.'
Saat seperti itu, pada suatu hari ia
mendekati sebuah hewan yang besar yang menghalangi jalanan orang, ia berkata,
'Hari ini aku akan tahu, apakah tukang sihir lebih baik ataukah pendeta lebih
baik.' Ia mengambil batu lalu berkata, 'Ya Allah, bila urusan si rahib lebih
Engkau sukai daripada tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini hingga orang
bisa lewat.' Ia melemparkan batu itu dan membunuhnya, orang-orang pun bisa
lewat. Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib. Si rahib berkata, 'Anakku,
saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti yang aku
lihat, engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian jangan menunjukkan
padaku.'
Si pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta,
penyakit kulit, dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu
ia mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, ia
berkata, 'Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan yang aku kumpulkan disini.'
Pemuda itu berkata, 'Aku tidak menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah
Allah, bila kau beriman pada-Nya, aku akan berdoa kepada-Nya agar
menyembuhkanmu.' Teman si raja itu pun beriman lalu si pemuda itu berdoa kepada
Allah lalu ia pun sembuh. Teman raja itu kemudian mendatangi raja lalu duduk di
dekatnya. Si raja berkata, 'Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu?' Orang
itu menjawab, 'Rabb-ku.' Si raja berkata, 'Kau punya Rabb selainku? ' Orang itu
berkata, 'Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah.' Si raja menangkapnya lalu
menyiksanya hingga ia menunjukkan pada pemuda itu.
Lalu pemuda itu didatangkan, Raja berkata,
'Hai anakku, sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, kusta dan kau melakukan
ini dan itu.' Pemuda itu berkata, 'Bukan aku yang menyembuhkan, yang
menyembuhkan hanya Allah.' Si raja menangkapnya dan terus menyiksanya ia
menunjukkan kepada si rahib. Si raja mendatangi si rahib, rahib pun didatangkan
lalu dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Si rahib tidak mau lalu si raja
meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya hingga sebelahnya
terkapar di tanah.
Setelah itu teman si raja didatangkan dan
dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Ia tidak mau lalu si raja meminta
gergaji kemudian diletakkan tepat di tengah kepalanya hingga sebelahnya
terkapar di tanah. Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya:
'Tinggalkan agamamu.' Pemuda itu tidak mau. Lalu si raja menyerahkannya ke
sekelompok tentaranya, raja berkata, 'Bawalah dia ke gunung ini dan ini,
bawalah ia naik, sampai puncaknya, bila ia mau meninggalkan agamanya
(biarkanlah dia) dan bila tidak mau, lemparkan dari atas gunung.' Mereka
membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku
dari mereka sekehendak-Mu.' Ternyata gunung mengguncang mereka dan mereka semua
jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya:
'Bagaimana kondisi tentara yang mengawalmu? ' Pemuda itu menjawab, 'Allah mencukupiku
dari mereka.' Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja
berkata, 'Bawalah dia ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut, bila ia mau
meninggalkan agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau
meninggalkannya, lemparkan dia.' Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda
itu berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendak-Mu.' Ternyata
perahunya terbalik dan mereka semua tenggelam. Pemuda itu pulang hingga tiba di
hadapan raja, raja bertanya: Bagaimana keadaan tentara yang mengawalmu? '
Pemuda itu menjawab, 'Allah mencukupiku dari mereka.'
Setelah itu ia berkata kepada raja: 'Kau
tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan yang aku perintahkan, '
Raja bertanya: 'Apa yang kau perintahkan? ' Pemuda itu berkata, 'Kumpulkan
semua orang di tanah luas lalu saliblah aku di atas pelepah, ambillah anak
panah dari sarung panahku, kemudian letakkan di tengah busur, lalu ucapkan:
'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.' Kemudian panahlah aku. Bila kau
melakukannya kau akan membunuhku.' Akhirnya raja itu melakukannya. Ia kumpulkan
semua orang di tanah luas lalu menyalibnya di atas pelepah, kemudian mengambil
anak panah dari sarung panahnya, dan meletakkan anak panah ditengah-tengah
panah seraya berkata, 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.' Anak panah dilesakkan
ke pelipis (antara mata dan telinga) pemuda itu lalu pemuda meletakkan
tangannya di tempat panah menancap kemudian mati. Orang-orang berkata, 'Kami
beriman dengan Rabb pemuda itu.'
Kemudian didatangkan kepada raja dan dikatakan
padanya: 'Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khawatirkan, demi Allah kini telah
menimpamu. Orang-orang beriman seluruhnya.' Si raja kemudian memerintahkan
membuat parit di jalanan kemudian disulut api. Raja berkata, 'Siapa pun yang
tidak meninggalkan agamanya, pangganglah di dalamnya.' Mereka melakukannya
hingga datanglah seorang wanita bersama anaknya, sepertinya ia hendak mundur
agar tidak terjatuh dalam kubangan api lalu si bayi itu berkata, 'Ibuku,
bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran." [Shahih
Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Shuhaib bin Sinan bin Khalid, Abu Yahya Ar-Rumiy radhiyallahu
‘anhu.
Ia hijrah ke Madinah pada pertengahan
Rabiul Awwal dan mendapati Nabi ﷺ di Quba’ sebelum masuk ke kota Madina. Dan ikut perang
Badr, Uhud, dan peperangan lainnya bersama Nabi ﷺ.
Wafat tahun 38 hijriyah di masa Kekhalifaan Ali radhiyallahu ‘anhu.
Diantara keistimewaannya:
a)
Termasuk sahabat terdahulu masuk Islam.
Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu
'anhu- berkata:
«كَانَ أَوَّلَ مَنْ أَظْهَرَ إِسْلَامَهُ سَبْعَةٌ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعَمَّارٌ وَأُمُّهُ سُمَيَّةُ
وَصُهَيْبٌ وَبِلَالٌ وَالْمِقْدَادُ فَأَمَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنَعَهُ اللَّهُ بِعَمِّهِ أَبِي طَالِبٍ وَأَمَّا أَبُو
بَكْرٍ فَمَنَعَهُ اللَّهُ بِقَوْمِهِ وَأَمَّا سَائِرُهُمْ فَأَخَذَهُمْ
الْمُشْرِكُونَ وَأَلْبَسُوهُمْ أَدْرَاعَ الْحَدِيدِ وَصَهَرُوهُمْ فِي الشَّمْسِ
فَمَا مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وَاتَاهُمْ عَلَى مَا أَرَادُوا»
"Yang
pertama kali menampakkan keIslamannya ada tujuh orang; Rasulullah ﷺ, Abu
Bakar, 'Ammar dan Ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan Al Miqdad. Adapun
Rasulullah ﷺ, Allah melindunginya dengan perantara pamannya Abu Thalib. Abu
Bakar Allah melindunginya dengan perantara kaumnya. Sedang yang lainnya, kaum
musyrik telah menyiksanya, memakaikan baju dari besi dan meletakkan mereka di
bawah terik matahari. Tidaklah salah seorang dari mereka melainkan telah
memenuhi apa yang mereka inginkan." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
b) Rasulullah
memberinya kuniah dengan “Abu Yahya”.
Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepada Shuhaib radhiyallahu
'anhu; "Mengapa kamu di juluki
dengan Abu Yahya? Sedangkan kamu tidak memiliki anak?"
Dia
menjawab:
«كَنَّانِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَبِي يَحْيَى» [سنن ابن ماجه: حسن]
"Rasulullah
ﷺ memberi julukan kepadaku dengan Abu
Yahya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
c) Allah
marah jika membuatnya marah.
Abu Sufyan radhiyallahu 'anhu
pernah mendatangi Salman, Shuhaib, dan Bilal dalam sekelompok orang
sahabat. Setelah itu, mereka berkata kepada Abu Sufyan; "Demi Allah,
pedang Allah tidak sampai menebas leher musuh Allah."
Mendengar ucapan mereka (Salman, Shuhaib
dan Bilal), maka Abu Bakar berkata; 'Mengapa kalian berkata seperti itu kepada
salah seorang tokoh dan pemimpin Quraisy?
Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah
ﷺ untuk menceritakan
tentang hal itu. Tetapi, Rasulullah malah berkata:
«يَا أَبَا بَكْرٍ لَعَلَّكَ
أَغْضَبْتَهُمْ، لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ، لَقَدْ أَغْضَبْتَ رَبَّكَ»
"Hai Abu Bakar, mungkin kamu
sendirilah yang telah membuat mereka marah. Apabila kamu membuat mereka marah,
maka berarti kamu juga telah membuat Tuhanmu marah."
Lalu Abu Bakar pergi mendatangi mereka
sambil bertanya; 'Hai saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah?
'
Mereka menjawab; 'Tidak.' Semoga Allah
mengampunimu hai saudaraku, Abu Bakar." [Shahih Muslim]
2.
Peraktek sihir hukumnya haram.
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (24); Hukum sihir
3.
Keutamaan menghadiri majelis ulama.
Lihat: Kitab Ilmu bab 8; Orang yang duduk di belakang dalam majelis
4.
Boleh berdusta demi selamat dari keburukan dan tidak
merugikan orang lain.
Dari Ummu Kultsum binti 'Uqbah radhiyallahu
'anha; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَيْسَ الكَذَّابُ
الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، فَيَنْمِي خَيْرًا، أَوْ يَقُولُ خَيْرًا»
"Bukanlah disebut pendusta orang yang
menyelesaikan perselisihan diantara manusia lalu dia menyampaikan hal hal yang
baik (dari satu pihak yang bertikai) atau dia berkata, hal hal yang baik".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain; Ummu Kultsum binti 'Uqbah radhiyallahu
'anhu berkata:
«وَلَمْ أَسْمَعْ
يُرَخَّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ:
الْحَرْبُ، وَالْإِصْلَاحُ بَيْنَ النَّاسِ، وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ
وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا» [صحيح
مسلم]
'Saya tidak pernah mendengar
diperbolehkannya dusta yang diucapkan oleh manusia kecuali dalam tiga hal,
yaitu; dusta dalam peperangan, dusta untuk mendamaikan pihak-pihak yang
bertikai, dan dusta suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk
meraih kebahagiaan atau menghindari keburukan). [Shahih Muslim]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
5.
Meminta petunjuk kepada Allah dalam memilih yang benar.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendirikan shalat malam
beliau membaca do'a iftitah:
«اللهُمَّ رَبَّ
جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ،
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا
كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ
بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ» [صحيح مسلم]
“Ya Allah ... Rabb-nya Jibril, Mikail, dan
Israfil, Yang menciptakan langit dan bumi, Yang mengetahui hal gaib dan yang
terlihat, Engkau menetapkan hukum di antara hamba-bamba-Mu tentang apa yang
mereka perselisihkan, tunjukilah aku yang benar pada suatu yang
diperselisihkan dengan izin-Mu, sesungguhnya Engkau yang memberi hidayah
kepada orang yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus”. [Sahih Muslim]
6.
Karamah wali Allah untuk mengokohkan keimanan mereka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam sebuah hadits
qudsi:
«مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ،
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي
يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي
بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ،
وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ
المُؤْمِنِ، يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku
akan memeranginya, dan tidak ada ibadah yang dipersembahkan hamba-Ku yang
paling Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibakan kepadanya, dan tidaklah
hamba-ku senangtiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sampai aku
mencintainya. Dan jika aku mencintainya, maka Aku sebagai pendengaran yang ia
pakai mendengar, penglihatan yang ia pakai melihat, tangan yang ia pakai
memegang, dan kaki yang ia pakai berjalan, dan jika ia meminta kepada-Ku akan
Aku berikan, dan jika ia minta perlindungan dari-Ku akan Aku lindungi, dan Aku
tidak pernah ragu melakukan sesuatu seperti keraguan-Ku mencabut jiwa seorang
mu'min, ia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya". [Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Syarah
Arba'in hadits (38) Abu Hurairah; Sifat wali Allah
7.
Murid bisa jadi lebih mulia dari gurunya.
Lihat: Kitab Ilmu bab 16; Perginya Musa shallallahu ‘alaihi wasallam ke laut untuk menemuiKhidhir
8.
Nikmat kesehatan lebih utama dari harta.
Lihat: Hadits 'Ubaidillah bin Mihshan; Nikmat aman, sehat, dan sejahtra
9.
Keutamaan bersabar dari cobaan agama.
Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu bertanya: Ya Rasulullah .. siapakah orang yang paling berat cobaannya?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
" الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ
فَالْأَمْثَلُ مِنَ النَّاسِ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ
كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ
خُفِّفَ عَنْهُ، وَمَا يَزَالُ الْبَلاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى
ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ "
“Para Nabi, kemudian orang-orang saleh,
kemudian yang paling taat, kemudian yang paling taat dari manusia. Seseorang
dicoba sesuai kadar keimanannya, jika agamanya kuat maka akan ditambah
cobaannya, dan jika agamanya rendah maka akan diringankan cobaannya. Seorang
hamba akan terus diberi cobaan sampa ia berjalan di atas bumi tampa ada satu
dosapun yang tersisa." [Musnad Ahmad: Haditsnya Hasan]
Ø
Khabbab bin Al-Arat
-radhiyallahu 'anhu- berkata;
شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ
الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ: أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلَا تَدْعُو اللَّهَ
لَنَا؟ قَالَ: «كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ
يُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ
عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ،
وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ
وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى
يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ
أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ»
"Kami mengadu kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau
di bawah naungan Ka'bah; "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami?
Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?"
Beliau bersabda: "Ada seorang
laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia
diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu
di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak
menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan
sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah,
sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai
kuda berjalan dari Shan'aa menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya
melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya.
Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa". [Shahih Bukhari]
Lihat: Meneladani
kesabaran Nabi Ibrahim 'alaihissalam
10.
Yang menyembuhkan adalah Allah ‘azza wajalla.
Aisyah radiyallahu 'anha
berkata: Jika Rasulullah ﷺ mendatangi
orang sakit atau didatangkan kepadanya orang sakit maka ia membasuhnya dengan
tangan kanan dan membaca:
«اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِهِ وَأَنْتَ
الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
“Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah rasa
sakit, sembuhkanlah ia karena Engkaulah yang memberi kesembuhan, tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa
sakit”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Ruqyah, do'a kesembuhan
11.
Menyandarkan segala kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78)
وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
(80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ} [الشعراء: 78 - 81]
Tuhan yang telah menciptakan aku, maka
dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan
mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). [Asy-Syu'araa':
78-81]
12.
Do’a mustajab dan kesembuhan diberikan kepada orang yang
beriman.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ
شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا}
[الإسراء: 82]
Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
[Al-Israa':82]
13.
Allah adalah Rabb semesta alam.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ
وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم: 65]
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah (sabar) dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan dia (yang patut disembah)? [Maryam:65]
14.
Berdo’a meminta pertolongan kepada Allah dalam kesulitan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة:
250]
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas
diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap
orang-orang kafir". [Al-Baqarah: 250]
Lihat: Sifat Isti’anah; Minta pertolongan hanya kepada Allah
15.
Petolongan Allah kepada yang bertawakkal kepadaNya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ} [الطلاق: 3]
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. [Ath-Thalaq: 3]
Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
16.
Boleh mengorbankan diri sendiri untuk kebaikan orang
banyak.
17.
Hidup dan mati di tangan Allah ‘azza wajalla.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [الحديد : 2]
Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan
bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[Al-Hadiid: 2]
18.
Buta hati menghalangi melihat kebenaran.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ
يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى
الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ} [الحج:
46]
Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada. [Al-Hajj: 46]
19.
Terkadang apa yang terlalu ditakutkan justru akan terjadi
atas izin Allah.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{قَالَ إِنِّي
لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ
وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ} [يوسف: 13]
Dia (Yakub) berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu
bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala,
sedang kamu lengah darinya.” [Yusuf: 13]
20.
Tidak boleh menyiksan dengan api kecuali Allah.
Abu Hurairah radhiallahu'anhu
berkata; Rasulullah ﷺ mengutus kami dalam
pengiriman pasukan, maka beliau bersabda, "Jika kalian menemukan si anu
dan si anu maka bakarlah keduanya dengan api".
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda ketika kami hendak berangkat (keesokan harinya):
«إِنِّي كُنْتُ
أَمَرْتُكُمْ أَنْ تُحَرِّقُوا فُلاَنًا وَفُلاَنًا بِالنَّارِ، وَإِنَّ النَّارَ
لاَ يُعَذِّبُ بِهَا إِلَّا اللَّهُ، فَإِنْ أَخَذْتُمُوهُمَا فَاقْتُلُوهُمَا» [صحيح البخاري]
"Sungguh aku telah memerintahkan
kalian agar membakar si anu dan si anu dan sesungguhnya tidak boleh ada yang
menyiksa dengan api kecuali Allah. Maka itu, bila kalian menemukan keduanya
maka bunuhlah keduanya". [Shahih Bukhari]
Ø Hamzah Al-Aslamiy radhiallahu'anhu
berkata: Bahwa Rasulullah ﷺ telah menunjuknya
sebagai pemimpin sebuah kesatuan militer. Kemudian aku keluar diantara pasukan
tersebut. Beliau berkata, "Apabila kalian mendapatkan Fulan, maka bakarlah
dia dengan api."
Kemudian aku pergi, lalu beliau memanggilku
lalu aku kembali kepada beliau. Beliau berkata:
«إِنْ وَجَدْتُمْ
فُلَانًا فَاقْتُلُوهُ وَلَا تُحْرِقُوهُ، فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ
إِلَّا رَبُّ النَّارِ»
"Apabila kalian mendapatkan Fulan maka
bunuhlah dia, dan jangan kalian bakar! Sesungguhnya tidak ada yang boleh
menyiksa dengan api kecuali Tuhan Penguasa api." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø 'Ali radhiallahu'anhu membakar suatu kaum, lalu berita
itu sampai kepada Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma maka dia
berkata, "Seandainya aku, tentu aku tidak akan membakar mereka karena Nabi
ﷺ telah bersabda:
«لاَ تُعَذِّبُوا
بِعَذَابِ اللَّهِ»
"Janganlah kalian menyiksa dengan
siksaan Allah (dengan api) ".
Dan aku hanya akan membunuh mereka
sebagaimana Nabi ﷺ telah bersabda,
«مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ
فَاقْتُلُوهُ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang mengganti agamanya maka
bunuhah dia". [Shahih Bukhari]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu;
Rasulullah ﷺ melihat sarang semut
yang sudah terbakar, maka Rasulullah bertanya:
«مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ؟»
"Siapa yang membakar ini?"
Kami menjawab: Kami! Rasulullah
bersabda:
«إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ
النَّارِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Sesungguhnya tidak pantas
menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api". [Sunan Abu Daud: Sahih]
21.
Kasih sayang seorang ibu.
Umar bin Al-Khatthab radhiallahu'anhu
berkata:
قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ،
فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي، إِذَا
وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ، فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا
وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ» قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ
تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ
هَذِهِ بِوَلَدِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperoleh
beberapa orang tawanan perang. Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang
perempuan yang biasa menyusui anak kecil, apabila dia mendapatkan anak kecil
dalam tawanan tersebut, maka ia akan mengambilnya dan menyusuinya, lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami: 'Menurut kalian, apakah
perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api? ' Kami menjawab;
'Sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia
masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu beliau bersabda,
'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan
itu terhadap anaknya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
22.
Kasih sayang berlebihan kepada anak terkandang menjadi
penghalang dari kebaikan.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ .
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ} [التغابن: 14-15]
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At-Tagabun: 14-15]
Ø Dari Khaulah binti Hakiim radhiallahu 'anha;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«الْوَلَدُ مَحْزَنَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مَبْخَلَةٌ» [صحيح
الجامع الصغير وزيادته رقم 1990]
"Anak adalah penyebab
kesedihan, ketakutan (pengecut), kebodohan, kekikiran". [Shahih Al-Jami'
no.1990]
Lihat: Anak adalah anugrah dari Allah
23.
Allah memberi pertolongan untuk menguatkan keimanan.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{إِذْ تَسْتَغِيثُونَ
رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
مُرْدِفِينَ (9) وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ
قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ} [الأنفال: 9، 10]
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu
dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” Dan tidaklah Allah
menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram
karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana. [Al-Anfal: 9-10]
24.
Tiga anak lain yang berbicara di masa bayinya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu;
Nabi ﷺ bersabda:
" لَمْ يَتَكَلَّمْ
فِي المَهْدِ إِلَّا ثَلاَثَةٌ: عِيسَى، وَكَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ
يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ، كَانَ يُصَلِّي، جَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ، فَقَالَ:
أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ
وُجُوهَ المُومِسَاتِ، وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ
امْرَأَةٌ وَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ
نَفْسِهَا، فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، فَقَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ فَكَسَرُوا
صَوْمَعَتَهُ وَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى
الغُلاَمَ، فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي، قَالُوا:
نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ، إِلَّا مِنْ طِينٍ. وَكَانَتِ
امْرَأَةٌ تُرْضِعُ ابْنًا لَهَا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ
رَاكِبٌ ذُو شَارَةٍ فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهُ، فَتَرَكَ
ثَدْيَهَا وَأَقْبَلَ عَلَى الرَّاكِبِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي
مِثْلَهُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهَا يَمَصُّهُ، - قَالَ: أَبُو هُرَيْرَةَ
كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمَصُّ
إِصْبَعَهُ - ثُمَّ مُرَّ بِأَمَةٍ، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ ابْنِي
مِثْلَ هَذِهِ، فَتَرَكَ ثَدْيَهَا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا،
فَقَالَتْ: لِمَ ذَاكَ؟ فَقَالَ: الرَّاكِبُ جَبَّارٌ مِنَ الجَبَابِرَةِ،
وَهَذِهِ الأَمَةُ يَقُولُونَ: سَرَقْتِ، زَنَيْتِ، وَلَمْ تَفْعَلْ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada bayi yang bisa berbicara
saat masih dalam buaian kecuali tiga orang. (Yang pertama) Nabi 'Isa 'alaihissalam.
(Yang kedua), dahulu ada seorang laki-laki Bani Israil, yang dipanggil dengan
nama Juraij, ketika dia sedang melaksanakan shalat ibunya datang memanggilnya,
namun laki-laki itu enggan menjawabnya. Dia berkata dalam hati, "Apakah
aku penuhi panggilannya atau aku teruskan shalat?". Akhirnya ibunya
berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia kecuali Engkau
perlihatkan kepadanya wanita pezina". Suatu hari Juraij sedang berada di
biaranya lalu datang seorang wanita menawarkan dirinya dan mengajaknya
berbicara namun Juraij menolaknya. Kemudian wanita itu mendatangi seorang
pengembala lalu wanita ini dapat merayu pengembala itu hingga melahirkan
seorang anak. Si wanita lantas berkata, "Ini anaknya Juraij". Maka
orang-orang mendatangi Juraij dan menghancurkan biaranya dan memaksanya keluar
lalu memaki-makinya. Kemudian Juraij berwudhu lalu shalat. Setelah itu dia
mendatangi bayi itu lalu bertanya, "Siapakah bapakmu wahai anak?".
Bayi itu menjawab, "Seorang penggembala". Orang-orang berkata,
"Kami akan bangun biaramu terbuat dari emas". Juraij berkata,
"Tidak, dari tanah saja".
Dan (yang ketiga), ada seorang wanita dari
kalangan Bani Israil yang ketika sedang menyusui bayinya ada seorang laki-laki
tampan dan gagah sambil menunggang tunggangannya lewat di hadapan wanita itu.
Wanita itu berkata, "Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti pemuda
itu". Maka spontan saja bayinya melepaskan puting susu ibunya dan
memandang laki-laki tampan itu lalu berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau
jadikan aku seperti dia". Lalu dia kembali mengisap puting susu
ibunya". Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, "Seakan aku melihat
Nabi ﷺ mengisap jari beliau"."Lalu
lewat seorang budak wanita, maka ibunya berkata, "Ya Allah, janganlah
Engkau jadikan anakku seperti dia". Maka sang bayi kembali melepaskan
putting susu ibunya lalu berkata; Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia (budak
wanita itu). Ibunya bertanya, "Mengapa kamu berkata begitu?". Bayi
itu menjawab, "Sesungguhnya pemuda penunggang itu sebenarnya salah seorang
dari orang-orang kejam (diktator) sedangkan budak wanita ini, orang-orang
menuduhnya dengan mengatakan; kamu mencuri, kamu berzina", padahal dia
tidak pernah melakukannya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Nabi Isa dalam Al-Qur'an
25.
Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an.
Allah
subhanahu wata’aalaa befirman:
{قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4)
النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا
يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ
يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9) إِنَّ
الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا
فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ (10) إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ} [البروج:
4 - 11]
Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu
para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika
mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya
karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha
Terpuji, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala
sesuatu. Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh,
menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak
bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab
(neraka) yang membakar. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
itulah kemenangan yang agung. [Al-Buruj: 4-11]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...