Rabu, 25 Agustus 2021

Kitab Ilmu bab 40 dan 41; Menyampaikan dan menimba ilmu di malam hari

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dua bab ini merupakan pengkhususan dari larangan begadang setelah shalat Isya, jika ada manfaatnya dan tidak menghalangi untuk shalat malam atau terlambat untuk shalat Subuh.

Abu Barzah radhiyallahu 'anhu berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ العِشَاءِ وَالحَدِيثَ بَعْدَهَا»

"Rasulullah  tidak suka tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«مَا نَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ، وَلَا سَمَرَ بَعْدَهَا» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Rasulullah tidak tidur sebelum Isya dan tidak berbincang-bincang setelahnya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«جَدَبَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّمَرَ بَعْدَ الْعِشَاءِ» يَعْنِي زَجَرَنَا [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Rasulullah melarang kami berbincang-bincang setelah Isya, yakni mencela kami." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

A.    Bab 40.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ العِلْمِ وَالعِظَةِ بِاللَّيْلِ

“Bab; Ilmu dan nasehat di malam hari”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang bolehnya terkadang menyampaikan ilmu atau nasehat di malam hari sebagaimana dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Ummi Salamah radhiyallahu ‘anha.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

115 - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ [بن الفضل المروزي]، أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ هِنْدٍ [بنت الحارث الفِراسية]، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ. وَعَمْرٍو [بن دينار]، وَيَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ [الأنصاري]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ هِنْدٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الفِتَنِ، وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الخَزَائِنِ، أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الحُجَرِ، فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ»

Telah menceritakan kepada kami Shadaqah [bin Al-Fadhl Al-Marwaziy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ibnu 'Uyainah, dari Ma'mar, dari Az-Zuhriy, dari Hind [bint Al-Harits Al-Firasiyah], dari Ummu Salamah. Dan dari 'Amru [bin Dinar] dan Yahya bin Sa'id [Al-Anshariy], dari Az-Zuhriy, dari Hind, dari Ummu Salamah, ia berkata, "Pada suatu malam Nabi terbangun lalu bersabda, "Subhaanallah (Mahasuci Allah), fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang dibuka dari perbendaharaan (penyimpanan)? Bangunkanlah para penghuni kamar (para istri Nabi), karena betapa banyak para wanita berpakaian di dunia ini namun mereka telanjang nanti di akhirat (tidak mendapatkan kebaikan)."

Lihat penjelasan lengkap hadits ini dalam tulisan: Hadits Ummu Salamah; Berpakaian di dunia tapi telanjang di Akhirat

Yang dimaksud dengan "Al-Khazaain" dalam hadits ini:

Pertama: Kekayaan Romawi dan Persia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«وَبَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ، فَوُضِعَتْ فِي يَدَيَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Ketika aku tidur, didatangkan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia lalu diletakkan di kedua tanganku". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Kedua: Rahmat Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا} [الإسراء: 100]

Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu sangat kikir. [Al-Israa':100]

B.     Bab 41.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ السَّمَرِ فِي العِلْمِ

“Bab: Begadang dalam menuntut ilmu”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bolehnya seseorang terkadang begadang untuk menimba ilmu, sebagaimana dilakukan oleh shabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum.

Pertama: Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

116 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدِ بْنِ مُسَافِرٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمٍ [بن عبد الله بن عمر]، وَأَبِي بَكْرِ بْنِ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، قَالَ: صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العِشَاءَ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ، فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ مِنْهَا، لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ»

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair, ia berkata: Telah menceritakan kepada saya Al-Laits, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Abdurrahman bin Khalid bin Musafir, dari Ibnu Syihab, dari Salim [bin Abdillah bin Umar] dan Abu Bakar bin Sulaiman bin Abu Hatsmah; bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata: "Nabi shalat Isya bersama kami di akhir hayatnya. Setelah selesai memberi salam beliau berdiri dan bersabda, "Tidakkah kalian perhatikan malam kalian ini? Sesungguhnya pada penghujung seratus tahun darinya tidak akan tersisa seorangpun dari muka bumi ini."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Hadits ini mengandung dua makna:

Pertama: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan masa waktu untuk satu generasi adalah seratus tahun.

Kedua: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa semua manusia yang hidup pada malam itu tidak akan hidup lebih dari seratus tahun.

3.      Anjuran untuk senantiasa mengingat mati.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ» [سنن الترمذي: هذا حديث حسن]

"Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan", yaitu kematian. [Sunan At-Tirmidziy: Hasan]

Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Malulah kalian kepada Allah dengan sebanar-benarnya malu". Para sahabat menjawab: "Sesungguhnya kami telah merasa malu, alhamdulullillah!"

Rasulullah berkata:

«لَيْسَ ذَاكَ، وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى، وَالبَطْنَ وَمَا حَوَى، وَلْتَذْكُرِ المَوْتَ وَالبِلَى، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

"Bukan itu yang saya maksud, akan tetapi rasa malu kepada Allah yang sebenar-benarnya adalah menjaga kepala dan semua anggota badan yang ada padanya dari segala maksiat, menjaga perut dan isinya dari yang haram, mengingat mati dan kepunahan, siapa yang menginginkan akhirat ia meninggalkan gemerlap dunia. Barang siapa yang melakukan hal tersebut berarti ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

" إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمُ اثْنَتَيْنِ: اتِّبَاعُ الْهَوَى، وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا اتِّبَاعُ الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي الْآخِرَةَ، وَارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ " [الزهد للمعافى بن عمران الموصلي]

"Sesungguhnya diantara yang aku khawatirkan pada kalian adalah dua hal: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu maka itu akan menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan melupakan akhirat. Dunia pergi menjauh dan akhirat datang mendekat, dan masing-masing keduanya punya pengikut, maka jadilah pengikut akhirat dan janganlah menjadi pengikut dunia, hari ini adalah waktu beramal dan tidak ada perhitungan, sedangkan besok (di akhirat) adalah perhitungan dan tidak ada lagi waktu beramal". [Az-Zuhd karya Al-Mu'afaa]

Lihat: Sudah siapkah kita mati?

4.      Boleh begadang untuk kebaikan.

Qurrah bin Khalid –rahimahullah- berkata, "Kami pernah menunggu Al-Hasan –rahimahullah- hingga memperlambat kami hingga sudah dekat dengan waktu ditegakkannya shalat malam. Lalu dia datang dan berkata, "Kami diundang tetangga kami." Kemudian dia melanjutkan, Anas bin Malik radhiallahu 'anhu menyebutkan:

انْتَظَرْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، حَتَّى كَانَ شَطْرُ اللَّيْلِ يَبْلُغُهُ، فَجَاءَ فَصَلَّى لَنَا، ثُمَّ خَطَبَنَا، فَقَالَ: «أَلاَ إِنَّ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا ثُمَّ رَقَدُوا، وَإِنَّكُمْ لَمْ تَزَالُوا فِي صَلاَةٍ مَا انْتَظَرْتُمُ الصَّلاَةَ، وَإِنَّ القَوْمَ لاَ يَزَالُونَ بِخَيْرٍ مَا انْتَظَرُوا الخَيْرَ»

"Pada suatu malam kami pernah menunggu Nabi hingga sampai pertengahan malam. Lalu beliau shalat bersama kami kemudian menyampaikan khutbah kepada kami, sabda beliau, "Manusia sudah selesai melaksanakan shalat lalu mereka tidur. Dan kalian akan senantiasa dalam hitungan shalat selagi kalian menunggu pelaksanaannya. Sesungguhnya suatu kaum senantiasa akan berada dalam kebaikan selagi mereka mananti kebaikan." [Shahih Bukhari]

Ø  Umar bin Al-Khaththab radhiallahu 'anhu berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْمُرُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ فِي الأَمْرِ مِنْ أَمْرِ المُسْلِمِينَ وَأَنَا مَعَهُمَا» [سنن الترمذي: صحيح]

"Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pernah berbincang-bincang (begadang setelah shalat Isya) dengan Abu Bakar dalam permasalahan kaum muslimin, sedang aku bersama keduanya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata;

«بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً، ثُمَّ رَقَدَ»

“Suatu ketika aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbincang-bincang bersama istrinya sesaat (setelah shalat Isya) kemudian beliau tidur. [Shahih Bukhari no.4203]

Kedua: Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

117 - حَدَّثَنَا آدَمُ [بن أبي إياس]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا الحَكَمُ [بن عُتيبة]، قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ بِنْتِ الحَارِثِ زَوْجِ النَّبِيِّ صلّى الله عليه وسلم وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا فِي لَيْلَتِهَا، فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ إِلَى مَنْزِلِهِ، فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، ثُمَّ قَالَ: «نَامَ الغُلَيِّمُ» أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا، ثُمَّ قَامَ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ نَامَ، حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ أَوْ خَطِيطَهُ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ

Telah menceritakan kepada kami Adam [bin Abi Iyas], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam [bin ‘Utaibah], ia berkata: Aku mendengar Sa'id bin Jubair, dari Ibnu 'Abbas berkata, "Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah binti Al-Harits, istri Nabi . Dan saat itu Nabi bersamanya karena memang menjadi gilirannya. Nabi melaksanakan shalat Isya, lalu beliau pulang ke rumahnya dan shalat empat rakaat, kemudian tidur dan bangun lagi untuk shalat." Kemudian Rasulullah bersabda, "Si anak kecil sudah tidur (maksudnya Ibnu Abbas) -atau kalimat yang semisal itu-, kemudian beliau bangun shalat. Kemudian aku bangun dan berdiri di sisi kirinya, beliau lalu menempatkan aku di kanannya. Setelah itu beliau shalat lima rakaat, kemudian shalat dua rakaat, kemudian tidur hingga aku mendengar dengkurannya, kemudian beliau keluar untuk melaksanakan shalat Subuh."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan Abdullah bin 'Abbas

2)      Dianjurkan shalat Sunnah di rumah.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

«صَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا المَكْتُوبَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah-rumah kalian, sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang yang dilakukannya di rumahnya, kecuali shalat fardhu." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«إِذَا قَضَى أَحَدُكُمُ الصَّلَاةَ فِي مَسْجِدِهِ، فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيبًا مِنْ صَلَاتِهِ، فَإِنَّ اللهَ جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلَاتِهِ خَيْرًا» [صحيح مسلم]

"Jika salah seorang dari kalian telah menunaikan shalat di Masjidnya, hendaknya ia menyisakan sebagian shalatnya untuk (dikerjakan) di rumahnya, karena dari shalatnya itu, Allah akan menjadikan kebaikan di dalam rumahnya." [Shahih Muslim]

Lihat: Syarah hadits tentang shalat Sunnah sebelum dan setelah shalat fardhu

3)      Disunnahkan shalat empat raka’at setelah shalat Isya.

Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma berkata:

«مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ كُنَّ كَقَدْرِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ» [مصنف ابن أبي شيبة: صحيح]

“Siapa yang shalat empat raka’at setelah Isya, maka itu senilai dengan shalat di malam lailatul qadr”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«أَرْبَعٌ بَعْدَ الْعِشَاءِ يَعْدِلْنَ بِمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ» [مصنف ابن أبي شيبة: صحيح]

“Empat raka’at setelah Isya senilai dengan shalat di malam lailatul qadr”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]

Ø  Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ، عَدَلْنَ بِمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ» [مصنف ابن أبي شيبة: صحيح]

“Siapa yang shalat empat raka’at setelah Isya, ia tidak memisahkan diantaranya dengan salam, maka itu senilai dengan shalat di malam lailatul qadr”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]

4)      Boleh mengganti niat dari shalat sendiri menjadi imam atau sebaliknya.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;

صَلَّى أَبُو بَكْرٍ تِلْكَ الأَيَّامَ، ثُمَّ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً، فَخَرَجَ بَيْنَ رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا العَبَّاسُ لِصَلاَةِ الظُّهْرِ وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ، فَلَمَّا رَآهُ أَبُو بَكْرٍ ذَهَبَ لِيَتَأَخَّرَ، فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنْ لاَ يَتَأَخَّرَ، قَالَ: أَجْلِسَانِي إِلَى جَنْبِهِ، فَأَجْلَسَاهُ إِلَى جَنْبِ أَبِي بَكْرٍ، قَالَ: فَجَعَلَ أَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي وَهُوَ يَأْتَمُّ بِصَلاَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالنَّاسُ بِصَلاَةِ أَبِي بَكْرٍ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ [صحيح البخاري]

Abu Bakar memimpin shalat pada hari-hari sakitnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tersebut. kemudian ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendapati tubuhnya lebih segar, beliau pun keluar rumah sambil berjalan dipapah oleh dua orang laki-laki, satu diantaranya adalah 'Abbas untuk melaksanakan shalat Zhuhur. Ketika itu Abu Bakar sedang mengimami shalat, ketika ia melihat beliau datang, Abu Bakar berkehendak untuk mundur dari posisinya namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberi isyarat supaya dia tidak mundur. Kemudian beliau bersabda: "Dudukkanlah aku disampingnya."

Maka kami mendudukkan beliau di samping Abu Bakar."

Maka jadilah Abu Bakar shalat dengan mengikuti shalatnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara orang-orang mengikuti shalatnya Abu Bakar, dan saat itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sambil duduk (sedangkan Abu Bakr dan sahabat lainnya shalat berdiri)". [Shahih Bukhari dan Muslim]

5)      Boleh sesekali berjama’ah melakukan shalat sunnah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya neneknya yang bernama Mulaikah mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk makan makanan yang ia buat untuknya, maka Rasulullah memakannya kemudian berkata:

«قُومُوا فَلِأُصَلِّ لَكُمْ»

"Bangkitlah kalian, lalu aku salat bersama kalian!”

Anas berkata:

فَقُمْتُ إِلَى حَصِيرٍ لَنَا، قَدِ اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَصَفَفْتُ وَاليَتِيمَ وَرَاءَهُ، وَالعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ [صحيح البخاري ومسلم]

Kemudian aku mengambil tikar kami yang sudah menghitam karena sudah lama dipakai, lalu aku memercikkannya dengan air, lalu Rasulullah berdiri dan aku mendirikan shaf bersama seorang anak yatim di belakangnya, dan perempuan tua di belakang kami, lalu Rasululah salat bersama kami dua raka'at kemudian pergi. [Sahih Bukhari dan Muslim]

6)      Jika makmun hanya satu orang maka ia berdiri di sisi kanan imam.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

" أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ، فَصَلَّيْتُ خَلْفَهُ، فَأَخَذَ بِيَدِي، فَجَرَّنِي، فَجَعَلَنِي حِذَاءَهُ، فَلَمَّا أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى صَلاتِهِ، خَنَسْتُ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ لِي: «مَا شَأْنِي أَجْعَلُكَ حِذَائِي فَتَخْنِسُ؟» ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَيَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يُصَلِّيَ حِذَاءَكَ، وَأَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ الَّذِي أَعْطَاكَ اللَّهُ؟ قَالَ: فَأَعْجَبْتُهُ، فَدَعَا اللَّهَ لِي أَنْ يَزِيدَنِي عِلْمًا وَفَهْمًا، قَالَ: ثُمَّ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ حَتَّى سَمِعْتُهُ يَنْفُخُ، ثُمَّ أَتَاهُ بِلالٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الصَّلاةَ. فَقَامَ فَصَلَّى، مَا أَعَادَ وُضُوءًا "

Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada akhir malam, lalu aku shalat di belakang beliau, kemudian beliau meraih tanganku hingga menempatkanku sejajar dengan beliau. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali pada shalatnya, aku mundur, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan shalatnya. Selesai shalat beliau bertanya kepadaku: "Aku telah menempatkanmu sejajar denganku, namun mengapa engkau mundur?

Aku menjawab; Wahai Rasulullah, apakah pantas bagi seseorang shalat sejajar dengan engkau, padahal engkau adalah Rasulullah yang telah Allah anugerahkan kepadamu?

Rupanya Beliau kagum kepadaku karena ucapanku, lalu beliau berdoa untukku agar Allah menambahkan ilmu dan pemahaman kepadaku.

Ibnu Abbas berkata; Kemudian aku melihat Rasulullah tidur hingga aku mendengar dari beliau tarikan suara nafasnya, kemudian Bilal datang dan berkata; Wahai Rasulullah, ayo dirikan shalat. Maka beliau berdiri lalu shalat tanpa mengulangi wudlu. [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Kitab Ilmu bab 17; Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “Ya Allah, ajarkanlah dia Al-Kitab"

7)      Dibolehkan melakukan sedikit gerakan untuk kepentingan shalat.

Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata:

«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلِأَبِي العَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya Rasulullah pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan anak Abu Al-'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdu Syamsi. Maka jika sujud, beliau letakkan anak itu dan bila berdiri beliau gendong lagi." [Sahih Bukhari dan Muslim]

8)      Boleh lewat depan makmun yang sedang shalat.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

«أَقْبَلْتُ رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ الِاحْتِلاَمَ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِمِنًى إِلَى غَيْرِ جِدَارٍ، فَمَرَرْتُ بَيْنَ يَدَيْ بَعْضِ الصَّفِّ، وَأَرْسَلْتُ الأَتَانَ تَرْتَعُ، فَدَخَلْتُ فِي الصَّفِّ، فَلَمْ يُنْكَرْ ذَلِكَ عَلَيَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Aku datang dengan mengendarai keledai betina, waktu itu aku hampir memasuki masa balig, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang shalat di Mina tidak menghadap tembok. Maka aku berlalu di hadapan sebagian shaf dan melepaskan keledai betina untuk mencari makan, kemudian aku masuk dalam shaf (ikut shalat berjama’ah), dan tidak ada yang mengingkari perbuatannku tersebut”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Mempertemukan makna hadits Ibnu ‘Abbas lewat depan shaf dengan beberapa hadits lainnya 

9)      Boleh shalat malam lima raka’at beserta witir.

Adapun hadits Aisyah radhiallahu'anha, ia berkata:

«كَانَ يُوتِرُ بِأَرْبَعٍ وَثَلَاثٍ، وَسِتٍّ وَثَلَاثٍ، وَثَمَانٍ وَثَلَاثٍ، وَعَشْرٍ وَثَلَاثٍ، وَلَمْ يَكُنْ يُوتِرُ بِأَنْقَصَ مِنْ سَبْعٍ، وَلَا بِأَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Beliau biasa mengerjakan shalat Witir empat dan tiga rakaat, enam dan tiga rakaat, delapan dan tiga rakaat, sepuluh dan tiga rakaat, beliau tidak pernah shalat witir kurang dari tujuh rakaat dan tidak pernah lebih dari tiga belas rakaat. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Maka ini adalah keadaan yang disaksikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha di rumahnya. Wallahu a’lam!

10)  Shalat sunnah dua raka’at dalam hadits ini adalah shalat sunnah Subuh.

Namun dibolehkan shalat Sunnah setelah shalat witir. Aisyah radhiallahu'anha berkata:

«كَانَ - النبي صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّي ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ يُوتِرُ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَيْنَ النِّدَاءِ وَالْإِقَامَةِ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ». [صحيح مسلم]

"Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- melakukan shalat tiga belas rakaat, beliau shalat delapan rakaat kemudian witir, setelah itu beliau shalat dua rakaat dengan duduk. Jika beliau hendak rukuk, maka beliau berdiri dahulu lalu rukuk, setelah itu beliau shalat dua rakaat antara (azan) dan iqamat shalat Subuh." [Shahih Muslim]

11)  Anjuran tidur sejenak setelah shalat sunnah Subuh.

'Aisyah radhiallahu'anha berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى رَكْعَتَيِ الفَجْرِ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الأَيْمَنِ» [صحيح البخاري]

"Nabi bila selesai mendirikan dua rakaat shalat sunat Fajar, beliau berbaring dengan bertumpu pada sisi badannya yang sebelah kanan". [Shahih Bukhari]

Lihat: Syarah hadits tentang shalat sunnah sebelum fardhu Subuh

12)  Mendengkur bukan suatu yang aib selama tidak mengganggu orang lain.

Aisyah radhiallahu'anha menuturkan;

أَرِقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَقَالَ: «لَيْتَ رَجُلًا صَالِحًا مِنْ أَصْحَابِي يَحْرُسُنِي اللَّيْلَةَ» إِذْ سَمِعْنَا صَوْتَ السِّلاَحِ، قَالَ: «مَنْ هَذَا؟»، قَالَ سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، جِئْتُ أَحْرُسُكَ، فَنَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى سَمِعْنَا غَطِيطَهُ [صحيح البخاري ومسلم]

Suatu malam Rasulullah tidak bisa tidur, lantas beliau mengatakan, "Duhai sekiranya ada seorang laki-laki shalih dari sahabatku menjagaku malam ini" Tiba-tiba kami mendengar suara senjata. Nabi bertanya, "Siapa ini?" Sa'd menjawab, "Ya Rasulullah, aku datang untuk menjagamu!" maka Nabi tidur hingga aku mendengar suara nafas beliau.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 39; Penulisan ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...