بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat, dan 2 hadits, dan 2 atsar yang
menyebutkan larangan mencintai sesuatu
melebihi cinta kepada Allah dan RasulNya.
a. Firman Allah ta’aalaa:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة:
165]
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang
mengangkat tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintai-Nya sebagaimana
mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”
[Al-Baqarah: 165]
b. Firman Allah ta’aalaa:
{قُلْ إِنْ كَانَ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]
“Katakanlah: "jika babak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal
yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan
daripada berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [At-Taubah: 24]
1) Dari Anas -radhiyallahu 'anhu-; bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ
وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ»
“Tidak sempurna iman seseorang di antara
kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia
seluruhnya”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
2) Dari Anas -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإيْمَانِ: أَنْ
يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ
المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِيْ
الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي
النَّارِ»
“Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat di
dalam dirinya ketiga perkara itu, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman,
yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada yang lain, mencintai
seseorang tiada lain hanya karena Allah, benci (tidak mau kembali) kepada
kekafiran setelah ia diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci
kalau dicampakkan ke dalam api”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
«لاَ يَجِدُ أَحَدٌ
حَلاَوَةَ الإِيمَانِ حَتَّى يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ،
وَحَتَّى أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى
الكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ، وَحَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا»
"Seseorang tidak akan merasakan
manisnya iman, sebelum ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali
karena Allah, dan sehingga ia lebih suka dimasukkan ke dalam api daripada
kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, dan sehingga Allah dan
rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain." [Shahih Bukhari]
3) Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-,
bahwa ia berkata:
«مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ، وَأَبْغَضَ فِيْ اللهِ، وَوَالَى فِي اللهِ،
وَعَادَى فِيْ اللهِ، فَإِنَّمَا تُنَالُ وِلاَيَةَ اللهِ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ
عَبْدٌ طَعْمَ الإِيْمَانِ وَإِنْ كَثُرَتْ صَلاَتُهُ وَصَوْمُهُ حَتَّى يَكُوْنَ كَذَلِكَ،
وَقَدْ صَارَ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لاَ
يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا»
“Barangsiapa yang mencintai seseorang
karena Allah, membenci karena Allah, membela karena Allah, memusuhi karena
Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Allah itu diperolehnya
dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya
iman, meskipun banyak melakukan shalat dan puasa, sehingga ia bersikap
demikian. Pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun
atas dasar kepentingan dunia, dan itu tidak berguna sedikitpun baginya”.
[Shahih]
4) Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma- menafsirkan
firman Allah ta’aalaa:
{وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ
الْأَسْبَابُ} [البقرة: 166] قال: المودة.
“ … Dan putuslah hubungan di antara
mereka.” [Al baqarah: 166]. Ia mengatakan: yaitu kasih sayang.
Dari ayat, hadits, dan atsar di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 11 poin penting:
- Penjelasan
tentang ayat dalam surat Al-Baqarah.
Ayat ini
menunjukkan bahwa barangsiapa yang mempertuhankan selain Allah dengan
mencintainya seperti mencintai Allah, maka dia adalah musyrik.
- Penjelasan
tentang ayat dalam surat At-Taubah.
Ayat ini
menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib
didahulukan di atas segala-galanya.
- Wajib
mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih dari
kecintaan terhadap diri-sendiri, keluarga dan harta benda.
Abdullah bin Hisyam -radhiyallahu
'anhu- berkata: Suatu hari kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin Khathab.
Umar berkata kepadanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
إِلَّا مِنْ نَفْسِي
"Wahai Rasulullah, sungguh
engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku"
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ
مِنْ نَفْسِكَ»
"Tidak, demi Yang jiwaku di
tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri"
Maka Umar berkata kepada beliau:
فَإِنَّهُ الآنَ، وَاللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي
"Maka sekarang, demi Allah,
sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«الآنَ يَا عُمَرُ» [صحيح البخاري]
"Sekarang (baru sempurna
imanmu), wahai Umar". [Sahih Bukhari]
- Pernyataan
“tidak beriman” bukan berarti keluar dari Islam.
Yang dimaksud adalah tidak sempurna
keimanannya, karena keimanan itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan
ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
- Iman
itu memiliki rasa manis, kadang dapat diperoleh seseorang, dan kadangkala
tidak.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ
الْإِيمَانِ، فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
" [مسند أحمد: حسن]
"Barangsiapa senang
mendapatkan lezatnya iman maka cintailah seseorang, ia tidak mencintainya
kecuali karena Allah azza wa jalla." [Musnad Ahmad: Hasan]
Ø Dari Al-'Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا،
وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]
"Merasakan nikmatnya iman,
orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai
rasul". [Sahih Muslim]
Ø
Dari Abdullah bin
Mu'awiyah Al-Gadhiry -radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" ثَلَاثٌ مَنْ
فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ
وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا
نَفْسُهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ، وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ، وَلَا
الدَّرِنَةَ، وَلَا الْمَرِيضَةَ، وَلَا الشَّرَطَ اللَّئِيمَةَ، وَلَكِنْ مِنْ
وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ، وَلَمْ
يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ " [سنن أبي
داود: صحيح]
"Ada tiga hal yang barang
siapa yang mengamalkannya berarti ia telah merasakan keimanan: Orang yang
menyembah Allah semata bahwasanya tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, dan mengeluarkan zakat hartanya dengan senang hati akan menambah
hartanya tiap tahun, dan tidak memberikan hewan yang sudah tua (sebagai zakat)
dan tidak pula yang cacat, dan tidak pula yang sakit, dan tidak pulan yang
paling jelek, akan tetapi keluarkanlah yang sederhana dari hartamu, karena
sesungguhnya Allah tidak meminta yang terbaik, dan tidak memerintahkan yang
terburuk." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat: Hadits Anas bin Malik; Manisnya iman
- Disebutkan
empat sikap (amalan hati) yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh
kecintaan Allah, dan seseorang tidak akan menemukan kelezatan iman kecuali
dengan keempat sikap itu.
Yaitu: (1) Mencintai seseorang karena
Allah, (2) membenci karena Allah, (3) membela karena Allah, (4) dan memusuhi
karena Allah.
Dari Abu Umamah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ،
وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ» [سنن أبي
داود: صححه الألباني]
"Barangsiapa mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang (menahan)
karena Allah, maka sempurnalah imannya." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat: Meraih cinta Allah 'azza wajalla
- Pemahaman
Ibnu Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan antar sesama
manusia pada umumnya dijalin atas dasar kepentingan duniawi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
" أَنَّ
رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ، عَلَى
مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ:
أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ
نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ
كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ " [صحيح
مسلم]
“Seorang lelaki mengunjungi temannya di suatu kampung. Lalu Allah
mengutus malaikat dengan wujud manusia untuk menemuinya di pertengahan jalan.
Malaikat bertanya: Engkau mau kemana?
Lelaki itu menjawab: Menjenguk temanku di kampung ini.
Malaikat bertanya lagi: Apakah kau menginginkan sesuatu nikmat
darinya?
Lelaki itu manjawab: Tidak, aku hanya mencintainya demi Allah.
Malaikat berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk
menyampaikan bahwasanya Allah telah mencintai kamu sebagaimana engkau mencintai
sahabatmu itu demi Allah!” [Sahih Muslim]
Lihat: Saling mencintai karena Allah
- Penjelasan
tentang firman Allah: “… Dan terputuslah segala hubungan antara mereka
sama sekali.”
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{إِذْ
تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ
وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ
لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ
يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ
مِنَ النَّارِ} [البقرة: 166-167]
“(yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:
"Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri
dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah
Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi
mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. [Al-Baqarah: 166-167]
Ayat ini
menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang yang telah dibina orang-orang
musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akhirat, dan masing-masing
dari mereka akan melepaskan diri darinya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا
الْمُتَّقِينَ} [الزخرف: 67]
Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa. [Az-Zukhruf: 67]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman
- Disebutkan
bahwa diantara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan
kecintaan yang sangat besar.
- Ancaman
terhadap seseorang yang mencintai kedelapan perkara di atas [orang tua,
anak-anak, paman, keluarga, istri, harta kekayaan, tempat tinggal dan
perniagaan] lebih dari cintanya terhadap agamanya.
Allah subhanahu wata'aalaa befirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا
وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ. إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [التغابن:
14 - 15]
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At-Tagabun: 14 - 15]
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]
Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang
berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
[Al-Munafiquun:9]
- Mempertuhankan
selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah adalah syirik
akbar.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ
عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ
غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية:
23]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? [Al-Jatsiyah:23]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallhu
'alaihi wasallam- bersabda:
«تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ
الْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ
وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ»
"Binasalah hamba dinar,
dirham, kain tebal dan sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak diberi maka
ia mencela. Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia tidak akan
terlepas darinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Awas ada syirik !
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (30); Menisbatkan turunya hujan kepada bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...