Senin, 09 Agustus 2021

Syarah Kitab Tauhid bab (31); Cinta kepada Allah

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat, dan 2 hadits, dan 2 atsar yang menyebutkan larangan mencintai sesuatu melebihi cinta kepada Allah dan RasulNya.

a.       Firman Allah ta’aalaa:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ} [البقرة: 165]

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengangkat tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintai-Nya sebagaimana mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]

b.       Firman Allah ta’aalaa:

{قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]

 “Katakanlah: "jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan daripada berjihad di jalan-Nya,  maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [At-Taubah: 24]

1)      Dari Anas -radhiyallahu 'anhu-; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ»

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

2)      Dari Anas -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِيْ الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ»

“Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat di dalam dirinya ketiga perkara itu, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada yang lain, mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah, benci (tidak mau kembali) kepada kekafiran setelah ia diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci kalau dicampakkan ke dalam api”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

«لاَ يَجِدُ أَحَدٌ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ حَتَّى يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَحَتَّى أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ، وَحَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا»

"Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan sehingga ia lebih suka dimasukkan ke dalam api daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, dan sehingga Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain." [Shahih Bukhari]

3)      Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma-, bahwa ia berkata:

«مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ، وَأَبْغَضَ فِيْ اللهِ، وَوَالَى فِي اللهِ، وَعَادَى فِيْ اللهِ، فَإِنَّمَا تُنَالُ وِلاَيَةَ اللهِ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ عَبْدٌ طَعْمَ الإِيْمَانِ وَإِنْ كَثُرَتْ صَلاَتُهُ وَصَوْمُهُ حَتَّى يَكُوْنَ كَذَلِكَ، وَقَدْ صَارَ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لاَ يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا»

“Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, membela karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Allah itu diperolehnya dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya iman, meskipun banyak melakukan shalat dan puasa, sehingga ia bersikap demikian. Pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia, dan itu tidak berguna sedikitpun baginya”. [Shahih]

4)      Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma- menafsirkan firman Allah ta’aalaa:

{وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ} [البقرة: 166] قال: المودة.

“ … Dan putuslah hubungan di antara mereka.” [Al baqarah: 166]. Ia mengatakan: yaitu kasih sayang.

Dari ayat, hadits, dan atsar di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 11 poin penting:

  1. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-Baqarah.

Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya seperti mencintai Allah, maka dia adalah musyrik.

  1. Penjelasan tentang ayat dalam surat At-Taubah.

Ayat ini menunjukkan bahwa cinta kepada Allah dan cinta kepada yang dicintai Allah wajib didahulukan di atas segala-galanya.

  1. Wajib mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih dari kecintaan terhadap diri-sendiri, keluarga dan harta benda.

Abdullah bin Hisyam -radhiyallahu 'anhu- berkata: Suatu hari kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin Khathab.

Umar berkata kepadanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي

"Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku"

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ»

"Tidak, demi Yang jiwaku di tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri"

Maka Umar berkata kepada beliau:

فَإِنَّهُ الآنَ، وَاللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي

"Maka sekarang, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku"

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الآنَ يَا عُمَرُ» [صحيح البخاري]

"Sekarang (baru sempurna imanmu), wahai Umar". [Sahih Bukhari]

  1. Pernyataan “tidak beriman” bukan berarti keluar dari Islam.

Yang dimaksud adalah tidak sempurna keimanannya, karena keimanan itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

  1. Iman itu memiliki rasa manis, kadang dapat diperoleh seseorang, dan kadangkala tidak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الْإِيمَانِ، فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ " [مسند أحمد: حسن]

"Barangsiapa senang mendapatkan lezatnya iman maka cintailah seseorang, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah azza wa jalla." [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Dari Al-'Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]

"Merasakan nikmatnya iman, orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Mu'awiyah Al-Gadhiry -radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ، وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ، وَلَا الدَّرِنَةَ، وَلَا الْمَرِيضَةَ، وَلَا الشَّرَطَ اللَّئِيمَةَ، وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ، وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ " [سنن أبي داود: صحيح]

"Ada tiga hal yang barang siapa yang mengamalkannya berarti ia telah merasakan keimanan: Orang yang menyembah Allah semata bahwasanya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan mengeluarkan zakat hartanya dengan senang hati akan menambah hartanya tiap tahun, dan tidak memberikan hewan yang sudah tua (sebagai zakat) dan tidak pula yang cacat, dan tidak pula yang sakit, dan tidak pulan yang paling jelek, akan tetapi keluarkanlah yang sederhana dari hartamu, karena sesungguhnya Allah tidak meminta yang terbaik, dan tidak memerintahkan yang terburuk." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Lihat: Hadits Anas bin Malik; Manisnya iman

  1. Disebutkan empat sikap (amalan hati) yang merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kecintaan Allah, dan seseorang tidak akan menemukan kelezatan iman kecuali dengan keempat sikap itu.

Yaitu: (1) Mencintai seseorang karena Allah, (2) membenci karena Allah, (3) membela karena Allah, (4) dan memusuhi karena Allah.

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah imannya." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Lihat: Meraih cinta Allah 'azza wajalla

  1. Pemahaman Ibnu Abbas terhadap realita, bahwa hubungan persahabatan antar sesama manusia pada umumnya dijalin atas dasar kepentingan duniawi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ " [صحيح مسلم]

“Seorang lelaki mengunjungi temannya di suatu kampung. Lalu Allah mengutus malaikat dengan wujud manusia untuk menemuinya di pertengahan jalan. Malaikat bertanya: Engkau mau kemana?

Lelaki itu menjawab: Menjenguk temanku di kampung ini.

Malaikat bertanya lagi: Apakah kau menginginkan sesuatu nikmat darinya?

Lelaki itu manjawab: Tidak, aku hanya mencintainya demi Allah.

Malaikat berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwasanya Allah telah mencintai kamu sebagaimana engkau mencintai sahabatmu itu demi Allah!” [Sahih Muslim]

Lihat: Saling mencintai karena Allah

  1. Penjelasan tentang firman Allah: “… Dan terputuslah segala hubungan antara mereka sama sekali.”

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ} [البقرة: 166-167]

“(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. [Al-Baqarah: 166-167]

Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang yang telah dibina orang-orang musyrik di dunia akan terputus sama sekali ketika di akhirat, dan masing-masing dari mereka akan melepaskan diri darinya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ} [الزخرف: 67]

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. [Az-Zukhruf: 67]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (13) Anas; Mencintai saudara seiman

  1. Disebutkan bahwa diantara orang-orang musyrik ada yang mencintai Allah dengan kecintaan yang sangat besar.
  2. Ancaman terhadap seseorang yang mencintai kedelapan perkara di atas [orang tua, anak-anak, paman, keluarga, istri, harta kekayaan, tempat tinggal dan perniagaan] lebih dari cintanya terhadap agamanya.

Allah subhanahu wata'aalaa befirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ. إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [التغابن: 14 - 15]

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [At-Tagabun: 14 - 15]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [المنافقون: 9]

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. [Al-Munafiquun:9]

  1. Mempertuhankan selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah adalah syirik akbar.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah:23]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallhu 'alaihi wasallam- bersabda:

«تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ»

"Binasalah hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak diberi maka ia mencela. Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia tidak akan terlepas darinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Awas ada syirik !

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (30); Menisbatkan turunya hujan kepada bintang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...