Senin, 16 Agustus 2021

Syarah Kitab Tauhid bab (32); Takut hanya kepada Allah

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 3 ayat, dan 2 hadits, yang menyebutkan larangan takut kepada sesuatu selain Allah subhanahu wata’aalaa.

a.       Firman Allah ta’aalaa:

{إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 175]

“Sesungguhnya mereka itu tiada lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku saja, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [Ali Imran: 175]

b.       Firman Allah ta’aalaa:

{إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ} [التوبة: 18]

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, membayar zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah (saja), maka mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” [At Taubah: 18]

c.       Firman Allah ta’aalaa:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ} [العنكبوت: 10]

“Dan di antara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah, tetapi apabila ia mendapat perlakuan yang menyakitkan karena (imannya kepada) Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai adzab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami besertamu” bukankah Allah mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” [Al-‘Ankabut: 10]

1)      Dari Abu Sai'd radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيَقِيْنِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ، وَأَنْ تَحْمَدُهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ، إِنَّ رِزْقَ اللهِ لاَ يَجُرُّهُ حَرْصُ حَرِيْصٍ، وَلاَ يَرُدُّهُ كَرَاهِيَةُ كَارِهٍ»

“Sesungguhnya termasuk lemahnya keyakinan adalah jika kamu mencari ridha manusia dengan mendapat kemurkaan Allah, dan memuji mereka atas rizki yang Allah berikan lewat perantaraannya, dan mencela mereka atas dasar sesuatu yang belum diberikan Allah kepadamu  melalui mereka, ingat sesungguhnya rizki Allah tidak dapat didatangkan oleh ketamakan orang yang tamak, dan tidak pula dapat digagalkan oleh kebenciannya orang yang membenci”. [Sangat lemah]

2)      Dari Aisyah radhiallahuanha; Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ، سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ»

“Barangsiapa yang mencari Ridha Allah sekalipun berakibat mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah  akan meridhainya,  dan akan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya,  dan akan menjadikan manusia murka pula  kepadanya.” [Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya]

Dari ayat, dan hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 8 poin penting:

1.      Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali ‘Imran.

Ayat ini menunjukkan bahwa khauf (takut) termasuk ibadah yang harus ditujukan kepada Allah semata, dan di antara tanda kesempurnaan iman ialah tiada merasa takut kepada siapapun selain Allah saja.

Syaitan juga menakut-nakuti dengan kemiskinan, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ} [البقرة: 268]

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). [Al-Baqarah: 268]

2.      Penjelasan tentang ayat dalam surat At-Taubah.

Ayat ini menunjukkan bahwa memurnikan rasa takut kepada Allah adalah wajib, sebagaimana shalat, zakat dan kewajiban lainnya. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا} [النساء: 108]

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. [An-Nisaa':108]

Lihat: Sifat Khasyah; Takut karena pengagungan hanya untuk Allah

3.      Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-‘Ankabut.

Ayat ini menunjukkan bahwa merasa takut akan perlakuan buruk dan menyakitkan dari manusia dikarenakan iman kepada Allah adalah termasuk takut kepada selain Allah; dan menunjukkan pula kewajiban bersabar dalam berpegang teguh dengan jalan Allah. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ} [آل عمران: 173]

Orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia (orang Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran: 173]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. [Al-Maidah:54]

Ø  Abu Dzar radhiallahu’anhu berkata:

«أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِخِصَالٍ مِنَ الْخَيْرِ؛ أَوْصَانِي بِأَنْ لَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي، وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا، وَأَوْصَانِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ» [صحيح ابن حبان]

“Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat kepadaku dengan beberapa sifat yang baik: (1) Ia berwasiat kepadaku untuk tidak melihat orang yang di atasku (dari kenikmatan dunia) dan mewasiatkanku untuk melihat orang yang di bawahku, (2) mewasiatkanku untuk mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan mereka, (3) mewasiatkanku untuk bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling, (4) mewasiatkanku untuk tidak takut demi Allah kepada celaan orang yang suka mencela, (5) mewasiatkanku untuk mengatakan yang benar sekalipun pahit, dan (6) mewasiatkanku untuk banyak mengucapkan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ karena sesungguhnya kalimat itu adalah harta terpendam dari harta-harta terpendam surga (berupa pahala yang sangat besar). [Sahih Ibnu Hibban]

4.      Keyakinan itu bisa menguat dan bisa melemah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ} [الأنفال: 2]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. [Al-Anfaal:2]

{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (124) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة: 124-125]

Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" adapun orang-orang yang beriman, Maka surat Ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang Telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. [At-Taubah: 124-125]

5.      Tanda-tanda melemahnya keyakinan antara lain tiga perkara yang disebutkan dalam hadits Abu Sai'd radhiyallahu ‘anhu di atas.

Derajat hadits Abu Sa’id Al-Khudriy:

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aimrahimahullah- dalam kitab “Hilyatul Auliya’” melalui dua jalar; Jalur pertama (10/51), ia berkata:

عن أَبِي الْفَتْحِ بْنِ الْحِمْصِيِّ أَحْمَدَ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَهْلٍ فَذَكَرَ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ جَعْفَرٍ الْبَغْدَادِيَّ، حَدَّثَهُمْ قَالَ أَبُو مُوسَى الدُّؤَلِيُّ: ثنا أَبُو يَزِيدَ الْبِسْطَامِيُّ، ثنا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّدِّيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيَقِينِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللَّهِ، وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ عَلَى رِزْقِ اللَّهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ، إِنَّ رِزْقَ اللَّهِ لَا يَجُرُّهُ إِلَيْكَ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدَّهُ كُرْهُ كَارِهٍ، وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى بِحِكْمَتِهِ وَجَلَالِهِ جَعَلَ الْفَرَجَ وَالرُّوحَ فِي الرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحُزْنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ»

Dari Abi Al-Fath bin Al-Himshiy Ahmad bin Al-Husain bin Muhammad bin Sahl, ia menyebutkan bahwa 'Ali bin Ja'far Al-Bagdadiy menyampaikan kepada mereka bahwa Abu Musa Ad-Duliy berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Yazid Al-Bisthamiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdirrahman As-Suddiy, dari 'Amr bin Qais Al-Mulaiy, dari 'Athiyah, dari Abi Sa'id Al-Kudriy, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Diantar tanda lemahnya iman adalah engkau membuat ridha munusia dengan dengan kemurkaan Allah, dan engkau memuji mereka atas rezki Allah (kepadamu), dan mencela mereka atas apa yang Allah tidak berikan kepadamu. Sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan kepadamu karena keinginan seseorang, dan tidak ditahan oleh kebencian seseorang. Dan sesungguhnya Allah ta’aalaa, dengan hikmahNya, dan keagunganNya, Ia menjadikan jalan keluar dan ketenangan pada sifat ridha, dan menjadikan kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".

Abu Nu’aim berkata:

"وَهَذَا الْحَدِيثُ مِمَّا رُكِّبَ عَلَى أَبِي يَزِيدَ وَالْحَمْلُ فِيهِ عَلَى شَيْخِنَا أَبِي الْفَتْحِ فَقَدْ عُثِرَ مِنْهُ عَلَى غَيْرِ حَدِيثٍ رَكَّبَهُ"

“Hadits ini diantara hadits yang dipalsukan dari Abi Yazid, dan yang tertuduh dalam hal ini adalah guru kami Abu Al-Fath, telah didapatkan darinya selain hadits ini yang ia palsukan”.

Adz-Dzahabiy rahimahullah- berkata:

قيل: يتهم بوضع الحديث، قاله الضياء.

“Dikatakan bahwa dia (Abu Al-Fath) tertuduh memalsukan hadits, ini dikatakan oleh Adh-Dhiya’”. [Mizanul ‘Itidal 1/92]

Jalur kedua (5/106), ia berkata:

عن عَلِيّ بْن مُحَمَّدِ بْنِ مَرْوَانَ، ثنا أَبِي، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيقِينِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسُخْطِ اللهِ، وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يَؤْتِكَ اللهُ، إِنَّ رِزْقَ اللهِ لَا يَجُرُّهُ إِلَيْكَ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كُرْهُ كَارِهٍ، إِنَّ اللهَ جَعَلَ الرَّوحَ وَالْفَرَجَ فِي الرِّضَى وَالْيقِينِ، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحَزَنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ»

Dari Ali bin Muhammad bin Marwan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Bapakku, dari 'Amr bin Qais, dari 'Athiyah, dari Abi Sa'id, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Diantar tanda lemahnya iman adalah engkau membuat ridha munusia dengan dengan kemurkaan Allah, dan engkau memuji mereka atas rezki Allah (kepadamu), dan mencela mereka atas apa yang Allah tidak berikan kepadamu. Sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan kepadamu karena keinginan seseorang, dan tidak ditahan oleh kebencian seseorang. Dan sesungguhnya Allah menjadikan ketenangan dan jalan keluar pada sifat ridha dan yakin, dan menjadikan kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".

Abu Nu’aim berkata:

"غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ عَمْرٍو، تَفَرَّدَ بِهِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَرْوَانَ، عَنْ أَبِيهِ"

“Hadits ini garib (aneh) dari hadits ‘Amr, Ali bin Muhammad bin Marwan menyendiri meriwayatkan hadits ini dari bapaknya”.

Hadits ini dihukumi palsu oleh syekh Albaniy –rahimahullah- dalam “Silsilah Adh-Dha’ifah” 3/673 no. 1482, ia berkata:

"محمد بن مروان السدي متهم بالكذب، معروف به. وأما ابنه علي فلم أعرفه، وقد ذكره في " التهذيب " في جملة الرواة عن أبيه، فهو آفته أوأبو هـ، وهو الأقرب. والله أعلم!"

Muhammad bin Marwan As-Suddiy tertuduh berdusta (memalsukan hadits) ia terkenal dengan hal ini. Dan adapun anaknya yaitu ‘Ali maka aku tidak mengetahuinya, ia telah disebutkan dalam kitab “At-Tahdziy” termasuk orang yang meriwayatkan dari bapaknya, maka dia adalah pemalsu hadits ini atau bapaknya, dan ini yang paling mendekati. Wallahu a’lam!”

Diriwayatkan secara muquf dari Ibnu Mas’ud:

Diriwayatkan oleh Hannad bin As-Sariyrahimahullah- dalam kitabnya “Az-Zuhd)1/304) no. 535, dan Ibnu Al-A’rabiyrahimahullah- dalam Mu’jam-nya (2/735) no.1491, Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:

«إِنَّ مِنَ الْيَقِينِ أَنْ لَا تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللَّهِ، وَأَنْ لَا تَحْمِدَ أَحَدًا عَلَى مَا رَزَقَكَ اللَّهُ، وَلَا تَذُمَّنَّ أَحَدًا عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ، فَإِنَّ رِزْقَ اللَّهِ لَا يَجُرُّهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَمْنَعُهُ كَرَاهَةُ كَارِهٍ، فَإِنَّ اللَّهَ بِحُكْمِهِ وَعَدْلِهِ وَقَصْدِهِ جَعَلَ الرَّوَحَ وَالْفَرَجَ فِي الْيَقِينِ وَالرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحَزَنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ»

"Diantara bentuk keyakinan adanya engkau tidak membuat ridah manusia dengan kemurkaan Allah, dan engkau tidak memuji seseorang atas apa yang Allah rezkikan kepadamu, dan tidak mencela seseorang atas apa yang Allah tidak berikan kepadamu. Karena sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan karena keinginan seseorang dan tidak ditahan karena kebencian seseorang. Dan sesungguhnya Allah, dengan hikmahNya, keadilanNya, dan keinginanNya, Ia menjadikan ketenangan dan jalan keluar pada sifat yakin dan ridha, dan menjadikan kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".

Diantara tanda lemahnya iman:

Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ " [مسند أحمد: حسن]

Seseorang dicoba sesuai kadar keimanannya, jika agamanya kuat maka akan ditambah cobaannya, dan jika agamanya rendah maka akan diringankan cobaannya." [Musnad Ahmad: Haditsnya Hasan]

6.      Memurnikan rasa takut hanya kepada Allah adalah termasuk kewajiban.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ} [الأعراف : 56]

Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [Al-A'raaf: 56]

{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ} [الزمر : 36]

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. [Az-Zumar: 36]

7.      Adanya pahala bagi orang yang melakukannya.

Diantara ganjaran bagi orang yang sennantiasa takut kepada Allah:

a)      Mendapatkan tempat dan kehidupan yang baik di dunia.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ} [إبراهيم: 14]

Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". [Ibrahim: 14]

b)      Aman dari rasa takut di akhirat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا} [الإنسان: 7 - 12]

Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. [Al-Insan: 7-12]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meriwayatkan dari Tuhannya jalla wa’alaa berfirman:

«وَعِزَّتِي لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ». [صحيح ابن حبان]

“Demi KeagunganKu, Aku tidak akan menggabungkan pada hambaKu dua ketakutan dan dua keamanan, jika ia takut kepadaKu di dunia maka Aku berikan ia keamanan pada hari kiamat, dan jika ia merasa aman dariKu di dunia maka Aku akan menjadikannya ketakutan pada hari kiamat”. [Shahih Ibnu Hibban]

c)       Mendapatkan ampunan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"أَسْرَفَ رَجُلٌ عَلَى نَفْسِهِ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ أَوْصَى بَنِيهِ فَقَالَ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اسْحَقُونِي، ثُمَّ اذْرُونِي فِي الرِّيحِ فِي الْبَحْرِ، فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبُنِي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ بِهِ أَحَدًا، قَالَ فَفَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِلْأَرْضِ: أَدِّي مَا أَخَذْتِ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ لَهُ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: مَخَافَتُكَ يَا رَبِّ! فَغَفَرَ لَهُ بِذَلِكَ"

"Seorang laki-laki telah melampui batas atas dirinya. Tatkala dia hendak meninggal, dia berwasiat pada anaknya seraya berkata; 'Apabila aku mati, maka bakarlah aku lalu buanglah aku, dan buanglah sebagiannya di laut. Demi Allah, jika Rabbku mampu, pasti Dia akan menyiksaku dengan suatu siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada seorangpun’.

Lalu mereka melakukan wasiat tersebut. Kemudian Allah berfirman kepada bumi: "Kumpulkan apa yang telah kamu ambil”,

Lalu dia pun berdiri. Setelah itu Allah bertanya kepada orang tersebut: Kenapa kamu melakukan hal tersebut?

Dia menjawab; “Karena takut kepada-Mu wahai Rabbku”.

Karena hal itu Allah mengampuninya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

d)      Mendapatkan surga di akhirat

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ} [الرحمن: 46]

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46]

{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40، 41]

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi’at: 40-41]

8.      Adanya ancaman bagi orang yang meninggalkannya.

Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«أَمَارَةُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لا تَسُؤُهُ سَيِّئَتُهُ، وَلا تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ، إِنْ عَمِلَ خَيْرًا لَمْ يَرْجُو مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الْخَيْرِ ثَوَابًا، وَإِنْ عَمِلَ شَرًّا لَمْ يَخَفْ مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الشَّرِّ عُقُوبَةً» [صفة النفاق ونعت المنافقين لأبي نعيم: إسناده حسن]

“Tanda seorang munafiq adalah orang yang tidak bersedih atas keburukannya, dan tidak bergembira atas kebaikannya, jika ia beramal satu kebaikan ia tidak mengharap pahala dari Allah atas kebaikannya itu, dan jika ia melakukan keburukan ia tidak takut hukuman Allah atas keburukannya itu”. [Shifatun Nifaq karya Abu Nu’aim: Sanadnya hasan]

Lihat: Sifat Al-Khauf; Takut hanya kepada Allah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (31); Cinta kepada Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...