بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 3 ayat, dan 2 hadits, yang menyebutkan
larangan takut kepada sesuatu selain
Allah subhanahu wata’aalaa.
a. Firman Allah ta’aalaa:
{إِنَّمَا ذَلِكُمُ
الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 175]
“Sesungguhnya mereka itu tiada lain
hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku saja, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [Ali Imran: 175]
b. Firman Allah ta’aalaa:
{إِنَّمَا يَعْمُرُ
مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ
أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ} [التوبة: 18]
“Sesungguhnya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, serta tetap mendirikan shalat, membayar zakat, dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah (saja), maka mereka itulah yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” [At Taubah: 18]
c. Firman Allah ta’aalaa:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ
كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا
مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ} [العنكبوت: 10]
“Dan di antara manusia ada yang berkata:
"Kami beriman kepada Allah, tetapi apabila ia mendapat perlakuan yang
menyakitkan karena (imannya kepada) Allah, ia menganggap fitnah manusia itu
sebagai adzab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti
akan berkata: “Sesungguhnya kami besertamu” bukankah Allah mengetahui apa yang
ada dalam dada semua manusia?” [Al-‘Ankabut: 10]
1) Dari Abu Sai'd radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيَقِيْنِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ
اللهِ، وَأَنْ تَحْمَدُهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا
لَمْ يُؤْتِكَ اللهُ، إِنَّ رِزْقَ اللهِ لاَ يَجُرُّهُ حَرْصُ حَرِيْصٍ، وَلاَ
يَرُدُّهُ كَرَاهِيَةُ كَارِهٍ»
“Sesungguhnya termasuk lemahnya keyakinan
adalah jika kamu mencari ridha manusia dengan mendapat kemurkaan Allah, dan
memuji mereka atas rizki yang Allah berikan lewat perantaraannya, dan mencela
mereka atas dasar sesuatu yang belum diberikan Allah kepadamu melalui mereka, ingat sesungguhnya rizki Allah
tidak dapat didatangkan oleh ketamakan orang yang tamak, dan tidak pula dapat
digagalkan oleh kebenciannya orang yang membenci”. [Sangat
lemah]
2) Dari Aisyah radhiallahuanha; Bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ،
سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ»
“Barangsiapa yang mencari Ridha Allah
sekalipun berakibat mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah akan meridhainya, dan akan menjadikan manusia ridha kepadanya,
dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan melakukan apa yang
menimbulkan kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka pula kepadanya.” [Ibnu Hibban dalam kitab
shahihnya]
Dari ayat, dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 8 poin penting:
1.
Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali ‘Imran.
Ayat ini
menunjukkan bahwa khauf (takut) termasuk ibadah yang harus ditujukan kepada
Allah semata, dan di antara tanda kesempurnaan iman ialah tiada merasa takut
kepada siapapun selain Allah saja.
Syaitan juga menakut-nakuti dengan
kemiskinan, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ} [البقرة:
268]
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti)
kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).
[Al-Baqarah: 268]
2.
Penjelasan tentang ayat dalam surat At-Taubah.
Ayat ini
menunjukkan bahwa memurnikan rasa takut kepada Allah adalah wajib, sebagaimana
shalat, zakat dan kewajiban lainnya. Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا
يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى
مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا} [النساء:
108]
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi
mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada
suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan
adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
[An-Nisaa':108]
Lihat: Sifat Khasyah; Takut karena pengagungan hanya untuk Allah
3.
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-‘Ankabut.
Ayat ini
menunjukkan bahwa merasa takut akan perlakuan buruk dan menyakitkan dari
manusia dikarenakan iman kepada Allah adalah termasuk takut kepada selain
Allah; dan menunjukkan pula kewajiban bersabar dalam berpegang teguh dengan
jalan Allah. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا
لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ} [آل عمران: 173]
Orang-orang (yang mentaati Allah dan
rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia (orang Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena
itu takutlah kepada mereka", Maka perkataan itu menambah keimanan mereka
dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung". [Ali Imran: 173]
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ
يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة:
54]
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. [Al-Maidah:54]
Ø Abu Dzar radhiallahu’anhu berkata:
«أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِخِصَالٍ
مِنَ الْخَيْرِ؛ أَوْصَانِي بِأَنْ لَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ
أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي، وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ
وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ،
وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ
أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا، وَأَوْصَانِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ
الْجَنَّةِ» [صحيح ابن حبان]
“Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam
berwasiat kepadaku dengan beberapa sifat yang baik: (1) Ia berwasiat kepadaku
untuk tidak melihat orang yang di atasku (dari kenikmatan dunia) dan
mewasiatkanku untuk melihat orang yang di bawahku, (2) mewasiatkanku untuk
mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan mereka, (3) mewasiatkanku untuk
bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling, (4) mewasiatkanku untuk tidak takut
demi Allah kepada celaan orang yang suka mencela, (5) mewasiatkanku untuk
mengatakan yang benar sekalipun pahit, dan (6) mewasiatkanku untuk banyak
mengucapkan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللَّهِ karena sesungguhnya kalimat itu adalah harta terpendam
dari harta-harta terpendam surga (berupa pahala yang sangat besar). [Sahih Ibnu
Hibban]
4.
Keyakinan itu bisa menguat dan bisa melemah.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ} [الأنفال:
2]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman
ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. [Al-Anfaal:2]
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ
زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (124) وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة:
124-125]
Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka
di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di
antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" adapun
orang-orang yang beriman, Maka surat Ini menambah imannya, dan mereka merasa
gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, Maka
dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang Telah
ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. [At-Taubah: 124-125]
5.
Tanda-tanda melemahnya keyakinan antara lain tiga perkara
yang disebutkan dalam hadits Abu Sai'd radhiyallahu ‘anhu di atas.
Derajat
hadits Abu Sa’id Al-Khudriy:
Diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim –rahimahullah- dalam kitab “Hilyatul Auliya’”
melalui dua jalar; Jalur pertama (10/51), ia berkata:
عن أَبِي
الْفَتْحِ بْنِ الْحِمْصِيِّ أَحْمَدَ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
سَهْلٍ فَذَكَرَ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ جَعْفَرٍ الْبَغْدَادِيَّ، حَدَّثَهُمْ
قَالَ أَبُو مُوسَى الدُّؤَلِيُّ: ثنا أَبُو يَزِيدَ الْبِسْطَامِيُّ، ثنا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّدِّيُّ، عَنْ عَمْرِو
بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ
ضَعْفِ الْيَقِينِ أَنْ تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللَّهِ، وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ
عَلَى رِزْقِ اللَّهِ، وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ، إِنَّ
رِزْقَ اللَّهِ لَا يَجُرُّهُ إِلَيْكَ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدَّهُ كُرْهُ
كَارِهٍ، وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى بِحِكْمَتِهِ وَجَلَالِهِ جَعَلَ الْفَرَجَ
وَالرُّوحَ فِي الرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحُزْنَ فِي الشَّكِّ
وَالسُّخْطِ»
Dari
Abi Al-Fath bin Al-Himshiy Ahmad bin Al-Husain bin
Muhammad bin Sahl, ia menyebutkan bahwa 'Ali bin Ja'far Al-Bagdadiy
menyampaikan kepada mereka bahwa Abu Musa Ad-Duliy berkata: Telah menceritakan
kepada kami Abu Yazid Al-Bisthamiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdirrahman As-Suddiy, dari 'Amr bin Qais
Al-Mulaiy, dari 'Athiyah, dari Abi Sa'id Al-Kudriy, ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Diantar tanda lemahnya
iman adalah engkau membuat ridha munusia dengan dengan kemurkaan Allah, dan
engkau memuji mereka atas rezki Allah (kepadamu), dan mencela mereka atas apa
yang Allah tidak berikan kepadamu. Sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan kepadamu
karena keinginan seseorang, dan tidak ditahan oleh kebencian seseorang. Dan
sesungguhnya Allah ta’aalaa, dengan hikmahNya, dan keagunganNya, Ia
menjadikan jalan keluar dan ketenangan pada sifat ridha, dan menjadikan
kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".
Abu
Nu’aim berkata:
"وَهَذَا الْحَدِيثُ
مِمَّا رُكِّبَ عَلَى أَبِي يَزِيدَ وَالْحَمْلُ فِيهِ عَلَى شَيْخِنَا أَبِي
الْفَتْحِ فَقَدْ عُثِرَ مِنْهُ عَلَى غَيْرِ حَدِيثٍ رَكَّبَهُ"
“Hadits ini diantara hadits yang dipalsukan
dari Abi Yazid, dan yang tertuduh dalam hal ini adalah guru kami Abu Al-Fath, telah didapatkan darinya selain hadits
ini yang ia palsukan”.
Adz-Dzahabiy –rahimahullah- berkata:
قيل: يتهم بوضع الحديث، قاله الضياء.
“Dikatakan bahwa dia (Abu Al-Fath) tertuduh memalsukan hadits, ini dikatakan
oleh Adh-Dhiya’”. [Mizanul ‘Itidal 1/92]
Jalur kedua (5/106), ia berkata:
عن عَلِيّ بْن
مُحَمَّدِ بْنِ مَرْوَانَ، ثنا أَبِي، عَنْ
عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ ضَعْفِ الْيقِينِ أَنْ
تُرْضِيَ النَّاسَ بِسُخْطِ اللهِ، وَأَنْ تَحْمَدَهُمْ عَلَى رِزْقِ اللهِ،
وَأَنْ تَذُمَّهُمْ عَلَى مَا لَمْ يَؤْتِكَ اللهُ، إِنَّ رِزْقَ اللهِ لَا
يَجُرُّهُ إِلَيْكَ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كُرْهُ كَارِهٍ، إِنَّ اللهَ
جَعَلَ الرَّوحَ وَالْفَرَجَ فِي الرِّضَى وَالْيقِينِ، وَجَعَلَ الْهَمَّ
وَالْحَزَنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ»
Dari
Ali bin Muhammad bin Marwan, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Bapakku, dari 'Amr bin
Qais, dari 'Athiyah, dari Abi Sa'id, ia berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Diantar tanda lemahnya iman adalah engkau
membuat ridha munusia dengan dengan kemurkaan Allah, dan engkau memuji mereka
atas rezki Allah (kepadamu), dan mencela mereka atas apa yang Allah tidak
berikan kepadamu. Sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan kepadamu karena
keinginan seseorang, dan tidak ditahan oleh kebencian seseorang. Dan
sesungguhnya Allah menjadikan ketenangan dan jalan keluar pada sifat ridha dan
yakin, dan menjadikan kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".
Abu
Nu’aim berkata:
"غَرِيبٌ مِنْ
حَدِيثِ عَمْرٍو، تَفَرَّدَ بِهِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ مَرْوَانَ، عَنْ أَبِيهِ"
“Hadits ini garib (aneh) dari hadits ‘Amr, Ali bin Muhammad bin Marwan menyendiri meriwayatkan
hadits ini dari bapaknya”.
Hadits ini dihukumi palsu oleh syekh Albaniy –rahimahullah- dalam “Silsilah
Adh-Dha’ifah” 3/673 no. 1482, ia berkata:
"محمد بن مروان السدي متهم بالكذب، معروف به. وأما
ابنه علي فلم أعرفه، وقد ذكره في " التهذيب
" في جملة الرواة عن أبيه، فهو آفته أوأبو هـ، وهو الأقرب. والله
أعلم!"
“Muhammad bin
Marwan As-Suddiy tertuduh berdusta (memalsukan hadits) ia terkenal
dengan hal ini. Dan adapun anaknya yaitu ‘Ali maka
aku tidak mengetahuinya, ia telah disebutkan dalam kitab “At-Tahdziy” termasuk
orang yang meriwayatkan dari bapaknya, maka dia adalah pemalsu hadits ini atau
bapaknya, dan ini yang paling mendekati. Wallahu a’lam!”
Diriwayatkan secara muquf dari Ibnu Mas’ud:
Diriwayatkan
oleh Hannad bin As-Sariy –rahimahullah- dalam kitabnya “Az-Zuhd”
)1/304) no.
535, dan Ibnu Al-A’rabiy –rahimahullah-
dalam Mu’jam-nya (2/735) no.1491, Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:
«إِنَّ مِنَ الْيَقِينِ
أَنْ لَا تُرْضِيَ النَّاسَ بِسَخَطِ اللَّهِ، وَأَنْ لَا تَحْمِدَ أَحَدًا عَلَى
مَا رَزَقَكَ اللَّهُ، وَلَا تَذُمَّنَّ أَحَدًا عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ،
فَإِنَّ رِزْقَ اللَّهِ لَا يَجُرُّهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَمْنَعُهُ كَرَاهَةُ
كَارِهٍ، فَإِنَّ اللَّهَ بِحُكْمِهِ وَعَدْلِهِ وَقَصْدِهِ جَعَلَ الرَّوَحَ
وَالْفَرَجَ فِي الْيَقِينِ وَالرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحَزَنَ فِي
الشَّكِّ وَالسُّخْطِ»
"Diantara bentuk keyakinan adanya
engkau tidak membuat ridah manusia dengan kemurkaan Allah, dan engkau tidak
memuji seseorang atas apa yang Allah rezkikan kepadamu, dan tidak mencela
seseorang atas apa yang Allah
tidak berikan kepadamu. Karena sesungguhnya rezki Allah tidak diberikan karena
keinginan seseorang dan tidak ditahan karena kebencian seseorang. Dan
sesungguhnya Allah, dengan hikmahNya, keadilanNya, dan keinginanNya, Ia
menjadikan ketenangan dan jalan keluar pada sifat yakin dan ridha, dan
menjadikan kesusahan dan kesedihan pada sifat ragu dan murka".
Diantara tanda lemahnya iman:
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa dari kalian yang
melihat kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka
dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman". [Sahih Muslim]
Ø
Dari Sa'ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
" يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ، وَإِنْ كَانَ فِي
دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ " [مسند أحمد: حسن]
“Seseorang
dicoba sesuai kadar keimanannya, jika agamanya kuat maka akan ditambah
cobaannya, dan jika agamanya rendah maka akan diringankan cobaannya."
[Musnad Ahmad: Haditsnya Hasan]
6.
Memurnikan rasa takut hanya kepada Allah adalah termasuk
kewajiban.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَادْعُوهُ خَوْفًا
وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ} [الأعراف : 56]
Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [Al-A'raaf: 56]
{أَلَيْسَ اللَّهُ
بِكَافٍ عَبْدَهُ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ
اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ} [الزمر : 36]
Bukankah Allah cukup untuk melindungi
hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan)
yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun
pemberi petunjuk baginya. [Az-Zumar: 36]
7.
Adanya pahala bagi orang yang melakukannya.
Diantara ganjaran bagi orang yang
sennantiasa takut kepada Allah:
a)
Mendapatkan tempat dan
kehidupan yang baik di dunia.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ
بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ} [إبراهيم: 14]
Dan
Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang
demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap)
kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". [Ibrahim: 14]
b)
Aman dari rasa takut di
akhirat.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يُوفُونَ بِالنَّذْرِ
وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ
عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ
لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ
مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ
ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا
صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا} [الإنسان: 7 - 12]
Mereka
menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di
mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu
hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan
dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut
akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka
masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu,
dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia
memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan
(pakaian) sutera.
[Al-Insan: 7-12]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam meriwayatkan dari Tuhannya jalla wa’alaa berfirman:
«وَعِزَّتِي لَا أَجْمَعُ عَلَى
عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ». [صحيح ابن حبان]
“Demi
KeagunganKu, Aku tidak akan menggabungkan pada hambaKu dua ketakutan dan dua
keamanan, jika ia takut kepadaKu di dunia maka Aku berikan ia keamanan pada
hari kiamat, dan jika ia merasa aman dariKu di dunia maka Aku akan
menjadikannya ketakutan pada hari kiamat”. [Shahih Ibnu Hibban]
c)
Mendapatkan ampunan.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"أَسْرَفَ رَجُلٌ
عَلَى نَفْسِهِ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ أَوْصَى بَنِيهِ فَقَالَ: إِذَا
أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اسْحَقُونِي، ثُمَّ اذْرُونِي فِي الرِّيحِ فِي
الْبَحْرِ، فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبُنِي عَذَابًا مَا
عَذَّبَهُ بِهِ أَحَدًا، قَالَ فَفَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِلْأَرْضِ:
أَدِّي مَا أَخَذْتِ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ لَهُ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا
صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: مَخَافَتُكَ يَا رَبِّ! فَغَفَرَ لَهُ
بِذَلِكَ"
"Seorang
laki-laki telah melampui batas atas dirinya. Tatkala dia hendak meninggal, dia
berwasiat pada anaknya seraya berkata; 'Apabila aku mati, maka bakarlah aku
lalu buanglah aku, dan buanglah sebagiannya di laut. Demi Allah, jika Rabbku
mampu, pasti Dia akan menyiksaku dengan suatu siksaan yang tidak pernah
ditimpakan kepada seorangpun’.
Lalu
mereka melakukan wasiat tersebut. Kemudian Allah berfirman kepada bumi:
"Kumpulkan apa yang telah kamu ambil”,
Lalu
dia pun berdiri. Setelah itu Allah bertanya kepada orang tersebut: Kenapa kamu
melakukan hal tersebut?
Dia
menjawab; “Karena takut kepada-Mu wahai Rabbku”.
Karena
hal itu Allah mengampuninya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
d)
Mendapatkan surga di akhirat
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ جَنَّتَانِ} [الرحمن: 46]
Dan
bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46]
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40، 41]
Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi’at: 40-41]
8.
Adanya ancaman bagi orang yang meninggalkannya.
Umar
bin Khathab radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«أَمَارَةُ الْمُنَافِقِ الَّذِي
لا تَسُؤُهُ سَيِّئَتُهُ، وَلا تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ، إِنْ عَمِلَ خَيْرًا لَمْ يَرْجُو
مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الْخَيْرِ ثَوَابًا، وَإِنْ عَمِلَ شَرًّا لَمْ يَخَفْ مِنَ
اللَّهِ فِي ذَلِكَ الشَّرِّ عُقُوبَةً» [صفة
النفاق ونعت المنافقين لأبي نعيم: إسناده حسن]
“Tanda
seorang munafiq adalah orang yang tidak bersedih atas keburukannya, dan tidak
bergembira atas kebaikannya, jika ia beramal satu kebaikan ia tidak mengharap
pahala dari Allah atas kebaikannya itu, dan jika ia melakukan keburukan ia
tidak takut hukuman Allah atas keburukannya itu”. [Shifatun Nifaq karya Abu
Nu’aim: Sanadnya hasan]
Lihat: Sifat Al-Khauf; Takut hanya kepada Allah
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (31); Cinta kepada Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...