Rabu, 04 Agustus 2021

Kitab Ilmu bab 38; Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ إِثْمِ مَنْ كَذَبَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Bab: Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan keharaman berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membuat hadits palsu atau menyebarkannya tanpa ada penjelasan, dengan meriwayatkan 5 hadits dari Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin ‘Awwam, Anas bin Malik, Salamah bin Akwa’, dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

106 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْدِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مَنْصُورٌ [بن المعتمر]، قَالَ: سَمِعْتُ رِبْعِيَّ بْنَ حِرَاشٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَلِيًّا، يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَكْذِبُوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ»

Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Al-Ja'd, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Manshur [bin Al-Mu’tamir], ia berkata: Aku mendengar Rib'iy bin Hirasy berkata: Aku mendengar 'Ali berkata: "Nabi bersabda, "Janganlah kalian berdusta terhadapku (atas namaku), karena barangsiapa berduasta terhadapku dia akan masuk neraka."

B.     Hadits Az-Zubair bin ‘Awwam radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

107 - حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ [الطيالسي]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ: إِنِّي لاَ أَسْمَعُكَ تُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا يُحَدِّثُ فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ؟ قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ أُفَارِقْهُ، وَلَكِنْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid [Ath-Thayalisiy], iaberkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Jami' bin Syaddad, dari 'Amir bin 'Abdullah bin Az-Zubair, dari Bapaknya, ia berkata: "Aku berkata kepada Az-Zubair: "Aku tidak mendengar kamu membicarakan sesuatu dari Rasulullah sebagaimana orang-orang lain membicarakannya?" Az-Zubair menjawab, "Aku tidak pernah berpisah dengan beliau, aku mendengar beliau mengatakan, "Barangsiapa berdusta terhadapku maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di neraka."

C.     Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

108 - حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ [البصري]، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ [بن سعيد]، عَنْ عَبْدِ العَزِيزِ [بن صهيب]، قَالَ أَنَسٌ: إِنَّهُ لَيَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar [Al-Bashriy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits [bin Sa’id], dari 'Abdul 'Aziz [bin Shuhaib], ia berkata: Anas berkata: "Sesungguhnya yang mencegahku untuk menyampaikan kepada kalian banyak hadits adalah sabda Nabi , "Barangsiapa sengaja berdusta terhadapku (atas namaku), maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di neraka."

D.    Hadits Salamah bin Akwa’ radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

109 - حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»

Telah menceritakan kepada kami Makkiy bin Ibrahim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu 'Ubaid, dari Salamah, ia berkata: "Aku mendengar Nabi bersabda, "Barangsiapa berkata tentangku yang tidak pernah aku katakan, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di neraka."

Penjelasan singkat 4 hadits di atas:

1.      Biografi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Keistimewaan Ali bin Abi Thalib

2.      Biografi Az-Zubair bin ‘Awwam bin Khuwailid, Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Keistimewaan Az-Zubair bin 'Awwam

3.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

4.      Biografi Salamah bin Akwa’ radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

5.      Ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

a)      Menyiapkan tempatnya di neraka.

b)      Kedustaan yang paling besar.

Dari Watsilah bin Al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الفِرَى أَنْ يَدَّعِيَ الرَّجُلُ إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، أَوْ يُرِيَ عَيْنَهُ مَا لَمْ تَرَ، أَوْ يَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ يَقُلْ» [صحيح البخاري]

“Sesungguhnya diantara kedustaan yang paling besar adalah seseorang mengaku anak dari selain bapaknya, atau mengaku melihat sesuatu (dalam mimpi) apa yang tidak ia lihat, atau mengatakan sesuatu atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apa yang tidak dikatakannya” [Sahih Bukhari]

c)       Dampaknya lebih buruk karena akan merusak agama.

Dari Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama seseorang (selainku), barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka persiapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

d)      Berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, berarti berdusta atas nama Allah 'azza wa jalla.

Allah -subhanahu wata'aalaa- berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]

Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]

{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ} [الزمر: 60]

Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. [Az-Zumar: 60]

{قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى} [طه: 61]

Musa berkata kepada mereka (para pesihir), “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan. [Taha: 61]

6.      Hadits ini dihukumi mutawatir secara lafadz oleh ulama karena diriwayatkan dari beberapa sahabat dengan lafadz yang sama atau mendekati.

Lihat: Hadits larangan berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

7.      Menyebarkan hadits palsu tanpa menjelaskannya mendapatkan dosa yang sama dengan pemalsunya.

Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ» [مقدمة صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang menyampaikan satu hadits dariku dan ia mengetahui bahwa itu adalah kebohongan, maka ia adalah salah seorang pembohong". [Muqaddimah Sahih Muslim]

8.      Menyampaikan hadits lemah tanpa menjelaskan kelemahannya bisa termasuk dalam hadits ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [مقدمة صحيح مسلم]

“Cukuplah seseorang itu dikatakan telah melakukan kebohongan (kesalahan) jika ia menyampaikan semua yang ia dengar”. [Muqaddimah Sahih Muslim]

9.      Mengingkari hadits shahih termasuk dusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Lihat: Bagaimana menghukumi hadits

10.  Perintah berhati-hati dalam menyampaikan hadits.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ الْحَدِيثِ عَنِّي فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ فَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ صِدْقًا وَمَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]

“Janganlah kalian banyak meriwayatkan hadits dariku, barangsiapa yang berkata tentang aku maka katakanlah yang benar atau jujur, dan barangsiapa yang mengada-adakan perkataan tentang aku apa yang tidak aku katakan maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

11.  Diantara alasan sebagian sahabat yang sedikit meriwayatkan hadits adalah kehati-hatian yang tinggi dalam menyampaikan hadits.

Aslam - maula Umar bin Al-Khathab - berkata: Jika kami berkata kepada Umar: Sampaikanlah kepada kami hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku takut jika aku menambah satu huruf atau menguranginya, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

" مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَهُوَ فِي النَّارِ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka ia akan masuk dalam neraka”. [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Bukanlah yang mencegahku untuk menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena aku bukan sahabatnya yang paling kuat hafalannya, akan tetapi aku bersaksi bahwasanya aku pernah mendengarnya bersabda:

" مَنْ قَالَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ " [مسند أحمد: حسن]

“Barangsiapa yang mengatakan sesuatu atas namaku apa yang tidak pernah aku katakan, maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Musnad Ahmad: Hasan]

E.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

110 - حَدَّثَنَا مُوسَى [بن إسماعيل التبوذكي]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ [الوضّاح بن عبد الله اليَشكُري]، عَنْ أَبِي حَصِينٍ [عثمان بن عاصم الأسدي]، عَنْ أَبِي صَالِحٍ [ذكوان السمان]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلاَ تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»

Telah menceritakan kepada kami Musa [bin Islma’il At-Tabudzakiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah [Al-Wadhah bin Abdillah Al-Yasykuriy], dari Abu Hashin [‘Utsman bin ‘Ashim Al-Asadiy], dari Abu Shalih [Dzakwan As-Samaan], dari Abu Hurairah ia berkata: "Aku mendengar Nabi bersabda, "Berikanlah nama dengan namaku dan jangan dengan julukanku. Karena barangsiapa melihatku dalam mimpinya sungguh dia benar-benar telah melihatku, karena setan tidak sanggup menyerupai bentukku. Dan barangsiapa berdusta terhadapku, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya dalam neraka."

Penjelasan singkat hadits Abu Hurairah:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Anjuran memakai nama para Nabi ‘alaihimushalatu wassalam.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ، فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ» [صحيح مسلم]

“Telah dilahirkan untukku tadi malam seorang anak laki-laki, lalu kuberi ia nama dengan nama (bapak) bapaku Ibrahim”. [Sahih Muslim]

Ø  Abu Musa radhiyallahu ‘anhu berkata:

«وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ»

“Telah dilahirkan untukku anak laki-laki, lalu aku membawanya kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia memberinya nama Ibrahim”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Yusuf bin Abdillah bin Salam radhiyallahu ‘anhu berkata:

«سَمَّانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوسُفَ»

“Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam memberiku nama Yusuf". [Adab Al-Mufrad: Sahih]

Lihat: Nama sang "Buah Hati"

3.      Adakah keistimewaan khusus bagi orang yang bernama dengan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?

Tidak ada keutamaan khusus tentang pemberian nama tersebut sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang. Bahkan tidak sedikit yang menjadikannya sebagai sumber berkah dengan memulai namanya dengan Muhammad atau Ahmah seperti "Muhammad Fulan" atau "Ahmad Fulan".

Al-Ubbiy –rahimahullah- berkata: Tidak ada yang sahih tentang keutamaan memakai nama Muhammad satu hadits pun, bahkan Al-Hafidz Abu Al-Abbas Taqiyuddin Al-Harraniy berkata: Semua yang diriwayatkan dalam masalah ini adalah hadits palsu. [Lihat: "Tanziih Asy-Syari'ah" karya Ibnu 'Iraaq 1/174]

Lihat: Takhrij hadits; Keutamaan nama "Muhammad" dan "Ahmad"

4.      Diantara nama-nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jubair bin Muth'im radhiyallahu ‘anhu berkata; Aku mendengar Rasulullah bersabda:

«إِنَّ لِي أَسْمَاءً، أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا المَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الكُفْرَ، وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا العَاقِبُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al Mahi yang maknanya dengankulah Allah menghilangkan kekafiran. Aku juga adalah Al Hasyir, yang maknanya manusia dibangkitkan di atas telapak kakiku. Dan aku juga Al 'Aqib (Nabi terakhir)." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  'Atho' bin Yasar –rahimahullah- berkata; Aku bertemu dengan 'Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiallahu'anhuma lalu aku katakan, "Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah di dalam kitab At-Taurah?"

Dia berkata:

" أَجَلْ، وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي القُرْآنِ: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا} [الأحزاب: 45]، وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ المتَوَكِّلَ لَيْسَ بِفَظٍّ وَلاَ غَلِيظٍ، وَلاَ سَخَّابٍ فِي الأَسْوَاقِ، وَلاَ يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ " [صحيح البخاري]

"Baik. Demi Allah, sungguh beliau telah disebutkan dalam kitab At-Taurah sebagian dari sifat-sifat Beliau seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an {Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan} (Al-Ahzab: 45), menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak baca tulis). Engkau adalah hamba-Ku dan rasul-Ku, Aku memberimu nama Al-Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi memaafkan dan mengampuni”. [Shahih Bukhari]

Ø  Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah menyebutkan beberapa nama kepada kami yang merupakan nama beliau pribadi, sabdanya:

«أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَالْمُقَفِّي، وَالْحَاشِرُ، وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ، وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ» [صحيح مسلم]

"Aku bernama Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffa (yang mengikut kepada Nabi sebelumnya), Al-Hasyir, Nabiyyut-Taubah, dan Nabiyyur-Rahmah." [Shahih Muslim]

5.      Hukum berkuniah seperti kuniah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Larangan berkuniah dengan kuniah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya berlaku pada masa hidup beliau agar tidak terjadi kesalah-pahaman ketika dipanggil.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada di pasar, tiba-tiba seseorang berseru: Wahai Abu Al-Qaasim! Maka Rasulullah menoleh kepadanya (merasa dipanggil), dan orang itu berkata: Aku memanggil orang ini (bukang engkau)! Rasulullah pun bersabda:

«سَمُّوا بِاسْمِي وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي» [صحيح البخاري]

“Berilah nama dengan namaku dan jangan memakai kuniah dengan kuniahku!” [Sahih Bukhari]

Ø  Ali radhiallahu'anhu bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ وُلِدَ لِي مِنْ بَعْدِكَ، وَلَدٌ أُسَمِّيهِ بِاسْمِكَ وَأُكَنِّيهِ بِكُنْيَتِكَ؟ قَالَ: «نَعَمْ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Wahai Rasulullah, jika sepeninggalmu nanti aku mempunyai anak lagi maka aku akan memberi nama seperti namamu dan memberi julukan seperti julukanmu." Beliau menjawab, "Ya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

6.      Anjuran berkuniah.

Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepada Shuhaib radhiyallahu 'anhu; "Mengapa kamu di juluki dengan Abu Yahya? Sedangkan kamu tidak memiliki anak?"

Dia menjawab:

«كَنَّانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَبِي يَحْيَى» [سنن ابن ماجه: حسن]

"Rasulullah   memberi julukan kepadaku dengan Abu Yahya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Ø  Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Wahai Rasulullah, semua istrimu memiliki kuniah kecuali aku?

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«اكْتَنِي أَنْتِ أُمَّ عَبْدِ اللَّهِ» فَكَانَ يُقَالُ لَهَا: أُمُّ عَبْدِ اللَّهِ حَتَّى مَاتَتْ، وَلَمْ تَلِدْ قَطُّ [مسند أحمد: صحيح]

“Berkuniahlah kamu dengan Ummu Abdillah”

Maka ia dipanggil dengan Ummu Abdillah sampai wafat, dan ia tidak melahirkan sama sekali. [Musnad Ahmad: Sahih]

7.      Keutamaan berminpi ketemu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

" إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ، فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ " [صحيح مسلم]

"Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling benar diantara kalian adalah mimpinya seseorang yang selalu berbicara jujur. Mimpi seorang muslim adalah bagian dari empat puluh lima macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari setan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayalan seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain." [Shahih Muslim]

8.      Setan tidak mampu menyerupai wujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tapi setan bisa saja berdusta mengaku sebagai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seseorang dalam mimpinya.

Lihat: Sifat Iblis dan Syaitan dalam Al-Qur'an

9.      Larangan berdusta melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mimpi.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ» [صحيح البخاري]

“Siapa yang mengaku bermimpi dengan satu mimpi yang ia tidak lihat maka ia akan dibebankan untuk mengikat dua gandum, dan ia tidak akan bisa melakukannya”. [Shahih Bukhari]

Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 37; Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...