بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ إِثْمِ مَنْ كَذَبَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Bab: Dosa orang yang berdusta atas nama
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
keharaman berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
membuat hadits palsu atau menyebarkannya tanpa ada penjelasan, dengan meriwayatkan
5 hadits dari Ali bin Abi Thalib, Az-Zubair bin ‘Awwam, Anas
bin Malik, Salamah bin Akwa’, dan Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhum.
A. Hadits
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
106 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْدِ،
قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مَنْصُورٌ [بن المعتمر]، قَالَ:
سَمِعْتُ رِبْعِيَّ بْنَ حِرَاشٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَلِيًّا، يَقُولُ: قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَكْذِبُوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ»
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Al-Ja'd,
ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah
mengabarkan kepadaku Manshur [bin Al-Mu’tamir], ia berkata: Aku mendengar Rib'iy
bin Hirasy berkata: Aku mendengar 'Ali berkata: "Nabi ﷺ bersabda, "Janganlah kalian berdusta
terhadapku (atas namaku), karena barangsiapa berduasta terhadapku dia akan
masuk neraka."
B. Hadits
Az-Zubair bin ‘Awwam radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
107 - حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ [الطيالسي]،
قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ:
إِنِّي لاَ أَسْمَعُكَ تُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَا يُحَدِّثُ فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ؟ قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ أُفَارِقْهُ،
وَلَكِنْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid
[Ath-Thayalisiy], iaberkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Jami'
bin Syaddad, dari 'Amir bin 'Abdullah bin Az-Zubair, dari Bapaknya, ia berkata:
"Aku berkata kepada Az-Zubair: "Aku tidak mendengar kamu
membicarakan sesuatu dari Rasulullah ﷺ
sebagaimana orang-orang lain membicarakannya?" Az-Zubair menjawab,
"Aku tidak pernah berpisah dengan beliau, aku mendengar beliau mengatakan,
"Barangsiapa berdusta terhadapku maka hendaklah ia persiapkan tempat
duduknya di neraka."
C. Hadits
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
108 - حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ [البصري]،
قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ [بن سعيد]، عَنْ عَبْدِ العَزِيزِ [بن صهيب]،
قَالَ أَنَسٌ: إِنَّهُ لَيَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ
كَذِبًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar
[Al-Bashriy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Warits [bin
Sa’id], dari 'Abdul 'Aziz [bin Shuhaib], ia berkata: Anas berkata:
"Sesungguhnya yang mencegahku untuk menyampaikan kepada kalian banyak
hadits adalah sabda Nabi ﷺ, "Barangsiapa
sengaja berdusta terhadapku (atas namaku), maka hendaklah ia persiapkan tempat
duduknya di neraka."
D. Hadits
Salamah bin Akwa’ radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
109 - حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ،
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ
يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
Telah menceritakan kepada kami Makkiy bin
Ibrahim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu 'Ubaid, dari Salamah,
ia berkata: "Aku mendengar Nabi ﷺ
bersabda, "Barangsiapa berkata tentangku yang tidak pernah aku katakan,
maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya di neraka."
Penjelasan singkat 4
hadits di atas:
1. Biografi Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Ali bin Abi Thalib
2. Biografi
Az-Zubair bin ‘Awwam bin Khuwailid, Abu Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Az-Zubair bin 'Awwam
3. Biografi
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
4. Biografi
Salamah bin Akwa’ radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
5. Ancaman bagi
orang yang berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
a) Menyiapkan
tempatnya di neraka.
b) Kedustaan
yang paling besar.
Dari Watsilah
bin Al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ
الفِرَى أَنْ يَدَّعِيَ الرَّجُلُ إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، أَوْ يُرِيَ عَيْنَهُ مَا
لَمْ تَرَ، أَوْ يَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا
لَمْ يَقُلْ» [صحيح البخاري]
“Sesungguhnya
diantara kedustaan yang paling besar adalah seseorang mengaku anak dari selain
bapaknya, atau mengaku melihat sesuatu (dalam mimpi) apa yang tidak ia lihat,
atau mengatakan sesuatu atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
apa yang tidak dikatakannya” [Sahih Bukhari]
c) Dampaknya
lebih buruk karena akan merusak agama.
Dari Al-Mugirah
bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى
أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya
berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama seseorang (selainku),
barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka persiapkanlah tempat
duduknya dari api neraka”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
d)
Berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, berarti berdusta atas nama
Allah 'azza wa jalla.
Allah
-subhanahu wata'aalaa- berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا
يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]
Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]
{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ
كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ} [الزمر: 60]
Dan
pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap
Allah, mukanya menjadi hitam.
[Az-Zumar: 60]
{قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا
تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ
افْتَرَى} [طه: 61]
Musa berkata kepada mereka (para pesihir),
“Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti
Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan
kedustaan. [Taha: 61]
6. Hadits ini
dihukumi mutawatir secara lafadz oleh ulama karena diriwayatkan dari beberapa
sahabat dengan lafadz yang sama atau mendekati.
Lihat:
Hadits larangan berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
7. Menyebarkan
hadits palsu tanpa menjelaskannya mendapatkan dosa yang sama dengan pemalsunya.
Dari Samurah
bin Jundab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ
الْكَاذِبِينَ» [مقدمة صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menyampaikan satu hadits dariku dan ia mengetahui bahwa
itu adalah kebohongan, maka ia adalah salah seorang pembohong".
[Muqaddimah Sahih Muslim]
8. Menyampaikan
hadits lemah tanpa menjelaskan kelemahannya bisa termasuk dalam hadits ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«كَفَى بِالْمَرْءِ
كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [مقدمة صحيح مسلم]
“Cukuplah seseorang itu dikatakan telah
melakukan kebohongan (kesalahan) jika ia menyampaikan semua yang ia dengar”.
[Muqaddimah Sahih Muslim]
9. Mengingkari
hadits shahih termasuk dusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Lihat:
Bagaimana menghukumi hadits
10. Perintah
berhati-hati dalam menyampaikan hadits.
Dari Abu Qatadah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ
الْحَدِيثِ عَنِّي فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ فَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ صِدْقًا وَمَنْ تَقَوَّلَ
عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Janganlah kalian banyak meriwayatkan
hadits dariku, barangsiapa yang berkata tentang aku maka katakanlah yang benar
atau jujur, dan barangsiapa yang mengada-adakan perkataan tentang aku apa yang
tidak aku katakan maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sunan Ibnu
Majah: Hasan]
11. Diantara
alasan sebagian sahabat yang sedikit meriwayatkan hadits adalah kehati-hatian
yang tinggi dalam menyampaikan hadits.
Aslam - maula Umar bin Al-Khathab -
berkata: Jika kami berkata kepada Umar: Sampaikanlah kepada kami hadits dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!
Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata: Aku takut jika aku menambah satu huruf atau menguranginya,
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
" مَنْ كَذَبَ
عَلَيَّ فَهُوَ فِي النَّارِ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka
ia akan masuk dalam neraka”. [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata:
Bukanlah yang mencegahku untuk menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam karena aku bukan sahabatnya yang paling kuat hafalannya,
akan tetapi aku bersaksi bahwasanya aku pernah mendengarnya bersabda:
" مَنْ قَالَ
عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ " [مسند أحمد: حسن]
“Barangsiapa yang mengatakan sesuatu atas
namaku apa yang tidak pernah aku katakan, maka siapkanlah tempat duduknya dari
api neraka”. [Musnad Ahmad: Hasan]
E. Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
110 - حَدَّثَنَا مُوسَى [بن إسماعيل
التبوذكي]، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ [الوضّاح بن عبد الله اليَشكُري]، عَنْ أَبِي حَصِينٍ [عثمان بن عاصم الأسدي]، عَنْ أَبِي صَالِحٍ [ذكوان السمان]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلاَ
تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ
الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
Telah menceritakan kepada kami Musa [bin
Islma’il At-Tabudzakiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah
[Al-Wadhah bin Abdillah Al-Yasykuriy], dari Abu Hashin [‘Utsman bin ‘Ashim Al-Asadiy],
dari Abu Shalih [Dzakwan As-Samaan], dari Abu Hurairah ia berkata:
"Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda,
"Berikanlah nama dengan namaku dan jangan dengan julukanku. Karena
barangsiapa melihatku dalam mimpinya sungguh dia benar-benar telah melihatku,
karena setan tidak sanggup menyerupai bentukku. Dan barangsiapa berdusta
terhadapku, maka hendaklah ia persiapkan tempat duduknya dalam neraka."
Penjelasan singkat
hadits Abu Hurairah:
1. Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Anjuran
memakai nama para Nabi ‘alaihimushalatu wassalam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ، فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ»
[صحيح مسلم]
“Telah dilahirkan untukku tadi malam seorang anak laki-laki,
lalu kuberi ia nama dengan nama (bapak) bapaku Ibrahim”. [Sahih Muslim]
Ø Abu Musa radhiyallahu
‘anhu berkata:
«وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ»
“Telah dilahirkan untukku anak laki-laki, lalu aku membawanya
kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, lalu ia memberinya nama
Ibrahim”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Yusuf bin
Abdillah bin Salam radhiyallahu ‘anhu berkata:
«سَمَّانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُوسُفَ»
“Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam memberiku nama
Yusuf". [Adab Al-Mufrad: Sahih]
Lihat: Nama
sang "Buah Hati"
3. Adakah
keistimewaan khusus bagi orang yang bernama dengan nama Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam?
Tidak ada keutamaan khusus tentang pemberian nama tersebut sebagaimana
yang diyakini oleh kebanyakan orang. Bahkan tidak sedikit yang menjadikannya
sebagai sumber berkah dengan memulai namanya dengan Muhammad atau Ahmah seperti
"Muhammad Fulan" atau "Ahmad Fulan".
Al-Ubbiy –rahimahullah- berkata: Tidak
ada yang sahih tentang keutamaan memakai nama Muhammad satu hadits pun, bahkan
Al-Hafidz Abu Al-Abbas Taqiyuddin Al-Harraniy berkata: Semua yang diriwayatkan
dalam masalah ini adalah hadits palsu. [Lihat: "Tanziih Asy-Syari'ah"
karya Ibnu 'Iraaq 1/174]
Lihat: Takhrij hadits; Keutamaan nama "Muhammad" dan "Ahmad"
4. Diantara
nama-nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jubair
bin Muth'im radhiyallahu
‘anhu berkata; Aku mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ
لِي أَسْمَاءً، أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا المَاحِي الَّذِي
يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الكُفْرَ، وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ
عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا العَاقِبُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya
aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al Mahi yang maknanya
dengankulah Allah menghilangkan kekafiran. Aku juga adalah Al Hasyir, yang
maknanya manusia dibangkitkan di atas telapak kakiku. Dan aku juga Al 'Aqib
(Nabi terakhir)." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
'Atho' bin Yasar –rahimahullah- berkata; Aku bertemu dengan 'Abdullah
bin 'Amru bin Al-'Ash radhiallahu'anhuma lalu aku katakan,
"Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah ﷺ di dalam kitab At-Taurah?"
Dia
berkata:
"
أَجَلْ، وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي
القُرْآنِ: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا
وَنَذِيرًا} [الأحزاب: 45]، وَحِرْزًا
لِلْأُمِّيِّينَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ المتَوَكِّلَ لَيْسَ
بِفَظٍّ وَلاَ غَلِيظٍ، وَلاَ سَخَّابٍ فِي الأَسْوَاقِ، وَلاَ يَدْفَعُ
بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ " [صحيح البخاري]
"Baik.
Demi Allah, sungguh beliau telah disebutkan dalam kitab At-Taurah sebagian dari
sifat-sifat Beliau seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an {Wahai Nabi,
sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan} (Al-Ahzab: 45), menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak
baca tulis). Engkau adalah hamba-Ku dan rasul-Ku, Aku memberimu nama
Al-Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka
berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi
memaafkan dan mengampuni”. [Shahih Bukhari]
Ø
Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu
‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ menyebutkan beberapa nama kepada kami yang
merupakan nama beliau pribadi, sabdanya:
«أَنَا
مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَالْمُقَفِّي، وَالْحَاشِرُ، وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ،
وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ» [صحيح مسلم]
"Aku
bernama Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffa (yang mengikut kepada Nabi sebelumnya),
Al-Hasyir, Nabiyyut-Taubah, dan Nabiyyur-Rahmah." [Shahih Muslim]
5. Hukum
berkuniah seperti kuniah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Larangan
berkuniah dengan kuniah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya berlaku
pada masa hidup beliau agar tidak terjadi kesalah-pahaman ketika dipanggil.
Anas
bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata: Suatu hari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berada di pasar, tiba-tiba seseorang berseru: Wahai Abu
Al-Qaasim! Maka Rasulullah menoleh kepadanya (merasa dipanggil), dan orang itu berkata: Aku memanggil orang ini (bukang
engkau)! Rasulullah pun bersabda:
«سَمُّوا بِاسْمِي وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي» [صحيح
البخاري]
“Berilah
nama dengan namaku dan jangan memakai kuniah dengan kuniahku!” [Sahih Bukhari]
Ø
Ali radhiallahu'anhu
bertanya:
يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنْ وُلِدَ لِي مِنْ بَعْدِكَ، وَلَدٌ أُسَمِّيهِ بِاسْمِكَ
وَأُكَنِّيهِ بِكُنْيَتِكَ؟ قَالَ: «نَعَمْ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Wahai
Rasulullah, jika sepeninggalmu nanti aku mempunyai anak lagi maka aku akan
memberi nama seperti namamu dan memberi julukan seperti julukanmu." Beliau
menjawab, "Ya." [Sunan Abi Daud: Shahih]
6. Anjuran
berkuniah.
Umar radhiyallahu
'anhu berkata kepada Shuhaib radhiyallahu 'anhu;
"Mengapa kamu di juluki dengan Abu Yahya? Sedangkan kamu tidak memiliki
anak?"
Dia
menjawab:
«كَنَّانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَبِي
يَحْيَى» [سنن ابن ماجه: حسن]
"Rasulullah ﷺ memberi julukan kepadaku dengan Abu
Yahya." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø
Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata: Wahai Rasulullah,
semua istrimu memiliki kuniah kecuali aku?
Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«اكْتَنِي أَنْتِ أُمَّ عَبْدِ اللَّهِ» فَكَانَ
يُقَالُ لَهَا: أُمُّ عَبْدِ اللَّهِ حَتَّى مَاتَتْ، وَلَمْ تَلِدْ قَطُّ [مسند أحمد: صحيح]
“Berkuniahlah
kamu dengan Ummu Abdillah”
Maka
ia dipanggil dengan Ummu Abdillah sampai wafat, dan ia tidak melahirkan sama
sekali. [Musnad Ahmad: Sahih]
7. Keutamaan
berminpi ketemu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
" إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ
تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ
حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ
النُّبُوَّةِ، وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ
اللهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ
الْمَرْءُ نَفْسَهُ، فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ
فَلْيُصَلِّ، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ " [صحيح مسلم]
"Apabila
hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak
benar. Dan mimpi yang paling benar diantara kalian adalah mimpinya seseorang
yang selalu berbicara jujur. Mimpi seorang muslim adalah bagian dari empat
puluh lima macam Nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang
baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau
menyedihkan, datangnya dari setan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi
angan-angan, atau khayalan seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak
kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada
orang lain." [Shahih Muslim]
8. Setan tidak
mampu menyerupai wujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tapi
setan bisa saja berdusta mengaku sebagai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada seseorang dalam mimpinya.
Lihat: Sifat Iblis dan Syaitan dalam Al-Qur'an
9. Larangan
berdusta melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mimpi.
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma; Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ
لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ» [صحيح البخاري]
“Siapa yang mengaku bermimpi dengan satu
mimpi yang ia tidak lihat maka ia akan dibebankan untuk mengikat dua gandum,
dan ia tidak akan bisa melakukannya”. [Shahih Bukhari]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 37; Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...