Kamis, 02 September 2021

Kitab Ilmu bab 42; Menghafal ilmu

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ حِفْظِ العِلْمِ

“Bab: Menghafal ilmu”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan pentingnya menghafalkan ilmu yang diterima agar mudah diamalkan dan diajarkan setiap saat, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadits pertama; Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

118 - حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [الأويسي]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: " إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو:  {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (159) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 159، 160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ "

Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah [Al-Uwaisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Ibnu Syihab, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya orang-orang mengatakan, "Abu Hurairah paling banyak (menyampaikan hadits dari Rasulullah )”, kalau bukan karena dua ayat dalam kitabullah aku tidak akan menyampaikannya." Lalu dia membaca ayat: {Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur'an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat, kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang} [Al-Baqarah: 159-160]. Sesungguhnya saudara-saudara kita dari kalangan Muhajirin, mereka disibukkan dengan perdagangan di pasar-pasar, dan saudara-saudara kita dari kalangan Anshar, mereka disibukkan dengan pekerjaan mereka dalam mengurus harta mereka (pertanian). sementara Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah dalam keadaan lapar, ia selalu hadir saat orang-orang tidak bisa hadir, dan ia dapat menghafal saat orang-orang tidak bisa menghafalnya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Keistimewaan Abu Hurairah yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ibnu Umar berkata kepada Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhum-:

«يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْتَ كُنْتَ أَلْزَمَنَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْفَظَنَا لِحَدِيثِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Wahai Abu Hurairah, kamu adalah orang yang paling banyak menetap bersama Rasulullah daripada kami dan kamu adalah orang yang paling banyak hafal hadits-hadits beliau daripada kami."

Ø  Malik bin Abu 'Amir –rahimahullah- berkata; Seorang laki-laki datang menemui Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu seraya berkata:

يَا أَبَا مُحَمَّدٍ أَرَأَيْتَ هَذَا اليَمَانِيَّ - يَعْنِي أَبَا هُرَيْرَةَ - أَهُوَ أَعْلَمُ بِحَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْكُمْ؟ نَسْمَعُ مِنْهُ مَا لَا نَسْمَعُ مِنْكُمْ، أَوْ يَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ يَقُلْ. قَالَ: «أَمَّا أَنْ يَكُونَ سَمِعَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ نَسْمَعْ عَنْهُ، وَذَاكَ أَنَّهُ كَانَ مِسْكِينًا لَا شَيْءَ لَهُ ضَيْفًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَدُهُ مَعَ يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكُنَّا نَحْنُ أَهْلَ بُيُوتَاتٍ وَغِنًى، وَكُنَّا نَأْتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، لَا أَشُكُّ إِلَّا أَنَّهُ سَمِعَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ نَسْمَعْ، وَلَا تَجِدُ أَحَدًا فِيهِ خَيْرٌ يَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ يَقُلْ» [سنن الترمذي: حسن]

"Wahai Abu Muhammad, apakah Anda tahu orang dari Yaman ini -maksudnya Abu Hurairah-, apakah dia lebih mengetahui tentang hadits Rasulullah daripada kalian? Karena kami telah mendengar darinya apa yang belum pernah kami mendengarnya dari kalian, atau dia cuma mengatakan atas nama Rasulullah sesuatu yang belum pernah beliau sabdakan." Thalhah berkata, "Adapun perkataannya, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah terhadap sesuatu yang belum pernah kami dengar, maka aku tidak ragu lagi akan hal itu, bahwa dia memang mendengar Rasulullah sesuatu yang belum pernah kami dengar, sebab dia adalah orang miskin yang tidak memiliki sesuatu, dia sebagai tamu Rasulullah . tangannya selalu menyertai tangan Rasulullah , sedangkan kami memiliki rumah-rumah dan selalu kecukupan, kami datang kepada Rasulullah hanya di awal dan di akhir siang, maka aku tidak ragu lagi bila dia mendengar sesuatu dari Rasulullah apa yang tidak kami dengar, dan kami juga tidak pernah mendapati seseorang yang memiliki kebaikan, yang berkata atas nama Rasulullah terhadap sesuatu yang tidak beliau katakan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang paling banyak dalam meriwayatkan hadits, sekitar 5374 hadits.

3.      Semangat Abu Hurairah dalam menuntut ilmu.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Ya Rasulullah .. siapakah yang paling bahagia dengan syafa'atmu di hari kiamat?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

«لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ. أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ» [صحيح البخاري]

“Sudah kuduga wahai Abu Hurairah kalau tidak ada yang menanyakan hadits ini sebelum engkau, karena kulihat semangatmu dalam menerima hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku di hari kiamat adalah orang yang mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dengan ikhlas dari dirinya”. [Sahih Bukhari]

4.      Kesibukan dunia, sedikit-banyaknya akan menghalangi seorang dari menuntut ilmu.

Lihat: Kitab Ilmu bab 27; Bergantian mencari ilmu

5.      Boleh menyibukkan diri dengan ilmu dan tidak mencari nafkah, selama tidak ada kewajiban menafkahi keluarga.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ada dua orang bersaudara di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seorang dari mereka mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (menuntut ilmu) dan yang lainnya mencari nafkah. Maka yang mencari nafkah mengadukan saudaranya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi bersabda:

«لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Semoga engkau mendapat rezki karenanya". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

6.      Keutamaan mencari nafkah.

Dari Al-Miqdam bin Ma'diikariib radhiyallahul 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ، فَهُوَ صَدَقَةٌ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Tidak ada yang diperoleh seseorang lebih baik dari hasil kerjanya, dan apa yang dinafkahkan oleh seseorang untuk dirinya, keluarga, anak, dan pembantunya adalah sedekah". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahul 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ سَعَى مُكَاثِرًا فَفِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ» [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]

"  Barangsiapa yang mencari nafkah untuk kedua orang tuanya maka ia berada di jalan Allah, barangsiapa yang mencari nafkah untuk keluarganya (istri dan anak) maka ia berada di jalan Allah, dan barangsiapa yang mencari nafkah untuk memperbanyak harta maka ia berada di jalan setan dan sekutunya". [Al-Mu'jam Al-Ausath: Hasan]

7.      Jangan sampai kesibukan mencari nafkah melalaikan dari agama.

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

Jika kamu berdagang dengan cara Al-'Inah (jual beli riba), sibuk dengan ternak sapi, puas dengan pertanian, hingga kamu meninggalkan jihad, maka Allah akan mendatangkan kepadamu kehinaan, Allah tidak menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Hadits kedua; Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

119 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ أَبُو مُصْعَبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ [محمد بن عبد الرحمن بن المغيرة بن الحارث] ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ؟ قَالَ: «ابْسُطْ رِدَاءَكَ» فَبَسَطْتُهُ، قَالَ: فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «ضُمَّهُ» فَضَمَمْتُهُ، فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ قَالَ: حَدَّثَنَا [محمد بن إسماعيل] ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ بِهَذَا، أَوْ قَالَ: "غَرَفَ بِيَدِهِ فِيهِ"

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abu Bakr Abu Mush'ab, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim bin Dinar, dari [Muhammad bin Abdirrahman bin Al-Mugirah bin Al-Harits] Ibnu Abi Dzi'b, dari Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata: Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah mendengar dari tuan banyak hadits namun aku lupa. Beliau lalu bersabda, "Hamparkanlah selendangmu." Maka aku menghamparkannya, beliau lalu (seolah) menciduk sesuatu dengan tangannya, lalu bersabda, "Ambillah." Aku pun mengambilnya, maka sejak itu aku tidak pernah lupa lagi."

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isma’il] Ibnu Abi Fudaik dengan redaksi seperti ini, atau dia berkata, "Menuangkan dengan tangannya ke dalamnya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Mu’jizat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lihat: Mu'jizat Nabi Muhammad

2)      Do’a seorang guru untuk anak didiknya agar diberikan kekuatan hafalan.

Dari Ubai bin Ka'b radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:

«يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»

“Wahai Abu Al-Mudzir, tahukah kamu ayat apa dalam Al-Qur'an yang kamu hafal yang paling mulia?”

Ubay menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!

Rasulullah bertanya lagi:

«يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟»

“Wahai Abu Al-Mudzir, tahukah kamu ayat apa dalam Al-Qur'an yang kamu hafal yang paling mulia?”

Ubaiy menjawab:

{اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} [البقرة: 255]

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). [Al-Baqarah: 255]

Ubai berkata: Lalu Rasulullah menepuk dadaku dan berkata:

«وَاللهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ» [صحيح مسلم]

“Demi Allah, semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Al-Mundzir!" [Sahih Muslim]

3)      Diantara yang bisa menguatkan hafalan adalah meninggalkan maksiat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [المائدة: 13]

"Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya*, dan mereka lupa sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya". [Al-Maidah:13]

*Maksudnya: Merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

Ø  Imam Malik rahimahullah ditanya: Wahai Abu Abdillah, apakah ada sesuatu yang baik untuk menguatkan hafalan?

Imam Malaik menjawab:

"إن كان يصلح له شيء ، فترك المعاصي" [معجم ابن المقرئ]

"Jika ada sesuatu yang baik untuk menguatkan hafalan maka itu adalah dengan meninggalkan maksiat". [Mu'jam Ibnu Al-Muqri']

Lihat: Bagaimana cara menuntut ilmu?

Hadits ketiga; Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

120 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [ابن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي أَخِي [أبو بكر بن عبد الحميد]، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: " حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَاءَيْنِ: فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا البُلْعُومُ "

Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku saudaraku [Abu Bakr bin Abdil Hamid], dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata: "Aku menyimpan ilmu (hadits) dari Rasulullah pada dua wadah. Yang satu aku sebarkan dan sampaikan, yang satu lagi sekiranya aku sampaikan maka akan terputuslah tenggorokan ini."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Kedalaman pemahaman Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

2.      Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- menghafal dua jenis hadits dari Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-:

Pertama: Tentang hukum syar’i yang wajib disampaikan.

Kedua: Tentang fitnah akhir zaman, nama-nama orang yang dzalim dan munafiq, jika ia sampaikan maka pasti akan dibunuh.

3.      Tidak semua ilmu yang dimiliki bisa disampaikan kepada siapa saja.

Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata: Sambil berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kedua sandalnya kepadaku: 

«اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّة»

'Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.' 

Dan kebetulan orang yang pertama kali bertemu denganku ialah Umar -radhiyallahu 'anhu-, maka iapun bertanya, 'Ada apa dengan kedua sandal itu wahai Abu Hurairah? ' 

Aku menjawab, 'Ini adalah kedua sandal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyuruhku untuk membawanya dan menyampaikan kabar gembira surga kepada orang yang pertama kali bertemu denganku sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan ia menyakininya dengan hatinya.' 

Maka Umar pun memukulku dengan tangannya tepat di tengah-tengah dadaku (ulu hati) hingga aku jatuh duduk, lalu berkata, 'Kembalilah wahai Abu Hurairah! ' 

Maka akupun kembali menemui Rasulullah dengan wajah menahan tangis, dan ternyata Umar saat itu juga mengikutiku. Seketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah? ' 

Aku menjawab, 'Aku telah bertemu dengan Umar, lalu aku kabarkan kepadanya mengenai apa yang telah engkau perintahkan kepadaku namun tiba-tiba ia memukulku dengan keras tepat di ulu hatiku hingga aku jatuh lunglai, setelah itu dia berkata, 'Kembalilah!'

Maka Rasul pun berkata, 'Wahai Umar, kenapa kamu berbuat demikian?' Umar menjawab, 'Wahai Rasulullah, apa benar engkau telah  mengutus Abu Hurairah dengan kedua sandalmu itu dan menyuruhnya memberi kabar gembira dengan surga bagi orang yang pertama kali ditemuinya sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dengan keyakinan yang mantap dalam hatinya? ' Beliau menjawab: 'Ya, benar.' 

Umar berkata:

"فَلَا تَفْعَلْ، فَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَتَّكِلَ النَّاسُ عَلَيْهَا فَخَلِّهِمْ يَعْمَلُونَ"

'Sebaiknya engkau tidak berbuat demikian wahai Rasulullah, karena sesungguhnya aku sangat khawatir kalau-kalau manusia akan bergantung padanya, dan biarkanlah mereka melaksanakan amalan-amalan yang baik.' 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata (kepada Abu Hurairah): 'Biarkanlah mereka (tidak mengetahui hadits ini) '." [Shahih Muslim]

Ø  Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata: 

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال:َ «يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه،ِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ِ» قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا». فَقُلْت:ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟َ قَال:َ «لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?"

Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu".

Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".

Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"

Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu berkata:

«حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ، أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ» [صحيح البخاري]

Sampaikanlah kepada orang-orang apa yang bisa ia pahami, sukakah kalian jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?!" [Sahih Bukhari]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu berkata:

«مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لَا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً» [صحيح مسلم]

Tidaklah kamu menyampaikan sesuatu kepada satu kaum yang belum bisa mereka pahami kecuali hal itu akan menjadi fitnah (cobaan dan masalah) bagi sebagian mereka". [Sahih Muslim]

Lihat: Hadits Mu'adz; Hak Allah atas hamba-Nya

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 40 dan 41; Menyampaikan dan menimba ilmu di malam hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...