بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
43.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الإِنْصَاتِ لِلْعُلَمَاءِ
“Bab: Konsentrasi menyimak ulama”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan
tentang pentingnya konsentrasi (diam mendengarkan) penyampaian ilmu yang
dipaparkan seorang ulama agar ilmu tersebut bisa dipahami dengan baik dan ulama
juga bisa menyampaikan dengan baik. Sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam hadits Jarir radhiyallahu 'anhu, beliau memerintahkan shabatnya untuk diam
ketika ingin menyampaikan seseuatu, dan sahabatnya pun senantiasa diam dengan
tenang menyimak ketika beliau menyampaikan.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
121 - حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ [بن منهال]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَلِيُّ
بْنُ مُدْرِكٍ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ جَرِيرٍ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ: «اسْتَنْصِتِ
النَّاسَ» فَقَالَ: «لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ
رِقَابَ بَعْضٍ»
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj [bin
Minhal], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah
menceritakan kepadaku 'Ali bin Mudrik, dari Abu Zur'ah bin 'Amru, dari Jarir,
bahwa Nabi ﷺ bersabda kepadanya
saat beliau diminta untuk memberi nasihat kepada orang-orang waktu haji wada', Perintahkan
agar semua orang diam!, Kemudian beliau bersabda "Janganlah kalian kembali
menjadi kafir, sehingga kalian saling membunuh satu sama lain."
Hadits ini diriwayatkan juga oleh imam
Bukhari dari beberapa sahabat lainnya:
a)
Abu Bakrah radhiyallahu
‘anhu; Lihat: Kitab Ilmu bab 9; Bisa jadi orang yang hanya mendapat penyampaian lebih paham dibanding orang yang mendengar langsung
b)
Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma; Lihat: Kitab Ilmu bab 30; Orang yang mengulangi ucapan tiga kali agar dapat dipahami
c)
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma; Lihat: Kitab Ilmu bab 37; Orang yang hadir hendaklah menyampaikan ilmu kepada yang tidak hadir
Penjelasan singkat hadit sini:
1.
Biografi Jarir bin Abdillah bin Jabir, Abu Umar Al-Yamaniy Al-Bajaliy
radhiyallahu ‘anhu.
Beliau masuk Islam pada tahun 10 hijriyah
di bulan Ramadhan. Beliau wafat tahun 51 hijriyah. Diantara keistimewaannya:
a)
Mendapatkan pujian dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Jarir radhiallahu'anhu mengatakan:
لَمَّا دَنَوْتُ مِنَ الْمَدِينَةِ
أَنَخْتُ رَاحِلَتِي، ثُمَّ حَلَلْتُ عَيْبَتِي، ثُمَّ لَبِسْتُ حُلَّتِي، ثُمَّ
دَخَلْتُ، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ،
فَرَمَانِي النَّاسُ بِالْحَدَقِ، فَقُلْتُ لِجَلِيسِي: يَا عَبْدَ اللَّهِ،
ذَكَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: نَعَمْ،
ذَكَرَكَ آنِفًا بِأَحْسَنِ ذِكْرٍ، فَبَيْنَا هُوَ يَخْطُبُ إِذْ عَرَضَ لَهُ فِي
خُطْبَتِهِ وَقَالَ: «يَدْخُلُ عَلَيْكُمْ مِنْ هَذَا الْبَابِ، أَوْ مِنْ هَذَا
الْفَجِّ، مِنْ خَيْرِ ذِي يَمَنٍ، إِلَّا أَنَّ عَلَى وَجْهِهِ مَسْحَةَ مَلَكٍ»
قَالَ جَرِيرٌ: «فَحَمِدْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى مَا أَبْلَانِي» [مسند أحمد: صحيح]
Ketika aku mendekati Madinah, aku derumkan
hewan tungganganku, kulepaskan orang kepercayaanku dan aku pakai kemeja dan
celanaku, kemudian aku masuk. Tak tahunya Rasulullah ﷺ
sedang menyampaikan pidato sehingga para sahabat menatapku dengan tajam. Aku
katakan kepada kawan dudukku: 'Wahai Abdullah, apakah Rasulullah ﷺ menyebut-nyebutku? "Iya"
Jawabnya. Tadi rasul menyebut-nyebut namamu dengan sebutan-sebutan terbaiknya.
Ketika beliau menyampaikan khutbahnya, dalam khutbahnya beliau menyela
"Akan menemui kalian dari pintu ini sebaik-baik orang yang mendapatkan barakah,
selain di wajahnya ada ciri-ciri malaikat”. Kata Jarir, maka aku memuji Allah 'Azza
wa Jalla atas segala pujian yang kutemui. [Musnad Ahmad: Shahih]
b)
Mendapatkan do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Jarir radhiallahu'anhu berkata; Rasulullah ﷺ berkata kepadaku:
«أَلاَ تُرِيحُنِي مِنْ
ذِي الخَلَصَةِ» فَقُلْتُ: بَلَى، فَانْطَلَقْتُ فِي خَمْسِينَ وَمِائَةِ فَارِسٍ
مِنْ أَحْمَسَ، وَكَانُوا أَصْحَابَ خَيْلٍ، وَكُنْتُ لاَ أَثْبُتُ عَلَى
الخَيْلِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَضَرَبَ يَدَهُ عَلَى صَدْرِي حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ يَدِهِ فِي صَدْرِي،
وَقَالَ: «اللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ، وَاجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا» قَالَ: فَمَا
وَقَعْتُ عَنْ فَرَسٍ بَعْدُ، قَالَ: وَكَانَ ذُو الخَلَصَةِ بَيْتًا بِاليَمَنِ
لِخَثْعَمَ، وَبَجِيلَةَ، فِيهِ نُصُبٌ تُعْبَدُ، يُقَالُ لَهُ الكَعْبَةُ، قَالَ:
فَأَتَاهَا فَحَرَّقَهَا بِالنَّارِ وَكَسَرَهَا، قَالَ: وَلَمَّا قَدِمَ جَرِيرٌ
اليَمَنَ، كَانَ بِهَا رَجُلٌ يَسْتَقْسِمُ بِالأَزْلاَمِ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّ
رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَا هُنَا، فَإِنْ
قَدَرَ عَلَيْكَ ضَرَبَ عُنُقَكَ، قَالَ: فَبَيْنَمَا هُوَ يَضْرِبُ بِهَا إِذْ
وَقَفَ عَلَيْهِ جَرِيرٌ، فَقَالَ: لَتَكْسِرَنَّهَا وَلَتَشْهَدَنَّ: أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَوْ لَأَضْرِبَنَّ عُنُقَكَ؟ قَالَ: فَكَسَرَهَا
وَشَهِدَ، ثُمَّ بَعَثَ جَرِيرٌ رَجُلًا مِنْ أَحْمَسَ يُكْنَى أَبَا أَرْطَاةَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُهُ بِذَلِكَ، فَلَمَّا
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ، مَا جِئْتُ حَتَّى تَرَكْتُهَا كَأَنَّهَا جَمَلٌ
أَجْرَبُ، قَالَ: فَبَرَّكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى
خَيْلِ أَحْمَسَ وَرِجَالِهَا خَمْسَ مَرَّاتٍ [صحيح
البخاري ومسلم]
"Wahai
Jarir, bisakah kamu menyenangkanku dengan menghancurkan Dzil Khalashah? Aku
menjawab, 'Tentu.' Maka aku segera berangkat bersama seratus lima puluh pasukan
penunggang kuda yang tangguh. Namun pada waktu itu aku tidak bisa diam di atas
kudaku. Maka hal itu aku kabarkan kepada Rasulullah, lalu beliau memukul dadaku
dengan tangannya hingga aku dapat melihat bekas tangan beliau di dadaku. Beliau
berdoa, "Ya Allah, kokohkanlah ia dan jadikanlah dia orang yang dapat
memberi petunjuk dan ditunjuki." Jabir berkata; Setelah itu aku tidak
pernah jatuh lagi dari kudaku. Dzil Khalashah adalah suatu tempat ibadah
di Yaman milik orang-orang Khats'am dan Bajilah. Di dalamnya banyak
patung-patung yang mereka sembah, mereka menyebutnya Ka'bah." Lalu Jarir
mendatanginya dan membakarnya dengan api serta menghancurkannya. Setelah Jarir
sampai di Yaman di sana dia melihat seseorang yang sedang bersumpah atas nama
berhala-berhala. Maka dikatakan kepadanya; Sesungguhnya Rasulullah ﷺ
berada di sini, apabila beliau berkehendak beliau bisa saja memenggal lehermu.
Tatkala orang tersebut menghancurkan berhalanya, tiba-tiba Jarir berdiri di
hadapannya seraya berkata; 'Apakah kamu mau menghancurkannya dan bersaksi bahwa
tidak ada Ilah selain Allah atau aku penggal lehermu.' Jarir berkata; 'maka
orang itu menghancurkannya dan bersyahadat. Kemudian Jarir mengutus seorang
laki-laki dari Ahmas bernama Abu Arthah untuk mengabarkan kemenangan kepada
Rasulullah ﷺ. Setelah sampai, utusan itu berkata kepada Rasulullah; 'Demi
Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, tidaklah aku menemuimu
kecuali aku telah meninggalkan rumah itu dalam keadaan terbakar hingga
seakan-akan seekor unta berkudisan (berwarna hitam).' Maka kemudian Rasulullah
memberkahi kuda-kuda Ahmas dan para penunggangnya sebanyak lima kali. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
c)
Disenangi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jarir bin 'Abdullah radhiallahu'anhu
berkata:
«مَا حَجَبَنِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا
ضَحِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Rasulullah ﷺ
tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku masuk Islam dan tidaklah
melihatku melainkan beliau selalu tertawa". [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.
Anjuran diam ketika guru menyampaikan ilmu atau nasehat.
Al-Bara’ bin Azib radhiyallahu
'anhu berkata:
خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا
إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ،
وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِي الْأَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ:
«اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ» مَرَّتَيْنِ، أَوْ ثَلَاثًا [سنن أبي داود: صحيح]
Kami berangkat bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengiringi seorang jenazah Anshar. Lantas kami sampai
pekuburan. Ketika tanah digali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
duduk dan kami duduk di sekitarnya, seolah-olah kepala kami ada burung-burung
sedang tangan beliau membawa dahan yang beliau pukulkan ke tanah. Beliau
tengadahkan kepala beliau ke langit dan berujar: "Mintalah kalian
perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”, beliau mengucapkannya dua atau
tiga kali. [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Hadits Al-Baraa’; Ketika ajal menjemput dan pertanyaan alam kubur
3.
Tidak memutus pembicaraan seseorang yang sedang bicara.
Lihat: Kitab Ilmu bab 2; Siapa yang ditanya suatu ilmu sedangkan ia sedang sibuk dalampembicaraannya
B. Bab
44.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَا يُسْتَحَبُّ لِلْعَالِمِ
إِذَا سُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ فَيَكِلُ العِلْمَ إِلَى اللَّهِ
“Bab: Dianjurkan seorang ulama ketika
ditanya siapa yang paling berilmu untuk menyerahkan ilmunya kepada Allah”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
anjura sikap tawadhu’ bagi seorang alim, dan jika ditanya ia selalu menyerahkan
ilmunya kepada Allah yang Maha Mengetahui.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
122 - حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ [الجعفي المسندي]، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]،
قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرٌو [بن دينار]، قَالَ: أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ،
قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوْفًا البَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ
مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ، إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ؟ فَقَالَ:
كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَامَ مُوسَى النَّبِيُّ خَطِيبًا فِي بَنِي
إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ فَقَالَ: أَنَا أَعْلَمُ،
فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ، إِذْ لَمْ يَرُدَّ العِلْمَ إِلَيْهِ، فَأَوْحَى
اللَّهُ إِلَيْهِ: أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي بِمَجْمَعِ البَحْرَيْنِ، هُوَ
أَعْلَمُ مِنْكَ. قَالَ: يَا رَبِّ، وَكَيْفَ بِهِ؟ فَقِيلَ لَهُ: احْمِلْ حُوتًا
فِي مِكْتَلٍ، فَإِذَا فَقَدْتَهُ فَهُوَ ثَمَّ، فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقَ
بِفَتَاهُ يُوشَعَ بْنِ نُونٍ، وَحَمَلاَ حُوتًا فِي مِكْتَلٍ، حَتَّى كَانَا
عِنْدَ الصَّخْرَةِ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا وَنَامَا، فَانْسَلَّ الحُوتُ مِنَ
المِكْتَلِ {فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي البَحْرِ سَرَبًا}، وَكَانَ لِمُوسَى
وَفَتَاهُ عَجَبًا، فَانْطَلَقَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا، فَلَمَّا
أَصْبَحَ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ: {آتِنَا غَدَاءَنَا، لَقَدْ لَقِينَا مِنْ
سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا}، وَلَمْ يَجِدْ مُوسَى مَسًّا مِنَ النَّصَبِ حَتَّى
جَاوَزَ المَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ، فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ: {أَرَأَيْتَ إِذْ
أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا
الشَّيْطَانُ} قَالَ مُوسَى: {ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدَّا عَلَى
آثَارِهِمَا قَصَصًا}. فَلَمَّا انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ، إِذَا رَجُلٌ
مُسَجًّى بِثَوْبٍ، أَوْ قَالَ تَسَجَّى بِثَوْبِهِ، فَسَلَّمَ مُوسَى، فَقَالَ
الخَضِرُ: وَأَنَّى بِأَرْضِكَ السَّلاَمُ؟ فَقَالَ: أَنَا مُوسَى، فَقَالَ:
مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: {هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ
تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمْتَ رَشَدًا} قَالَ: {إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ
صَبْرًا}، يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ لاَ
تَعْلَمُهُ أَنْتَ، وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلَّمَكَهُ لاَ أَعْلَمُهُ، قَالَ: {سَتَجِدُنِي
إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا، وَلاَ أَعْصِي لَكَ أَمْرًا}، فَانْطَلَقَا
يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ البَحْرِ، لَيْسَ لَهُمَا سَفِينَةٌ، فَمَرَّتْ بِهِمَا
سَفِينَةٌ، فَكَلَّمُوهُمْ أَنْ يَحْمِلُوهُمَا، فَعُرِفَ الخَضِرُ فَحَمَلُوهُمَا
بِغَيْرِ نَوْلٍ، فَجَاءَ عُصْفُورٌ، فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِينَةِ،
فَنَقَرَ نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ فِي البَحْرِ، فَقَالَ الخَضِرُ: يَا مُوسَى
مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا
العُصْفُورِ فِي البَحْرِ، فَعَمَدَ الخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ
السَّفِينَةِ، فَنَزَعَهُ، فَقَالَ مُوسَى: قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ
عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا؟ قَالَ: {أَلَمْ
أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا؟ قَالَ: لاَ تُؤَاخِذْنِي بِمَا
نَسِيتُ وَلاَ تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا} - فَكَانَتِ الأُولَى مِنْ
مُوسَى نِسْيَانًا -، فَانْطَلَقَا، فَإِذَا غُلاَمٌ يَلْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ،
فَأَخَذَ الخَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلاَهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ بِيَدِهِ،
فَقَالَ مُوسَى: {أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ}؟ قَالَ: {أَلَمْ
أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا}؟ - قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ:
وَهَذَا أَوْكَدُ – {فَانْطَلَقَا، حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ
اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا، فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا، فَوَجَدَا فِيهَا
جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ}، قَالَ الخَضِرُ: بِيَدِهِ
فَأَقَامَهُ، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: {لَوْ شِئْتَ لاَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا،
قَالَ: هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ} " قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى، لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى
يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا»
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah
bin Muhammad [Al-Ju’fiy Al-Musnadiy], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [Ibnu ‘Uyainah], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami 'Amru [bin Dinar], ia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku Sa'id bin Jubair, ia berkata: Aku berkata kepada Ibnu 'Abbas:
"Sesungguhnya Nauf Al-Bakaliy menganggap bahwa Musa bukanlah Musa Bani
Israil, tapi Musa yang lain." Ibnu Abbas lalu berkata, "Musuh Allah
itu berdusta, sungguh Ubay bin Ka'b telah menceritakan kepada kami dari
Nabi ﷺ, "Musa Nabi Allah berdiri di hadapan
Bani Israil memberikan khutbah, lalu dia ditanya, "Siapakah orang yang
paling pandai?" Musa menjawab, "Aku orang yang paling pandai".
Maka Allah Ta'ala mencelanya karena dia tidak mengembalikan pengetahuan
tentang itu kepadaNya. Lalu Allah Ta'ala memahyukan kepadanya, "Ada
seorang hamba di antara hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan
lebih pandai darimu." Lalu Musa berkata, "Wahai Rabb, bagaimana aku
bisa bertemu dengannya?" Maka dikatakan padanya, "Bawalah ikan dalam
keranjang, bila nanti kamu kehilangan ikan itu, maka itulah petunjuknya."
Lalu berangkatlah Musa bersama pelayannya yang bernama Yusya' bin Nun, dan
keduanya membawa ikan dalam keranjang hingga keduanya sampai pada batu besar.
Lalu keduanya meletakkan kepalanya di atas batu dan tidur. Kemudian keluarlah
ikan itu dari keranjang {lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu} ' (QS. Al-Kahfi: 61). Kejadian ini mengherankan Musa dan muridnya,
maka keduanya melanjutkan sisa malam dan hari perjalannannya. Hingga pada suatu
pagi Musa berkata kepada pelayannya, '{Bawalah
kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa lelah karena perjalanan
kita ini} ' (QS. Al-Kahfi: 62).
Musa tidak merasakan kelelahan kecuali
setelah sampai pada tempat yang dituju sebagaimana diperintahkan. Maka muridnya
berkata kepadanya: '{Tahukah kamu ketika kita mencari tempat berlindung di
batu tadi? Sesungguhnya aku lupa menceritakan ikan itu. Dan tidaklah yang melupakan
aku ini kecuali setan} ' (QS. Al-Kahfi: 63). Musa lalu berkata, '{Itulah
tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula}
' (QS. Al-Kahfi: 64). Ketika keduanya sampai di batu tersebut, didapatinya ada
seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar, Musa lantas memberi salam.
Khidir lalu berkata, "Bagaimana cara salam di tempatmu?" Musa
menjawab, "Aku adalah Musa." Khidir balik bertanya, "Musa Bani
Israil?" Musa menjawab, "Benar." Musa kemudian berkata, '{Bolehkah
aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?}' Khidir menjawab, {"Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku”} ' (QS. Al-Kahfi:
66-67). Khidir melanjutkan ucapannya, "Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari
ilmunya Allah yang Dia mangajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga
punya ilmu yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu." Musa berkata, '{Insya
Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun}' (QS. Al-Kahfi: 69).
Maka keduanya berjalan kaki di tepi pantai
sementara keduanya tidak memiliki perahu, lalu melintaslah sebuah perahu kapal.
Mereka berbicara agar orang-orang yang ada di perahu itu mau membawa keduanya.
Karena Khidir telah dikenali maka mereka pun membawa keduanya dengan tanpa
bayaran. Kemudian datang burung kecil hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di
air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidir lalu berkata,
"Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah
tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air lautan."
Kemudian Khidir sengaja mengambil papan perahu lalu merusaknya. Musa pun
berkata, "Mereka telah membawa kita dengan tanpa bayaran, tapi kenapa kamu
merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?" Khidir berkata, '{Bukankah
aku telah berkata, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama
dengan aku?' Musa menjawab: 'Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku} '
(QS. Al-Kahfi: 72-73).
Kejadian pertama ini karena Musa terlupa.
Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain
dengan dua temannya. Khidir lalu memegang kepala anak itu, mengangkat dan
membantingnya hingga mati. Maka Musa pun bertanya: '{Mengapa kamu membunuh
jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?}' (QS. Al-Kahfi:
74). Khidir menjawab: '{Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?}' (QS. Al-Kahfi: 75).
Ibnu 'Uyainah berkata, "Ini adalah sebuah penegasan. '{Maka keduanya
berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka
minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau
menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah
yang hampir roboh. Maka Khidir menegakkan dinding itu} ' (QS. Al-Kahfi:
77). Rasulullah meneruskan ceritanya, "Khidir melakukannya dengan
tangannya sendiri. Lalu Musa berkata, '{Jikalau kamu mau, niscaya kamu
mengambil upah untuk itu. Khidir menjawab, "Inilah saat perpisahan antara
aku dan kamu}' (QS. Al-Kahfi: 77-78). Nabi ﷺ
bersabda, "Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya
Musa bisa sabar sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang
keduanya."
Nb:
Hadits ini sudah dijelaskan pada 2 bab sebelumnya, yaitu;
a)
Kitab Ilmu bab 16; Perginya Musa shallallahu ‘alaihi wasallam ke laut untuk
menemui Khidhir
b)
Kitab Ilmu bab 19; Pergi menuntut ilmu
Lihat: Kisah perlanan Nabi Musa bersama Khidir ‘alaihimassalam
C. Bab
45.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَنْ سَأَلَ، وَهُوَ قَائِمٌ،
عَالِمًا جَالِسًا
“Bab: Seorang yang bertanya dalam keadaan
berdiri sedangkan orang alimnya duduk”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan bolehnya bertanya dalam keadaan berdiri
sedangkan yang ditanya sedang duduk jika dalam keadaan darurat dan tidak
didasari dengan sikap sombong, sebagaimana yang terjadi pada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
123 - حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ [بن أبي شيبة]، قَالَ: أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ [بن عبد الحميد]، عَنْ
مَنْصُورٍ [بن المعتمر]، عَنْ أَبِي وَائِلٍ [شقيق]، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَا القِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَإِنَّ أَحَدَنَا يُقَاتِلُ
غَضَبًا، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، فَرَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ، قَالَ: وَمَا رَفَعَ
إِلَيْهِ رَأْسَهُ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا، فَقَالَ: «مَنْ قَاتَلَ
لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ»
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman [bin
Abi Syaibah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir [bin Abdil
Hamid], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Abu Wa'il [Syaqiq], dari Abu
Musa, ia berkata: "Seorang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ dan bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah yang disebut dengan perang fi sabilillah (di jalan Allah)? Sebab di
antara kami ada yang berperang karena marah dan ada yang karena semangat?"
Beliau lalu mengangkat kepalanya ke arah orang yang bertanya, dan tidaklah
beliau angkat kepalanya kecuali karena orang yang bertanya itu berdiri. Beliau
lalu menjawab, "Barangsiapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah,
maka dia perperang di jalan Allah 'Azza wa Jalla."
Penjelasan singkat hadit sini:
1. Biografi
Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Anjuran
bagi yang menjawab pertanyaan untuk menghadapkan wajahnya kepada si penanya.
3. Amalan
yang diterima oleh Allah hanya yang dilakukan untuk Dia semata.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu
'anhu-; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ أَوَّلَ
النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ:
قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ
لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ " [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya manusia yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu
diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia
menjawab, 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati
syahid.' Allah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena
untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu
telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka". [Shahih Muslim]
Ø Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالَ: أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ، مَالَهُ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا شَيْءَ لَهُ»
فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا شَيْءَ لَهُ» ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ
مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ» [سنن
النسائي: صحيح]
Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam lalu berkata; Bagaimana pendapat anda mengenai seseorang
yang berjihad mengharapkan pahala dan sanjungan, apakah yang ia peroleh?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ia tidak
mendapatkan apa-apa" Lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Ia tidak mendapatkan
apa-apa". Kemudian beliau bersabda: "Allah tidak menerima amalan
kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya." [Sunan
An-Nasa'iy: Shahih]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (1) Umar; Amal dan Niat
4. Perang
bukanlah tujuan utama dalam Islam.
D.
Bab 46.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ السُّؤَالِ وَالفُتْيَا عِنْدَ
رَمْيِ الجِمَارِ
“Bab; Bertanya dan memberi fatwa ketika
sedang melempar jamrah”
Maksudnya,
seorang alim yang sedang melakukan suatu ibadah boleh menjawab pertanyaan jika
tidak merusak ibadahnya, terkhusus jika pertanyaan tersebut berkaitan dengan
ibadah yang sedang berlangsung.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
124 - حَدَّثَنَا أَبُو
نُعَيْمٍ [الفضل بن دكين]، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ [عبد الله بن]
أَبِي سَلَمَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عِنْدَ الجَمْرَةِ وَهُوَ يُسْأَلُ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، نَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ قَالَ: «ارْمِ وَلاَ حَرَجَ»، قَالَ
آخَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَنْحَرَ؟ قَالَ: «انْحَرْ
وَلاَ حَرَجَ». فَمَا سُئِلَ عَنْ شَيْءٍ قُدِّمَ وَلاَ أُخِّرَ إِلَّا قَالَ:
«افْعَلْ وَلاَ حَرَجَ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim
[Al-Fadhl bin Dukain], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz
bin [Abdillah bin] Abi Salamah, dari Az-Zuhriy, dari 'Isa bin Thalhah, dari 'Abdullah
bin 'Amru, ia berkata: "Aku melihat Nabi ﷺ
di sisi jumrah sedang ditanya. Seorang laki-laki bertanya, "Wahai
Rasulullah, aku menyembelih hewan sebelum aku melempar?" Beliau lalu
bersabda, "Melemparlah sekarang, dan kau tidak dosa." Kemudian datang
orang lain dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah mencukur rambut
sebelum aku menyembelih?" Beliau menjawab, "Sembelihlah sekarang,
tidak kau tidak berdosa." Dan tidaklah beliau ditanya tentang sesuatu yang
dikerjakan lebih dahulu atau sesuatu yang diakhirkan dalam mengerjakannya
kecuali menjawab, "Lakukanlah dan tidak dosa."
Nb:
Hadits ini telah diriwayatkan pada bab sebelumnya (23) “Bab; Memberikan fatwa ketika sedang menunggang kendaraan dan selainnya”
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 42; Menghafal ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...