بسم الله الرحمن الرحيم
Anas bin Malik radhiallahu'anhu
berkata
كَانَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ -رضي اللَّه عنه- يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ، فَلَمَّا
رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ، قَالَ: مَا فَعَلَ ابْنِي؟ قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: هُوَ
أَسْكَنُ مَا كَانَ، فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ العَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ
مِنْهَا، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ: وَارُوا الصَّبِيَّ، فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو
طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ،
فَقَالَ: «أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَهُمَا» فَوَلَدَتْ غُلاَمًا، قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: احْفَظْهُ حَتَّى
تَأْتِيَ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَى بِهِ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ،
فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَمَعَهُ
شَيْءٌ؟» قَالُوا: نَعَمْ، تَمَرَاتٌ، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَضَغَهَا، ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ، فَجَعَلَهَا فِي فِي
الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ، وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ [صحيح البخاري ومسلم]
"Anak Abu Thalhah sedang sakit, ketika
Abu Thalhah keluar anaknya meninggal. Dan ketika Abu Thalhah kembali ia
bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?" Ummu Sulaim menjawab, "Dia
lebih tenang dari sebelumnya." Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan
malam, maka Abu Thalhah pun makan malam kemudian bersetubuh dengannya. Setelah
selesai (dari jimak) Ummu Sulaim berkata, "Anakmu telah dikuburkan."
Maka di waktu pagi, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah ﷺ
dan mengabarkan kejadian tersebut. Beliau bertanya, "Kalian tadi malam
menjadi pengantin?" Abu Thalhah menjawab, "Ya." Beliau pun
berdoa, "Ya Allah, berkahilah keduanya." Ummu Sulaim kemudian
melahirkan seorang anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku, "Jagalah ia
hingga engkau bawa ke hadapan Nabi ﷺ."
Anas kemudian membawa bayi tersebut kepada Nabi ﷺ,
dan Ummu Sulaim membekalinya dengan beberapa kurma. Nabi ﷺ kemudian meraih bayi Abu Thalhah, beliau lalu bertanya,
"Apakah ia (Anas) membawa sesuatu?" para sahabat menjawab, "Ya.
Beberapa butir kurma." Nabi ﷺ
kemudian mengambil kurma dan menguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari
mulutnya dan memasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu
memberinya nama Abdullah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dan dalam riwayat Bukhari: Sufyan bin ‘Uyainah berkata; Ada
seorang dari kalangan Anshar berkata:
فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ:
فَرَأَيْتُ لَهُمَا تِسْعَةَ أَوْلاَدٍ كُلُّهُمْ قَدْ قَرَأَ القُرْآنَ
"Kemudian setelah itu aku melihat
keduanya memiliki sembilan anak yang semuanya telah hafal Al-Qur'an", (Maksudnya
anak dari Abdullah yang lahir).
Ø Dan dalam
riwayat Muslim:
مَاتَ ابْنٌ لِأَبِي طَلْحَةَ، مِنْ
أُمِّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ لِأَهْلِهَا: لَا تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ
حَتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ قَالَ: فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً،
فَأَكَلَ وَشَرِبَ، فَقَالَ: ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ
قَبْلَ ذَلِكَ، فَوَقَعَ بِهَا، فَلَمَّا رَأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَأَصَابَ
مِنْهَا، قَالَتْ: يَا أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا
عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ، فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ، أَلَهُمْ أَنْ
يَمْنَعُوهُمْ؟ قَالَ: لَا، قَالَتْ: فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ، قَالَ: فَغَضِبَ،
وَقَالَ: تَرَكْتِنِي حَتَّى تَلَطَّخْتُ، ثُمَّ أَخْبَرْتِنِي بِابْنِي
فَانْطَلَقَ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «بَارَكَ اللهُ لَكُمَا فِي غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا» قَالَ: فَحَمَلَتْ،
قَالَ: فَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهِيَ
مَعَهُ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَتَى
الْمَدِينَةَ مِنْ سَفَرٍ، لَا يَطْرُقُهَا طُرُوقًا، فَدَنَوْا مِنَ
الْمَدِينَةِ، فَضَرَبَهَا الْمَخَاضُ فَاحْتُبِسَ عَلَيْهَا أَبُو طَلْحَةَ،
وَانْطَلَقَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: يَقُولُ أَبُو
طَلْحَةَ: إِنَّكَ لَتَعْلَمُ، يَا رَبِّ إِنَّهُ يُعْجِبُنِي أَنْ أَخْرُجَ مَعَ
رَسُولِكَ إِذَا خَرَجَ، وَأَدْخُلَ مَعَهُ إِذَا دَخَلَ، وَقَدِ احْتَبَسْتُ
بِمَا تَرَى، قَالَ: تَقُولُ أُمُّ سُلَيْمٍ: يَا أَبَا طَلْحَةَ مَا أَجِدُ
الَّذِي كُنْتُ أَجِدُ، انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، قَالَ وَضَرَبَهَا الْمَخَاضُ
حِينَ قَدِمَا، فَوَلَدَتْ غُلَامًا فَقَالَتْ لِي أُمِّي: يَا أَنَسُ لَا
يُرْضِعُهُ أَحَدٌ حَتَّى تَغْدُوَ بِهِ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ احْتَمَلْتُهُ، فَانْطَلَقْتُ بِهِ إِلَى
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ فَصَادَفْتُهُ وَمَعَهُ
مِيسَمٌ، فَلَمَّا رَآنِي قَالَ: «لَعَلَّ أُمَّ سُلَيْمٍ وَلَدَتْ؟» قُلْتُ:
نَعَمْ، فَوَضَعَ الْمِيسَمَ، قَالَ: وَجِئْتُ بِهِ فَوَضَعْتُهُ فِي حِجْرِهِ،
وَدَعَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَجْوَةٍ مِنْ عَجْوَةِ
الْمَدِينَةِ، فَلَاكَهَا فِي فِيهِ حَتَّى ذَابَتْ، ثُمَّ قَذَفَهَا فِي فِيِّ
الصَّبِيِّ، فَجَعَلَ الصَّبِيُّ يَتَلَمَّظُهَا، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «انْظُرُوا إِلَى حُبِّ الْأَنْصَارِ التَّمْرَ»
قَالَ: فَمَسَحَ وَجْهَهُ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللهِ
"Pada suatu ketika seorang putra Abu Thalhah dan istrinya yang
bernama Ummu Sulaim, meninggal dunia Kemudian Ummu Sulaim berkata kepada
keluarganya; 'Janganlah kalian memberitahukan musibah ini kepada Abu Thalhah
sehingga saya sendiri yang akan memberitahukannya." Anas berkata,
"Tak lama kemudian Abu Thalhah tiba di rumah. Seperti biasa, Ummu Sulaim
menghidangkan makan malam untuk suaminya. Lalu Abu Thalhah makan dan minum
dengan senangnya. Kemudian Ummu Sulaim mulai berhias Iebih cantik daripada hari
biasanya hingga Abu Thalhah menggaulinya. Setelah mengetahui bahwasanya Abu
Thalhah telah merasa puas dan lega, maka Ummu Sulaim berkata; 'Wahai Abu
Thalhah, bagaimana menurut pendapat engkau apabila ada sekelompok orang
memberikan pinjaman kepada suatu keluarga. Kemudian, ternyata pinjaman tersebut
mereka minta kembali. Apakah boleh keluarga itu menolak permintaannya? Dengan
mantap Ahu Thalhah menjawab, "Tentu saja keluarga itu tidak boleh menolak
permintaan kelompok itu." Lalu Ummu Sulaim berkata, "Maka demikian
dengan anak kita, ketahuilah bahwasanya anak kita yang tercinta telah diminta
oleh Dzat yang telah mencipta dan memilikinya. Oleb karena itu. relakanlah
kematian putra kita tersebut". Betapa terkejut dan marahnya Abu Thalhah
mendengar informasi yang disampaikan istrinya itu. Lalu ia pun berkata kepada
istrinya, "Mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu berita ini?
Tetapi kamu malah memberitahukannya kepadaku setelah aku menggaulimu.' Keesokan
harinya Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah ﷺ
untuk menceritakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi pada
keluarganya. Mendengar cerita sedih tersebut, Rasulullah ﷺ berkata, "Semoga Allah
memberkahi kalian berdua dalam menjalani malam kalian."
Anas berkata; 'Beberapa bulan kemudian, Ummu Sulaim mulai memperlihatkan
tanda-tanda kehamiIan. Suatu ketika. Rasulullah sedang bepergian dan Ummu
Sulaim turut serta dalam perjalanan tersebut. Biasanya, apabila Rasulullah
datang dari bepergian - setibanya di Madinah- maka beliau tidak langsung masuk
ke kampung. Sesampainya di dekat kota Madinah, Ummu Sulaim mulai merasakan
saat-saat kelahiran hingga Abu Thalhah berhenti untuk mendampinginya. sementara
Rasulullah telah pergi. Abu Thalhah berkata; 'Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya
Engkau Maha tahu bahwasanya saya merasa senang keluar untuk menyertai rasul-Mu
ketika beliau keluar. Begitu pula saya merasa senang masuk untuk menyertainya,
ketika beliau akan masuk (kota Madinah). Tapi sekarang saya terhenti seperti
yang Engkau lihat." Anas berkata; 'Ummu Sulaim berkata; Hai Abu Thalhah,
saya sudah tidak merasakan apa yang tadi saya rasakan. Ayolah teruskan perjalanan!'
Anas berkata; 'Akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan."
Anas berkata, "Ketika tiba di kota Madinah, maka Ummu Sulaim pun
melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat. Ibu saya (Ummu Sulaim)
berkata kepada saya; Hai Anas, janganlah ada seorang pun yang menyusui bayi ini
hingga kamu membawanya ke hadapan Rasulullah.' Esok harinya, saya membawa bayi
tersebut kepada Rasulullah ﷺ. Saya
temui beliau yang pada saat itu sedang memegang alat untuk memberi tanda pada
hewan. Ketika Rasulullah ﷺ
melihat saya, beliau berkata, "Hai Unais, apakah Ummu Sulaim telah
melahirkan?" Maka saya dengan senang hati menjawab pertanyaan beliau,
"Ya, " ia telah melahirkan, ya Rasulullah." Kemudian beliau
letakkan alat untuk memberi tanda pada hewan itu. Lalu saya pun membawa bayi
itu ke hadapan Rasulullah dan meletakkannya di atas pangkuan beliau. Kemudian
Rasulullah ﷺ minta dibawakan kurma ajwa
Madinah. Lalu beliau lumatkan kurma tersebut dengan mulut beliau dan
disuapkannya ke dalam mulut bayi itu. Maka bayi itu segera mengunyahnya.
Rasulullah ﷺ berkata, "Lihatlah,
memang kaum Anshar itu sangat menyukai kurma!" Anas berkata,
"Kemudian Rasulullah ﷺ
mengusap wajah bayi itu dengan penuh kasih sayang serta memberinya nama Abdullah."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Abu
Thalhah Zayd bin Sahl Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.
Beliau
lebih dikenal dengan kuniahnya, salah seorang sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam yang mulia. Beliau mengikuti perjanjian ‘Aqabah, perang
Badar, Uhud, dan peperangan lainnya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Beliau wafat tahun 34 hijriyah.
Diantara
keistimewaannya:
Abu Thalhah –radhiyallahu 'anhu-
mendatangi Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata:
Sesungguhnya Allah telah berfirman:
{لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} [آل
عمران: 92]
"Kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta
yang kamu cintai" [Ali Imran: 92], dan sesungguhnya harta yang paling
aku cintai adalah "Baeruha'" dan aku jadikan sedekah demi Allah
mengharapkan kebaikan dan pahalanya dari Allah, terimalah kebun itu ya
Rasulullah, terserah engkau mau apakan!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«بَخْ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، قَدْ سَمِعْتُ
مَا قُلْتَ فِيهَا، وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ»
"Wah, itu adalah harta yang beruntung,
itu adalah harta yang beruntung, aku telah mendengar apa yang kau katakan, dan
aku merasa lebih baik kau bagikan kepada kerabatmu".
Maka Abu Thalhah membagikannya kepada
kerabatnya dan anak cucu pamanya (saudara bapak). [Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Anas –radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«لَصَوْتُ أَبِي طَلْحَةَ
فِي الْجَيْشِ أَشَدُّ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مِنْ فِئَةٍ»
"Suara
Abu Thalhah dalam pasukan itu lebih memberatkan bagi orang musyrik daripada
satu kelompok". [Musnad Ahmad: Shahih]
3.
Ummu
Sulaim radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Keistimewaan Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha
4.
Keutamaan
bersabar ketika anak meninggal.
Dari seorang sahabat Rasulullah –radhiyallahu
'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ يُقَالُ لِلْوِلْدَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ:
" ادْخُلُوا الْجَنَّةَ ". فَيَقُولُونَ: " يَا رَبِّ حَتَّى يَدْخُلَ
آبَاؤُنَا وَأُمَّهَاتُنَا "، فَيَأْتُونَ، فَيَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: "
مَا لِي أَرَاهُمْ مُحْبَنْطِئِينَ ، ادْخُلُوا الْجَنَّةَ "، فَيَقُولُونَ: "
يَا رَبِّ آبَاؤُنَا "، فَيَقُولُ: " ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ
" [مسند أحمد: حسن]
Sesungguhnya dikatakan kepada anak yang mati
sebelum balig pada hari kiamat: "Masuklah kalian ke dalam surga!"
Kemudian mereka berkata: "Ya Rabb, kami tidak akan masuk sampai bapak dan
ibu kami juga masuk!" Kemudian mereka datang, maka Allah 'azza wa jalla
berkata: "Kenapa Aku melihat kalian menolak, masuklah kalian ke dalam
surga!" Kemudian mereka berkata: "Ya Rabb, orang tua kami juga!"
Maka Allah berkata: "Masuklah kalian surga bersama orang tua kalian!"
[Musnad Ahmad: Hasan]
Lihat:
Keutamaan menikah
5.
Boleh
“tauriyah” yaitu berbicara dengan kalimat yang tidak sesuai dengan niat
jika dibutuhkan.
Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata:
أَتَتْ
عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: " يَا
أُمَّ فُلَانٍ إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ ". قَالَ: فَوَلَّتْ
تَبْكِي. فَقَالَ: " أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35)
فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا} [الواقعة: 35-37] "
Seorang wanita tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata: Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar
memasukkanku ke surga!
Maka beliau menjawab: “Wahai Ummu Fualan, sesungguhnya
surga tidak dimasuku oleh orang tua”.
Maka
wanita tua itu pergi sambil menangis, maka Beliau bersabda: Sampaikan kepadanya
bahwasanya ia tidak masuk dalam keadaan tua, sesungguhnya Allah ta’aalaa
berfirman: {Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan
langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya
umurnya}. (Al-Waqi’ah: 35-37) [Asy-Syamail karya At-Tirmidziy: Hasan
ligairih]
6.
Keutamaan
istri sholehah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahul
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ رَزَقَهُ اللَّهُ امْرَأَةً
صَالِحَةً، فَقَدْ أَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِينِهِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي الشَّطْرِ
الثَّانِي»
"Barangsiapa yang
dianugrahi oleh Allah seorang istri yang shalehah maka Allah telah membantunya
menyempurnakan separuh agamanya, maka bertakwalah ia kepada Allah akan
separuhnya lagi". [Mustadrak Al-Hakim: Hasan]
Lihat:
Sifat istri shalihah
7.
Keutamaan
istri melayani suaminya.
Dari Abdurrahman
bin 'Auf radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
" إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا،
وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ
مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ " [مسند أحمد: حسن]
“Jika
seorang wanita telah mendirikan salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan,
menjaga kemaluannya dari yang haram, dan taat kepada suaminya maka dikatakan
kepadanya: "Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang kau
mau!"." [Musnad Ahmad: Hasan]
8.
Anjuran
tahnik untuk bayi.
Abu Musa radhiallahu'anhu berkata:
«وُلِدَ
لِي غُلاَمٌ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ، وَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ،
وَدَفَعَهُ إِلَيَّ»
"Anak laki-lakiku lahir, kemudian aku membawanya
kepada Nabi ﷺ. Beliau
lalu memberinya nama Ibrahim, beliau menyuapinya dengan kunyahan kurma dan
mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu menyerahkannya kepadaku."
Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa.
[Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø
'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
«أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ
فَيُبَرِّكُ عَلَيْهِمْ وَيُحَنِّكُهُمْ»
“Bahwa beberapa bayi di bawa kehadapan Nabi ﷺ lalu beliau
mengunyahkan makanan untuk mereka dan mendoakannya”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
9.
Keutamaan
memberi nama “Abdullah”.
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«أَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى عَبْدُ اللَّهِ،
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Nama
yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”. [Sunan Abu
Daud: Sahih]
10. Keutamaan banyak anak.
Dari Ma'qil bin Yasar radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ
فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Nikahilah wanita yang
penuh kasih sayang dan bisa banyak melahirkan, karena sesungguhnya aku
membanggakan jumlah kalian yang banyak dari umat-umat yang lain". [Sunan
Abu Daud: Sahih]
Lihat: Anak adalah anugrah dari Allah
11. Anak adalah titipan Allah.
Usamah
bin Zaid radhiyallahu
'anhuma berkata; Putri Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengirim
kabar kepada Beliau bahwa; "Anakku telah meninggal, maka datanglah kepada
kami".
Maka
Nabi shallallahu'alaihi wasallam memerintahkannya untuk menyampaikan
salam lalu bersabda:
«إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلٌّ عِنْدَهُ
بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَلْتَصْبِرْ، وَلْتَحْتَسِبْ»
"Sesungguhnya milik Allah apa yang diambil-Nya dan milik Allah apa yang
diberi-Nya. Dan segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditentukan ajalnya, maka
bersabarlah engkau karenanya dan mohonkanlah pahala darinya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Bagaimana
menyampaikan Ta'ziyah
12. Keutamaan anak hafal Al-Qur’an.
Dari Buraidah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ.
فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ تَعْرِفُنِي؟ فَيَقُولُ: مَا أَعْرِفُكَ فَيَقُولُ: أَنَا
صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ
لَيْلَكَ، وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ، وَإِنَّكَ الْيَوْمَ
مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ، وَالْخُلْدَ
بِشِمَالِهِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، وَيُكْسَى وَالِدَاهُ
حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا فَيَقُولَانِ: بِمَ كُسِينَا
هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ
وَاصْعَدْ فِي دَرَجِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا، فَهُوَ فِي صُعُودٍ مَا دَامَ
يَقْرَأُ، هَذًّا كَانَ، أَوْ تَرْتِيلًا» [مسند أحمد: حسن]
"Sesungguhnya
pahala Al-Qur'an mendatangi orang yang membacanya pada hari kiamat ketika
keluar dari kuburnya seperti seorang yang berubah warna tubuhnya. Pahala
Al-Qur'an berkata kepadanya: "Apakah kamu mengenalku?" Ia menjawab:
"Aku tidak mengenalmu!" Pahala Al-Qur'an berkata: "Aku adalah
bacaan Qur'an-mu yang membuatmu dahaga di siang hari dan begadang di malam
harimu, dan sesungguhnya setiap pedagang mendapatkan hasil dagangannya, dan sesungguhnya
engkau hari ini mendapatkan hasil daganganmu". Maka ia diberi kekuasaan
dengan tangan kanannya, dan kekekalan dengan tangan kirinya, dan diletakkan di
atas kepalanya mahkota keagungan, dan kedua orang tuanya dipakaikan perhiasan
yang tidak diketahui nilainya oleh penduduk dunia. Maka kedua orang tuanya
berkata: "Dengan amalan apa kami dipakaikan ini?" Maka dikatakan pada
keduanya: "Dengan amalan Al-Qur'an anak kalian berdua". Kemudian
dikatakan pada ahli Qur'an: "Bacalah dan naiklah ke derajat surga dan
kamar-kamarnya". Maka ia terus naik selama ia membaca Al-Qur'an dengan
cepat atau perlahan. [Musnad Ahmad: Hasan]
13. Terkadang kita butuh nasehat orang lain untuk bersabar.
Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma
berkata;
«قَدِمَ
عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنِ بْنِ حُذَيْفَةَ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أَخِيهِ الحُرِّ
بْنِ قَيْسٍ، وَكَانَ مِنَ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ، وَكَانَ
القُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ، كُهُولًا كَانُوا أَوْ
شُبَّانًا»، فَقَالَ عُيَيْنَةُ لِابْنِ أَخِيهِ: يَا ابْنَ أَخِي، هَلْ لَكَ
وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الأَمِيرِ، فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ، قَالَ:
سَأَسْتَأْذِنُ لَكَ عَلَيْهِ، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «فَاسْتَأْذَنَ الحُرُّ
لِعُيَيْنَةَ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ»، فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ قَالَ: هِيْ يَا
ابْنَ الخَطَّابِ، فَوَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الجَزْلَ وَلاَ تَحْكُمُ بَيْنَنَا
بِالعَدْلِ، فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ، فَقَالَ لَهُ
الحُرُّ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {خُذِ العَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ
عَنِ الجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]، وَإِنَّ هَذَا مِنَ الجَاهِلِينَ،
«وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا عَلَيْهِ، وَكَانَ وَقَّافًا
عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ» [صحيح البخاري]
Uyainah bin Hishan bin Hudzafah
datang, lalu singgah di rumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah
salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di majelis Umar dan
dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata
kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan
Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan
memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk
Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia
berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, Anda tidak memenuhi hak kami, dan
tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan
memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi ﷺ:
{Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh} [Al-A’raf: 198]. Dan orang ini
termasuk orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata; Maka demi Allah, Umar pun
tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia senantiasa
mengerjakan kandungan kitabullah. [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kisah pemuda beriman dan raja yang dzalim - Kisah taubat pembunuh 100 orang - Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...