Minggu, 12 September 2021

Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar (hadits 16-29)

بسم الله الرحمن الرحيم

Hadits keenam belas

16/40- وعَنْ أَنَسٍ رضي اللَّهُ عنه قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: " لا يتَمنينَّ أَحدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ أَصَابَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فاعلاً فليقُل: اللَّهُمَّ أَحْيني مَا كَانَت الْحياةُ خَيراً لِي وتوفَّني إِذَا كَانَتِ الْوفاَةُ خَيْراً لِي "متفق عليه.

Dari Anas radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya, namun jika memang harus meminta maka ucapkanlah": "Ya Allah .. hidupkanlah aku selama hidup ini baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku!" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Larangan meminta kematian.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا} [الإسراء: 11]

"Dan manusia mendoa untuk keburukan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." [Al-Isra':11]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ، إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ» [صحيح البخاري]

"Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, jika ia orang baik maka semoga ia menambah kebaikannya, dan jika ia orang buruk maka semoga ia bertobat". [Sahih Bukhari]

3.      Keutamaan panjang umur.

Abu Bakrah radiyallahu 'anhu berkata: Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«مَنْ طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»

"Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya"

Ia bertanya lagi: Lalu siapakah orang yang paling buruk?

Rasulullah menjawab:

«مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Orang yang panjang umurnya dan buruk amalannya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

4.      Kalau meminta kematian dilarang, maka bunuh diri lebih terlarang lagi.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا . وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا} [النساء: 29-30]

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [An-Nisaa': 29-30]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Nabi bersabda:

«مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ، فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahanam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahanam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahanam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Dari Tsabit bin Adh-Dhahak radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa di akhirat dengan sesuatu yang digunakan untuk bunuh diri”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

5.      Kapan seseorang boleh meminta kematian?

Ketika khawatir akan agamanya dari cobaan yang sangat besar, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا } [مريم: 23]

(Maryam) berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan". [Maryam:23]

Maryam ‘alaihassalam mendambakan kematian karena dua alasan: (1) Khawatir disangka buruk dalam agamanya yang bisa meluluhkan keimanannya. (2) Agar orang-orang tidak terjerumus dalam kebohongan dan fitnah menuduhnya berzina yang bisa menghancurkan mereka.

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak akan datang hari kiamat sampai ada orang yang melewati suatu kuburan dan berkata: Seandainya saja aku yang berada di dalam kubur ini". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dan dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a ..

«اللهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ ... إِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِيْ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِيْ غَيْرَ مَفْتُونٍ»

"Ya Allah .. sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, jika Engkau menginginkan cobaan (pada agama) suatu kaum maka matikanlah aku tanpa terjerumus dalam cobaan itu". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  'Ulaim berkata; Kami duduk di atas atap beserta seorang laki-laki dari sahabat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam. Yazid berkata; Saya tidak mengetahuinya kecuali 'Abs Al Giffary, manusia pada saat itu sedang terkena wabah penyakit thaun.

'Abs berkata; "Wahai Penyakit Thaun, ambillah aku", dia mengulangnya sampai tiga kali.

Lalu 'Ulaim berkata kepadanya, "Mengapa engkau ucapkan perkataan semacam itu! Bukankah Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:

" لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ فَإِنَّهُ عِنْدَ انْقِطَاعِ عَمَلِهِ، وَلَا يُرَدُّ فَيُسْتَعْتَبَ "

'Jangan kalian berangan angan untuk mati karena ketika itu amal diputus dan tidak dapat dikembalikan', sehingga dia bertaubat."

Lalu dia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda:

" بَادِرُوا بِالْمَوْتِ سِتًّا: إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْوًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ، وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا "

"(Mintalah kepada Allah agar) disegerakan mati sebelum datang enam hal: Dari pemimpin bodoh, banyaknya ajudan, hukum diperjual-belikan, darah tertumpah dengan mudah, saling memotong tali silaturrahmi, dan generasi muda yang menjadikan Al-Qur'an bagaikan seruling (alat musik), mereka dahulukan siapa saja yang bisa menyanyikannya walaupun dia adalah orang yang paling sedikit mengerti persoalan agama" [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Do'a panjang umur

Hadits ketujuh belas

17/41 - وعنْ أبي عبدِ اللَّهِ خَبَّابِ بْن الأَرتِّ رضيَ اللَّهُ عنه قَالَ: شَكَوْنَا إِلَى رسولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم وَهُو مُتَوسِّدٌ بُردةً لَهُ في ظلِّ الْكَعْبةِ، فَقُلْنَا: أَلا تَسْتَنْصرُ لَنَا أَلا تَدْعُو لَنَا؟ فَقَالَ: " قَد كَانَ مَنْ قَبْلكُمْ يؤْخَذُ الرَّجُلُ فيُحْفَرُ لَهُ في الأَرْضِ فيجْعلُ فِيهَا، ثمَّ يُؤْتِى بالْمِنْشارِ فَيُوضَعُ علَى رَأْسِهِ فيُجعلُ نصْفَيْن، ويُمْشطُ بِأَمْشاطِ الْحديدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعظْمِهِ، مَا يَصُدُّهُ ذلكَ عَنْ دِينِهِ، واللَّه ليتِمنَّ اللَّهُ هَذا الأَمْر حتَّى يسِير الرَّاكِبُ مِنْ صنْعاءَ إِلَى حَضْرمْوتَ لاَ يخافُ إِلاَّ اللهَ والذِّئْبَ عَلَى غنَمِهِ، ولكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ" رواه البخاري.

وفي رواية:"وهُوَ مُتَوسِّدٌ بُرْدةً وقَدْ لقِينَا مِنَ الْمُشْركِين شِدَّةً".

Abu ‘Abdillah Khabbab bin Al-Arat -radhiyallahu 'anhu- berkata; "Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah; "Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami? Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?".

Beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa". [Shahih Bukhari]

Dalam riwayat lain: “Beliau sedang duduk beralaskan selendang, saat itu kami sedang mengalami siksaan yang sangat keras dari orang-orang Musyrikin”.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Khabbab bin Al-Arat, Abu Abdillah At-Tamimiy radhiyallahu ‘anhu.

Beliau salah satu sahabat Nabi yang terdahulu beriman dan disiksa di Mekah, beliau ikut perang Badar dan peperangan lainnya. Wafat tahun 37 hijriyah di Kufa.

2.      Bertawassul kepada orang shalih yang masih hidup.

Lihat: Tawassul syar’iy dan syirkiy

3.      Bersabar dalam mempertahankan agama.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Akan datang kepada manusia satu masa dimana orang yang bersabar di atas agamanya di antara mereka seperti orang yang menggenggam bara api". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

4.      Mu’jizat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bisa mengetahui perkara gaib atas izin Allah 'azza wajalla.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]

Lihat: Mu'jizat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam

5.      Larangan bersifat tergesa-gesa.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ} [الأنبياء: 37]

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku, maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. [Al-Anbiyaa': 37]

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«التُّؤَدَةُ فِي كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ»

"Perlahan (tidak tergesa-gesa) dalam segala sesuatu itu baik, kecuali dalam beramal untuk akhirat." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ»

"Senantiasa akan dikabulkan do'a seorang hamba selama ia tidak meminta sesuatu yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahim, dan selama ia tidak tergesa-gesa.

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah .. bagaimana tergesa-gesa itu?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«يَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِى ! فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ» [صحيح مسلم]

Ia berkata: "Aku sudah berdo'a dan berdo'a tapi tidak perna dikabulkan untukku!", Kemudian ia merasa letih dan meninggalkan do'a. [Sahih Muslim]

Hadits kedelapan belas

18/42- وعن ابن مَسعُودٍ رضي اللَّه عنه قال: لمَّا كَانَ يَوْمُ حُنَيْنٍ آثَرَ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم نَاساً في الْقِسْمَةِ: فأَعْطَى الأَقْرعَ بْنَ حابِسٍ مائةً مِنَ الإِبِلِ وأَعْطَى عُييْنَةَ بْنَ حِصْنٍ مِثْلَ ذلِكَ، وأَعطى نَاساً منْ أشرافِ الْعربِ وآثَرهُمْ يوْمئِذٍ في الْقِسْمَةِ. فَقَالَ رجُلٌ: واللَّهِ إنَّ هَذِهِ قِسْمةٌ مَا عُدِلَ فِيها، وَمَا أُريد فِيهَا وَجهُ اللَّه، فَقُلْتُ: واللَّه لأُخْبِرَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فأتيتُهُ فَأخبرته بِما قَالَ، فتغَيَّر وَجْهُهُ حتَّى كَانَ كَالصِّرْفِ. ثُمَّ قَالَ: "فَمنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ يعدِلِ اللَّهُ ورسُولُهُ؟ ثُمَّ قَالَ: يرحَمُ اللَّهُ مُوسَى قَدْ أُوْذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصبرَ" فَقُلْتُ: لاَ جرمَ لاَ أَرْفعُ إلَيه بعْدها حدِيثاً. متفقٌ عَلَيهِ.

Ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- berkata; Pada perang Hunain (tahun 8H), Rasulullah lebih berpihak kepada sebagian orang dalam pembagiannya. Beliau memberikan Al-Aqra' bin Habis sebanyak seratus ekor unta, dan memberikan Uyainah juga sebanyak itu. Lalu beliau membagikan kepada para pembesar Arab dan melebihkan bagian mereka. Maka berkatalah seorang laki-laki, "Demi Allah, ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah." Maka aku pun berkata, "Demi Allah, aku benar-benar akan menyampaikannya kepada Rasulullah ." Kemudian aku segera mendatangi beliau dan mengabarkan apa yang telah dikatakan orang itu, maka berubahlah raut wajah beliau hingga seperti cat merah. Setelah itu, beliau bersabda, "Kalau begitu, lantas siapa lagi yang akan berlaku adil, jika Allah dan rasul-Nya saja (dikatakan) tidak berlaku adil?" Kemudian beliau bersabda lagi, "Semoga Allah merahmati Musa, sungguh, ia telah disakiti lebih dari ini lalu ia bersabar."

Aku berkata, "Tidak ada dosa, jika setelahnya aku tidak lagi memberitakan sesuatu (yang membuatnya) marah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Memberi kepada orang yang baru memeluk Islam untuk menguatkan hati mereka.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [التوبة: 60]

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [At-Taubah: 60]

3.      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling adil.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«قَدْ عَلِمْتُمْ أَنِّي أَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَصْدَقُكُمْ وَأَبَرُّكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Kalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah diantara kalian, paling jujur, dan paling baik". [Shahih Bukhari dan Muslim]

4.      Gibah yang dibolehkan.

Ada 6 kondisi dibolehkan menyebutkan kekurangan orang lain:

(1) Mengadukan kedzaliman, (2) menghilangkan kemungkaran, (3) meminta fatwa, (4) memberi perintatan, (5) terang-terangan bermaksiat, dan (6) untuk mengenali.

Lihat: 6 gibah yang dibolehkan

5.      Wajib menerima keputusan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]

6.      Kaum khawarij suka mengeritik kebijakan pemerintah di depan umum.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu mengatakan;

بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ: اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: «وَيْلَكَ، وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ» قَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ: دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ، قَالَ: «دَعْهُ، فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا، يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ»

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang membagi (harta rampasan), tiba-tiba Adbdullah bin Dzil Khuwaishirah At-Tamimiy datang seraya menegur Nabi; 'Hendaklah engkau berbuat adil, wahai Rasulullah! '

Spontan Nabi menjawab: "Celakalah kamu, siapa lagi yang berbuat adil jika aku tak berbuat adil?"

Umar kemudian berujar; 'Biarkan aku yang memenggal lehernya! '

Nabi bersabda; "Biarkan saja dia, sebab dia mempunyai beberapa kawan yang salah seorang diantara kalian meremehkan shalatnya dibanding dengan shalatnya, dan meremehkan puasanya dibanding puasanya, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busur. [Shahih Bukhari dan Muslim]

7.      Mengambil pelajaran dari kesabaran para Nabi dan Rasul 'alaihimussalam.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ} [الأنعام: 34]

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. [Al-An'aam: 34]

Lihat: Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

8.      Nabi Musa 'alaihissalam bersabar atas gangguan kaumnya.

Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

" إِنَّ مُوسَى كَانَ رَجُلًا حَيِيًّا سِتِّيرًا، لاَ يُرَى مِنْ جِلْدِهِ شَيْءٌ اسْتِحْيَاءً مِنْهُ، فَآذَاهُ مَنْ آذَاهُ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَقَالُوا: مَا يَسْتَتِرُ هَذَا التَّسَتُّرَ، إِلَّا مِنْ عَيْبٍ بِجِلْدِهِ: إِمَّا بَرَصٌ وَإِمَّا أُدْرَةٌ: وَإِمَّا آفَةٌ، وَإِنَّ اللَّهَ أَرَادَ أَنْ يُبَرِّئَهُ مِمَّا قَالُوا لِمُوسَى، فَخَلاَ يَوْمًا وَحْدَهُ، فَوَضَعَ ثِيَابَهُ عَلَى الحَجَرِ، ثُمَّ اغْتَسَلَ، فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ إِلَى ثِيَابِهِ لِيَأْخُذَهَا، وَإِنَّ الحَجَرَ عَدَا بِثَوْبِهِ، فَأَخَذَ مُوسَى عَصَاهُ وَطَلَبَ الحَجَرَ، فَجَعَلَ يَقُولُ: ثَوْبِي حَجَرُ، ثَوْبِي حَجَرُ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَرَأَوْهُ عُرْيَانًا أَحْسَنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ، وَأَبْرَأَهُ مِمَّا يَقُولُونَ، وَقَامَ الحَجَرُ، فَأَخَذَ ثَوْبَهُ فَلَبِسَهُ، وَطَفِقَ بِالحَجَرِ ضَرْبًا بِعَصَاهُ، فَوَاللَّهِ إِنَّ بِالحَجَرِ لَنَدَبًا مِنْ أَثَرِ ضَرْبِهِ، ثَلاَثًا أَوْ أَرْبَعًا أَوْ خَمْسًا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا} " [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Nabi Musa 'alaihissalam adalah seorang pemuda yang sangat pemalu dan senantiasa badannya tertutup sehingga tidak ada satu pun dari bagian badannya yang terbuka karena sangat pemalunya. Pada suatu hari ada orang-orang dari Bani Israil yang mengolok-oloknya. Mereka berkata, "Sesungguhnya tidaklah dia ini menutupi tubuhnya melainkan karena kulit tubuhnya sangat jelek, bisa jadi karena menderita sakit kusta, bisul atau penyakit-penyakit lainnya". Sungguh Allah ingin membebaskan Nabi Musa dari apa yang mereka katakan terhadap Musa, sehingga pada suatu hari dia mandi sendirian dengan talanjang dan meletakkan pakaiannya di atas batu. Maka mandilah dia dan ketika telah selesai dia beranjak untuk mengambil pakaiannya namun batu itu telah melarikan pakaiannya. Maka Musa mengambil tongkatnya dan mengejar batu tersebut sambil memanggil-manggil, "Pakaianku, wahai batu. Pakaianku, wahai batu". Hingga akhirnya dia sampai ke tempat kerumunan para pembesar Bani Israil dan mereka melihat Musa dalam keadaan telanjang yang merupakan sebaik-baiknya ciptaan Allah. Dengan kejadian itu Allah membebaskan Musa dari apa yang mereka katakan selama ini. Akhirnya batu itu berhenti lalu Musa mengambil pakaiannya dan memakainya. Kemudian Musa memukuli batu tersebut dengan tongkatnya. Sungguh demi Allah, batu tersebut masih tampak bekas pukulan Musa, tiga, empat atau lima pukulan. Inilah di antara kisah Nabi Musa 'alaihissalam seperti difirmankan Allah Ta'ala: ("Wahai orang-orang beriman janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang mengolok-olok (menyakiti) Musa lalu Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan") (Al-Ahzab: 69). [Shahih Bukhari dan Muslim]

9.      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam marah jika menyangkut agama.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

«مَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا»

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah marah demi harga dirinya jika ia dihina, kecuali jika sudah melanggar ketentuan Allah, maka ia marah demi Allah”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Hadits kesembilan belas

19/43- وعن أنس رضي اللَّه عنه قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: " إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بعبْدِهِ خَيْراً عجَّلَ لَهُ الْعُقُوبةَ في الدُّنْيَا، وإِذَا أَرَادَ اللَّه بِعبدِهِ الشَّرَّ أمسَكَ عنْهُ بذَنْبِهِ حتَّى يُوافِيَ بهِ يَومَ الْقِيامةِ ".

وقَالَ النبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: " إِنَّ عِظَمَ الْجزاءِ مَعَ عِظَمِ الْبلاءِ، وإِنَّ اللَّه تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوماً ابتلاهُمْ، فَمنْ رضِيَ فلَهُ الرضَا، ومَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ " [رواه الترمذي وقَالَ: حديثٌ حسنٌ]

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Allah menghendaki untuk hamba-Nya kebaikan maka Allah mempercepat baginya hukuman di dunia, dan jika Allah menghendaki untuk hamba-Nya keburukan maka Allah menunda hukuman dosanya sampai ia merasakannya di hari kiamat”.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum maka Allah menimpakannya cobaan, maka barangsiapa yang ridha maka ia akan mendapatkan keridhaan, dan barangsiapa yang murka maka ia akan mendapatkan kemurkaan”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Susuatu yang kita anggap buruk bisa jadi adalah baik, atau sebaliknya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]

Dan oleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. [Al-Baqarah:216]

2.      Hukuman di dunia lebih baik dari pada di akhirat.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِين} [آل عمران: 178]

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. [Ali Imran:178]

Ø  Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»

“Sesungguhnya Allah menangguhkan siksaan bagi orang dzalim sampai ketika Allah menghukumnya ia tidak akan bisa lepas dari-Nya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«يَوَدُّ أَهْلُ العَافِيَةِ يَوْمَ القِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ البَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ» [سنن الترمذي: حسن]

"Pada hari kiamat ketika orang-orang yang di uji diberi pahala, orang-orang yang sehat menginginkan seandainya kulit-kulit mereka di dunia dipotong dengan gunting." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

3.      Tidak boleh meminta hukuman Allah dipercepat di dunia.

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَىْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ». قَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِى بِهِ فِى الآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِى فِى الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ - أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ - أَفَلاَ قُلْتَ: اللَّهُمَّ آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ». قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjenguk seorang muslim yang sedang sakit sudah kurus dan lemah seperti anak ayam, Rasulullah bertanya padanya: Apakah engkau pernah berdo'a sesuatu atau meminta kepada Allah? Ia menjawab: Iya, aku pernah berdo'a " Ya Allah .. jika aku akan dihukum di akhirat maka percepatlah hukumanku di dunia".

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Maha suci Allah .. kamu tidak akan mampu menerimanya, kenapa engkau tidak meminta "Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

Lalu Rasulullah berdo'a kepada Allah untuknya maka Allah menyembuhkannya. [Sahih Muslim]

4.      Pahala berbanding lurus dengan kesulitan.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya tentang pahala umrahnya:

«إِنَّ لَكِ مِنَ الْأَجْرِ عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ وَنَفَقَتِكِ» [المستدرك على الصحيحين للحاكم: صحيح]

“Sungguh engkau mendapatkan pahala seseuai kadar keletihan dan nafkahmu”. [Mustadrak Hakim: Shahih]

Lihat hadits keempat belas dari bab ini.

Hadits keduapuluh

20/44- وعنْ أَنَسٍ رضي اللَّه عنه قَالَ: كَانَ ابْنٌ لأبي طلْحةَ رضي اللَّه عنه يَشْتَكي، فَخَرَجَ أبُو طَلْحة، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ، فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحةَ قَالَ: مَا فَعَلَ ابنِي؟ قَالَت أُمُّ سُلَيْم وَهِيَ أُمُّ الصَّبيِّ: هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ، فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا، فَلَمَّا فرغَ قَالَتْ: وارُوا الصَّبيَّ، فَلَمَّا أَصْبحَ أَبُو طَلْحَة أَتَى رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَأَخْبرهُ، فَقَالَ: "أَعرَّسْتُمُ اللَّيْلَةَ؟" قَالَ: نَعَمْ، قَالَ:" اللَّهمَّ باركْ لَهُما " فَولَدتْ غُلاماً فقَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: احْمِلْهُ حتَّى تَأَتِيَ بِهِ النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، وبَعثَ مَعهُ بِتمْرَات، فَقَالَ:"أَمعهُ شْيءٌ؟ "قَالَ: نعمْ، تَمراتٌ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَمضَغَهَا، ثُمَّ أَخذَهَا مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا في فِيِّ الصَّبيِّ ثُمَّ حَنَّكَه وسمَّاهُ عبدَ اللَّهِ [متفقٌ عَلَيهِ]

Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata, "Anak Abu Thalhah sedang sakit, ketika Abu Thalhah keluar anaknya meninggal. Dan ketika Abu Thalhah kembali ia bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?" Ummu Sulaim menjawab, "Dia lebih tenang dari sebelumnya." Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan malam, maka Abu Thalhah pun makan malam kemudian bersetubuh dengannya. Setelah selesai (dari jimak) Ummu Sulaim berkata, "Anakmu telah dikuburkan." Maka di waktu pagi, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengabarkan kejadian tersebut. Beliau bertanya, "Kalian tadi malam menjadi pengantin?" Abu Thalhah menjawab, "Ya." Beliau pun berdoa, "Ya Allah, berkahilah keduanya." Ummu Sulaim kemudian melahirkan seorang anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku, "Jagalah ia hingga engkau bawa ke hadapan Nabi ." Anas kemudian membawa bayi tersebut kepada Nabi , dan Ummu Sulaim membekalinya dengan beberapa kurma. Nabi kemudian meraih bayi Abu Thalhah, beliau lalu bertanya, "Apakah ia (Anas) membawa sesuatu?" para sahabat menjawab, "Ya. Beberapa butir kurma." Nabi kemudian mengambil kurma dan menguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari mulutnya dan memasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu memberinya nama Abdullah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

وفي روايةٍ للْبُخَاريِّ: قَالَ ابْنُ عُيَيْنَة: فَقَالَ رجُلٌ منَ الأَنْصارِ: فَرَأَيْتُ تَسعة أَوْلادٍ كلُّهُمْ قدْ قَرؤُوا الْقُرْآنَ، يعْنِي مِنْ أَوْلادِ عَبْدِ اللَّه الْموْلُود.

Dan dalam riwayat Bukhari: Sufyan bin ‘Uyainah berkata; Ada seorang dari kalangan Anshar berkata,: "Kemudian setelah itu aku melihat keduanya memiliki sembilan anak yang semuanya telah hafal Al-Qur'an". Maksudnya anak dari Abdullah yang lahir.

وَفي روايةٍ لمسلِم: ماتَ ابْنٌ لأبِي طَلْحَةَ مِنْ أُمِّ سُلَيْمٍ، فَقَالَتْ لأهْلِهَا: لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بابنِهِ حتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ، فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً فَأَكَلَ وشَرِبَ، ثُمَّ تَصنَّعتْ لهُ أَحْسنَ مَا كانتْ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذلكَ، فَوقَعَ بِهَا، فَلَمَّا أَنْ رأَتْ أَنَّهُ قَدْ شَبِعِ وأَصَابَ مِنْها قَالتْ: يَا أَبَا طلْحةَ، أَرَايْتَ لَوْ أَنَّ قَوْماً أَعارُوا عارِيتهُمْ أَهْل بيْتٍ فَطَلبوا عاريَتَهُم، ألَهُمْ أَنْ يمْنَعُوهَا؟ قَالَ: لا، فَقَالَتْ: فاحتسِبْ ابْنَكَ. قَالَ: فغَضِبَ، ثُمَّ قَالَ: تركتنِي حتَّى إِذَا تَلطَّخْتُ ثُمَّ أَخْبرتِني بِابْني، فَانْطَلَقَ حتَّى أَتَى رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فأخْبَرهُ بِمَا كَانَ، فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "بَاركَ اللَّه لكُما في ليْلتِكُما".

قَالَ: فحملَتْ، قَالَ: وكَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في سفَرٍ وهِي مَعَهُ وكَانَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا أَتَى الْمَدِينَةِ مِنْ سَفَرٍ لاَ يَطْرُقُها طُرُوقاً فَدنَوْا مِنَ الْمَدِينَةِ، فَضَرَبَهَا الْمَخاضُ، فَاحْتَبَس عَلَيْهَا أَبُو طلْحَةَ، وانْطلَقَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم. قَالَ: يقُولُ أَبُو طَلْحةَ إِنَّكَ لتعلمُ يَا ربِّ أَنَّهُ يعْجبُنِي أَنْ أَخْرُجَ معَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذَا خَرَجَ، وأَدْخُلَ مَعهُ إِذَا دَخَلَ، وقَدِ احْتَبَسْتُ بِما تَرى. تقولُ أُمُّ سُلَيْمٍ: يَا أَبَا طلْحةَ مَا أَجِد الَّذي كنْتُ أَجِدُ، انْطَلِقْ، فانْطَلقْنَا، وضَربهَا المَخاضُ حينَ قَدِمَا فَولَدتْ غُلاماً. فقالَتْ لِي أُمِّي: يا أَنَسُ لا يُرْضِعُهُ أَحدٌ تَغْدُوَ بِهِ عَلَى رسُول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فلمَّا أَصْبحَ احتملْتُهُ فانطَلقْتُ بِهِ إِلَى رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم. وذَكَرَ تمامَ الْحَدِيثِ.

Dan dalam riwayat Muslim: "Pada suatu ketika seorang putra Abu Thalhah dan istrinya yang bernama Ummu Sulaim, meninggal dunia Kemudian Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya; 'Janganlah kalian memberitahukan musibah ini kepada Abu Thalhah sehingga saya sendiri yang akan memberitahukannya." Anas berkata, "Tak lama kemudian Abu Thalhah tiba di rumah. Seperti biasa, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam untuk suaminya. Lalu Abu Thalhah makan dan minum dengan senangnya. Kemudian Ummu Sulaim mulai berhias Iebih cantik daripada hari biasanya hingga Abu Thalhah menggaulinya. Setelah mengetahui bahwasanya Abu Thalhah telah merasa puas dan lega, maka Ummu Sulaim berkata; 'Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurut pendapat engkau apabila ada sekelompok orang memberikan pinjaman kepada suatu keluarga. Kemudian, ternyata pinjaman tersebut mereka minta kembali. Apakah boleh keluarga itu menolak permintaannya? Dengan mantap Ahu Thalhah menjawab, "Tentu saja keluarga itu tidak boleh menolak permintaan kelompok itu." Lalu Ummu Sulaim berkata, "Maka demikian dengan anak kita, ketahuilah bahwasanya anak kita yang tercinta telah diminta oleh Dzat yang telah mencipta dan memilikinya. Oleb karena itu. relakanlah kematian putra kita tersebut". Betapa terkejut dan marahnya Abu Thalhah mendengar informasi yang disampaikan istrinya itu. Lalu ia pun berkata kepada istrinya, "Mengapa kamu tidak memberitahukanku terlebih dahulu berita ini? Tetapi kamu malah memberitahukannya kepadaku setelah aku menggaulimu.' 

Keesokan harinya Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah untuk menceritakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi pada keluarganya. Mendengar cerita sedih tersebut, Rasulullah berkata, "Semoga Allah memberkahi kalian berdua dalam menjalani malam kalian." Anas berkata; 'Beberapa bulan kemudian, Ummu Sulaim mulai memperlihatkan tanda-tanda kehamiIan. Suatu ketika. Rasulullah sedang bepergian dan Ummu Sulaim turut serta dalam perjalanan tersebut. Biasanya, apabila Rasulullah datang dari bepergian - setibanya di Madinah- maka beliau tidak langsung masuk ke kampung. Sesampainya di dekat kota Madinah, Ummu Sulaim mulai merasakan saat-saat kelahiran hingga Abu Thalhah berhenti untuk mendampinginya. sementara Rasulullah telah pergi. Abu Thalhah berkata; 'Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Maha tahu bahwasanya saya merasa senang keluar untuk menyertai rasul-Mu ketika beliau keluar. Begitu pula saya merasa senang masuk untuk menyertainya, ketika beliau akan masuk (kota Madinah). Tapi sekarang saya terhenti seperti yang Engkau lihat." Anas berkata; 'Ummu Sulaim berkata; Hai Abu Thalhah, saya sudah tidak merasakan apa yang tadi saya rasakan. Ayolah teruskan perjalanan! ' Anas berkata; 'Akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan." Anas berkata, "Ketika tiba di kota Madinah, maka Ummu Sulaim pun melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat. Ibu saya (Ummu Sulaim) berkata kepada saya; Hai Anas, janganlah ada seorang pun yang menyusui bayi ini hingga kamu membawanya ke hadapan Rasulullah.' Esok harinya, saya membawa bayi tersebut kepada Rasulullah .

Lihat: Kisah kesabaran Ummu Sulaim saat putranya wafat

Hadits keduapuluh satu – duapuluh empat

21/45- وعنْ أَبِي هُريرةَ رضي اللَّه عنه أَن رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: " لَيْسَ الشديدُ بالصُّرَعةِ إِنمَّا الشديدُ الَّذي يمْلِكُ نَفسَهُ عِنْد الْغَضَبِ " متفقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang selalu mengalahkan lawannya, akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah". [Sahih Bukhari dan Muslim]

22/46- وعنْ سُلَيْمانَ بْنِ صُرَدٍ رضي اللَّه عنهُ قَالَ: كُنْتُ جالِساً مَعَ النَّبِي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، ورجُلان يستَبَّانِ وأَحدُهُمَا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ. وانْتفَخَتْ أودَاجهُ. فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "إِنِّي لأعلَمُ كَلِمةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عنْهُ مَا يجِدُ، لوْ قَالَ: أَعْوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ذَهَبَ منْهُ مَا يجدُ "، فقَالُوا لَهُ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "تعوَّذْ بِاللِّهِ مِن الشَّيَطان الرَّجِيمِ". [فَقَالَ: وَهَلْ بِي جُنُونٌ؟] متفقٌ عَلَيهِ.

Sulaiman bin Shurad radhiyallahu ‘anhu berkata: "Aku sedang duduk bersana Nabi dan ada dua orang yang saling mencaci. Satu diantaranya wajahnya memerah dan urat lehernya menegang. Maka Nabi bersabda, "Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan akan hilang apa yang sedang dialaminya. Seandainya dia mengatakan a'uudzu billahi minasy syaithaanirrajim", (aku berlindung kepada Allah dari setan) ". Lalu orang-orang mengatakan kepada orang itu, "Sesungguhnya Nabi berkata, "Berlindungkah kamu kepada Allah dari setan yang terkutuk". Orang itu berkata, "Apakah aku sudah gila?". [Shahih Bukhari dan Muslim]

23/47- وعنْ مُعاذ بْنِ أَنَسٍ رضي اللَّه عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "مَنْ كظَمَ غَيظاً، وهُو قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ سُبْحانَهُ وتَعالَى عَلَى رُؤُوسِ الْخلائقِ يَوْمَ الْقِيامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ" رواه أَبُو داوُدَ، والتِّرْمِذيُّ وَقالَ: حديثٌ حسنٌ.

Dari Mu'adz bin Anas radhiyallahu ‘ahu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menahan marah padahal ia manpu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makluk pada hari kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih bidadari sesuai yang ia inginkan". [Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidziy, ia berkata: Hadits iniHasan]

24/48- وعنْ أَبِي هُريْرَةَ رَضيَ اللَّهُ عنهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ للنَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: أوْصِني، قَالَ: "لا تَغضَبْ"، فَردَّدَ مِراراً، قَالَ: "لا تَغْضَبْ"، رواه البخاريُّ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Seseorang bertanya kepada Rasulullah: Berilah aku wasiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jangan marah". Namun orang tersebut terus mengulangi permintaannya, dan Rasulullah tetap menjawab: "Jangan marah". [Diriwayatkan oleh Bukhari]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Biografi Sulaiman bin Shurd, Abu Al-Mutharrif Al-Khuza’iy radhiyallahu ‘anhu.

Dahulu namanya Yasar, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menamainya “Sulaiman”. Wafat tahun 65 hijriyah.

3.      Biografi Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Beliau pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

4.      Keutamaan menahan marah.

Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘ahuma bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Amalan apa yang bisa menjauhkanku dari murka Allah?

Rasulullah menjawab: «لَا تَغْضَبْ» "Jangan marah". [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Salah seorang sahabat Rasulullah bertanya: Ajarilah aku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak untukku.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: «لَا تَغْضَبْ» "Jangan marah". [Musnad Abu Ya'laa: Sahih]

5.      Bagaimana meredahkan amarah?

Lihat: Syarah Arba'in hadits (16) Abu Hurairah; Wasiat untuk menahan marah

Hadits keduapuluh lima dan duapuluh enam

25/49- وَعَنْ أَبي هُرَيْرةَ رَضِيَ اللَّهُ عنه قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "مَا يَزَال الْبَلاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمؤمِنَةِ في نَفْسِهِ وَولَدِهِ ومَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّه تَعَالَى وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ"، رواه التِّرْمِذيُّ وَقالَ: حديثٌ حسنٌ صحِيحٌ.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah bersabda, "Ujian senantiasa menimpa orang mukmin dan mu’minah pada diri, anak dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa satu kesalahan pun atasnya." [Diriwayatkan oleh Tirmidziy, dan ia berkata: Hadits ini hasan shahih]

26/50- وَعَنْ ابْن عَبَاسٍ رضي اللَّه عنهما قَالَ: قَدِمَ عُيَيْنَة بْنُ حِصْنٍ فَنَزلَ عَلَى ابْنِ أَخيِهِ الْحُر بْنِ قَيْسٍ، وَكَانَ مِن النَّفَرِ الَّذِين يُدْنِيهِمْ عُمرُ رضِيَ اللَّهُ عنهُ، وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحابَ مَجْلِسِ عُمَرَ رضي اللَّهُ عنه وَمُشاوَرَتِهِ كُهولاً كَانُوا أَوْ شُبَّاناً، فَقَالَ عُييْنَةُ لابْنِ أَخيِهِ: يَا ابْنَ أَخِى لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الأمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ، فاستَأذنَ فَأَذِنَ لَهُ عُمرُ. فَلَمَّا دخَلَ قَالَ: هِيْ يَا ابْنَ الْخَطَّاب، فَوَاللَّه مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلا تَحْكُمُ فِينَا بالْعَدْل، فَغَضِبَ عُمَرُ رضيَ اللَّه عنه حتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّه تعَالى قَال لِنبِيِّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: {خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [سورة الأعراف: 198] وإنَّ هَذَا مِنَ الجاهلينَ، وَاللَّه مَا جاوَزَها عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا، وكَانَ وَقَّافاً عِنْد كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى، رواه البخاري.

Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata; Uyainah bin Hishan bin Hudzafah datang, lalu singgah di rumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di majelis Umar dan dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, Anda tidak memenuhi hak kami, dan tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi : {Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh} [Al-A’raf: 198]. Dan orang ini termasuk orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata; Maka demi Allah, Umar pun tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia senantiasa mengerjakan kandungan kitabullah. [Shahih Bukhari]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat:  Keistimewaan Abdullah bin 'Abbas

2.      Keistimewaan Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

3.      Marah adalah sifat manusiawi.

4.      Keutamaan menahan amarah.

Lihat: Jangan marah

5.      Mengabaikan prilaku buruk orang bodoh.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا} [الفرقان: 63]

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. [Al-Furqaan:63]

{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ} [القصص: 55]

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". [Al-Qashash:55]

6.      Keutamaan memaafkan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ} [النور: 22]

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nuur: 22]

{وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ . وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ} [الشورى: 36-37]

"Dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan Hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. [Asy-Syuuraa: 36-37]

{فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [المائدة: 13]

Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. [Al-Maidah:13]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu'anhu-; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

"Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan." [Sahih Muslim]

7.      Sifat orang mu’min senantiasa tunduk pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Hadits keduapuluh tujuh dan duapuluh delapan

27/51- وعَن ابْنِ مسْعُودٍ رضي اللَّه عنه أنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "إِنَّهَا سَتكُونُ بَعْدِى أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرونَها"، قَالُوا: يَا رسُولَ اللَّهِ فَما تَأمرُنا؟ قالَ: "تُؤَدُّونَ الْحقَّ الَّذي عَلَيْكُمْ وتَسْألونَ اللَّه الَّذِي لكُمْ" متفقٌ عَلَيهِ.

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan urusan-urusan yang kalian ingkari (dari pemimpin kalian)".

Mereka bertanya; "Wahai Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami (bila zaman itu kami alami)? '.

Beliau menjawab: "Kalian tunaikan hak-hak yang menjadi kewajiban kalian (terhadap pemimpin) dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian". [Shahih Bukhari dan Muslim]

28/52- وَعن أبي يحْيَى أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ رضي اللَّهُ عنهُ أَنَّ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ قَالَ: يَا رسولَ اللَّهِ أَلا تَسْتَعْمِلُني كَمَا اسْتْعْملتَ فُلاناً وفلاناً فَقَالَ: "إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدي أَثَرَةً، فاصْبِرُوا حَتَّى تلقَوْنِي علَى الْحوْضِ" متفقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Yahya Usaid bin Hudlair radhiallahu'anhu; Ada seseorang dari kalangan Anshar yang berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah sepatutnya baginda mempekerjakanku sebagaimana baginda telah mempekerjakan si fulan?". Beliau menjawab, "Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap-sikap utsrah (individualis, egoism, orang yang mementingkan dirinya sendiri). Maka itu bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku di telaga al-Haudl (di surga) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Yahya Usaid bin Hudhair Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Beliau salah seorang dari penduduk Madinah yang hadits pada perjanjian malam ‘Aqabah, beliau wafat tahun 20 atau 21 hijriyah.

Diantara keistiwaannya:

Dari Usaid bin Hudhair radhiyallahu 'anhu; Ketika ia membaca surah Al-Baqarah di suatu malam tiba-tiba kuda yang terikat di sampingnya bergerak. Maka ia diam dan kudanya pun diam. Kemudian ia membaca lagi dan kudanya bergerak lagi, lalu ia diam dan kudanya pun diam lagi. Kemudian ia membaca lagi dan kudanya bergerak lagi maka ia beranjak. Dan saat itu anaknya yang bernama Yahya dekat darinya dan ia khawatir akan mengenainya. Ketika ia memindahkan anaknya ia mengangkat kepalanya ke langit sampai ia tidak melihatnya. Pada pagi harinya ia menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Rasulullah berkata:

اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ، اقْرَأْ يَا ابْنَ حُضَيْرٍ!

"Bacalah wahai Ibnu Hudhair, bacalah wahai Ibnu Hudhair"

Usaid bekata: Aku khawatir wahai Rasulullah kuda itu akan menginjak Yahya karena ia dekat darinya, lalu aku mengankat kepala ke langit dan aku beranjak menujunya, kemudian aku mengangkat kepala ke langit dan aku melihat seperti naungan yang ada seperti lampu, lalu aku keluar sampai aku tidak melihatnya lagi.

Rasulullah berkata:

«وَتَدْرِي مَا ذَاكَ؟»

"Tahukah kamu apa itu?"

Usaid menjawab: Tidak!

Rasulullah bersabda:

«تِلْكَ المَلاَئِكَةُ دَنَتْ لِصَوْتِكَ، وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهَا، لاَ تَتَوَارَى مِنْهُمْ»

"Itu adalah malaikat yang turun untuk mendengar suaramu, dan seandainya engkau membacanya terus maka orang-orang akan melihatnya di pagi hari dan tidak terhalang dari mereka" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:

أَنَّ عَبَّادَ بْنَ بِشْرٍ الْأَنْصَارِيَّ، وَأُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ الْأَنْصَارِيَّ، خَرَجَا إِلَى الصَّلَاةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ حِنْدِسٍ، يَعْنِي ظَلْمَاءَ، فَلَمَّا رَجَعَا إِلَى بِيُوتِهِمَا، صَارَ بَيْنَ أَيْدِيهِمَا ضَوْءٌ، حَتَّى إِذَا أَرَادَا أَنْ يَتَفَرَّقَا، صَارَ مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا ضَوْءٌ "

Bahwasanya 'Abbaad bin Bisyr Al-Anshariy dan Usaid bin Hudhair Al-Anshariy keluar menuju shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam yang sangat gelap, maka ketika keduanya kembali kerumah, ada satu cahaya di depan mereka, sampai ketika keduanya hendak berpisah, maka masing-masing dari keduanya bersama satu cahaya. [Musnad Ath-Thayalisiy no.2147]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو بَكْرٍ، نِعْمَ الرَّجُلُ عُمَرُ، نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ، نِعْمَ الرَّجُلُ أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ، نِعْمَ الرَّجُلُ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، نِعْمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، نِعْمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بْنُ عَمْرِو بْنِ الجَمُوحِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu Bakar, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Umar, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu 'Ubadah bin Jarrah, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Usaid bin Hudlair, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Tsabit bin Qais bin Syammas, sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Mu'adz bin Jabal, Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Mu'adz bin 'Amru bin Al Jamuh." [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Dari Usaid bin Hudhair radhiallahu 'anhu seorang laki-laki Anshar:

بَيْنَمَا هُوَ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ وَكَانَ فِيهِ مِزَاحٌ بَيْنَا يُضْحِكُهُمْ فَطَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَاصِرَتِهِ بِعُودٍ فَقَالَ: أَصْبِرْنِي فَقَالَ: «اصْطَبِرْ» قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ قَمِيصًا وَلَيْسَ عَلَيَّ قَمِيصٌ، «فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَمِيصِهِ، فَاحْتَضَنَهُ وَجَعَلَ يُقَبِّلُ كَشْحَهُ»، قَالَ إِنَّمَا أَرَدْتُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ [سنن أبي داود: صحيح]

"Saat ia bercakap-cakap dengan sekumpulan orang, lalu ada sesuatu yang membuat mereka tertawa, tiba-tiba Nabi menusuk lambungnya dengan kayu." Laki-laki itu berkata, "Berikanlah aku hak untuk mengqishas!" Beliau bersabda, "Lakukanlah." Laki-laki itu berkata lagi, "Tuan masih mengenakan baju, padahal aku tidak mengenakan baju." Nabi lantas melepas bajunya, namun laki-laki itu memeluk dan mencium badan beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sebenarnya inilah yang aku harapkan." [Sunan Abi Daud: Shahih]

2.      Perintah bersabar atas keburukan pemerintah.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَلَيْكَ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ فِي عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ، وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ، وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ» [صحيح مسلم]

"Wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan biarpun merugikan kepentinganmu." [Shahih Muslim]

Ø  Salamah bin Yazid Al-Ju'fiy radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

يَا نَبِيَّ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُونَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُونَا حَقَّنَا، فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي الثَّالِثَةِ، فَجَذَبَهُ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ، وَقَالَ: «اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا، وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ» [صحيح مسلم]

"Wahai Nabi Allah, bagaimanakah pendapatmu jika para penguasa yang memimpin kami selalu menuntut hak mereka atas kami tapi mereka tidak mau memenuhi hak kami, sikap apa yang anda anjurkan kepada kami?"

Maka beliau berpaling, lalu ditanyakan lagi kepada beliau dan beliaupun tetap enggan menjawabnya, hingga dua atau tiga kali pertanyaan itu diajukan kepada beliau, kemudian Al-Aty'ats bin Qa`is menarik Salamah bin Zayid.

Beliau lalu bersabda: "Dengarkan dan taatilah, sesungguhnya mereka akan mempertanggung jawabkan atas semua perbuatan mereka, sebagaimana kalian juga akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kalian." [Shahih Muslim]

Ø  Adiy bin Hatim radhiyallahu 'anhu berkata: Kami betanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا نَسْأَلُكَ عَنْ طَاعَةِ مَنِ اتَّقَى، وَلَكِنْ مَنْ فَعَلَ وَفَعَلَ، فَذَكَرَ الشَّرَّ، فَقَالَ: «اتَّقُوا اللَّهَ، وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا» [السنة لابن أبي عاصم: حسن لغيره]

Wahai Rasulullah, kami tidak menanyaimu tentang taat kepada pemimpin yang bertakwa, akan tetapi tentang taat kepada pemimpin yang melakukan ini dan itu (maksiat). Ia menyebutkan beberapa keburukan.

Maka Rasulullah menjawab: “Bertakwalah kalian kepada Allah, dan dengarkan dan taatilah pemerintah”. [As-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim: Hasan ligairih]

Ø  Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»

"Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia."

Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku apa yang anda perintahkan kepadaku?"

Beliau menjawab: "Dengar dan patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu, dengar dan patuhilah dia." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"  Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan taat pada perintah yang ia sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika diperintahkan kepada maksiat, jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً» [صحيح البخاري ومسلم]

"Siapa yang tidak menyukai kebijakan amir (pemimpinnya) hendaklah bersabar, sebab siapapun yang keluar dari ketaatan kepada amir sejengkal, ia mati dalam jahiliyah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Boleh meminta jabatan jika merasa mampu.

Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي؟

"Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?"

Abu Dzar berkata, "Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda:

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." [Shahih Muslim]

Hadits keduapuluh sembilan

29/53- وَعنْ أبي إِبْراهيمَ عَبْدِ اللَّه بْنِ أبي أَوْفي رضي اللَّهُ عنهمَا أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في بعْضِ أَيَّامِهِ التي لَقِيَ فِيهَا الْعَدُوَّ، انْتَظرَ حَتَّى إِذَا مَالَتِ الشَّمْسُ قَامَ فِيهمْ فَقَالَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ لا تَتَمنَّوا لِقَاءَ الْعدُوِّ، وَاسْأَلُوا اللَّه العَافِيَةَ، فَإِذَا لقيتُموهم فاصْبرُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّة تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوفِ" ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الأَحْزابِ، اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنا عَلَيْهِمْ". متفقٌ عليه وباللَّه التَّوْفيقُ.

Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abu Aufa; Bahwasanya suatu ketika Rasulullah pernah bertemu dengan para musuh, lalu beliau menunggu hingga matahari condong ke arah barat. Setelah itu, beliau berdiri di antara para sahabat seraya bersabda, "Wahai kaum muslimin, janganlah kalian mengharap bertemu dengan musuh, dan mohonlah kesehatan kepada Allah, namun apabila kalian bertemu dengan mereka maka bersabarlah. Ketahuilah oleh kalian semua, bahwa surga berada di bawah naungan pedang." Kemudian Nabi berdiri sambil bermunajat, "Ya Allah, Dzat yang menurunkan Al-Qur'an, Dzat yang menggerakkan awan, Dzat yang dapat mengalahkan pasukan Ahzab, hancurkanlah mereka semua dan berikanlah kemenangan atas kami." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa Al-Aslamiy radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Larangan meminta bertemu musuh (perang).

3.      Bersabar dalam peperangan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [الأنفال: 45]

{قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ} [البقرة: 249]

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." [Al-Baqarah:249]

{فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 66]

Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfaal:66]

4.      Keutamaan jihad di jalan Allah 'azzawajalla.

Dari Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: رَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيمَةٍ، ... " [سنن أبي داود: صحيح]

“Ada tiga golongan semuanya dijamin oleh Allah 'azza wajalla: Seorang yang keluar berperang di jalan Allah maka ia dijamin oleh Allah sampai ia meninggal dan masuk surga atau kembali dengan membawa pahala dan harta rampasan. … “. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ فِي الجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ» [صحيح البخاري]

"Sesungguhnya dalam surga itu ada seratus derajat, Allah persiapkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah, jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi". [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا، وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ، يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا، فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الكَرَامَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"  Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia, karena menurutnya di dunia tidak ada yang bernilai sedikit pun, kecuali orang yang mati syahid dimana dia berkeinginan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid). [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"  لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوَقَارِ، اليَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الحُورِ العِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ " [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan: Dosanya akan diampuni sejak darahnya tertumpah di awal kali pertempuran, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya." [Sunan Tirmidzy: Sahih]

5.      Boleh meminta mati syahid.

Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ سَأَلَ اللهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ، بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ، وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang meminta kepada Allah agar ia mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikan ia pada derajat syuhada' sekalipun ia meninggal di atas ranjangnya". [Sahih Muslim]

6.      Do’a meminta kemenagan dari musuh.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 250]

Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka (musuh), merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". [Al-Baqarah: 250]

7.      Allah subhanahu wata’aalaa pengatur alam semesta.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [الحديد : 2]

Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Al-Hadiid: 2]

{تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [الملك : 1]

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Al-Mulk: 1]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar (hadits 7-15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...