Minggu, 26 Februari 2023

Tiga yang membinasakan dan tiga yang menyelamatkan

بسم الله الرحمن الرحيم

Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam bersabda:

«ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ، وَثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ. فَقَالَ: ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ. وَثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ: خَشْيَةُ اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا»

"Tiga yang membinasakan dan tiga yang menyelamatkan. Tiga yang membinasakan: Sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya. Dan tiga yang menyelamatkan: Takut kepada Allah saat sepi maupun ramai, sederhana saat miskin maupun kaya, dan adil saat marah maupun ridha". [Hasan ligairih]

Hadits ini diriwayatkan dari beberapa Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti: Anas bin Malik, Abdullah bin ‘Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Abi Aufa, dan Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhum yang sanadnya saling menguatkan satu sama lain. [Silsilah Ash-Shahihah 4/412 no.1802]

Tiga yang membinasakan:

Pertama: Sifat kikir yang ditaati.

Diantara bentuk keburukan sifat kikir:

1.       Kikir terhadap diri sendiri.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَن نَّفْسِهِ} [محمد : 38]

Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. [Muhammad: 38]

2.       Hidupnya dipersulit.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ (10) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّىٰ} [الليل : 8-11]

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. [Al-Lail: 8-11]

3.       Sifat terburuk.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata; saya mendengar Rasulullah bersabda:

"شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ، وَجُبْنٌ خَالِعٌ"

"Seburuk-buruk perkara yang ada pada seseorang adalah kekikiran serta ketamakan, dan sifat penakut serta lemah." [Sunan Abi Daud: Shahih]

4.       Bukan sifat orang beriman.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا» [سنن النسائي: صحيح]

"Tidak akan berkumpul sikap kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selamanya." [Sunan An-Nasa’i: Shahih]

5.       Sifat orang munafiq.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ} [الأحزاب : 19]

Mereka (orang munafiq) bakhil terhadapmu. [Al-Ahzaab: 19]

6.       Dibenci oleh Allah dan diancam siksaan yang pedih.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا، الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ} [النساء: 36-37 ]

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. [An-Nisaa': 36-37]

7.       Mengajak kepada dusta, dzalim, dan memutuskan silaturahim.

Dari Abu Hafsh Umar bin Abdirrahman; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إيَّاكُم والظُّلمَ فإنَّ الظُّلمَ ظلُماتٌ يومَ القيامةِ، والشُّحَّ، فإنَّما أَهْلَكَ مَن كانَ قبلَكُم الشَّحُ أمرَهُم بالكذِبِ فكذَبوا وأمرَهُم بالظُّلمِ فظَلموا وأمرَهُم بالقطيعةِ فقَطَعوا» [تخريج الحنائيات للشيخ مشهور: حسن]

“Jauhilah perbuatan dzalim, karena perbuatan dzalim adalah kegelapan di hari kiamat, dan jauhilah sifat kikir, karena umat sebelum kalian binasa karena sifat kikir. Sifat kikir memerintahkan mereka untuk berdusta maka bereka berdusta, memerintakan mereka berbuat dzalim maka mereka berbuat dzalim, dan memerintahkan mereka untuk memutuskan silaturahim maka mereka memeutuskannya”. [Takhrij Al-Hinaiyaat karya syekh Masyhur: Hasan]

8.       Tidak beruntung.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [التغابن : 16]

Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. [At-Tagabun: 16] [Al-Hasyr: 9]

Lihat: Cela sifat kikir dan penakut

Kedua: Hawa nafsu yang diikuti, mengantar kepada syubhat, berlebihan dalam beragama, dan syahwat.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23]

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [Al-Jatsiyah:23]

{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [القصص: 50]

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al-Qashash: 50]

{وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ} [ص: 26]

Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. [Shaad: 26]

Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

" إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمُ اثْنَتَيْنِ: اتِّبَاعُ الْهَوَى، وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا اتِّبَاعُ الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي الْآخِرَةَ "

"Sesungguhnya diantara yang aku khawatirkan pada kalian adalah dua hal: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu maka itu akan menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan melupakan akhirat". [Az-Zuhd karya Al-Mu'aafaa]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Ketiga: Kekaguman seseorang terhadap dirinya dalam perkara akhirat maupun dunia.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ} [الأعراف: 12-13]

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". [Al-A'raaf: 12 - 13]

Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ» قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan." Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [Shahih Muslim]

Lihat: Cela sifat sombong

Tiga yang menyelamatkan:

Pertama: Takut kepada Allah saat sepi maupun ramai.

Ciri orang yang memiliki sifat khasyah, diantaranya:

1)      Berilmu.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} [فاطر: 28]

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. [Faathir:28]

Ø  Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi melarang mereka bersabda:

«وَاللَّهِ، إِنِّي لَأَعْلَمُكُمْ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Demi Allah, aku adalah orang yang paling tahu dan paling takut di antara kalian terhadap Allah ‘azzawajalla." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Masruuq bin Al-Ajda' (62H) rahimahullah berkata:

"بحسب امرئ من العلم أنْ يخشى الله، وبحسب امرئ من الجهل أنْ يُعجب بعلمه" [أخلاق العلماء للآجري]

"Cukuplah seorang itu dikatakan berilmu apabila dia takut kepada Allah, dan cukuplah seorang itu dikatakan bodoh apabila dia bangga dengan ilmunya" [Akhlaq Al-'Ulama' karya Al-Ajurriy]

Lihat: Akhlak ulama dan penuntut ilmu

2)      Bergetar hatinya ketika mengingat Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ} [الزمر: 23]

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. [Az-Zumar: 23]

3)      Menjadikan Al-Qur’an sebagai peringatan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{طه (1) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى} [طه: 1 - 3]

Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). [Thaha: 1-3]

4)      Menjadikan kisah umat terdahulu sebagai pelajaran.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى} [النازعات: 26]

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). [An-Nazi’at: 26]

5)      Selalu bergegas dan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ} [المؤمنون: 57- 61]

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati Karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan (berupa ibadah), dengan hati yang takut (tidak diterima), (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya". [Al-Mu'minun:57-61]

Ø  Aisyah radhiyallahu ‘anha -istri Rasulullah - berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini {وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} ,Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, apakah mereka yang dimaksud adalah peminum khamar dan pencuri?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ} [سنن الترمذي: صحيح]

“Bukan wahai putri As-Siddiq, akan tetapi mereka adalah orang yang puasa puasa, salat, dan sedekah, dan mereka takut ibadah mereka tidak diterima, Mereka itu adalah orang-orang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

6)      Khusyu’ dalam setiap kondisi.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ} [الحشر: 21]

Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. [Al-Hasyr:21]

Lihat: Sifat Khasyah; Takut karena pengagungan hanya untuk Allah

Kedua: Sederhana saat miskin maupun kaya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا» [صحيح البخاري ومسلم]

Senantiasalah bersikap sederhana maka kalian akan sampai." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Buraidah Al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا، عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا، عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا» [مسند أحمد: صحيح]

"Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja, Pegangteguhlah petunjuk agama dengan tenang dan bersahaja." [Musnad Ahmad: Shahih]

Diantara bentuk kesederhanaan saat miskin ataupun kaya:

a.       Sederhana dalam mempergunakan harta.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ} [الأعراف: 31]

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A'raaf:31]

{وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا} [الإسراء: 26 - 27]

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. [Al-Israa': 26 - 27]

b.      Sederhana dalam berinfak.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ} [البقرة: 195]

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. [Al-Baqarah:195]

c.       Sederhana dalam menyikapi.

Dari Shuhaib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ» [صحيح مسلم]

“Sangat menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya terasa baik, dan itu tidak terjadi pada siapapun kecuali pada seoran Mukmin, jika ia mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu baik baginya”. [Sahih Muslim]

Lihat: Sifat mukmin yang menakjubkan; Bersyukur dan bersabar

Ketiga: Adil saat marah maupun ridha.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ} [النساء: 129]

Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. [An-Nisa': 129]

{وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ} [المائدة: 8]

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Maidah:8]

Ø  Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada Rasulullah :

"مَاذَا يُبَاعِدُنِي مِنْ غَضَبِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؟" قَالَ: «لَا تَغْضَبْ»

“Amalan apa yang bisa menjauhkanku dari murka Allah?“ Rasulullah menjawab: "Jangan marah". [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Seorang sahabat Nabi berkata;

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي؟ قَالَ: «لَا تَغْضَبْ»، قَالَ: قَالَ الرَّجُلُ: فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ مَا قَالَ، فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ [مسند أحمد: صحيح]

Wahai Rasulullah, berwasiatlah padaku! Rasulullah bersabda, "Jangan marah." Orang itu berkata; Lalu aku berfikir saat Nabi mengucapkan sabda itu, ternyata marah menyatukan seluruh keburukan. [Musnad Ahmad: Shahih]

Lihat: Syarah Arba'in hadits (16) Abu Hurairah; Wasiat untuk menahan marah

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a meminta tiga hal ini:

Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah sering membaca do'a ini ...

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَكَلِمَةَ الْعَدْلِ وَالْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى»

"Ya Allah .... sesungguhnya aku meminta kepada-Mu rasa takut kepada-Mu di saat sendiri dan ramai, dan berilah aku ucapan yang adil dan benar di saat marah dan senang, dan aku meminta kepada-Mu kesederhanaan di waktu miskin dan kaya." [Sahih Ibnu Hibban]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: 3 Tingkatan sabar - Raih keselamatan dengan bersyukur - Ayat tentang sebab KebinasaanHadits tentang sebab kebinasaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...