Senin, 20 Februari 2023

Syarah Kitab Tauhid bab (62); Larangan banyak bersumpah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, 4 hadits, dan 1 atsar yang menunjukkan larangan sembarangan bersumpah.

Firman Allah ta’aalaa:

{وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ} [المائدة: 89]

 “Dan jagalah sumpahmu.” [Al-Maidah: 89]

a.       Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

«الحِلْفُ مَنْفَقَةٌ لِلسَّلْعَةِ مَمْحَقَةٌ لِلْكَسْبِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan namun dapat menghapus keberkahan usaha.” [Shahih Bukhari dan Muslim]

b.       Dari Salman radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda:

«ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ وَلاَ يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ؛ أشيمط زَانٍ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ، وَرَجُلٌ جَعَلَ اللهَ بِضَاعَتَهُ لاَ يَشْتَرِيْ إِلاَّ بِيَمِيْنِهِ وَلاَ يَبِيْعُ إِلاَّ بِيَمِيْنِهِ»

“Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari kiamat), dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu: Orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli atau menjual kecuali dengan bersumpah.” [Ath-Thabraniy: Sanadnya shahih]

c.       Dari Imran bin Husain radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah bersabda:

«خَيْرُ أُمَّتِيْ قَرْنِيْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ» قال عمران: فَلاَ أَدْرِيْ أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنَهُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثاً؟ «ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ، وَيَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُؤْتَمَنُوْنَ، وَيَنْذُرُوْنَ وَلاَ يُوْفُوْنَ وَيَظْهَرُ فِيْهِم السَّمِنُ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya lagi” – Imran berkata: “Aku tidak ingat lagi apakah Rasulullah menyebutkan generasi setelah masa beliau dua kali atau tiga?” – “Kemudian akan ada setelah masa kalian orang-orang yang memberikan kesaksian sebelum ia diminta, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak memenuhi nadzarnya, dan badan mereka tampak gemuk-gemuk”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

d.       Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Muhammad bersabda:

«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ يَجِيْءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِيْنَهُ وَيَمِيْنُهُ شَهَادَتَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi yang datang berikutnya, kemudian generasi yang datang berikutnya lagi, kemudian akan datang orang-orang dimana di antara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului kesaksiannya.” [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ibrahim (An-Nakha’iy)rahimahullah- berkata: “Mereka memukuli kami karena kesaksian atau sumpah (yang kami lakukan) ketika kami masih kecil”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Dari ayat, hadits, dan atsar di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 8 poin penting:

1.      Adanya wasiat dari Allah untuk menjaga sumpah.

Bagaimana menjaga sumpah?

Pertama: Tidak banyak bersumpah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ} [القلم: 10]

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. [Al-Qalam: 10]

Kedua: Tidak bersumpah kecuali dengan nama dan sifat Allah.

Dari 'Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَانَ حَالِفًا، فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang bersumpah hendaklah dia bersumpah atas nama Allah atau kalau tidak, lebih baik diam". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

«مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka sungguh ia telah berbuat syirik." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Ketiga: Jujur dalam sumpahnya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [المنافقون: 2]

Mereka itu (orang munafiq) menjadikan sumpah mereka sebagai perisai [mengaku beriman karena takut dibunuh, ditawan atau hilang hartanya], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. [Al-Munafiqun: 2]

{اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ} [المجادلة: 16]

Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah; maka bagi mereka azab yang menghinakan. [Al-Mujadalah: 16]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

«لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ، وَلَا بِأُمَّهَاتِكُمْ، وَلَا بِالْأَنْدَادِ، وَلَا تَحْلِفُوا إِلَّا بِاللَّهِ، وَلَا تَحْلِفُوا بِاللَّهِ إِلَّا وَأَنْتُمْ صَادِقُونَ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian, dan jangan pula dengan nama ibu-ibu kalian, serta dengan sekutu-sekutu! Dan janganlah kalian bersumpah kecuali dengan nama Allah, dan janganlah bersumpah dengan nama Allah kecuali kalian dalam keadaan benar." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ancaman bagi orang yang bersumpah palsu:

Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabada:

«مَنْ ادَّعَى دَعْوَى كَاذِبَةً لِيَتَكَثَّرَ بِهَا لَمْ يَزِدْهُ اللهُ إِلَّا قِلَّةً، وَمَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينِ صَبْرٍ فَاجِرَةٍ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa mengklaim dengan klaim bohong untuk memperbanyak (harta) dengannya, niscaya Allah tidak akan menambahnya melainkan hanya menjadi sedikit. Dan demikian pula barangsiapa bersumpah atas sesuatu dengan sumpah sabar (sumpah yang menahan pemiliknya untuk melakukan kejahatan) dan kekejian." [Shahih Muslim]

Ø  Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ يَقْتَطِعُ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ هُوَ عَلَيْهَا فَاجِرٌ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ»

"Barangsiapa yang bersumpah yang dengan sumpahnya itu dia bermaksud mengambil harta seorang muslim dan dia berdusta atas sumpahnya, maka ia akan berjumpa dgn Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya". [Shahih Bukhari]

Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (06) Takwa, hadits keempat

Keempat: Menunaikan sumpahnya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ} [النحل: 91]

Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah, setelah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu).  Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. [An-Nahl: 91]

{إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 77]

Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. [Ali 'Imran: 77]

Kelima: Membayar kaffarah jika melanggar sumpahnya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة: 89]

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). [Al-Maidah: 89]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (43); Orang yang tidak rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah

2.      Penjelasan Rasulullah bahwa sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tapi ia juga dapat menghapus keberkahan usaha itu.

Hakim bin Hizam radhiallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" البَيِّعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، - أَوْ قَالَ: حَتَّى يَتَفَرَّقَا - فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا " [صحيح البخاري ومسلم]

"Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah", atau sabda Beliau: "hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Ancaman berat bagi orang yang selalu bersumpah, baik ketika menjual atau membeli.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Ada tiga orang dibenci oleh Allah: Pedagang yang suka mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad: Shahih]

4.      Peringatan bahwa dosa itu bisa menjadi besar walaupun faktor yang mendorong untuk melakukannya itu kecil.

Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, atau orang melarat yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini, karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah atau kecil.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يُزَكِّيهِمْ - وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ - وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ " [صحيح مسلم]

"Ada tiga orang yang mana Allah tidak mengajak mereka berbicara pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: yaitu orang tua yang pezina, pemimpin yang pendusta, dan orang miskin yang sombong." [Sahih Muslim]

5.      Larangan dan celaan bagi orang yang bersumpah tanpa diminta.

Yang dimaksud adalah sumpah palsu. Abdullah bin Amru radhiyallahu 'anhuma mengatakan:

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الكَبَائِرُ؟ قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «ثُمَّ عُقُوقُ الوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «اليَمِينُ الغَمُوسُ» قُلْتُ: وَمَا اليَمِينُ الغَمُوسُ؟ قَالَ: «الَّذِي يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ» [صحيح البخاري]

Seorang Arab Badui menemui Nabi dan bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa yang dianggap dosa-dosa besar itu?' Beliau menjawab, "Menyekutukan Allah" 'Lantas selanjutnya apa?' Tanyanya. Nabi menjawab, "Mendurhakai orang tua." 'selanjutnya apa?' Tanyanya. Nabi menjawab, "Sumpah ghamus." Kami bertanya; 'Apa makna ghamus?' Beliau jawab, "Maknanya sumpah palsu, dusta, yang karena sumpahnya ia bisa menguasai harta seorang muslim, padahal sumpahnya bohong belaka." [Shahih Bukhari]

6.      Pujian Rasulullah untuk ketiga generasi atau keempat generasi (sebagaimana tersebut dalam suatu hadits), dan memberitakan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» [صحيح مسلم]

"Yang paling baik dari umatku adalah yang hidup di masa aku diutus kepada mereka, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Muslim]

Ø  Aisyah radiyallahu 'anha berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, siapakah manusia yang paling baik?

Rasulullah menjawab:

«الْقَرْنُ الَّذِي أَنَا فِيهِ، ثُمَّ الثَّانِي، ثُمَّ الثَّالِثُ» [صحيح مسلم]

"Orang yang hidup di masa aku hidup, kemudian masa kedua, kemudian masa ke tiga". [Sahih Muslim]

Lihat: Keistimewaan sahabat Nabi

7.      Larangan dan celaan bagi orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta.

Maksudnya bersaksi dengan kesaksian palsu, adapun persaksian yang benar maka dibolehkan sekalipun tanpa diminta.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" أَكْبَرُ الْكَبَائِر: ِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْن، ِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّور، ِ ثَلَاثًا "، فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

"Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, "

Beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.' [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 07; Waspada dari kegemerlapan duniawi dan berlomba padanya

8.      Orang-orang salaf (terdahulu) memukul anak-anak kecil karena memberikan kesaksian atau bersumpah.

Hal tersebut dilakukan oleh orang-orang salaf untuk mendidik anak-anak agar tidak gampang bersaksi dan menyatakan sumpah, yang akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan; kalau sudah menjadi kebiasaan, dengan ringan ia akan bersaksi atau bersumpah sampai dalam masalah yang tidak patut baginya untuk bersumpah. Dan banyak bersumpah itu dilarang, karena perbuatan ini menunjukkan suatu sikap meremehkan dan tidak mengagungkan nama Allah.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Perintahkanlah anakmu shalat ketika mereka berumu tujuh tahun, dan pukul mereka jika meninggalkan shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka". [Sunan Abi Daud: Sahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (61); Para penggambar makhluk bernyawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...