بسم الله الرحمن الرحيم
Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ
اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]
Katakanlah
(Wahai Muhammad): "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf:108]
1. Menampakkan
jalan da’wah yang dilalui dengan jelas.
Jangan seperti orang munafiq yang tidak jelas
jalan dan tujuannya, sebgaimana Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا
يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
سَبِيلًا} [النساء: 142، 143]
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut (mengingat) Allah kecuali sedikit
sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau
kafir), tidak masuk kepada golongan Ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula)
kepada golongan itu (orang-orang kafir). Dan siapa yang disesatkan Allah,
maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya. [An-Nisaa':142 - 143]
2. Mengikuti
satu jalan da'wah yaitu jalan yang ditempuh oleh Rasulullah ﷺ.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ
اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [آل عمران: 31]
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [Ali 'Imran:31]
Ø
Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma berkata:
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ فَخَطَّ خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ، فَقَالَ: «هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ»،
وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ، وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ: «هَذِهِ سَبِيلُ
الشَّيْطَانِ»، ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الْأَوْسَطِ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ
الْآيَةَ: {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ، وَلَا تَتَّبِعُوا
السُّبُلَ، فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ، وَصَّاكُمْ بِهِ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153] [مسند أحمد: صحيح]
Suatu hari
kami duduk di sisi Rasulullah ﷺ kemudian beliau menulis suatu garis di depannya dan berkata:
"Ini adalah jalan Allah". Kemudian beliau menulis dua garis di
sebelah kanan dan kiri garis tersebut, dan berkata: "Ini adalah
jalan-jalan syaitan". Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang
tengah, kemudian membaca ayat ini: {Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa}.
[Al-An'aam:153] [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Sunnah Nabi adalah Wahyu
3. Mengajak
kepada Allah semata, bukan mengajak kepada diri sendiri, guru tertentu,
kelompok, dan selainnya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي
إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ} [الأنبياء: 25]
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul-pun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". [Al-Anbiya: 25]
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu (yang disembah selain Allah)". [An-Nahl: 36]
Ø
Jabir bin Abdillah radiyallahu'anhuma
berkata: Saat kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum
Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu
berkata: Wahai kaum Anshar!
Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kamum Muhajirin!
Ketika mendengarnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertanya:
«مَا بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ»
“Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?”
Mereka menjawab: Ya Rasulullah seorang dari kaum
Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar.
Maka Rasulullah bersabda:
«دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tinggalkan panggilan seperti itu, karena
itu sangat busuk”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ، أَوْ
يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً، فَقُتِلَ، فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ»
[صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang
berperang di bawah panji buta, marah karena fanatisme, atau mengajak kepada
fanatisme, atau membela fanatisme, kemudian ia mati, maka ia mati
jahiliyah." [Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan Tauhid
4. Mengajak
dengan dasar ilmu, memakai metode yang disyari'atkan, sesuai dengan sunnah
Rasul, dan telah dipraktekkan oleh ulama salaf.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا
عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 168 - 169]
Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-Baqarah: 168 - 169]
{قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا
بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا
لَا تَعْلَمُونَ} [الأعراف: 33]
Katakanlah:
"Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun
yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui." [Al-A'raaf: 33]
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء: 36]
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Al-Israa': 36]
Lihat: Syarah shahih Bukhari, Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu
5. Mengajak
untuk mensucikan Allah ta’aalaa.
Dengan cara:
a)
Mensucikan Allah dari segala sekutuan, baik dalam penciptaan,
kepemilikan dan pengaturan.
Allah subhanahu wata'alaa berfirman:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ
ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ
ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الروم: 40]
Allah yang
menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian
menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan
Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Mahasuci Dia dan
Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan. [Ar-Rum: 40]
{وَرَبُّكَ
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [القصص: 68]
Dan Tuhanmu
menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada
pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. [Al-Qashash: 68]
{إِنَّمَا
أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)
فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ} [يس: 82، 83]
Sesungguhnya
urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya,
“Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya
kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan. [Yasin: 82-83]
Lihat: Awas ada syirik !
b)
Mensucikan Allah dari segala sekutu dalam ibadah.
Allah subhanahu wata'alaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ
شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي
السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس:
18]
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at
(perantara) kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak
(pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka
mempersekutukan (itu). [Yunus:
18]
{لَوْ
كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ
الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ} [الأنبياء: 22]
Seandainya pada
keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya
telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka
sifatkan. [Al-Anbiya': 22]
{اتَّخَذُوا
أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ
مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [التوبة: 31]
Mereka menjadikan
orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain
Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang
mereka persekutukan. [At-Taubah: 31]
c)
Mensucikan Allah dari segala sifat-sifat yang tidak pantas bagiNya.
Allah subhanahu wata'alaa berfirman:
{وَمَا
قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزمر: 67]
Dan mereka tidak
mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. [Az-Zumar: 67]
d)
Mensucikan Allah 'azza wajalla dalam penetapan hukum.
Allah subhanahu wata'alaa berfirman:
{إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا
لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [يوسف: 40]
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia
telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf: 40] [Ar-Ruum: 30]
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ} [المائدة: 44] {وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ} [المائدة: 45] {وَمَنْ لَمْ
يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [المائدة:
47]
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, ...
orang-orang yang zalim, ... orang-orang yang fasik. [Al-Maidah: 44, 45, 47]
Lihat: Berhukum dengan selain hukum Allah
e)
Menegur orang-orang yang menyalahi da'wah ini sesuai dengan kondisinya
masing-masing.
Allah subhanahu wata'alaa berfirman:
{قُلْ
إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ (81) سُبْحَانَ
رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ} [الزخرف: 81، 82]
Katakanlah
(Muhammad), “Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah
orang yang mula-mula memuliakan (anak
itu). Mahasuci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik ‘Arsy, dari apa
yang mereka sifatkan itu.” [Az-Zukhruf: 81-82]
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar
6. Lebih dahulu
mengamalkan apa yang dida’wahkan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
(2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ} [الصف:
2، 3]
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi
Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. [Ash-Shaff: 2 - 3]
{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [البقرة: 44]
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu
membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? [Al-Baqarah:44]
Ø
Dari Jundub bin Abdillah Al-Azdiy radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ ويَنْسَى
نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ ويَحْرِقُ نَفْسَهُ» [المعجم
الكبير للطبراني: صححه الألباني]
"Perumpamaan
orang berilmu yang mengajarkan kebaikan pada manusia dan melupakan dirinya,
seperti lampu yang menerangi untuk orang lain tapi membakar dirinya
sendiri". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]
Lihat: Mengamalkan ilmu yang dimiliki
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Sebab kokohnya aqidah salaf - Karakteristik manhaj salaf - 7 Pondasi utama aqidah Ahlissunah wal Jama’ah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...