Rabu, 15 Februari 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 11; “Harta ini adalah hijau manis”

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَذَا المَالُ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ»

“Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “Harta ini adalah hijau manis””.

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan tentang sifat harta yang sangat menggoda walau hanya sebatas dilihat saja, apa lagi jika dinikmati.

Judul bab ini diambil dari penggala hadits yang akan diriwayatkan dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, kemudian beliau menyebutkan satu ayat dari surah Ali ‘Imran yang menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan kecendrungan terhadap harta. Dan menyebutkan secara mu’allaq (tanpa sanad) satu atsar dari ‘Umar bin Khatahab radhiyallahu ‘anhu yang berdo’a agar diberi taufiq oleh Allah ta'aalaa dalam menafkahkan hartanya dalam kebaikan.

A.    Ayat 14 surah Ali ‘Imran.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَالبَنِينَ وَالقَنَاطِيرِ المُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَالخَيْلِ المُسَوَّمَةِ، وَالأَنْعَامِ وَالحَرْثِ، ذَلِكَ مَتَاعُ الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب} [آل عمران: 14]

Dan Allah ta’aalaa berfirman: {Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)"} [Ali 'Imran:14]

Penjelasan singkat ayat ini:

1.      Allah menciptakan manusia dengan kecintaan terhadap wanita, anak, dan harta.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا} [الكهف: 7]

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. [Al-Kahf:7]

2.      Segala kenikmatan hidup hanya sebatas kesenangan duniawi.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [القصص: 60]

Dan apa saja (yang berhubungan dengan duniawi) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? [Al-Qashash: 60]

3.      Kecintaan terhadap wanita disebutkan terlebih dahulu dalam ayat ini, menunjukkan akan besarnya fitanh wanita dari fitnah-fitnah lainnya.

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ"

"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Shahih Bukhari]

4.      Kenikmatan surga adalah sebaik-baik kesenangan.

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 02; Perumpamaan dunia di akhirat

B.     Atsar ‘Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

قَالَ عُمَرُ: «اللَّهُمَّ إِنَّا لاَ نَسْتَطِيعُ إِلَّا أَنْ نَفْرَحَ بِمَا زَيَّنْتَهُ لَنَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنْ أُنْفِقَهُ فِي حَقِّهِ»

Umar berkata: “Ya Allah, kami tidak mampu kecuali bergembira dengan apa yang telah engkau jadikan indah pada kami (harta), Ya Allah .. sungguh aku meminta kepadaMu agar aku menafkahkannya pada yang hak”.

Atsar ini diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniyrahimahullah- dalam kitabnya “Garaibu Malik” melalui dua jalur, sebagaimana disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajarrahimahullah-dalam kitabnya “Tagliq At-Ta’liq” (5/164) dan “Fathul Bari(11/292).

Jalur pertama; Ad-Daraquthniy rahimahullah-berkata:

ثَنَا أَبُو سهل بن زِيَاد ثَنَا إِسْمَاعِيل بن إِسْحَاق ثَنَا إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي أُوَيْسٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ هُوَ الْأَنْصَارِيُّ؛ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى بِمَالٍ مِنَ الْمَشْرِقِ يُقَالُ لَهُ "نَفْلُ كِسْرَى"، فَأَمَرَ بِهِ فَصُبَّ وَغُطِّيَ ثُمَّ دَعَا النَّاسَ، فَاجْتَمَعُوا ثُمَّ أَمَرَ بِهِ فَكُشِفَ عَنْهُ فَإِذَا حُلِيٌّ كَثِيرٌ وَجَوْهَرٌ وَمَتَاعٌ، فَبَكَى عُمَرُ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالُوا لَهُ: مَا يُبْكِيكَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ هَذِهِ غَنَائِمُ غَنِمَهَا اللَّهُ لَنَا، وَنَزَعَهَا مِنْ أَهْلِهَا! فَقَالَ: مَا فُتِحَ مِنْ هَذَا عَلَى قَوْمٍ إِلَّا سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا حُرْمَتَهُمْ. قَالَ: فَحَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ؛ أَنَّهُ بَقِيَ مِنْ ذَلِكَ الْمَالِ مَنَاطِقُ وَخَوَاتِمُ فَرُفِعَ، فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَرْقَمَ: حَتَّى مَتَى تَحْبِسُهُ لَا تُقَسِّمُهُ؟ قَالَ: بَلَى إِذَا رَأَيْتَنِي فَارِغًا فَآذِنِّي بِهِ. فَلَمَّا رَآهُ فَارِغًا بَسَطَ شَيْئًا فِي حُشِّ نَخْلَةٍ، ثُمَّ جَاءَ بِهِ فِي مِكْتَلٍ فَصَبَّهُ، فَكَأَنَّهُ اسْتَكْثَرَهُ ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ أَنْتَ قُلْتَ {زُيِّنَ لِلنَّاسِ حب الشَّهَوَات ...}" فَتَلَا الْآيَةَ حَتَّى فَرَغَ مِنْهَا ثُمَّ قَالَ: "لَا نَسْتَطِيعُ إِلَّا أَنْ نُحِبَّ مَا زَيَّنْتَ لَنَا، فَقِنِي شَرَّهُ، وَارْزُقْنِي أَنْ أُنْفِقَهُ فِي حَقِّكَ"، فَمَا قَامَ حَتَّى مَا بَقِيَ مِنْهُ شَيْءٌ .

Telah menceritakan kepada kami Abu Sahl bin Ziyad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Isma'il bin Ishak, ia berkata: Telah menceritakankepada kami, Ismail bin Abi Uwais, dari Malik, dari Yahya bin Sa'id yaitu Al-Anshariy; Bahwasanya Umar bin Khathab mendapatkan harta dari negri timur yang disebut "Harta rampasan Kisra", lalu ia memerintahkan untuk mendatangkannya lalu didatangkan dan ditutupi, kemudian ia memanggil manusia. Maka mereka berkumpul lalu ia perintahkan, maka dibukalah harta tersebut, dan ternyata berisikan perhiasan yang banyak, permata, dan harta benda. Lalu Umar menangis dan memuji Allah 'azza wajalla. Maka mereka bertanya kepadanya: Apa yang membuatmu menangis wahai Amirul Mu'minin? Ini adalah harta rampasan perang yang Allah karuniahkan kepada kita dan ia ambil dari pemiliknya! Maka Umar berkata: “Tidaklah dibukakan seperti ini kepada suatu kaum kecuali mereka saling menumpahkan darah dan menghalalkan kehormatan mereka”.

Ia berkata: Lalu Zayd bin Aslam menceritakan kepadaku bahwasanya tersisa dari harta itu beberapa pakaian dan cincin, lalu didatangkan. Lalu Abdullah bin Arqam berkata kepdanya: Sampai kapan engkau menahan harta ini dan tidak membagikannya? Umar menjawab: “Tentu, jika engkau melihatku sedang luang maka ingatkan saya dengan hal ini”. Maka ketika ia melihatnya luang ia menghamparkan sesuatu pada rumput pohon kurma kemudian ia datang membawanya dalam keranjang lalu ia tuangkan. Maka seolah-olah Umar menganggapnya banyak, kemudian berkata: “Ya Allah, Engkau mengatakan {Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini} [Ali 'Imran:14] Ia membaca ayat ini sampai selesai, kemudian berkata: “Kami tidak mampu kecuali mencintai apa yang telah engkau jadikan indah untuk kami, maka lindungilah aku dari keburukannya, dan karuniahilah aku untuk bisa menafkahkannya pada yang haknya". Lalu ia tidak berdiri sampai tidak ada lagi yang tersisa darinya sedikitpun.

Sanad hadits ini terputus, Yahya bin Sa’id Al-Anshariy seorang tabi’in junior, wafat tahun 144 hijriyah atau setelahnya, ia tidak bertemu dengan Umar bin Khathab (w.23H) radhiyallahu ‘anhu.

Jalur kedua; Ad-Daraquthniy rahimahullah- berkata:

وَثنا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْبَصْرِيُّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ ثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ يَحْيَى ثَنَا مَالِكٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قدم على عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَالٌ ... فَذَكَرَهُ مُطَوَّلا وَقَالَ فِيهِ: "اللَّهُمَّ قِنِي شَره، وارزقني أَن أنفقهُ فِي حَقِّهِ"، قَالَ: فَمَا بَرِحَ حَتَّى قَسَّمَهُ.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah- berkata dalam “Fathul Bari” (11/292): “Sanad ini bersambung, akan tetapi pada sanadnya sampai pada Abdul ‘Aziz bin Yahya yang periwayatan haditsnya dilemahkan”.

Penjelasan singkat atsar ini:

1)      Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab

2)      Kekhawatiran Sahabat –radhiyallahu ‘anhum- terhadap fitnah harta.

3)      Berdo’a agar dijauhkan dari fitnah harta.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sering berdo'a:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ، وَالهَرَمِ، وَالمَأْثَمِ، وَالمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ، وَعَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ»

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, kepikunan, dosa-dosa dan terlilit hutang, dan dari fitnah kubur serta siksa kubur, dan dari fitnah neraka dan siksa neraka dan dari buruknya fitnah kekayaan, dan aku berlindung kepada-Mu dari buruknya fitnah kefakiran, serta aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." [Shahih Bukhari dan Muslim]

C.     Hadits Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6441 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عُيينة]، قَالَ: سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ، يَقُولُ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ، وَسَعِيدُ بْنُ المُسَيِّبِ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا المَالُ» - وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ: قَالَ لِي - «يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، وَاليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], dia berkata: Saya mendengar Az-Zuhriy berkata: Telah mengabarkan kepadaku 'Urwah dan Sa'id bin Musayyab, dari Hakim bin Hizam dia berkata: Saya meminta sesuatu kepada Nabi , lalu beliau memberiku, lalu aku meminta lagi dan beliau pun memberiku, lalu aku memintanya lagi dan beliau pun memberiku, kemudian beliau bersabda, "Harta ini." -Sufyan mengatakan- beliau bersabda kepadaku: 'Wahai Hakim, sesungguhnya harta benda ini kelihatan hijau dan manis, barangsiapa mengambilnya dengan cara yang baik, maka ia akan diberkahi, dan barang siapa mengambilnya dengan berlebihan, maka ia tidak akan diberkahi, yaitu seperti orang yang makan dan tak pernah kenyang, tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah.'

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Sifat dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu- berkata: Beberapa orang dari kaum Anshar meminta kepada Rasulullah lalu Rasulullah memberi mereka, kemudian mereka meminta lagi lalu Rasulullah memberi mereka, kemudian meminta lagi lalu Rasulullah memberi mereka sampai habis apa yang beliau miliki, kemudian bersabda:

«مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Apa yang aku miliki dari kebaikan maka pasti aku tidak akan menyembunyikannya dari kalian, dan barangsiapa yang menjaga kehormatannya maka Allah akan menjaga kehormatannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah akan mencukupinya, dan barangsiapa yang berusaha sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan seseorang tidak diberi sesuatu yang lebih baik dan luas daripada kesabaran”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Sifat dunia “hijau” enak dipandang dan “manis” enak dinikmati.

Dari Abu Sa'id Al-Khudry radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:

"إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ"

"Sesungguhnya dunia ini adalah kenikmatan yang menggiurkan, dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah (penghuni) di dalamnya, kemudian meperhatikan bagaimana kalian menjalaninya. Maka hati-hatilah dengan dunia, dan hati-hatilah dengan wanita, karena sesungguhnya cobaan pertama yang menimpa kaum Bani Israil adalah cobaan wanita." [Sahih Muslim]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 07; Waspada dari kegemerlapan duniawi dan berlomba padanya

4.      Keberkahan pada harta.

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" بَيْنَا أَيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا، فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ، فَجَعَلَ أَيُّوبُ يَحْتَثِي فِي ثَوْبِهِ، فَنَادَاهُ رَبُّهُ: يَا أَيُّوبُ، أَلَمْ أَكُنْ أَغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى؟ قَالَ: بَلَى وَعِزَّتِكَ، وَلَكِنْ لاَ غِنَى بِي عَنْ بَرَكَتِكَ "

"Ketika Nabi Ayub 'alaihissalam sedang mandi dalam keadaan telanjang tiba-tiba jatuh kaki belalang yang terbuat dari emas lalu Ayyub mengambil dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam pakaiannya. Kemudian Rabbnya memanggilnya: "Wahai Ayyub, bukankah aku telah mencukupkan kamu dengan apa yang baru saja kamu lihat?". Ayub menjawab; "Benar, demi keagungan-Mu. Namun aku tidak akan pernah merasa cukup dari barakah-Mu". [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain Ayyub -'alaihissalam- berkata:

«يَا رَبِّ، وَمَنْ يَشْبَعُ مِنْ رَحْمَتِكَ أَوْ فَضْلِكَ؟!»

"Wahai Rabb, siapakah yang merasa puas dari rahmat-Mu atau karuniah-Mu?" [Musnad Ahmad: Shahih]

Lihat: Hadits Abu Hurairah; Kisah Nabi Ayyub

5.      Cela sifat rakus terhadap harta.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman

{أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ} [التكاثر: 1 - 2]

Bermegah-megahan (menumpuk harta) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. [At-Takatsur 1 - 2]

6.      Larangan suka meminta.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang meminta harta orang lain untuk memperbanyak hartanya sendiri (bukan karena membutuhkan), maka sebenarnya ia telah meminta batu neraka. Maka silahkan ia mempersedikit atau memperbanyak”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah bersabda:

«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Seseorang senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat daging”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Meminta, Memberi, dan Menerima

7.      Yang memberi lebih baik dari pada yang menerima.

Dari Hakim bin Hizam radhiallahu'anhu; Nabi berkata:

«اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang menjadi tanggunganmu dan sedekah yang paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barang siapa yang berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barang siapa yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Namun terkadang yang menerima bisa jadi lebih baik daripada yang memberi, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

«مَا الَّذِي يُعْطِي مِنْ سَعَةٍ بِأَعْظَمَ أَجْرًا مِنَ الَّذِي يَقْبَلُ إِذَا كَانَ مُحْتَاجًا»

“Tidaklah yang memberi dalam kondisi berkecukupan (kaya) lebih besar pahalanya dari yang menerima jika ia membutukan”. [Hilyatul Auliyaa’ karya Abu Nu’aim: Hasan ligairih]

Lihat: Takhrij hadits: “Meminta jika membutuhkan”

8.      Kesungguhan Sahabat menjalankan perintah Nabi .

Dalam riwayat lain ditambahkan; Hakim radhiallahu'anhu berkata:

"يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ لاَ أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا"، فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَدْعُو حَكِيمًا إِلَى العَطَاءِ، فَيَأْبَى أَنْ يَقْبَلَهُ مِنْهُ، ثُمَّ إِنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَاهُ لِيُعْطِيَهُ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَ مِنْهُ شَيْئًا، فَقَالَ عُمَرُ: "إِنِّي أُشْهِدُكُمْ يَا مَعْشَرَ المُسْلِمِينَ عَلَى حَكِيمٍ، أَنِّي أَعْرِضُ عَلَيْهِ حَقَّهُ مِنْ هَذَا الفَيْءِ فَيَأْبَى أَنْ يَأْخُذَهُ"، فَلَمْ يَرْزَأْ حَكِيمٌ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تُوُفِّيَ.

“Ya Rasulullah demi (Allah) Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan meminta orang lain sesudahmu sesuatu pun sampai aku meninggalkan dunia”. Maka ketika Abu Bakr memanggil Hakim untuk diberi hadiah ia menolak untuk menerimanya kemudian Umar memanggilnya untuk diberi sesuatu ia juga menolak untuk menerima sesuatu pun. Dan Umar berkata: Sesungguhnya aku mempersaksikan kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, sesungguhnya aku menawarkan kepadanya hak ia dari harta ini tapi ia menolak untuk mengambilnya. Maka akhirnya Hakim tidak meminta kepada seorangpun dari manusia setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sampai ia wafat. [Sahih Bukhari]

Lihat: Kesungguhan Sahabat Nabi mengamalkan As-Sunnah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 10; Mewaspadai fitnah harta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...