بسم الله
الرحمن الرحيم
A. Bab
36.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ الرِّيَاءِ
وَالسُّمْعَةِ"
“Bab: Riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah
(ingin didengar)”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
tentang bahaya riya’ dan sum’ah, karena orang yang beramal untuk
dilihat atau didengar oleh manusia maka hatinya sulit tenang karena senantiasa
berharap kepada makhluk yang tidak memiliki kuasa apa pun.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6499 - حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ سُفْيَانَ [الثوري]،
حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْلٍ، (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ [الفضل بن
دكين]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ جُنْدُبًا، يَقُولُ:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ، - وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ غَيْرَهُ
-، فَدَنَوْتُ مِنْهُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «مَنْ سَمَّعَ
سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ»
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari
Sufyan [Ats-Tsauriy], telah menceritakan kepadaku Salamah bin Kuhail.
(Hadits lewat jalur periwayatan lain), Telah
menceritakan kepada kami Abu Nu'aim [Al-Fadhl bin Dukain], telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Salamah, ia mengatakan; Aku mendengar Jundub berkata,
"Nabi ﷺ bersabda" -dan
aku tak mendengar seorang pun mengatakan dengan redaksi 'Nabi ﷺ bersabda selain dia-, maka aku dekati dia, dan kudengar dia
menuturkan, Nabi ﷺ bersabda; -
"Barang siapa yang memperdengarkan, maka Allah akan memperdengarkan
tentangnya, dan barang siapa yang memperlihatkan (riya’), maka Allah akan
memperlihatkan tentangnya."
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Jundub bin Abdullah bin Sufyan, Abu Abdillah
Al-Bajaliy radhiyallahu ‘anhu.
Ia terkadang dinisbatkan kepada kakeknya
Jundub bin Sufyan. Termasuk sahabat muda, dan wafat setelah tahun 60 hijriyah.
Jundub bin Abdullah radhiyallahu
‘anhu berkata:
«كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ
وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ
نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ
إِيمَانًا» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Ketika kami bersama Nabi ﷺ, pada saat itu kami merupakan sosok
pemuda-pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al-Qur'an,
kemudian kami mempelajari Al-Qur'an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan
kami." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
2.
Hadits yang sama juga diiwayatkan dari beberapa sahabat
Nabi ﷺ.
Diantaranya:
a) Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ بِهِ» [صحيح
مسلم]
"Barangsiapa memperdengarkan
(amalannya) niscaya Allah memperdengarkan dengannya dan barangsiapa
memperlihatkan (amalannya) niscaya Allah memperlihatkan dengannya."
[Shahih Muslim]
b) Hadis Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ يُرَائِي يُرَائِي
اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُسَمِّعْ يُسَمِّعِ اللَّهُ بِهِ» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Barang siapa yang yang memperlihatkan
(riya’), maka Allah akan memperlihatkan tentangnya, dan barang siapa yang
memperdengarkan, maka Allah akan memperdengarkan tentangnya." [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
c) Hadits Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ
اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللَّهُ بِهِ» [مسند
أحمد: حسن لغيره]
"Barangsiapa memperdengarkan
(amalannya) niscaya Allah memperdengarkan dengannya dan barangsiapa
memperlihatkan (amalannya) niscaya Allah memperlihatkan dengannya."
[Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
d) Hadits ‘Auf bin Malik Al-Asyja’iy radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ قَامَ مَقَامَ
رِيَاءٍ رَاءَى اللهُ بِهِ، وَمَنْ قَامَ مَقَامَ سُمْعَةٍ سَمَّعَ اللهُ بِهِ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]
"Barang siapa yang berdiri dengan memperlihatkan
(riya’), maka Allah akan memperlihatkan tentangnya, dan barang siapa yang
berdiri dengan memperdengarkan, maka Allah akan memperdengarkan
tentangnya." [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
3.
Kaidah “الجزاء من جنس العمل” ganjaran sesuai
dengan perbuatan.
Diantara dalil kaidah ini, Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{جَزَاءً وِفَاقًا} [النبإ: 26]
Sebagai pambalasan yang setimpal.
[An-Naba': 26]
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا} [الشورى: 40]
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang setimpal. (Asy-Syura: 40]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا
ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ» [سنن
الترمذي: حسن]
"Sesungguhnya Allah jika
mencintai suatu kaum akan ditimpakan bencana, maka barangsiapa yang ridha maka
untuknya keridhaan Allah, dan barangsiapa yang murka maka untuknya pula murka
Allah". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
4.
Ada beberapa pendapat ulama tentang makna hadits ini, diantaranya:
Pertama:
Orang yang beramal karena riya, maka akan dipermalukan oleh Allah di dunia
dengan diperlihatkan kepada manusia niat sebenarnya yang ada dalam hatinya.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ
النَّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا
النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ، سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ»
"Barangsiapa yang mencari Ridha Allah
sekalipun berakibat mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah akan meridhainya,
dan akan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan barangsiapa yang mencari ridha
manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan kemurkaan Allah, maka Allah murka
kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka pula kepadanya." [Shahih Ibnu
Hibban]
Kedua:
Siapa yang beramal karena ingin dipuji oleh manusia dan ingin kedudukan di
tengah mereka maka Allah akan memberikan semua itu di dunia, sedangkan di
akhirat ia tidak mendapatkan apa-apa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [هود: 15-16]
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan" . [Huud: 15-16]
Ketiga: Siapa yang mencari-cari aib seseorang maka Allah
akan membuka aib dirinya di tengah manusia.
Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-
berkata; Rasulullah ﷺ menaiki
mimbar lalu menyeru dengan suara yang lantang:
«يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الْإِيمَانُ
إِلَى قَلْبِهِ، لَا تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تُعَيِّرُوهُم، ْ وَلَا
تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ
الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ»
"Wahai sekalian orang yang
telah berIslam dengan lisannya namun keimanan belum tertancap di hatinya,
janganlah kalian menyakiti kaum muslimin dan jangan pula kalian memperolok
mereka, jangan pula kalian menelusuri dan membongkar aib mereka, maka barang
siapa yang menyelidiki aib saudaranya seIslam niscaya Allah akan menyelidiki
aibnya dan barang siapa yang aibnya diselidiki aibnya oleh Allah niscaya Allah
akan membongkar aibnya meskipun di dalam rumahnya sendiri”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Keempat:
Siapa yang tidak melakukan sesuatu kemudian ia mengaku telah melakukannya maka
Allah akan membongkar kebohongannya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
(2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ} [الصف:
2، 3]
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di
sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
[Ash-Shaff: 2 - 3]
Kelima: Siapa yang tidak ikhlas dalam beramal maka Allah
akan memperlihatkan kepadanya pahala amalannya kemudian tidak memberikan
kepadanya.
Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ»
"Sesungguhnya di antara yang
paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil".
Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil?
Rasulullah menjawab:
«الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ
كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً» [مسند أحمد: حسن]
Ia adalah Riya, Allah berkata kepada mereka
pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya:
"Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di
dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?!". [Musnad Ahmad:
Hasan]
Keenam:
Siapa yang melakukan seseuatu untuk dilihat atau didengar manusia maka Allah
akan mempermalukannya di akhirat kelak.
Sebagaimana dalam riwayat lain dari Jundub
bin Abdillah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" مَنْ سَمَّعَ
سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَمَنْ يُشَاقِقْ يَشْقُقِ اللَّهُ
عَلَيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ " [صحيح البخاري]
"Barang siapa beramal karena sum'ah
(ingin didengar), maka Allah menjadikannya dikenal suka bersum'ah pada hari
kiamat, dan barang siapa menyusahkan (manusia), maka Allah juga akan
menyusahkannya pada hari kiamat." [Shahih Bukhari]
Ø Abu Hind Ad-Daariy radhiyallahu 'anhu mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ قَامَ مَقَامَ
رِيَاءٍ وَسُمْعَةٍ رَاءَى اللَّهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَسَمَّعَ» [مسند أحمد: صحيح لغيره]
"Barang siapa berdiri ditempat riya'
dan sum'ah, Allah akan memperlihatkan dan menyiarkan aibnya pada hari
kiamat." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]
Ø Dari Al-Mustaurid radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ قَامَ بِرَجُلٍ
مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُومُ بِهِ مَقَامَ سُمْعَةٍ
وَرِيَاءٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Barang siapa memposisikan diri pada
posisi orang lain karena sombong dan ingin dipuji, maka pada hari kiamat Allah
akan menempatkannya pada posisi orang yang sombong dan ingin dipuji (dalam
menerima siksaan)." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُومُ
فِي الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ إِلَّا سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ عَلَى
رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [مسند
البزار: صحيح لغيره]
“Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia
dengan keadaan ingin didengar dan dilihat kecuali Allah akan memperdengarkan
dirinya di depan seluru makhluk pada hari kiamat”. [Musnad Al-Bazzar: Shahih
ligairih]
5.
Anjuran menyembunyikan amalan kecuali ada kemaslahatan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ
عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ} [الماعون:
4 - 6]
Maka celakalah orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria.
[Al-Ma'un: 4 - 6]
6.
Dampak buruk beramal hanya karena ingin dilihat manusia.
Diantaranya:
a) Dipermalukan oleh Allah ta’aalaa.
b) Amalannya tidak bisa konsisten.
c) Sifat orang munafiq.
d) Termasuk orang yang celaka.
e) Termasuk syirik kecil.
f)
Amalannya
sia-sia.
g) Yang pertama dilemparkan ke neraka.
Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 33; Amalan dinilai dari penutupan, dan apa yang dikhawatirkan darinya
B. Bab
37.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ مَنْ جَاهَدَ
نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ"
“Bab: Menyungguhi diri untuk taat kepada
Allah”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
keutamaan orang yang senantiasa berusaha memaksa dirinya dalam ketaatan kepada
Allah ta’aalaa, karena itu adalah hak Allah yang harus ia tunaikan dan
akan menjadi sebab keselamatannya di akhiat, sebagaimana yang dikandung dalam
hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.
Keutamaan
mengusahakan diri untuk ta’at kepada Allah ta’aalaa.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت:
69]
Dan orang-orang yang berjihad (berusaha
dengan sungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabuut: 69]
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات:
40 - 41]
Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi'at: 40 - 41]
Ø Dari Fadhalah bin 'Ubaid radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ " [مسند
أحمد: صحيح لغيره]
“Mujahid itu adalah orang yang mengusahakan
dirinya dalam menaati Allah 'azza wa Jalla." [Musnad Ahmad: Shahih
ligairih]
Jihad
terhadap diri sendiri ada empat macam:
Pertama: Mengantarnya
untuk mempelajari agama.
Kedua:
Menuntunnya untuk mengamalkan agama.
Ketiga: Mengajarkan ilmu yang telah dipelajari.
Keempat: Mengajak kepada tauhid dan memerangi orang yang
menyelisihi agama Allah dan menginkari nikmatNya.
Hadits Mu’adz bin Jabar radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6500 - حَدَّثَنَا
هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ [بن يحيى]، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ،
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: بَيْنَمَا أَنَا رَدِيفُ النَّبِيِّ ﷺ، لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ إِلَّا
آخِرَةُ الرَّحْلِ، فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَسَعْدَيْكَ، ثُمَّ سَارَ سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: «يَا مُعَاذُ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ
رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ، ثُمَّ سَارَ سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: «يَا مُعَاذُ
بْنَ جَبَلٍ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «هَلْ
تَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ؟» قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: «حَقُّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ
يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا» ثُمَّ سَارَ سَاعَةً، ثُمَّ قَالَ: «يَا مُعَاذُ بْنَ
جَبَلٍ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «هَلْ تَدْرِي
مَا حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا فَعَلُوهُ» قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: «حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ»
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin
Khalid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam [bin Yahya], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Qatadah, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Anas bin Malik, dari Mu'adz bin Jabal radhiallahu'anhu
mengatakan, ketika aku dibonceng Nabi ﷺ,
dan tidak ada penghalang antara diriku dan dia selain pelepah kayu yang
diletakkan dipunggung unta, beliau berseru, "Hai Mu'adz!" 'Baik, dan
aku penuhi panggilanmu Ya Rasulullah, ' Jawabku. Lantas beliau lanjutkan
perjalanan beberapa saat dan berujar, "Hai Mu'adz!" 'Baik, dan aku
penuhi panggilanmu hai Rasulullah, ' Jawabku. Beliau bertanya, "Apa hak
Allah atas hamba-Nya?" Aku menjawab, 'Allah dan rasul-Nya yang lebih
tahu.' Beliau bersabda, "Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka
beribadah kepada-Nya semurni-murninya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun." Kemudian beliau meneruskan perjalanan dan berseru,
"Hai Mu'adz,' 'Baik, dan aku penuhi panggilanmu hai Rasulullah, ' Jawabku.
Tanya beliau, "Apa hak hamba atas Allah?" Kujawab, 'Allah dan
rasul-Nya lah yang lebih tahu.' Beliau menjelaskan, "Hak hamba atas Allah
adalah agar Dia tidak menyiksa mereka."
Nb:
Hadits ini sudah dijelaskan pada Hadits Mu'adz; Hak
Allah atas hamba-Nya
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 35; Amanah diangkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...