Jumat, 17 November 2023

Adab buang hajat dan istinja’

بسم الله الرحمن الرحيم

Beberapa adab Islamiy ketika hendak buang hajat dan istinja', diantaranya:

1.      Membaca basmalah sebelum masuk tempat buang hajat.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tirai antara pandangan jin dan aurat anak cucu Adam jika seseorang dari mereka masuk tempat buang hajat adalah membaca: بِسْمِ اللهِ “Dengan menyebut nama Allah”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]

Lihat: Waktu-waktu dianjurkan membaca "basmalah"

2.      Berdo’a sebelum masuk tempat buang hajat.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak masuk ke tempat buang hajat, beliau membaca:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (kejahatan) setan laki-laki dan setan perempuan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Tidak membawa sesuatu yang mengandung nama Allah 'azza wajalla.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]

Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj:32]

4.      Tidak menghadap atau membelakangi kiblat.

Lihat: Buang hajat menghadap atau membelakangi kiblat

5.      Kencing duduk, kecuali tidak memungkinkan.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَبُولُ قَائِمًا فَلَا تُصَدِّقُوهُ، مَا كَانَ يَبُولُ إِلَّا قَاعِدًا» [سنن الترمذي: صحيح]

"Barang siapa menceritakan kepada kalian bahwa Nabi buang air kecil dengan berdiri maka janganlah kalian percayai, karena beliau tidaklah buang air kecil kecuali dengan duduk." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

6.      Tidak berbicara saat buang hajat.

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

«أَنَّ رَجُلًا مَرَّ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبُولُ، فَسَلَّمَ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ» [صحيح مسلم]

“Seorang laki-laki lewat sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecing, kemudian orang itu memberi salam dan beliau tidak membalasnya”. [Shahih Muslim]

Lihat: Adab memberi dan menjawab salam

7.      Tidak menyentuh kelamin dan cebok dengan tangan kanan.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ، وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنَ الْخَلَاءِ بِيَمِينِهِ، وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ» [صحيح مسلم]

“Jangan kalian memegang kelamin dengan tangan kanan ketika kencing, dan jangan cebok dengan tangan kanan, dan jangan bernafas dalam gelas. [Sahih Muslim]

8.      Tidak buang hajat di jalanan atau di tempat berteduh atau di saluran air.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ»

 “Jauhilah dua yang menyebabkan laknat”.

Sahabat bertanya: Apa itu dua yang menyebabkan laknat, Ya Rasulullah?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ، أَوْ فِي ظِلِّهِمْ» [صحيح مسلم]

“Orang yang buang hajat di jalanan manusia atau di tempat perteduhan mereka”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ: الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ، وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ، وَالظِّلِّ " [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

“Jauhilah tiga hal yang bisa menyebabkan laknat; Buang hajat di saluran air, di  jalanan, dan tempat perteduhan”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

9.      Tidak buang hajat di air yang tergenang.

Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata:

أنَّ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ [صحيح مسلم]

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kencing di air yang tergenang. [Sahih Muslim]

Lihat: Jika air bercampur najis

10.  Tidak buang hajat di dalam mesjid (tempat shalat).

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhuberkata: Ketika kami di masjid bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang A’rabiy kemudian kencing dalam masjid. Maka sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Apa ini, apa ini?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تُزْرِمُوهُ دَعُوهُ»

“Jangan kalian melarangnya, biarkan ia (menyelesaikan kencingnya)”

Maka mereka membiarkannya sampai selesai kencing, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnnya dan bersabda kepadanya:

«إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»

“Sesungguhnya ini adalah masjid tidak pantas untuk dijadikan tempat kecing, dan tidak pula kotoran, ia adalah tempat untuk mengingat Allah ‘azza wa jalla, shalat, dan membaca Al-Qur’an”

Kemudian beliau memerintahkan seseorang dari sahabatnya, maka ia datang dengan setimba air kemudian menyiramkannya di atas kencing tersebut. [Sahih Muslim]

Lihat: Adab-adab ketika berada dalam masjid

11.  Tidak buang hajat di kuburan.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَأَنْ أَمْشِيَ عَلَى جَمْرَةٍ، أَوْ سَيْفٍ، أَوْ أَخْصِفَ نَعْلِي بِرِجْلِي، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَمْشِيَ عَلَى قَبْرِ مُسْلِمٍ، وَمَا أُبَالِي أَوَسْطَ الْقُبُورِ قَضَيْتُ حَاجَتِي، أَوْ وَسْطَ السُّوقِ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

“Aku berjalan di atas bara api, atau mata pedang, atau menjahit sendalku dengan kakiku, lebih aku sukai dari pada berjalan di atas kuburan seorang muslim, dan aku tidak peduli apakah di tengah kuburan aku buang hajatku atau di tengah pasar”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

12.  Memakai tirai saat buang hajat.

Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata:

«رَأَيْتُنِي أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَتَمَاشَى، فَأَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ خَلْفَ حَائِطٍ، فَقَامَ كَمَا يَقُومُ أَحَدُكُمْ، فَبَالَ، فَانْتَبَذْتُ مِنْهُ، فَأَشَارَ إِلَيَّ فَجِئْتُهُ، فَقُمْتُ عِنْدَ عَقِبِهِ حَتَّى فَرَغَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku berjalan-jalan bersama Nabi , beliau lalu mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum di balik tembok dan kencing sambil berdiri sebagaimana kalian berdiri. Aku lalu menjauh dari beliau, namun beliau memberi isyarat kepadaku agar mendekat, maka aku pun mendekat dan berdiri di belakangnya hingga beliau selesai." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati dua kubur dan bersabda:

«إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» [صحيح البخاري]

“Kedua orang ini sedang disiksa dalam kuburnya, dan mereka tidak disiksa pada suatu yang besar (sulit ditinggalkan). Adapun salah satu dari keduanya karena ia tidak memakai tirai saat kencing, dan yang satunya lagi karena selalu berjalan meyebarkan adu domba". [Shahih Bukhari]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata:

سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى نَزَلْنَا وَادِيًا أَفْيَحَ، فَذَهَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْضِي حَاجَتَهُ، فَاتَّبَعْتُهُ بِإِدَاوَةٍ مِنْ مَاءٍ، فَنَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَرَ شَيْئًا يَسْتَتِرُ بِهِ، فَإِذَا شَجَرَتَانِ بِشَاطِئِ الْوَادِي، فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى إِحْدَاهُمَا، فَأَخَذَ بِغُصْنٍ مِنْ أَغْصَانِهَا ، فَقَالَ: «انْقَادِي عَلَيَّ بِإِذْنِ اللهِ» فَانْقَادَتْ مَعَهُ كَالْبَعِيرِ الْمَخْشُوشِ، الَّذِي يُصَانِعُ قَائِدَهُ، حَتَّى أَتَى الشَّجَرَةَ الْأُخْرَى، فَأَخَذَ بِغُصْنٍ مِنْ أَغْصَانِهَا، فَقَالَ: «انْقَادِي عَلَيَّ بِإِذْنِ اللهِ» فَانْقَادَتْ مَعَهُ كَذَلِكَ، حَتَّى إِذَا كَانَ بِالْمَنْصَفِ مِمَّا بَيْنَهُمَا، لَأَمَ بَيْنَهُمَا - يَعْنِي جَمَعَهُمَا - فَقَالَ: «الْتَئِمَا عَلَيَّ بِإِذْنِ اللهِ» فَالْتَأَمَتَا، قَالَ جَابِرٌ: فَخَرَجْتُ أُحْضِرُ مَخَافَةَ أَنْ يُحِسَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقُرْبِي فَيَبْتَعِدَ - وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ - فَيَتَبَعَّدَ فَجَلَسْتُ أُحَدِّثُ نَفْسِي، فَحَانَتْ مِنِّي لَفْتَةٌ، فَإِذَا أَنَا بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُقْبِلًا، وَإِذَا الشَّجَرَتَانِ قَدِ افْتَرَقَتَا، فَقَامَتْ كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا عَلَى سَاقٍ [صحيح مسلم]

Kami pernah berjalan bersama Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- hingga kami singgah di suatu lembah yang luas. Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- pergi menuntaskan hajat, aku mengikuti beliau dari belakang dengan membawa seember air. Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- melihat-lihat, beliau tidak melihat apa pun untuk dijadikan penutup. Ternyata ada dua pohon di tepi lembah. Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- pergi mendekati salah satunya kemudian meraih sebagaian dahannya, beliau bersabda: "Menurutlah padaku, dengan izin Allah." Pohon itu pun ikut bersama beliau laksana unta bercocok hidung yang dibuat oleh pengendalinya, hingga beliau mendatangi pohon lain lalu meraih salah satu dahannya, beliau bersabda: "Menurutlah padaku, dengan izin Allah." Pohon itu juga menurut. Setelah beliau berada di pertengahan di antara keduanya, beliau menyatukan keduanya, beliau bersabda: "Menyatulah untukku, dengan izin Allah." Keduanya pun menyatu. Jabir berkata: Aku pergi berlari dengan cepat karena khawatir Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- merasakan keberadaanku di dekat beliau sehingga beliau akan menjauh. - Muhammad bin Abbad berkata dalam riwayatnya: - Beliau menjauh lalu aku duduk berbicara dengan diriku sendiri. Aku melirik kesamping ternyata Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasalam- datang menghampiri dan ternyata kedua pohon itu telah memancar. Masing-masingnya berdiri di atas tonggaknya. [Shahih Muslim]

13.  Menjauh dari pandangan orang lain.

Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu berkata:

كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَتَهُ، فَأَبْعَدَ فِي الْمَذْهَبِ [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Suatu hari aku bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau ingin buang hajat, maka beliau pergi menjauh (sampai tidak ada yang melihat)”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata:

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «لَا يَأْتِي الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلَا يُرَى» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Kami keluar bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, dan Rasulullah tidak buang air besar hingga beliau menjauh dan tidak terlihat." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

14.  Jika membersihkan kotoran (istinja') dengan batu, maka tidak boleh kurang dari tiga batu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنِ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang beristinja dengan batu, maka pakailah batu dengan jumlah yang ganjil” [Sahih Bukhari dan Muslim]

15.  Tidak beristinja' dengan kotoran hewan atau tulang, begitu pula dengan sesuatu yang terhormat seperti makanan dan pakaian.

Salman radhiyallahu ‘anhu ditanya: '(Apakah) Nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu hingga adab beristinja? '

Salman menjawab:

أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ، أَوْ بَوْلٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ [صحيح مسلم]

'Tentu. Sungguh dia telah melarang kami untuk menghadap kiblat saat buang air besar, buang air kecil, beristinja' dengan tangan kanan, beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja' dengan kotoran hewan atau tulang'."

16.  Mencuci tangan dengan sabun atau semisalnya setelah buang hajat.

Maimunah radhiyallahu 'anha berkata:

صَبَبْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُسْلًا، فَأَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَغَسَلَهُمَا، ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ، ثُمَّ قَالَ بِيَدِهِ الأَرْضَ فَمَسَحَهَا بِالتُّرَابِ، ثُمَّ غَسَلَهَا [صحيح البخاري]

Aku menyiramkan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam air mandi, kemudian dengan tangan kanannya beliau menyirami tangan kirinya, kemudian mencuci keduanya, kemudian beliau mencuci kemaluannya, kemudian meletakkan tangannya ke bumi dan membasuhnya dengan tanah, kemudian mencucinya. [Sahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain:

ثُمَّ أَفْرَغَ بِهِ عَلَى فَرْجِهِ، وَغَسَلَهُ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ ضَرَبَ بِشِمَالِهِ الْأَرْضَ، فَدَلَكَهَا دَلْكًا شَدِيدًا [صحيح مسلم]

Kemudian beliau menyirami kemaluannya dengan air dan mencucinya dengan tangan kirinya, kemudian meletakkan tangan kirinya di tanah, kemudian menggosoknya dengan kosokan yang kuat. [Sahih Muslim]

17.  Berdo’a ketika keluar dari tempat buang hajat.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika keluar dari tempat buang hajat, beliau membaca:

«غُفْرَانَكَ»

“Aku memohon ampunan-Mu (Ya Allah)”. [Sunan Abi Daud: Shahih]

Hikmah meminta ampuna setelah keluar dari tempat buang hajat agar terkumpul dua kebersihan, bersih secara dzahir dari kotoran dan najis, dan bersih secara batin dari dosa-dosa.

Wallahu a’lam!

Referensi:

آداب قضاء الحاجة للشيخ وحيد

آداب قضاء الحاجة للشيخ مسعد 30:00

صحيح فقه السنة تأليف: أبو مالك كمال بن السيد سالم

Lihat juga: Adab penuntut ilmu terhadap gurunya - Adab bertanya dan jenis pertanyaan - Adab sebelum tidur dalam Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...