بسم الله الرحمن الرحيم
Ayat pertama; Firman Allah ta’aalaa:
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ
إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [آل عمران:104]
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. [Ali
'Imran: 104]
1.
Wajib dari umat Islam ada yang mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran.
2.
Keberuntungan bagi orang yang mengajak kepada kebikan dan
mencegah kemungkaran.
Ayat kedua; Firman Allah ta’aalaa:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ} [آل
عمران:110]
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar". [Ali Imran:110]
Umat
terbaik senantiasa mengajak kepada kebikan dan mencegah kemungkaran.
Ayat ketiga; Firman Allah ta’aalaa:
{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف:199]
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang
bodoh. [Al-A'raaf:199]
1)
Memaafkan orang yang berbuat kesalahan dan menasehatinya
untuk berbuat baik.
2)
Berpaling dari orang-orang yang tidak mau menerima nasehat.
Ayat keempat; Firman Allah ta’aalaa:
{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ} [التوبة:71]
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar.
[At-Taubah:71]
Sifat
orang beriman senantiasa mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Ayat kelima; Firman Allah ta’aalaa:
{لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي
إِسْرائيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا
وَكَانُوا يَعْتَدُونَ . كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ
لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [المائدة: 78-79]
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat
melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah
perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka
perbuat. [Al-Ma'idah: 78-79]
Buruknya
orang yang tidak mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Ayat keenam; Firman Allah ta’aalaa:
{وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن
شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا
لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا
بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا}
[الكهف: 29]
Dan katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
[Al-Kahf: 29]
Tidak
ada paksaan dalam beragama.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [البقرة:
256]
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Al-Baqarah: 256]
Ayat ketujuh; Firman Allah ta’aalaa:
{فَاصْدَعْ بِمَا
تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ (94) إِنَّا كَفَيْنَاكَ
الْمُسْتَهْزِئِينَ} [الحجر: 94، 95]
Maka sampaikanlah (Muhammad) secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara engkau (Muhammad) dari
(kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (engkau). [Al-Hijr: 94-95]
Tidak perlu takut ketika mengajak
kepada kebaikan dan mencegah keburukan.
Ayat kedelapan; Firman Allah ta’aalaa:
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا
بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [الأعراف: 165]
Maka tatkala mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. [Al-A'raaf: 165]
Keselamatan bagi orang yang mengajak
kepada kebaikan dan mencegah keburukan.
Hadits pertama:
1/184- فالأَوَّلُ: عن أَبي سعيدٍ
الخُدْريِّ رضي اللَّه عنه قالَ: سمِعْتُ رسُولَ اللَّه ﷺ يقُولُ: "مَنْ
رَأَى مِنْكُم مُنْكراً فَلْيغيِّرْهُ بِيَدهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ
فبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبقَلبهِ وَذَلَكَ أَضْعَفُ الإِيمانِ"،
رواه مسلم.
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa dari kalian yang melihat
kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka
dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman”. [Sahih Muslim]
Lihat: Syarah
Arba'in Nawawiy, hadits (34) Abu Sa'id; Mencegah kemungkaran
Hadits kedua:
2/185- الثَّاني: عن ابنِ مسْعُودٍ
رضي اللَّه عنه أَنَّ رسولَ اللَّه ﷺ قَالَ: "مَا
مِنَ نَبِيٍّ بعَثَهُ اللَّه في أُمَّةٍ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ لَه مِن أُمَّتِهِ
حواريُّون وأَصْحَابٌ يَأْخذون بِسُنَّتِهِ ويقْتدُون بأَمْرِه، ثُمَّ إِنَّها
تَخْلُفُ مِنْ بعْدِهمْ خُلُوفٌ يقُولُون مَا لاَ يفْعلُونَ، ويفْعَلُون مَا لاَ
يُؤْمَرون، فَمَنْ جاهدهُم بِيَدهِ فَهُو مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بقَلْبِهِ
فَهُو مُؤْمِنٌ، ومَنْ جَاهَدهُمْ بِلِسانِهِ فَهُو مُؤْمِنٌ، وَلَيسَ وراءَ ذلِك
مِن الإِيمانِ حبَّةُ خرْدلٍ"، رواه مسلم.
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang
nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki
pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti
perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan
sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak
diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia
seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia
seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia
seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi." [Shahih
Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Biografi
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2) Setiap
Nabi 'alaihimussalam ada pengikut setianya.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ
أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ
فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا
الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ} [الصف:
14]
Hai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada
pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" pengikut-pengikut
yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu
segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka kami
berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka,
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. [Ash-Shaff:14]
Ø Jabir radhiallahu'anhu berkata, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ يَأْتِينِي بِخَبَرِ القَوْمِ يَوْمَ الأَحْزَابِ؟» قَالَ
الزُّبَيْرُ: أَنَا، ثُمَّ قَالَ: «مَنْ يَأْتِينِي بِخَبَرِ القَوْمِ؟»، قَالَ
الزُّبَيْرُ: أَنَا، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا وَحَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Siapakah yang sanggup membawa informasi
tentang keadaan kaum (musuh) perang Al-Ahzab kepadaku?" Az Zubair berkata,
"Aku". Kemudian beliau berkata lagi, "Siapakah yang sanggup
membawa informasi tentang musuh kepadaku?" Az-Zubair berkata lagi,
"Aku". Maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya setiap nabi memiliki Hawariy
(pembela yang setia), dan hawariyku adalah Az-Zubair". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Keistimewaan Az-Zubair bin ‘Awwam
3) Buruknya
generasi belakangan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا
الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا
وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ
مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا
مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا
تَعْقِلُونَ} [الأعراف: 169]
Maka datanglah sesudah mereka generasi
(yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah
ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang
kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan
mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu
bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal
mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu
lebih bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?
[Al-A'raaf:169]
{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا
الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا} [مريم:
59]
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
mereka kelak akan menemui kesesatan. [Maryam:59]
Ø Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ،
وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ
فِيهِمُ السِّمَنُ»
“Yang paling baik dari kalian adalah orang
yang hidup di masaku, kemudian masa setelahnya, kemudian seetelahnya.
Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak
bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi
tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka ke-gemukan" [Sahih Bukhari
dan Muslim]
4) Buruknya
mengatakan sesuatu yang ia tidak lakukan.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
(2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ} [الصف:
2، 3]
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di
sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
[Ash-Shaff: 2 - 3]
5) Baruknya
melakukan urusan agama yang tidak diperintahkan dalam syari’at (bid’ah).
Lihat: Bahaya bid'ah
6) Keutamaan
berjihad melawan kemungkaran (bid’ah).
Hadits ketiga:
3/186- الثالثُ: عن أَبي الوليدِ عُبَادَةَ بنِ الصَّامِتِ رضي
اللَّه عنه قَالَ: "بَايَعْنَا رَسُول اللَّه ﷺ عَلَى السَّمعِ والطَّاعَةِ في العُسْرِ وَاليُسْرِ والمَنْشَطِ
والمَكْرَهِ، وَعلى أَثَرَةٍ عَليْنَا، وعَلَى أَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ
أَهْلَهُ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْراً بَوَاحاً عِنْدكُمْ مِنَ اللَّه تعالَى
فِيهِ بُرهانٌ، وَعَلَى أنْ نَقُولَ بالحقِّ أينَما كُنَّا لاَ نخافُ في اللَّه
لَوْمةَ لائمٍ" متفقٌ
عَلَيهِ.
Dari Abu Al-Walid ‘Ubadah bin Ash-Shamit
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: "Kami pernah membaiat Rasulullah ﷺ untuk taat dan mendengar baik dalam
keadaan lapang atau sempit, dalam keadaan semangat (mudah) atau terpaksa
(sulit) dan lebih mementingkan kepentingannya diri sendiri, tidak menentang
perintahan yang berwenang kecuali jika kalian melihat kekufuran yang
terang-terangan, yang pada kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah, dan
untuk mengatakan kebenaran di mana saja kami berada, serta tidak takut (dalam
menegakkan kalimat) Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela."
[Muttafaqun ‘Alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Wajibnya
taat kepada penguasa dalam segala keadaan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ
وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ
أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan
taat pada perintah yang ia sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika
diperintahkan kepada maksiat, jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka
tidak ada kepatuhan dan ketaatan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma bertanya:
يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا كُنَّا
بِشَرٍّ، فَجَاءَ اللهُ بِخَيْرٍ، فَنَحْنُ فِيهِ، فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا
الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ؟
قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ:
«نَعَمْ»، قُلْتُ: كَيْفَ؟ قَالَ: «يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ
بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ
قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ
أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ
لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»
"Wahai Rasulullah, dahulu saya berada
dalam kejahatan, kemudian Allah menurunkan kebaikan (agama Islam) kepada kami,
apakah setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau menjawab:
"Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah keburukan tersebut
akan timbul lagi kebaikan?" Beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya
lagi, "Apakah setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau
menjawab: "Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" Beliau
menjawab: "Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan
petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa
laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia."
Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku
apa yang anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan
patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu,
dengar dan patuhilah dia." [Shahih Muslim]
3. Larangan
memberontak kepada penguasa.
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu
'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ
خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Siapa yang tidak menyukai kebijakan amir
(pemimpinnya) hendaklah bersabar, sebab siapapun yang keluar dari ketaatan
kepada amir sejengkal, ia mati dalam jahiliyah." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (28) Al-'Irbadh; Kewajiban taat kepada pemimpin
4. Mengungkapkan
kebenaran di manapun berada.
Abu
Dzar radhiallahu'anhu
berkata:
«أَوْصَانِي خَلِيلِي ﷺ، بِخِصَالٍ مِنَ الْخَيْرِ؛ أَوْصَانِي بِأَنْ
لَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي،
وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ
أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ
لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا» [صحيح
ابن حبان]
"Kekasihku ﷺ
berwasiat kepadaku dengan beberapa sifat yang baik: (1) Ia berwasiat kepadaku
untuk tidak melihat orang yang di atasku (dari kenikmatan dunia) dan
mewasiatkanku untuk melihat orang yang di bawahku, (2) mewasiatkanku untuk
mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan mereka, (3) mewasiatkanku untuk
bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling, (4) mewasiatkanku untuk tidak takut
demi Allah kepada celaan orang yang suka mencela, (5) mewasiatkanku untuk
mengatakan yang benar sekalipun pahit. [Sahih Ibnu Hibban]
Ø Dari Thariq bin Syihab radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ وَقَدْ وَضَعَ رِجْلَهُ فِي
الْغَرْزِ، أَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ
جَائِرٍ» [سنن النسائي: صحيح]
Bahwa seorang laki bertanya kepada Rasulullah
ﷺ dan ia telah meletakkan kakinya di batang
kayu yang ditancapkan di tanah; jihad apakah yang paling utama? Beliau
bersabda, "Perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zalim."
[Sunan An-Nasa'iy: Shahih]
Ø Iyadh bin Ganm radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah
ﷺ bersabda:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ
عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ
مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»
“Barangsiapa yang hendak menasehati
penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan,
tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu,
jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan
ligairih]
5. Tidak
takut kecuali kepada Allah ta’aalaa.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ
دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui. [Al-Maidah: 54]
Hadits keempat:
4/187- الرَّابع: عن النعْمانِ بنِ بَشيرٍ رضيَ اللَّه عنهما عن
النبيِّ ﷺ قَالَ: "مَثَلُ القَائِمِ في حُدودِ اللَّه، والْوَاقِعِ فِيهَا
كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سفينةٍ فصارَ بعضُهم أعلاهَا وبعضُهم أسفلَها
وكانَ الذينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الماءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ
فَوْقَهُمْ فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا في نَصَيبِنا خَرْقاً وَلَمْ نُؤْذِ
مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أَرادُوا هَلكُوا جَمِيعاً، وإِنْ
أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِم نَجوْا ونجوْا جَمِيعاً". رواهُ البخاري.
Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu
'anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
Perumpamaan orang yang menegakkan hukum Allah dan orang yang diam terhadapnya
seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal lalu sebagian dari
mereka ada yang mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bagian bawah perahu.
Lalu orang yang berada di bawah perahu bila mereka mencari air untuk minum
mereka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas seraya berkata;
"Seandainya boleh kami lubangi saja perahu ini untuk mendapatkan bagian
kami sehingga kami tidak mengganggu orang yang berada di atas kami". Bila
orang yang berada di atas membiarkan saja apa yang diinginkan orang-orang yang
di bawah itu maka mereka akan binasa semuanya. Namun bila mereka mencegah
dengan tangan mereka maka mereka akan selamat semuanya". [Shahih Bukhari]
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi An-Nu’man bin Basyri radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Bahaya meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Allah subhanahu wata'ala berfriman:
{وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ
الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan
yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan
Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. [Al-Anfaal:25]
3)
Keutamaan amar ma’ruf nahi mungkar.
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar
4)
Memakai perumpamaan dalam menyampaikan agar mudah dipahami.
Hadits kelima:
5/188-الخامِسُ: عَنْ أُمِّ المُؤْمِنِينَ أُمِّ سَلَمَة هِنْدٍ
بنتِ أَبِي أُمَيَّةَ حُذيْفَةَ رضي اللَّه عنها، عن النَّبيّ ﷺ أنَّه قَالَ: "إِنَّهُ
يُسْتَعْملُ عَليْكُمْ أُمَراءُ فَتَعْرِفُونَ وتنُكِرُونَ، فَمِنْ كَرِه فقَدْ
بَرِىءَ، وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ، وَلَكِنْ منْ رَضِيَ وَتَابَعَ" قَالوا:
يَا رَسُولَ اللَّه أَلاَ نُقَاتِلُهُمْ؟ قَالَ: "لاَ، مَا أَقَامُوا
فِيكُمْ الصَّلاَةَ" رواه مسلم.
Dari Ummul Mu’minin Ummu Salamah Hindun
binti Abi Umayyah Hudzaifah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda, "Kalian akan
dipimpin oleh para penguasa, kalian mengenal mereka namun kalian mengingkari
(perbuatan mereka), barangsiapa membenci kemungkarannya maka ia telah berlepas
diri, dan barangsiapa mengingkari berarti ia telah selamat. Tetapi bagi orang
yang ridha dan mengikuti”. Para sahabat langsung bertanya, "Wahai
Rasulullah, tidakkah kita perangi saja?" Beliau menjawab, "Tidak!
Selama mereka masih melaksanakan shalat di tengah kalian."
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Ummi Salamah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Keistimewaan Ummu Salamah
2. Tanda
akhir zaman, munculnya pemimpin-pemimpin yang dzalim.
3. Siapa
yang membenci kedzliman penguasa, maka ia telah berlepas diri dari kedzaliman
tersebut.
4. Menginkari
sesuai dengan kemampuan.
5. Tidak
boleh menginkari dengan senjata selama masih membolehkan untuk didirikan
shalat.
Dari 'Auf bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ،
وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ
الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ
وَيَلْعَنُونَكُمْ»
"Sebaik-baik pemimpin kalian
adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan
kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka
yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan
kalian mengutuk mereka."
Beliau ditanya: "Wahai Rasulullah,
tidakkah kita memerangi mereka?"
Maka beliau bersabda:
«لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ
الصَّلَاةَ، أَلَا مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ، فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ
مَعْصِيَةِ اللهِ، فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، وَلَا
يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ» [صحيح مسلم]
"Tidak, selagi mereka
mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian
sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas
dari ketaatan kepada mereka." [Shahih Muslim]
Bersambung …
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (22) Kebaktian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...