بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Qur’an turun pada
bulan Ramadhan, malam lailtul qadr, malam kedua puluh lima, hari Senin.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ}
Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). [Al-Baqarah:185]
{إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ} [القدر: 1]
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. [Al-Qadr: 1]
Ø
Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
" أُنْزِلَتْ
صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ
التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ
خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ
رَمَضَانَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]
“Suhuf
Ibrahim 'alaihissalam diturunkan pada malam pertama bulan Ramadan, dan
Taurat diturunkan pada enam hari lewat bulan Ramadan (malam ke 7), dan Injil
pada tigabelas hari lewat bulan Ramadhan (malam ke 14), dan Al-Qur'an turun
setelah dua puluh empat hari lewat bulan Ramadhan (malam ke 25)”. [Musnad
Ahmad: Hasan]
Ø Abu Qatadah Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ
ditanya tentang puasa hari Senin?
Rasulullah
menjawab:
«ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ
عَلَيَّ فِيهِ -» [صحيح مسلم]
"Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau aku dituruni
wahyu". [Sahih Muslim]
Bagaimana Al-Qur’an
turun pertama kali?
Aisyah radhiyallahu 'anha -Ibu kaum mukminin-
berkata:
أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا
الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ
فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ
حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ - وَهُوَ التَّعَبُّدُ - اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ
العَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ
يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ
وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: «مَا
أَنَا بِقَارِئٍ»، قَالَ: " فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي
الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ،
فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ
أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي
فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} [العلق:
2] "
"Permulaan
wahyu yang datang kepada Rasulullah ﷺ adalah dengan mimpi yang nyata dalam
tidur. Dan tidaklah beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya Subuh.
Kemudian beliau dianugerahi untuk menyendiri, lalu beliau pun menyendiri gua
Hiro dan bertahannuts di dalamnya, yaitu ibadah di malam hari selang beberapa
waktu sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal
untuk bertahannuts kembali. Beberapa waktu setelahnya, beliau menemui Khadijah
lagi untuk mempersiapkan bekal seperti sebelumnya. Sampai akhirnya datanglah
suatu yang haq kepada beliau saat berada di gua Hiro, malaikat mendatanginya
seraya berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab, "Aku tidak bisa
baca." Nabi ﷺ
menjelaskan: Maka malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat hingga aku
tak berdaya kemudian melepaskanku dan kembali berkata, "Bacalah!"
Beliau menjawab, "Aku tidak bisa baca." Malaikat itu memegangku
kembali dan memelukku untuk kedua kalinya dengan sangat kuat higga aku tak
berdaya lalu melepaskanku dan kembali berkata, "Bacalah!" Beliau
menjawab, "Aku tidak bisa baca." Kemudian Malaikat itu memegangku
kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat hingga aku tak
berdaya, lalu melepaskanku seraya berkata, {Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah}." [Shahih Bukhari]
Lihat: Hadits Aisyah; Awal turunya wahyu di gua Hira
Apakah Al-Qur’an turun
secara keseluruhan atau berangsuran?
Ulama
berbeda pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama: Al-Qur’an turun secara
keseluruhan di langit dunia kemudian turun secara berangsuran kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam selama 23 tahun.
Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata:
"
أُنْزِلَ الْقُرْآنُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ مِنَ السَّمَاءِ الْعُلْيَا إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا جُمْلَةً وَاحِدَةً، ثُمَّ فُرِقَ فِي السِّنِينَ قَالَ:
وَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ} [الواقعة: 75] قَالَ:
«نَزَلَ مُتَفَرِّقًا» [المستدرك على
الصحيحين للحاكم: صحيح]
“Al-Qur’an
turun pada malam lailatul qadr dari langit tertinggi ke langit dunia secara
keseluruhan, kemudian diturunkan secara berangsuran selama beberapa tahun”,
kemudian Ibnu ‘Abbas membaca ayat ini: {Lalu Aku bersumpah dengan tempat
beredarnya bintang-bintang} [Al-Waqi’ah: 75] Ibnu ‘Abbas berkata:
“Al-Qur’an turun berangsuran”. [Al-Mustadrak karya Al-Hakim: Shahih]
Pendapat kedua: Al-Qur’an tidak turu
secara keseluruhan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَقُرْآنًا
فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا}
[الإسراء: 106]
Dan Al-Qur'an (Kami
turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia
perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. [Al-Isra': 106]
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ
عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا} [الفرقان: 32]
Berkatalah
orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?"; Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). [Al-Furqan: 32]
Bagaimana Al-Qur’an
turun kepada Nabi ﷺ?
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{إِنَّا سَنُلْقِي
عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا} [المزمل: 5]
Sesungguhnya Kami
akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.
[Al-Muzzammil: 5]
Ø Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha:
أَنَّ الحَارِثَ
بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يَأْتِيكَ الوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ،
فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ
لِيَ المَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ» قَالَتْ عَائِشَةُ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الوَحْيُ فِي
اليَوْمِ الشَّدِيدِ البَرْدِ، فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ
عَرَقًا [صحيح البخاري]
Bahwa Al-Harits bin
Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
tanyanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu turun kepada engkau?"
Maka Rasulullah ﷺ menjawab,
"Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerencing lonceng dan cara ini
yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang
disampaikan. Dan terkadang datang malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu
berbicara kepadaku, lalu aku dapat memahami apa yang diucapkannya." Aisyah
berkata, "Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada beliau ﷺ pada suatu hari yang sangat dingin, dan
saat wahyu terputus dari beliau, dahi beliau mengucurkan keringat."
[Shahih Bukhari]
Penulisan Al-Qur’an di
masa Rasulullah ﷺ.
Zaid
bin Tsabit radhiyallahu
'anhu berkata:
«كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ نُؤَلِّفُ
القُرْآنَ مِنَ الرِّقَاعِ» [سنن الترمذي:
صحيح]
"Kami
menulis Al-Qur'an dari pelepah kurma di sisi Rasulullah ﷺ. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø
Al-Barra` bin 'Azib radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا
نَزَلَتْ {لَا يَسْتَوِي القَاعِدُونَ مِنَ المُؤْمِنِينَ} [النساء: 95] الآيَةَ،
جَاءَ عَمْرُو ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: وَكَانَ ضَرِيرَ البَصَرِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَا تَأْمُرُنِي؟ إِنِّي ضَرِيرُ البَصَرِ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى
هَذِهِ الآيَةَ: {غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ} [النساء: 95] الآيَةَ. فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «ائْتُونِي
بِالكَتِفِ وَالدَّوَاةِ»، أَوْ «اللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ» [سنن الترمذي:
صحيح]
"Ketika turun (ayat) {Tidaklah sama
antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)} [An-Nisa`: 95], 'Amru
bin Ummi Maktum menghampiri Nabi ﷺ
-ia adalah orang yang buta- lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang akan
anda perintahkan kepadaku? Aku adalah orang yang buta?" Lalu Allah
menurunkan ayat ini: {yang tidak memiliki udzur} kemudian beliau
bersabda, "Berikan padaku papan dan tempat tinta." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
Al-Qur’an pertama kali
turun di Mekah hanya seputar tentang aqidah setelah di Medinah baru turun
tentang hukum.
Yusuf
bin Mahik rahimahullah berkata:
إِنِّي عِنْدَ
عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، إِذْ جَاءَهَا عِرَاقِيٌّ،
فَقَالَ: يَا أُمَّ المُؤْمِنِينَ، أَرِينِي مُصْحَفَكِ؟ قَالَتْ: لِمَ؟ قَالَ:
لَعَلِّي أُوَلِّفُ القُرْآنَ عَلَيْهِ، فَإِنَّهُ يُقْرَأُ غَيْرَ مُؤَلَّفٍ،
قَالَتْ: وَمَا يَضُرُّكَ أَيَّهُ قَرَأْتَ قَبْلُ؟ " إِنَّمَا نَزَلَ
أَوَّلَ مَا نَزَلَ مِنْهُ سُورَةٌ مِنَ المُفَصَّلِ، فِيهَا ذِكْرُ الجَنَّةِ
وَالنَّارِ، حَتَّى إِذَا ثَابَ النَّاسُ إِلَى الإِسْلاَمِ نَزَلَ الحَلاَلُ
وَالحَرَامُ، وَلَوْ نَزَلَ أَوَّلَ شَيْءٍ: لاَ تَشْرَبُوا الخَمْرَ، لَقَالُوا:
لاَ نَدَعُ الخَمْرَ أَبَدًا، وَلَوْ نَزَلَ: لاَ تَزْنُوا، لَقَالُوا: لاَ نَدَعُ
الزِّنَا أَبَدًا، لَقَدْ نَزَلَ بِمَكَّةَ عَلَى مُحَمَّدٍ ﷺ وَإِنِّي لَجَارِيَةٌ أَلْعَبُ: {بَلِ السَّاعَةُ
مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ} [القمر: 46] وَمَا نَزَلَتْ
سُورَةُ البَقَرَةِ وَالنِّسَاءِ إِلَّا وَأَنَا عِنْدَهُ "، قَالَ:
فَأَخْرَجَتْ لَهُ المُصْحَفَ، فَأَمْلَتْ عَلَيْهِ آيَ السُّوَرِ [صحيح البخاري]
Suatu
ketika, aku berada di tempat Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu'anha,
tiba-tiba seorang dari Irak menemuinya seraya berkata: "Wahai Ummul
Mukminin, tunjukkanlah Mushhaf Anda padaku." Aisyah bertanya, "Untuk
apa?" Ia menjawab, "Agar aku dapat menyusunnya. Sebab, Al-Qur'an itu
dibaca secara tidak tersusun." Aisyah berkata, "Lalu apa yang
menghalangimu untuk membaca bagian apa saja darinya. Sesungguhnya yang
pertama-tama kali turun darinya adalah surah Al-Mufashshal yang di dalamnya
disebutkan tentang surga dan neraka. Dan ketika manusia telah condong ke Islam,
maka turunlah kemudian ayat-ayat tentang halal dan haram. Sekiranya yang
pertama kali turun adalah ayat, 'Janganlah kalian minum khamar.' Niscaya mereka
akan mengatakan, 'Sekali-kali kami tidak akan bisa meninggalkan khamar
selama-lamanya.' Dan sekiranya juga yang pertamakali turun adalah ayat,
"Janganlah kalian berzina..' niscaya mereka akan berkomentar, 'Kami tidak
akan meniggalkan zina selama-lamanya.' Ayat yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ di Makkah yang pada saat itu aku masih
anak-anak adalah: {Sebenarnya hari kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada
mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit} [Al-Qamar:46].' Dan
tidaklah surah Al-Baqarah dan An-Nisa` kecuali aku berada di sisi beliau."
Akhirnya, Aisyah mengeluarkan Mushhaf dan mendiktekan kepada orang Irak itu
beberapa surat. [Shahih Bukhari]
Pengumpulan Al-Qur’an
di masa Abu Bakr setelah perang Al-Yamamah melawan orang-orang murtad pada
tahun 12 hijriyah.
Zaid
bin Tsabit Al-Anshariy radhiyallahu
'anhu –salah seorang penulis wahyu- mengatakan:
أَرْسَلَ
إِلَيَّ أَبُو بَكْرٍ مَقْتَلَ أَهْلِ اليَمَامَةِ وَعِنْدَهُ عُمَرُ، فَقَالَ
أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ عُمَرَ أَتَانِي، فَقَالَ: إِنَّ القَتْلَ قَدْ اسْتَحَرَّ
يَوْمَ اليَمَامَةِ بِالنَّاسِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَسْتَحِرَّ القَتْلُ
بِالقُرَّاءِ فِي المَوَاطِنِ، فَيَذْهَبَ كَثِيرٌ مِنَ القُرْآنِ إِلَّا أَنْ
تَجْمَعُوهُ، وَإِنِّي لَأَرَى أَنْ تَجْمَعَ القُرْآنَ "، قَالَ أَبُو
بَكْرٍ: قُلْتُ لِعُمَرَ: «كَيْفَ أَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ؟» فَقَالَ
عُمَرُ: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ، فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى
شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ، قَالَ زَيْدُ
بْنُ ثَابِتٍ: وَعُمَرُ عِنْدَهُ جَالِسٌ لاَ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ:
إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ، وَلاَ نَتَّهِمُكَ، «كُنْتَ تَكْتُبُ الوَحْيَ
لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ»،
فَتَتَبَّعِ القُرْآنَ فَاجْمَعْهُ، فَوَاللَّهِ لَوْ كَلَّفَنِي نَقْلَ جَبَلٍ
مِنَ الجِبَالِ مَا كَانَ أَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِي بِهِ مِنْ جَمْعِ
القُرْآنِ، قُلْتُ: «كَيْفَ تَفْعَلاَنِ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ النَّبِيُّ ﷺ؟» فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ، فَلَمْ
أَزَلْ أُرَاجِعُهُ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ اللَّهُ لَهُ
صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَقُمْتُ فَتَتَبَّعْتُ القُرْآنَ أَجْمَعُهُ مِنَ
الرِّقَاعِ وَالأَكْتَافِ، وَالعُسُبِ وَصُدُورِ الرِّجَالِ، حَتَّى وَجَدْتُ مِنْ
سُورَةِ التَّوْبَةِ آيَتَيْنِ مَعَ خُزَيْمَةَ الأَنْصَارِيِّ لَمْ أَجِدْهُمَا
مَعَ أَحَدٍ غَيْرِهِ، {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ} [التوبة: 128] إِلَى
آخِرِهِمَا، وَكَانَتِ الصُّحُفُ الَّتِي جُمِعَ فِيهَا القُرْآنُ عِنْدَ أَبِي
بَكْرٍ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ عِنْدَ عُمَرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ
اللَّهُ، ثُمَّ عِنْدَ حَفْصَةَ بِنْتِ عُمَرَ [صحيح البخاري]
Abu
Bakr As-Shiddiq datang kepadaku pada waktu perang Yamamah, ketika itu Umar
disampingnya. Abu Bakr berkata bahwasanya Umar mendatangiku dan mengatakan,
"Sesungguhnya perang Yamamah telah berkecamuk (menimpa) para sahabat, dan
aku khawatir akan menimpa para penghafal Al-Qur'an di negeri-negeri lainnya
sehingga banyak yang gugur dari mereka kecuali engkau memerintahkan pengumpulan
(pendokumentasian) Al-Qur'an." Abu Bakar berkata kepada Umar,
"Bagaimana aku mengerjakan suatu proyek yang tidak pernah dikerjakan
Rasulullah ﷺ?"
Umar menjawab, "Demi Allah hal itu adalah sesuatu yang baik." Ia
terus mengulangi hal itu sampai Allah melapangkan dadaku sebagaimana
melapangkan dada Umar dan aku sependapat dengannya. Zaid berkata, Abu Bakar
berkata, -pada waktu itu disampingnya ada Umar sedang duduk, dan dia tidak
berkata apa-apa.- "Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas, kami tidak
meragukanmu, dan kamu juga menulis wahyu untuk Rasulullah ﷺ,
karena itu kumpulkanlah Al-Qur'an (dengan seksama)." Zaid berkata,
"Demi Allah, seandainya mereka menyuruhku untuk memindahkan gunung dari
gunung-gunung yang ada, maka hal itu tidak lebih berat bagiku daripada
(pengumpulan atau pendokumentasian Al-Qur'an). kenapa kalian mengerjakan
sesuatu yang tidak pernah dikerjakan Rasulullah ﷺ?" Abu Bakar menjawab, "Demi
Allah hal itu adalah baik." Aku pun terus mengulanginya, sehingga Allah
melapangkan dadaku sebagaimana melapangkan dada keduanya (Abu Bakr dan Umar).
Lalu aku kumpulkan Al-Qur'an (yang ditulis) pada kulit, pelepah kurma, dan batu
putih lunak, juga dada (hafalan) para sahabat. Hingga aku mendapatkan dua ayat
dari surah Taubah berada pada Khuzaimah yang tidak aku temukan pada sahabat
mana pun. Yaitu ayat: {Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah,
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung."} (9:
128-129). Dan mushaf yang telah aku kumpulkan itu berada pada Abu Bakr hingga
dia wafat, kemudian berada pada Umar hingga dia wafat, setelah itu berada pada
Hafshah putri Umar. [Shahih Bukhari]
Pengumpulan Al-Qur’an
di masa ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu.
Anas
bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
أَنَّ
حُذَيْفَةَ بْنَ اليَمَانِ، قَدِمَ عَلَى عُثْمَانَ وَكَانَ يُغَازِي أَهْلَ
الشَّأْمِ فِي فَتْحِ أَرْمِينِيَةَ، وَأَذْرَبِيجَانَ مَعَ أَهْلِ العِرَاقِ،
فَأَفْزَعَ حُذَيْفَةَ اخْتِلاَفُهُمْ فِي القِرَاءَةِ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ
لِعُثْمَانَ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، أَدْرِكْ هَذِهِ الأُمَّةَ، قَبْلَ أَنْ
يَخْتَلِفُوا فِي الكِتَابِ اخْتِلاَفَ اليَهُودِ وَالنَّصَارَى، فَأَرْسَلَ
عُثْمَانُ إِلَى حَفْصَةَ: «أَنْ أَرْسِلِي إِلَيْنَا بِالصُّحُفِ نَنْسَخُهَا فِي
المَصَاحِفِ، ثُمَّ نَرُدُّهَا إِلَيْكِ»، فَأَرْسَلَتْ بِهَا حَفْصَةُ إِلَى
عُثْمَانَ، فَأَمَرَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ،
وَسَعِيدَ بْنَ العَاصِ، وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ
فَنَسَخُوهَا فِي المَصَاحِفِ "، وَقَالَ عُثْمَانُ لِلرَّهْطِ
القُرَشِيِّينَ الثَّلاَثَةِ: «إِذَا اخْتَلَفْتُمْ أَنْتُمْ وَزَيْدُ بْنُ
ثَابِتٍ فِي شَيْءٍ مِنَ القُرْآنِ فَاكْتُبُوهُ بِلِسَانِ قُرَيْشٍ، فَإِنَّمَا
نَزَلَ بِلِسَانِهِمْ» فَفَعَلُوا حَتَّى إِذَا نَسَخُوا الصُّحُفَ فِي
المَصَاحِفِ، رَدَّ عُثْمَانُ الصُّحُفَ إِلَى حَفْصَةَ، وَأَرْسَلَ إِلَى كُلِّ
أُفُقٍ بِمُصْحَفٍ مِمَّا نَسَخُوا، وَأَمَرَ بِمَا سِوَاهُ مِنَ القُرْآنِ فِي
كُلِّ صَحِيفَةٍ أَوْ مُصْحَفٍ، أَنْ يُحْرَقَ.
قَالَ ابْنُ
شِهَابٍ: وَأَخْبَرَنِي خَارِجَةُ بْنُ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، سَمِعَ زَيْدَ بْنَ
ثَابِتٍ قَالَ: " فَقَدْتُ آيَةً مِنَ الأَحْزَابِ حِينَ نَسَخْنَا
المُصْحَفَ، قَدْ كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقْرَأُ بِهَا، فَالْتَمَسْنَاهَا فَوَجَدْنَاهَا مَعَ
خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ الأَنْصَارِيِّ: {مِنَ المُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا
مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ} [الأحزاب: 23] فَأَلْحَقْنَاهَا فِي سُورَتِهَا فِي
المُصْحَفِ " [صحيح البخاريٍ]
Bahwasanya
Hudzaifah bin Al-Yaman datang kepada Utsman setelah sebelumnya memerangi Ahlus
Syam yakni pada saat penaklukan Armenia dan Azerbaijan bersama penduduk Irak.
Dan ternyata perselisihan mereka dalam Qira`ah mengejutkan Hudzaifah. Maka
Hudzaifah pun berkata kepada Utsman, "Rangkullah umat ini sebelum mereka
berselisih tentang Al-Qur'an sebagaimana perselisihan yang telah terjadi pada
kaum Yahudi dan Nasrani." Akhirnya, Utsman mengirim surat kepada Hafshah
yang berisikan, "Tolong, kirimkanlah lembaran Al-Qur'an kepada kami, agar
kami dapat segera menyalinnya ke dalam lembaran yang lain, lalu kami akan
segera mengembalikannya pada Anda." Maka Hafshah pun mengirimkannya kepada
Utsman. Lalu Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Sa'id bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam, sehingga mereka pun
menyalinnya ke dalam lembaran shuhuf yang lain. Utsman berkata kepada tiga
orang Quraisy dari mereka, "Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit
terkait dengan Al-Qur'an, maka tulislah dengan bahasa Quraisy, sebab Al-Qur'an
turun dengan bahasa mereka." Kemudian mereka mengindahkan perintah itu
hingga penyalinan selesai dan Utsman pun mengembalikannya ke Hafshah. Setelah
itu, Utsman mengirimkan sejumlah Shuhuf yang telah disalin ke berbagai penjuru
negeri kaum muslimin, dan memerintahkan untuk membakar Al-Qur'an yang terdapat
pada selain Shuhuf tersebut.
Ibnu
Syihab berkata, Kharijah bin Zaid, telah mengabarkan kepadaku bahwa ia
mendengar Zaid bin Tsabit berkata, "Kami kehilangan satu ayat dari surah
Al-Ahzab saat kami menyalinnya, yang sungguh aku telah mendengarnya langsung
dari Rasulullah ﷺ saat beliau membacanya. Lalu kami pun
mencarinya, dan ternyata kami menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit Al
Anshari. Yakni ayat, "MINAL MUKMINIINA RIJAALUN SHADAQUU MAA 'AAHADUU
ALLAAHA 'ALAIHI." Maka kami pun menggabungkannya di dalam mushhaf. [Shahih
Bukhari]
Al-Qur’an diturunkan
dengan tujuh huruf.
'Umar
bin Al Khaththob radhiallahu'anhu
berkata:
سَمِعْتُ
هِشَامَ بْنَ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ، يَقْرَأُ سُورَةَ الفُرْقَانِ عَلَى غَيْرِ
مَا أَقْرَؤُهَا، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَقْرَأَنِيهَا، وَكِدْتُ أَنْ
أَعْجَلَ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَمْهَلْتُهُ حَتَّى انْصَرَفَ، ثُمَّ لَبَّبْتُهُ
بِرِدَائِهِ، فَجِئْتُ بِهِ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، فَقُلْتُ: إِنِّي سَمِعْتُ هَذَا
يَقْرَأُ عَلَى غَيْرِ مَا أَقْرَأْتَنِيهَا، فَقَالَ لِي: «أَرْسِلْهُ»، ثُمَّ
قَالَ لَهُ: «اقْرَأْ»، فَقَرَأَ، قَالَ: «هَكَذَا أُنْزِلَتْ»، ثُمَّ قَالَ لِي:
«اقْرَأْ»، فَقَرَأْتُ، فَقَالَ: «هَكَذَا أُنْزِلَتْ إِنَّ القُرْآنَ أُنْزِلَ
عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَاقْرَءُوا مِنْهُ مَا تَيَسَّرَ» [صحيح البخاري ومسلم]
Aku
mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah Al-Furqan dengan cara yang
berbeda dari yang aku baca sebagaimana Rasulullah ﷺ membacakannya kepadaku dan hampir saja aku mau bertindak
terhadapnya namun aku biarkan sejenak hingga dia selesai membaca. Setelah itu
aku ikat dia dengan kainku lalu aku giring dia menghadap Rasulullah ﷺ dan aku katakan, "Aku mendengar dia
membaca Al-Qur'an tidak sama dengan aku sebagaimana Anda membacakannya
kepadaku." Maka beliau berkata, kepadaku, "Bawalah dia kemari."
Kemudian beliau berkata, kepadanya, "Bacalah." Maka dia membaca.
Beliau ﷺ kemudian bersabda, "Begitulah memang
yang diturunkan." Kemudian beliau berkata kepadaku, "Bacalah."
Maka aku membaca. Beliau ﷺ
bersabda, "Begitulah memang yang diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur'an
diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah oleh kalian mana yang mudah".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَقْرَأَنِي
جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ، فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى
سَبْعَةِ أَحْرُفٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jibril
membacakan (Al-Qur'an) kepadaku dengan satu dialek dan aku terus saja meminta
tambahan hingga akhirnya berhenti dengan tujuh dialek (jenis langgam bahasa
dalam membaca Al-Qur'an)." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Ubay bin Ka'ab radhiallahu'anhu;
أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ كَانَ عِنْدَ أَضَاةِ بَنِي غِفَارٍ، قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ
عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَأَ أُمَّتُكَ
الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ، فَقَالَ: «أَسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ،
وَإِنَّ أُمَّتِي لَا تُطِيقُ ذَلِكَ»، ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ:
«إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَأَ أُمَّتُكَ الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفَيْنِ»،
فَقَالَ: «أَسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ، وَإِنَّ أُمَّتِي لَا
تُطِيقُ ذَلِكَ»، ثُمَّ جَاءَهُ الثَّالِثَةَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ
أَنْ تَقْرَأَ أُمَّتُكَ الْقُرْآنَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحْرُفٍ، فَقَالَ: «أَسْأَلُ
اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ، وَإِنَّ أُمَّتِي لَا تُطِيقُ ذَلِكَ»، ثُمَّ
جَاءَهُ الرَّابِعَةَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَأَ أُمَّتُكَ
الْقُرْآنَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَأَيُّمَا حَرْفٍ قَرَءُوا عَلَيْهِ فَقَدْ
أَصَابُوا. [صحيح مسلم]
Bahwasanya
Nabi ﷺ berada di kolam air Bani Ghifar. Kemudian
beliau didatangi Jibril 'alaihissalam seraya berkata, "Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur'an kepada umatmu dengan satu huruf
(lahjah bacaan)." Beliau pun bersabda, "Saya memohon kasih sayang dan
ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." kemudian
Jibril datang untuk kedua kalinya dan berkata, "Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur'an kepada umatmu dengan dua
huruf." Beliau pun bersabda, "Saya memohon kasih sayang dan
ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." Lalu
Jibril mendatanginya untuk ketiga kalinya seraya berkata, "Sesungguhnya
Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur'an kepada umatmu dengan tiga
huruf." Beliau bersabda "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya,
sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." Kemudian Jibril datang
untuk yang keempat kalinya dan berkata, "Sesungguhnya Allah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur'an kepada umatmu dengan tujuh huruf.
Dengan huruf yang manapun yang mereka gunakan untuk membaca, maka bacaan mereka
benar." [Shahih Muslim]
Makna tujuh huruf:
Ada
beberapa pendapat ulama dalam hal ini, diantaranya:
Pendapat pertama: Perbedaan kata yang
bermakna sama.
Pendapat kedua: Perbedaan bahasa dari suku-suku
Arab.
Bahaya perselisishan
terhadap Al-Qur’an.
Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu
berkata:
سَمِعْتُ
رَجُلًا قَرَأَ آيَةً، وَسَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقْرَأُ خِلاَفَهَا، فَجِئْتُ بِهِ
النَّبِيَّ ﷺ فَأَخْبَرْتُهُ،
فَعَرَفْتُ فِي وَجْهِهِ الكَرَاهِيَةَ، وَقَالَ: «كِلاَكُمَا مُحْسِنٌ، وَلاَ
تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا» [صحيح
البخاري]
Aku
mendengar seseorang membaca satu ayat dan aku telah mendengar Rasulullah ﷺ membacanya dengan cara yang berbeda, maka aku membawanya kepada Rasulullah ﷺ dan menceritakannya, dan aku melihat raut muka
tidak senang dari Rasulullah ﷺ
seraya bersabda: “Kalian berdua sudah betul, dan janganlah
berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah berselisih dan
akhirnya mereka binasa". [Sahih Bukhari]
Yang pertama kali
memberi harakat dan titik pada huruf Al-Qur’an.
Tahap pertama: Atas perintah Amirul
Mu’minin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, Abu Al-Aswad Ad-Dualiy (w.
69H) memberikan titik di depan huruf sebagai tanda dhammah, titik di atas
sebagai tanda fathah, dan titik di bawah sebagai tanda kasrah.
Tahap kedua: Al-Khalil bin Ahmad
Al-Farahidiy (w. setelah tahun 160H) meletakkan alif miring di atas huruf
sebagai tanda fathah, alif miring di bawah sebagai tanda kasarah, dan huruf
wawu kecil di atas sebagai tanda dhammah.
Tahap ketiga: Nashr bin ‘Ashim Al-Laitsiy
(w. setelah tahun 80H) dan Yahya bin Ya’mar Al-‘Adwaniy (w. 100H) memberikan
tanda titik pada huruf yang bentuknya sama, seperti huruf baa’, taa’, tsaa’,
dan yaa’.
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Ramadhan; Bulan Al-Qur’an - Pentingnya belajar Al-Qur'an - Bagaimana meraih keberkahan Al-Qur’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...