بسم الله الرحمن الرحيم
Beberapa
hal yang mesti dilakukan setelah Ramadhan, diantaranya:
1.
Berdo’a
agar Allah ta’aalaa menerima semua amalan kita selama Ramadhan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ
وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [البقرة:
127]
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):
"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-Baqarah:127]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha istri Rasulullah ﷺ
berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini {وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} “Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut", apakah mereka yang dimaksud adalah peminum khamar dan pencuri?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ
وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ
{أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ}» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Bukan wahai putri As-Siddiq, akan tetapi mereka adalah orang yang puasa,
shalat, dan sedekah, dan mereka takut ibadah mereka tidak diterima, {mereka
itu adalah orang-orang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan}".
[Sunan Tirmidzi: Shahih]
Ø
Abdul ‘Aziz bin Abi Rawwad Al-Makkiy (w.159H) rahimahullah berkata:
«أدْرَكْتُهُمْ يَجْتَهِدُوْنَ
فِيْ العَمَلِ الصَالِحِ، فإذا فَعَلُوْهُ وَقَعَ عَلَيْهِم الهَمُّ، أيُقْبَلُ
مِنْهُمْ أمْ لا؟» [تفسير ابن رجب الحنبلي]
“Aku
mendapati mereka (para salaf) bersungguh-sungguh dalam beramal shalih, dan
apabila mereka telah melakukannya, mereka cemas, apakah amalan mereka diterima
atau tidak?” [Tafsir Ibnu Rajab Al-Hambaliy]
Ø Mu’alla bin Al-Fadhl
Al-Bashriy rahimahullah
berkata:
«كانوا يَدعُون الله تعالى سِتة أشهُرٍ أنْ يُبَلّغهم
رمضانَ، ويَدعُونه سِتة أشهُرٍ أنْ يَتَقَبّلَ مِنهُم» [لطائف المعارف لابن رجب]
“Mereka
(para salaf) berdo’a kepada Allah selama enam bulan agar mereka disampaikan
pada bulan Ramadhan, dan mereka berdo’a kepada Allah selama enam bulan agar
Allah menerima amal ibadah dari mereka”. [Lathaiful Ma’arif karya Ibnu Rajab]
Perkara yang menyebabkan amalan ditolak, diantaranya:
a.
Tidak ikhlash.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda: Allah tabaraka
wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:
" أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ
عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ " [صحيح
مسلم]
"Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang
melakukan amalah yang menyekutukan Aku di dalamnya dengan selain-Ku maka Aku
abaikan ia dengan sekutunya". [Sahih Muslim]
b.
Tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan (tidak
sesuai tuntunan), maka ia tertolak." [Sahih Muslim]
c.
Memutuskan silaturahim.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
" إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ
الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ " [مسند
أحمد: حسن]
"Sesungguhnya amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari Kamis di
malam Jum'at, maka tidak diterima amalan orang yang memutuskan
silaturahmi". [Musnad Ahmad: Hasan]
Lihat:
Amalan ditolak karena memus silaturahim
2.
Muhasabah
pencapaian selama Ramadhan.
Bagaimana
ia menghabiskan Ramadhan tahun ini, dan bagaimana dengan tahun lalu. Apakah
Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya? Apakah ia
menghabiskan Ramadhan dengan berbagai ibadah atau ia telah menyia-nyakannya?
Dari Abu
Dzar radhiallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ meriwayatkan dari Allah
(dalam sebuah hadits qudsi):
«يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ
أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا
فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ
نَفْسَهُ» [صحيح مسلم]
"Wahai hamba-Ku .. semuanya hanyalah amalanmu,
aku hitung untukmu kemudian aku berikan balasannya, barangsiapa yang
mendapatkan kebaikan maka bersyukurlah kepada Allah, dan barangsiapa yang
mendapatkan selain kebaikan maka jangan sesali kecuali dirimu sendiri".
[Shahih Muslim]
Ø Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu berkata:
"حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ
الأَكْبَرِ، وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ
نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا " [سنن الترمذي: معلق]
"Hisablah
(hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari
semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Mahaagung), hisab (perhitungan) akan ringan
pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di
dunia." [Sunan Tirmidziy: Mu'allaq]
3.
Jangan
seperti orang yang mengurai benang setelah dipintal.
Allah
ta'aalaa berfirman:
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
أَنْكَاثًا} [النحل: 92]
Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. [An-Nahl: 92]
{وَقَدِمْنَا
إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا} [الفرقان: 23]
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami
akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
[Al-Furqan: 23]
Beberapa perkara yang bisa menghilangkan pahala ibadah, diantaranya:
a)
Melakukan kesyirikan.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [الزمر:
65]
Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:
"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". [Az-Zumar:65]
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]
"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am: 88]
b)
Riya.
Dari Mahmud
bin Labid radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ»
قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الرِّيَاءُ،
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ
بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا
فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً»
"Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan terjadi pada kalian
adalah syirik kecil". Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil? Rasulullah
menjawab: Ia adalah Riya, Allah berkata kepada mereka pada hari kiamat di saat
manusia mendapat balasan dari amalannya: "Pergilah kalian pada orang-orang
yang kau lakukan ibadah deminya di dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu
imbalan?!". [Musnad Ahmad: Hasan]
c)
Menyebut-nyebut pemberian.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ
بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ
مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [البقرة:
264]
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin
yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka
tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari
apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir. [Al-Baqarah: 264]
d)
Mendzalimi orang lain.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ،
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ،
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ
عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya
atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di
dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham.
Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal
shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki
kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu
ditimpakan kepadanya". [Shahih Bukhari]
e)
Memvonis seseoang tidak mendapatkan ampunan Allah ta’aalaa.
Jundub
bin Abdullah radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
" قَالَ رَجُلٌ: وَاللهِ
لاَ يَغْفِرُ اللهُ لِفُلاَنٍ، فَقَالَ اللهُ تعالى: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَّى
عَلَيَّ أَنْ لاَ أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ؟ إِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَحْبَطْتُ
عَمَلَكَ "
"Ada seorang laki-laki berkata: "Demi Allah, Allah tidak akan
mengampuni si fulan, maka Allah ta'aalaa berfirman: "siapa yang bersumpah
mendahului-Ku, bahwa aku tidak mengampuni sifulan? Sungguh Aku telah
mengampuni-Nya dan Aku telah menghapuskan amalmu." [Shahih Muslim]
Lihat:
Kitab Iman bab 37; Kekhawatiran seorang mukmin bila amalnya terhapus tanpa sadar
4.
Konsisten
dengan amalan yang dilakukan di bulan Ramadhan walau sedikit.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر: 99]
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu
yang diyakini (ajal). [Al-Hijr:99]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ berkata kepadanya:
«يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ
مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ» [صحيح البخاري]
“Wahai Abdullah, jangan engkau
seperti si fulan yang dulunya sering salat malam kemudian ia tinggalkan”.
[Shahih Bukhari]
Ø Dari Aisyah
radiyallahu 'anha;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ
أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Sesungguhnya amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah yang konsisten sekalipun sedikit". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
" لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ،
وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ،
وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ " [مسند أحمد: صحيح]
"Setiap amalan punya
waktu semangat, dan setiap waktu semangat ada waktu malas (lemah). Maka
barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan sunnahku maka ia telah
beruntung, dan barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan selain itu maka
ia talah binasa". [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Kitab Iman bab 33; Pelaksanaan agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten
5.
Berusaha
menjadi lebih baik dari sebelum Ramadhan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ
اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا} [الفرقان: 70]
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Furqan:70]
Ø
‘Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah berkata:
"
إِنَّمَا هَذَا فِي الدُّنْيَا الرَّجُلُ يَكُونُ عَلَى الْهَيْئَةِ الْقَبِيحَةِ
ثُمَّ يُبَدِّلُهُ اللَّهُ بِهَا خَيْرًا " [تفسير ابن أبي حاتم]
“Ini terjadi di dunia, seorang yang dahulu keadaannya buruk
(pelaku maksiat) kemudian Allah gantikan dengan taubatnya keadaan yang lebih
baik”. [Tafsir Ibnu Abi Hatim]
Ø
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"ما
نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِيْ عَلى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فيه أجَلِيْ
وَلَمْ يَزِدْ فيه عَمَلِيْ " [موسوعة الدفاع عن رسول الله ﷺ
جمعه علي بن نايف الشحود]
“Aku
tidak menyesali sesuatu seperti penyesalanku terhadap satu hari yang telah
terbenam matahrinya, umurku telah berkurang tapi amalanku tidak bertambah”.
[Mausu’ah Ad-Difa’ ‘an Rasulillah ﷺ disusun oleh ‘Ali bin Naif Asy-Syuhud]
Lihat: Jadilah yang terbaik, jangan asal berbuat baik
6.
Segera
mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ
مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة:
185]
Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. [Al-Baqarah:185]
Lihat: Keringanan syari'at Islam dalam puasa
7.
Puasa
sunnah 6 hari di bulan Syawwal.
Dari Abu
Ayyub Al-Anshariy radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ
كَصِيَامِ الدَّهْرِ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa
yang berpuasa Ramadan kemudian ia ikutkan dengan berpuasa 6 hari di bulan
syawal maka ia seperti berpuasa setahun”. [Shahih Muslim]
Lihat:
Manfaat puasa syawal
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Sesungguhnya kemenangan itu - Berlomba dalam urusan akhirat - Jadwal dan Judul ceramah Ramadhan 1445 H. di Makassar 2024 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...