Sabtu, 23 November 2024

10 kaidah dalam perkara halal dan haram

بسم الله الرحمن الرحيم

Pendahuluan: Peringatan untuk selalu menjaga diri dari perkara haram.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ»

“Sungguh pasti akan datang suatu jaman pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi dengan cara apa ia mendapatkan harta, apakah dari yang halal ataukah haram". [Shahih Bukhari]

Ø  An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ، وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sungguh yang halal sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas. Namun di antara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhkan diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, maka ia akan terjatuh pada yang haram, ibarat seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di batasan tanah terlarang yang dikhawatirkan ternaknya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan terlarang, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal daging yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat

Kaidah pertama: Yang halal apa yang Allah dan RasulNya halalkan, begitu pula yang haram.

Allah -subhanahu wata'aalaa- berfirman:

{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُون} [يونس: 59]

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?" [Yunus:59]

{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]

Ø  Salman radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah pernah ditanya tentang mentega, keju dan Al-Fara (sejenis baju dari kulit)." Beliau lalu menjawab:

«الحَلَالُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَالحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ»

“Halal adalah sesuatu yang telah Allah halalkan dalam kitab-Nya, dan haram adalah sesuatu yang telah Allah haramkan dalam kitab-Nya. Adapun yang Allah diamkan, maka itu adalah sesutau yang Allah maafkan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ketetapan hakim atau ulama, tidak menjadikan suatu yang haram menjadi halal atau sebaliknya.

Dari Ummu Salamah -radliallahu 'anha-; Rasulullah bersabda:

«إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا بِقَوْلِهِ فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ فَلَا يَأْخُذْهَا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sungguh kalian seringkali mengadukan sengketa kepadaku, barang kali diantara kalian ada yang lebih pandai bersilat lidah daripada yang lain. Maka barangsiapa yang kuputuskan menang dengan mencederai hak saudaranya berdasarkan kepandaian argumentasnya, berarti telah kuambil sundutan api neraka baginya, maka janganlah dia mengambilnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Niat yang baik tidak mengubah yang haram menjadi halal atau sebaliknya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ جَمَعَ مَالًا حَرَامًا ثُمَّ تَصَدَّقَ بِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِ أَجْرٌ، وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ» [صحيح ابن حبان]

“Siapa yang mengumpulkan harta haram kemudian ia bersedekah dengannya maka ia tidak mendapatkan pahala, dan ia menanggung dosanya”. [Shahih Ibnu Hibban]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (38); Mentaati ulama dan umara dalam mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram berarti mempertuhankan mereka

Kaidah kedua: Hukum halal dan haram sudah jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah -subhanahu wata'aalaa- berfirman:

{وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ} [الأنعام: 119]

Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu melakukannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. [Al-An'aam: 119]

Ø  Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب والترهيب]

“Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih At-Targiib wa At-Tarhiib]

Lihat: Halal haram pada Makanan dan minuman

Kaidah ketiga: Hukum asal sesuatu adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkan.

Allah -subhanahu wata'aalaa- berfirman:

{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا} [البقرة : 29]

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. [Al-Baqarah: 29]

{قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [الأعراف: 32]

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. [Al-A'raf: 32]

Ø  Dari Abi Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

" مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ حَلَالٌ، وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ عَافِيَةٌ فَاقْبَلُوا مِنَ اللَّهِ عَافَيْتَهُ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ نَسِيًّا "، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا} [مريم: 64]

"Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitabNya maka itu halal, dan apa yang diharamkan maka itu haram, dan apa yang didiamkan maka itu dimaafkan, maka terimalah apa yang dimaafkan dari Allah karena Allah tidak mungkin lupa”, kemudian beliau membaca ayat ini {dan tidaklah Tuhanmu lupa} [Maryam: 64] [Sunan Ad-Daraquthniy]

Perkara yang halal lebih banyak daripada yang haram

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]

{وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ} [الأعراف: 157]

Dan membuang dari mereka (umat Islam) beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka (umat terdahulu). [Al-A'raaf:157]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (30) Abu Tsa'labah; Menjalankan kewajiban dan meninggalkan yang haram

Kaidah keempat: Allah ta'aalaa mengharamkan sesuatu untuk kemaslahatan hambaNya.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [المائدة: 6]

Allah tidak hendak menyulitkan kamu (dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]

Kaidah kelima: Perkara syubhat adalah yang belum jelas kehalalan dan keharamannya.

Ada tiga kemungkinan sesuatu menjadi syubhat:

a)      Suatu yang asalnya haram kemudian timbul keraguan apakah sifat haramnya sudah hilang atau masih ada.

Maka keharamannya dianggap masih ada sampai ada bukti yang meyakinkan akan kehalalannya. 'Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Nabi : "Aku melepas anjing buruanku, lalu aku mendapati anjing lain bersama dengan anjingku?"

Beliau menjawab:

"فَلَا تَأْكُلْ، فَإِنَّمَا سَمَّيْتَ عَلَى كَلْبِكَ وَلَمْ تُسَمِّ عَلَى كَلْبٍ آخَرَ"

"Jangan kamu makan, karena kamu membaca tasmiyah untuk anjingmu dan tidak untuk anjing yang lain." [Shahih Bukhari]

b)      Suatu yang asalnya halal kemudian muncul keraguan apakah sifat halalnya sudah hilang atau masih ada.

Maka kehalalannya dianggap masih tetap sampai ada bukti yang meyakinkan akan keharamannya. Abdullah bin Zayd radhiyallahu 'anhu berkata:

شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ الرَّجُلُ يَجِدُ فِي الصَّلاَةِ شَيْئًا أَيَقْطَعُ الصَّلاَةَ؟ قَالَ: «لاَ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا» [صحيح البخاري]

Nabi diadukan tentang seorang laki-laki yang mendapatkan sesuatu yang tidak beres ketika sedang shalat, apakah aku harus memutuskan shalat atau melanjutkannya? Maka Beliau bersabda: "Tidak, hingga dia mendengar suara atau tercium baunya". [Shahih Bukhari]

c)       Suatu yang samar antara halal atau haram dan kemungkinan keduanya sangat kuat.

Maka sebaiknya ditinggalkan sampai ada bukti kuat yang menunjukkan kehalalannya atau keharamannya. Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Nabi berkata:

"إِنِّي لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي، فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي، فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا، ثُمَّ أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً، فَأُلْقِيهَا"

"Ketika aku pulang kepada keluargaku aku menemukan buah-buah kurma berserakan di tempat tidurku maka aku ambil untuk aku makan kemudian aku takut kalau kurma itu sebagai zakat hingga akhirnya aku biarkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Kaidah keenam: Kebanyakan orang tidak bisa mengetahui kebenaran dari perkara yang syubhat, maka harus bertanya kepada ulama.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43, Al-Anbiyaa':7]

Lihat: Obat kebodohan adalah bertanya

Tidak berlebihan dalam mempertanyakan suatu yang sudah jelas halal dan haramnya karena hanya akan menjerumuskan ke dalam sifat was-was yang berlebihan.

Allah subhanahu wa’ataalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu. [Al-Maidah: 101]

Ø  Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha;

أَنَّ قَوْمًا قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ قَوْمًا يَأْتُونَنَا بِاللَّحْمِ لاَ نَدْرِي أَذَكَرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ أَمْ لاَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «سَمُّوا اللَّهَ عَلَيْهِ وَكُلُوهُ» [صحيح البخاري]

Bahwa beberapa orang berkata: "Wahai Rasululloh, ada suatu kaum yang mendatangi kami dengan daging yang kami tidak tahu apakah mereka menyebutkan nama Allah ketika menyembelihnya atau tidak". Maka Rasulullah bersabda: "Sebutlah nama Allah, lalu makanlah". [Shahih Bukhari]

Meninggalkan urusan yang meragukan merupakan sikap wara’ yang terpuji.

Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah bersabda:

"دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ"

"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

"خَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ" [مسند البزار: صححه الألباني]

“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'.” [Musnad Al-Bazzaar: Shahih]

Kaidah ketujuh: Bahaya melakukan perkara syubhat.

Diantaranya:

a)      Akan menjerumuskan kepada yang makruh bahkan yang haram.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah bersabda:

"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ"

"Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam." [Shahih Bukhari]

b)      Akan menimbulkan sikap acuh pada urusan agama.

Allah subhanahu wa’ataalaa berfirman:

{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [الصف : 5]

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. [Ash-Shaff: 5]

c)       Melakukan syubhat bisa menimbulkan perasangka buruk.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء: 140]

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]

Ø  Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

"نَهَى رَسُولُ اللَّهِ عَنْ الْجُلُوسِ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ"

"Rasulullah telah melarang duduk pada hidangan yang padanya diminum khamer"  [Sunan Abi Daud: Shahih]

Kaidah kedelapan: Meninggalkan yang halal untuk menghindari yang haram (سدّ الذرائع).

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

"لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ"

"Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita ". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Setelah Nabi memutuskan bahwa ‘Abdu bin Zam’ah lebih berhak terhadap anak dari budak wanita Zam’ah, beliau berkata kepada Saudah bintu Zam’ah:

«احْتَجِبِي مِنْهُ! لِمَا رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ، فَمَا رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ»

“Berhijablah engkau daripadanya wahai Saudah”, yang demikian karena ada kemiripannya dengan 'Utbah (yang menggauli budak wanita tersebut)". Maka anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu tidak pernah melihat Saudah selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Segala yang mengantar kepada yang haram maka hukumnya haram.

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah bersabda:

«لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ، وَشَارِبَهَا، وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Semoga Allah melaknat khamer, peminumnya, yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, pemerasnya, orang yang diperaskannya, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan kepadanya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

" لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ فِي الخَمْرِ عَشَرَةً: عَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَشَارِبَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالمَحْمُولَةُ إِلَيْهِ، وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَآكِلَ ثَمَنِهَا، وَالمُشْتَرِي لَهَا، وَالمُشْتَرَاةُ لَهُ " [سنن الترمذي: حسن صحيح]

“Rasulullah melaknat sepuluh orang yang berkenaan dengan khamr; Orang yang memeras, yang meminta diperaskan, peminum, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penuangnya, penjual, yang memakan hasilnya, pembelinya dan yang minta dibelikan”. [Sunan Tirmidziy: Hasan shahih]

Termasuk melukukan Al-Hiilah (cara licik) untuk menghalalkan yang haram.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [الأعراف: 163]

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. [Al-A'raf: 163]

Ø  Dari Jabir bin 'Abdullah radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda ketika Hari Penaklukan Makkah:

«إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الخَمْرِ، وَالمَيْتَةِ وَالخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ»، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ المَيْتَةِ، فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ، وَيُدْهَنُ بِهَا الجُلُودُ، وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ؟ فَقَالَ: «لاَ، هُوَ حَرَامٌ»، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عِنْدَ ذَلِكَ: «قَاتَلَ اللَّهُ اليَهُودَ إِنَّ اللَّهَ لَمَّا حَرَّمَ شُحُومَهَا جَمَلُوهُ، ثُمَّ بَاعُوهُ، فَأَكَلُوا ثَمَنَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Allah dan rasul-Nya telah mengharamkan khamar, bangkai, babi dan patung-patung". Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan lemak dari bangkai (sapi dan kambing) karena bisa dimanfaatkan untuk memoles sarung pedang atau meminyaki kulit-kulit dan sebagai bahan minyak untuk penerangan bagi manusia? Beliau bersabda, "Tidak, dia tetap haram". Kemudian saat itu juga Rasulullah bersabda, Semoga Allah melaknat Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan lemak hewan (sapi dan kambing) mereka mencairkannya lalu memperjual belikannya dan memakan uang jual belinya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«لَعَنَ اللَّهُ الْمُحَلِّلَ، وَالْمُحَلَّلَ لَهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Allah melaknat muhallil (seseorang yang menikahi wanita yang telah dicerai tiga kali oleh suaminya untuk diceraikan lagi agar halal dinikahi kembali oleh suaminya yang pertama, dan ini dilakukan atas perintah suami pertama tersebut) dan muhallal lahu (seseorang -suami pertama- yang menyuruh orang lain agar menikahi istrinya yang telah dicerai tiga kali agar halal dinikahi kembali). [Sunan Abi Daud: Shahih]

Kaidah kesembilan: Yang haram bisa menjadi halal ketika darurat atau ada hajat (kebutuhan sangat mendesak).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [البقرة: 173]

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 173]

{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [المائدة: 3]

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Al-Maidah: 3]

Kaidah kesepuluh: Perkara haram bisa merusak hati dan merusak ibadah.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah bersabda:

"إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين: 14]"

“Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya: {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka} [Al-Muthaffifin: 14]". [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Ø  Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah bersabda:

«تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]

"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ}، وَقَالَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ» [صحيح مسلم]

“Wahai manusia ... sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman: {Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan}. [Al-Mu'minuun:51] Dan berfirman: {Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu}. [Al-Baqarah: 172] Kemudian menceritakan seorang laki-laki yang jauh bepergian, rambutnya kusut, tubuhnya penuh debu, ia mengangkat tangannya ke langit dan berdo'a: "Ya ... Rabb, Ya .. Rabb!!!" Akan tetapi makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dari yang haram, lalu bagaimana do'anya bisa dikabulkan?” [Sahih Muslim]

Ø  Dari Ka'b bin 'Ujrah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«يَا كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ، إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Wahai Ka'b bin 'Ujrah, sesungguhnya tidak berkembang suatu jasad yang tumbuh dari yang haram kecuali neraka lebih pantas untuknya". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (10) Abu Hurairah; Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Puasa melatih untuk menjauhi harta haram - Bertakwa di manapun berada - Peran Ilmu Agama Untuk Kebaikan Bernegara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...