بسم الله الرحمن الرحيم
Pendahuluan:
Peringatan
untuk selalu menjaga diri dari perkara haram.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ
الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ»
“Sungguh pasti akan datang suatu jaman pada
manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi dengan cara apa ia
mendapatkan harta, apakah dari yang halal ataukah haram". [Shahih Bukhari]
Ø An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma berkata:
Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ الْحَلَالَ
بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا
يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ
لِدِينِهِ، وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ،
كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلَا وَإِنَّ
لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلَا وَإِنَّ فِي
الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ،
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Sungguh
yang halal sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas. Namun di antara
keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Maka barangsiapa yang menjauhkan diri dari yang syubhat berarti telah
memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh
(mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, maka ia akan terjatuh pada yang
haram, ibarat seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di batasan
tanah terlarang yang dikhawatirkan ternaknya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah
bahwa setiap raja memiliki batasan terlarang, dan ketahuilah bahwa batasan
larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah
pada setiap tubuh ada segumpal daging yang apabila baik maka baiklah tubuh
tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah
hati". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat
Kaidah
pertama: Yang halal apa yang Allah dan RasulNya halalkan, begitu pula
yang haram.
Allah -subhanahu wata'aalaa-
berfirman:
{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ
لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُون} [يونس: 59]
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku
tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya
haram dan (sebagiannya) halal". Katakanlah: "Apakah Allah telah
memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap
Allah?" [Yunus:59]
{وَلَا
تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا
يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]
Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah tiadalah beruntung.
[An-Nahl: 116]
Ø Salman radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang mentega, keju dan Al-Fara (sejenis baju
dari kulit)." Beliau lalu menjawab:
«الحَلَالُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَالحَرَامُ مَا
حَرَّمَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ»
“Halal adalah sesuatu yang telah Allah
halalkan dalam kitab-Nya, dan haram adalah sesuatu yang telah Allah haramkan
dalam kitab-Nya. Adapun yang Allah diamkan, maka itu adalah sesutau yang Allah
maafkan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ketetapan
hakim atau ulama, tidak menjadikan suatu yang haram menjadi halal atau sebaliknya.
Dari Ummu Salamah -radliallahu
'anha-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ
بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا بِقَوْلِهِ
فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ فَلَا يَأْخُذْهَا» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Sungguh kalian seringkali
mengadukan sengketa kepadaku, barang kali diantara kalian ada yang lebih pandai
bersilat lidah daripada yang lain. Maka barangsiapa yang kuputuskan menang
dengan mencederai hak saudaranya berdasarkan kepandaian argumentasnya, berarti
telah kuambil sundutan api neraka baginya, maka janganlah dia
mengambilnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Niat yang
baik tidak mengubah yang haram menjadi halal atau sebaliknya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ جَمَعَ مَالًا حَرَامًا ثُمَّ
تَصَدَّقَ بِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِ أَجْرٌ، وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ» [صحيح ابن حبان]
“Siapa yang mengumpulkan harta haram
kemudian ia bersedekah dengannya maka ia tidak mendapatkan pahala, dan ia
menanggung dosanya”. [Shahih Ibnu Hibban]
Kaidah
kedua: Hukum
halal dan haram sudah jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah -subhanahu wata'aalaa-
berfirman:
{وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا
اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ
عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ} [الأنعام: 119]
Padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu melakukannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas. [Al-An'aam: 119]
Ø Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب
والترهيب]
“Aku telah meninggalkan kalian di atas
jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang
melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih At-Targiib wa
At-Tarhiib]
Lihat: Halal haram pada Makanan dan minuman
Kaidah
ketiga: Hukum asal sesuatu adalah halal sampai ada dalil yang
mengharamkan.
Allah -subhanahu wata'aalaa-
berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي
الْأَرْضِ جَمِيعًا} [البقرة : 29]
Dialah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu. [Al-Baqarah: 29]
{قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي
أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ
آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ
نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [الأعراف: 32]
Katakanlah: "Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. [Al-A'raf:
32]
Ø Dari Abi Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
" مَا أَحَلَّ
اللَّهُ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ حَلَالٌ، وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَمَا
سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ عَافِيَةٌ فَاقْبَلُوا مِنَ اللَّهِ عَافَيْتَهُ، فَإِنَّ
اللَّهَ لَمْ يَكُنْ نَسِيًّا "، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {وَمَا كَانَ
رَبُّكَ نَسِيًّا} [مريم: 64]
"Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam
kitabNya maka itu halal, dan apa yang diharamkan maka itu haram, dan apa yang
didiamkan maka itu dimaafkan, maka terimalah apa yang dimaafkan dari Allah
karena Allah tidak mungkin lupa”, kemudian beliau membaca ayat ini {dan
tidaklah Tuhanmu lupa} [Maryam: 64] [Sunan Ad-Daraquthniy]
Perkara yang
halal lebih banyak daripada yang haram
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah:185]
{وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ
عَلَيْهِمْ} [الأعراف: 157]
Dan membuang dari mereka (umat Islam)
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka (umat terdahulu).
[Al-A'raaf:157]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (30) Abu Tsa'labah; Menjalankan kewajiban dan meninggalkan yang haram
Kaidah
keempat: Allah ta'aalaa mengharamkan sesuatu untuk kemaslahatan hambaNya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن
يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ} [المائدة: 6]
Allah tidak hendak menyulitkan kamu
(dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
Kaidah
kelima: Perkara syubhat adalah yang belum jelas kehalalan dan
keharamannya.
Ada tiga kemungkinan sesuatu menjadi
syubhat:
a)
Suatu yang asalnya haram kemudian timbul keraguan apakah
sifat haramnya sudah hilang atau masih ada.
Maka keharamannya dianggap masih ada sampai
ada bukti yang meyakinkan akan kehalalannya. 'Adi bin Hatim radhiyallahu
‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Nabi ﷺ:
"Aku melepas anjing buruanku, lalu aku mendapati anjing lain bersama
dengan anjingku?"
Beliau menjawab:
"فَلَا تَأْكُلْ،
فَإِنَّمَا سَمَّيْتَ عَلَى كَلْبِكَ وَلَمْ تُسَمِّ عَلَى كَلْبٍ آخَرَ"
"Jangan kamu makan, karena kamu
membaca tasmiyah untuk anjingmu dan tidak untuk anjing yang lain."
[Shahih Bukhari]
b)
Suatu yang asalnya halal kemudian muncul keraguan apakah
sifat halalnya sudah hilang atau masih ada.
Maka kehalalannya dianggap masih tetap
sampai ada bukti yang meyakinkan akan keharamannya. Abdullah bin Zayd radhiyallahu
'anhu berkata:
شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ الرَّجُلُ
يَجِدُ فِي الصَّلاَةِ شَيْئًا أَيَقْطَعُ الصَّلاَةَ؟ قَالَ: «لاَ حَتَّى
يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا» [صحيح البخاري]
Nabi ﷺ diadukan tentang seorang laki-laki yang mendapatkan
sesuatu yang tidak beres ketika sedang shalat, apakah aku harus memutuskan
shalat atau melanjutkannya? Maka Beliau bersabda: "Tidak, hingga dia
mendengar suara atau tercium baunya". [Shahih Bukhari]
c)
Suatu yang samar antara halal atau haram dan kemungkinan
keduanya sangat kuat.
Maka sebaiknya ditinggalkan sampai ada
bukti kuat yang menunjukkan kehalalannya atau keharamannya. Dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu; Nabi ﷺ berkata:
"إِنِّي
لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي، فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي،
فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا، ثُمَّ أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً، فَأُلْقِيهَا"
"Ketika aku pulang kepada keluargaku
aku menemukan buah-buah kurma berserakan di tempat tidurku maka aku ambil untuk
aku makan kemudian aku takut kalau kurma itu sebagai zakat hingga akhirnya aku
biarkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Kaidah
keenam: Kebanyakan orang tidak bisa mengetahui kebenaran dari perkara
yang syubhat, maka harus bertanya kepada ulama.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل:
43] [الأنبياء: 7]
Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43,
Al-Anbiyaa':7]
Lihat: Obat kebodohan adalah bertanya
Tidak
berlebihan dalam mempertanyakan suatu yang sudah jelas halal dan haramnya
karena hanya akan menjerumuskan ke dalam sifat was-was yang berlebihan.
Allah
subhanahu wa’ataalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu. [Al-Maidah: 101]
Ø Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha;
أَنَّ قَوْمًا قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّ قَوْمًا يَأْتُونَنَا بِاللَّحْمِ لاَ نَدْرِي أَذَكَرُوا اسْمَ
اللَّهِ عَلَيْهِ أَمْ لاَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «سَمُّوا اللَّهَ عَلَيْهِ
وَكُلُوهُ» [صحيح البخاري]
Bahwa beberapa orang berkata: "Wahai
Rasululloh, ada suatu kaum yang mendatangi kami dengan daging yang kami tidak
tahu apakah mereka menyebutkan nama Allah ketika menyembelihnya atau
tidak". Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Sebutlah nama
Allah, lalu makanlah". [Shahih Bukhari]
Meninggalkan
urusan yang meragukan merupakan sikap wara’ yang terpuji.
Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
"دَعْ مَا يَرِيبُكَ
إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ"
"Tinggalkan yang meragukanmu kepada
sesuatu yang tidak meragukanmu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"خَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ" [مسند البزار: صححه
الألباني]
“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan
ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'.” [Musnad
Al-Bazzaar: Shahih]
Kaidah
ketujuh: Bahaya melakukan perkara syubhat.
Diantaranya:
a)
Akan menjerumuskan kepada yang makruh bahkan yang haram.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ"
"Barangsiapa berimana kepada Allah dan
hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam." [Shahih Bukhari]
b)
Akan menimbulkan sikap acuh pada urusan agama.
Allah
subhanahu wa’ataalaa berfirman:
{فَلَمَّا زَاغُوا
أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [الصف : 5]
Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik. [Ash-Shaff: 5]
c)
Melakukan syubhat bisa menimbulkan perasangka buruk.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَقَدْ نَزَّلَ
عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء:
140]
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan
kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu
duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang
kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
Ø Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
"نَهَى رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ عَنْ الْجُلُوسِ عَلَى مَائِدَةٍ
يُشْرَبُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ"
"Rasulullah ﷺ telah melarang duduk pada hidangan yang padanya diminum
khamer" [Sunan Abi Daud: Shahih]
Kaidah
kedelapan: Meninggalkan yang halal untuk menghindari yang haram (سدّ الذرائع).
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma;
Nabi ﷺ bersabda:
"لَا يَخْلُوَنَّ
رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ"
"Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita ". [Shahih Bukhari
dan Muslim]
Ø Setelah Nabi ﷺ memutuskan bahwa ‘Abdu bin Zam’ah lebih berhak terhadap anak dari
budak wanita Zam’ah, beliau berkata kepada Saudah bintu Zam’ah:
«احْتَجِبِي مِنْهُ! لِمَا رَأَى مِنْ
شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ، فَمَا رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ»
“Berhijablah engkau daripadanya wahai
Saudah”, yang demikian karena ada kemiripannya dengan 'Utbah (yang menggauli
budak wanita tersebut)". Maka anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu
tidak pernah melihat Saudah selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah.
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Segala yang
mengantar kepada yang haram maka hukumnya haram.
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ، وَشَارِبَهَا،
وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا،
وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Semoga Allah melaknat
khamer, peminumnya, yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, pemerasnya,
orang yang diperaskannya, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan
kepadanya." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
" لَعَنَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ فِي الخَمْرِ عَشَرَةً: عَاصِرَهَا،
وَمُعْتَصِرَهَا، وَشَارِبَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالمَحْمُولَةُ إِلَيْهِ،
وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَآكِلَ ثَمَنِهَا، وَالمُشْتَرِي لَهَا،
وَالمُشْتَرَاةُ لَهُ " [سنن الترمذي: حسن صحيح]
“Rasulullah ﷺ
melaknat sepuluh orang yang berkenaan dengan khamr; Orang yang memeras, yang
meminta diperaskan, peminum, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penuangnya,
penjual, yang memakan hasilnya, pembelinya dan yang minta dibelikan”. [Sunan Tirmidziy:
Hasan shahih]
Termasuk
melukukan Al-Hiilah (cara licik) untuk menghalalkan yang haram.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَاسْأَلْهُمْ عَنِ
الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ
إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا
يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [الأعراف: 163]
Dan tanyakanlah
kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka
melanggar aturan pada hari Sabtu, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan
(yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada
hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.
Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. [Al-A'raf: 163]
Ø Dari Jabir bin 'Abdullah radhiallahu'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda ketika Hari Penaklukan Makkah:
«إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الخَمْرِ، وَالمَيْتَةِ
وَالخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ»، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ شُحُومَ
المَيْتَةِ، فَإِنَّهَا يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ، وَيُدْهَنُ بِهَا الجُلُودُ،
وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ؟ فَقَالَ: «لاَ، هُوَ حَرَامٌ»، ثُمَّ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عِنْدَ ذَلِكَ: «قَاتَلَ اللَّهُ اليَهُودَ إِنَّ اللَّهَ
لَمَّا حَرَّمَ شُحُومَهَا جَمَلُوهُ، ثُمَّ بَاعُوهُ، فَأَكَلُوا ثَمَنَهُ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Allah dan rasul-Nya telah
mengharamkan khamar, bangkai, babi dan patung-patung". Ada yang bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimana dengan lemak dari bangkai (sapi dan kambing)
karena bisa dimanfaatkan untuk memoles sarung pedang atau meminyaki kulit-kulit
dan sebagai bahan minyak untuk penerangan bagi manusia? Beliau bersabda,
"Tidak, dia tetap haram". Kemudian saat itu juga Rasulullah ﷺ bersabda, Semoga Allah melaknat Yahudi, karena ketika Allah
mengharamkan lemak hewan (sapi dan kambing) mereka mencairkannya lalu
memperjual belikannya dan memakan uang jual belinya". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَعَنَ اللَّهُ
الْمُحَلِّلَ، وَالْمُحَلَّلَ لَهُ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Allah melaknat muhallil (seseorang
yang menikahi wanita yang telah dicerai tiga kali oleh suaminya untuk
diceraikan lagi agar halal dinikahi kembali oleh suaminya yang pertama, dan ini
dilakukan atas perintah suami pertama tersebut) dan muhallal lahu
(seseorang -suami pertama- yang menyuruh orang lain agar menikahi istrinya yang
telah dicerai tiga kali agar halal dinikahi kembali). [Sunan Abi Daud: Shahih]
Kaidah
kesembilan: Yang haram bisa menjadi halal ketika darurat atau ada hajat (kebutuhan sangat mendesak).
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ
وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ
اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ} [البقرة: 173]
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Al-Baqarah: 173]
{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ
وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ
وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ
إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا
بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ
اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ} [المائدة: 3]
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam
(anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar,
bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. [Al-Maidah: 3]
Kaidah
kesepuluh: Perkara haram bisa merusak hati dan merusak ibadah.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu
'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ
فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ
زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ:
{كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين:
14]"
“Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan
suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat,
lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan
tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah
yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam
kitab-Nya: {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka} [Al-Muthaffifin: 14]".
[Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah ﷺ bersabda:
«تُعْرَضُ الْفِتَنُ
عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ
فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ
بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا
تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ
مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ
مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح
مسلم]
"Fitnah akan dipaparkan pada hati
manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu
sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat
padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak
dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati
tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak
lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan
sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak
menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang
diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ
طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ
فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ}، وَقَالَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ
السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا
رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ،
وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ» [صحيح مسلم]
“Wahai manusia ... sesungguhnya Allah itu
baik tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan
orang-orang yang beriman seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul.
Allah berfirman: {Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan}. [Al-Mu'minuun:51] Dan berfirman: {Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu}.
[Al-Baqarah: 172] Kemudian menceritakan seorang laki-laki yang jauh bepergian,
rambutnya kusut, tubuhnya penuh debu, ia mengangkat tangannya ke langit dan
berdo'a: "Ya ... Rabb, Ya .. Rabb!!!" Akan tetapi makanannya dari
yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi
makan dari yang haram, lalu bagaimana do'anya bisa dikabulkan?” [Sahih Muslim]
Ø Dari Ka'b bin 'Ujrah radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«يَا كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ، إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ
سُحْتٍ إِلَّا كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Wahai Ka'b bin 'Ujrah,
sesungguhnya tidak berkembang suatu jasad yang tumbuh dari yang haram kecuali
neraka lebih pantas untuknya". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (10) Abu Hurairah; Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Puasa melatih untuk menjauhi harta haram - Bertakwa di manapun berada - Peran Ilmu Agama Untuk Kebaikan Bernegara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...