Jumat, 19 Februari 2021

Syarah Arba’in hadits (30) Abu Tsa'labah; Menjalankan kewajiban dan meninggalkan yang haram

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Tsa’labah Al-Khusyaniy Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’aalaa mewajibkan perkara wajib maka janganlah kalian melalaikannya, dan menetapkan batasan hukum maka janganlah kalian melampauinya, dan mengharamkan beberapa hal maka janganlah kalian melanggarnya, dan mendiamkan beberapa hal sebagai rahmat untuk kalian, bukan karena lupa, maka jangan kalian mencari-carinya”. Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy dan selainnya.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Tsa’labah Al-Khusyaniy radhiyallahu ‘anhu.

Namanya diperselisihkan, ada yang mengatakan Jurhum, atau Jurtsum, atau selainya. Ia hadir ketika bai’at Ridwan, mendapat bagian rampasan perang ketika perang Khaibar, dan diutus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Kaumnya untuk berda’wah. Beliau wafat tahun 75 hijriyah.

2.      Jangan melalaikan kewajiban.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (49) يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [النحل: 49، 50]

Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). [An-Nahl: 49 - 50]

3.      Jangan mendekati perkara yang dilarang.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا} [البقرة: 187]

Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. [Al-Baqarah:187]

4.      Keutamaan menjalankan hukum-hukum Allah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ} [التوبة: 112]

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. [At-Taubah: 112]

{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [النساء: 13]

(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. [An-Nisaa':13]

5.      Ancaman bagi yang melanggar hukum Allah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ} [النساء: 14]

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya. [An-Nisaa':14]

Ø  Seorang wanita mencuri di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat perang Fathu Makkah, maka kaumnya takut dan mendatangi Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu untuk meminta syafa'at.

Ketika Usamah memintakannya ampunan, wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berubah warna dan bersabda:

«أَتُكَلِّمُنِي فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ»

"Engkau memintakan ampunan pada salah satu hukuman dari hukuman Allah?"

Usamah berkata: Mintakanlah ampun untukku ya Rasulullah!

Kemudian keesokan harinya Rasullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri berkhutbah, maka ia memuji Allah sebagaimana mestinya kemudian bersabda:

" أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ النَّاسَ قَبْلَكُمْ: أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا " [صحيح البخاري]

"Amma ba'du, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka jika orang yang mulia dari mereka mencuri mereka biarkan dan jika orang lemah dari mereka yang mencuri mereka menjalankan hukuman. Demi Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka aku akan memotong tangannya". [Sahih Bukhari]

Lihat: Berhukum dengan selain hukum Allah

6.      Menyalahi hukum Allah adalah kedzaliman.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَه} [الطلاق: 1]

Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [Ath-thalaaq: 1]

{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [البقرة: 229]

Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah: 229]

Lihat: Hadits Anas; 3 jenis kedzaliman

7.      Allah mendiamkan suatu perkara bukan karena lupa.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَى} [طه: 52]

Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. [Thaha: 52]

{وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا} [مريم: 64]

Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa. [Maryam: 64]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (5) Aisyah; Bahaya bid’ah

8.      Bagaimana memahami nash yang dzhirnya menunjukkan bahwa Allah melupakan orang yang lupa kepadaNya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ} [الأعراف: 51]

Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami. [Al-A'raaf: 51]

{الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [التوبة: 67]

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya [kikir]. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. [At-Taubah: 67]

Ø  Melupakan maksudnya meninggalkan mereka dalam siksaan yang pedih dan menjauhkan mereka dari rahmat Allah subhanahu wata’aalaa.

Abu Hurairah berkata: Mereka bertanya:

يَا رَسُولَ اللهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ، لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ؟» قَالُوا: لَا، قَالَ: «فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ؟» قَالُوا: لَا، قَالَ: " فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ، إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا، قَالَ: فَيَلْقَى الْعَبْدَ، فَيَقُولُ: أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ، وَأُسَوِّدْكَ، وَأُزَوِّجْكَ، وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ، وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، قَالَ: فَيَقُولُ: أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ؟ فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ: فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي، ثُمَّ يَلْقَى الثَّانِيَ فَيَقُولُ: أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ، وَأُسَوِّدْكَ، وَأُزَوِّجْكَ، وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ، وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ، وَتَرْبَعُ، فَيَقُولُ: بَلَى، أَيْ رَبِّ فَيَقُولُ: أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ؟ فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ: فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي، ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ، فَيَقُولُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ آمَنْتُ بِكَ، وَبِكِتَابِكَ، وَبِرُسُلِكَ، وَصَلَّيْتُ، وَصُمْتُ، وَتَصَدَّقْتُ، وَيُثْنِي بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ، فَيَقُولُ: هَاهُنَا إِذًا، قَالَ: ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: الْآنَ نَبْعَثُ شَاهِدَنَا عَلَيْكَ، وَيَتَفَكَّرُ فِي نَفْسِهِ: مَنْ ذَا الَّذِي يَشْهَدُ عَلَيَّ؟ فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ، وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ وَلَحْمِهِ وَعِظَامِهِ: انْطِقِي، فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِعَمَلِهِ، وَذَلِكَ لِيُعْذِرَ مِنْ نَفْسِهِ، وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ وَذَلِكَ الَّذِي يَسْخَطُ اللهُ عَلَيْهِ " [صحيح مسلم]

Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?

Beliau balik bertanya: "Apakah kalian membahayakan (orang lain) saat melihat matahari di siang hari yang tidak ada awannya?"

Mereka menjawab: Tidak.

Beliau bertanya lagi: "Apakah kalian membahayakan (orang lain) saat melihat bulan di malam purnama yang tidak ada awannya?"

Mereka menjawab: Tidak.

Beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalian tidak membahayakan (orang lain) saat melihat Rabb kalian kecuali seperti kalian membahayakan (orang lain) saat melihat salah satunya. Lalu Ia menemui hamba kemudian bertanya: 'Hai Fulan, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, menikahkanmu, Aku tundukkan kuda dan unta untukmu, Aku membiarkanmu menjadi pemimpin dan ditaati? '

Ia menjawab: 'Benar.'

Ia bertanya: 'Apa kau mengira akan bertemu denganku? '

Ia menjawab: 'Tidak.'

Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku melupakanmu seperti kau melupakanKu.'

Setelah itu yang kedua datang menemui lalu Allah berfirman: 'Hai fulan, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, menikahkanmu, Aku tundukkan kuda dan unta untukmu, Aku membiarkanmu menjadi pemimpin dan ditaati? '

Ia menjawab: 'Benar.'

Ia bertanya: 'Apa kau mengira akan bertemu denganku? '

Ia menjawab: 'Tidak.'

Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku melupakanmu seperti kau melupakanKu.'

Setelah itu yang ketiga datang menemui lalu Allah berfirman padanya seperti itu, ia berkata: 'Wahai Rabb, aku beriman padaMu, kitabMu, rasulMu, aku shalat, puasa dan bersedekah, ' lalu ia memuji kebaikan semampunya.

Kemudian Allah berfirman: '(Berhentilah) di sini kalau begitu.'

Setelah itu dikatakan padanya: 'Sekarang, kami mengutus saksi kami untukmu.'

Ia Berfikir dalam dirinya, siapa gerangan yang akan bersaksi untuknya.

Mulutnya ditutupi dan dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: 'Berbicaralah.'

Lalu paha, daging dan tulangnya mengucapkan perbuatannya. Demikian itu supaya menjadi alasan untuk dirinya. Itulah orang munafik, itulah orang yang dimurkai Allah." [Shahih Muslim]

Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah

9.      Jangan mengotak-atik perkara yang didiamkan oleh syari’at.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ (101) قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ} [المائدة: 101، 102]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongsn manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya. [Al-Maidah: 101-102]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda:

"أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا "، فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّه؟ِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ "، ثُمَّ قَال: "َ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "

"Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji." Kemudian seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?" beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga kali. Maka beliau pun bersabda: "Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (9) Abu Hurairah; Menjauhi larangan dan menjalankan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ

"Orang muslim yang paling besar dosanya terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut diharamkan bagi mereka karena pertanyaannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

10.  Derajat hadits Abu Tsa’labah radhiyallahu ‘anhu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy dalam kitab Sunan-nya (5/325) no.4396, dan Ath-Thabaraniy dalam “Musnad Asy-Syamiyyin” (4/338) no.3492:

عن دَاوُد بْن أَبِي هِنْدَ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلَا تُضَيِّعُوهَا، وَحَرَّمَ حُرُمَاتٍ فَلَا تَنْتَهِكُوهَا، وَحَّدَ حُدُودًا فَلَا تَعْتَدُوهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ غَيْرِ نِسْيَانٍ فَلَا تَبْحَثُوا عَنْهَا»

 

Dari Daud bin Abi Hind, dari Makhul, dari Abi Tsa’labah Al-Khusyaniy, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla mewajibkan beberapa kewajiban maka jangan engkau mengabaikannya, dan mengharamkan beberapa keharaman maka jangan kalian melakukannya, dan menetapkan batasan hukum maka jangan kalian melampauinya, dan mendiamkan beberapa hal bukan karena lupa maka jangan kalian mencari-carinya”.

Lafadz Ath-Thabaraniy:

«إِنَّ اللَّهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلَا تُضَيِّعُوهَا، وَسَنَّ لَكُمْ سُنَنًا فَلَا تَنْتَهِكُوهَا، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ أَشْيَاءَ فَلَا تَعْتَدُوهَا، وَتَرَكَ بَيْنَ ذَلِكَ أَشْيَاءَ مِنْ غَيْرِ نِسْيَانٍ مِنْ رَبِّكُمْ رَحْمَةً مِنْهُ فَاقْبَلُوهَا وَلَا تَبْحَثُوا عَنْهَا»

“Sesungguhnya Allah mewajibkan beberapa kewajiban maka jangan engkau mengabaikannya, dan menetapkan beberapa tuntunan maka jangan kalian melanggarnya, dan mengharamkan atas kalian beberapa hal maka jangan kalian melanggarnya, dan mengabaikan beberpa hal di antara itu bukan karena lupa dari Rabb kalian akan tetapi sebagai rahmat dariNya, maka terimalah dan jangan kalian mencari-carinya”.

Sanad ini lemah karena Makhul Asy-Syamiy[1] (w.112H) -rahimahullah- seorang yang tsiqah, tapi tidak mendengarkan hadits dari Abu Tsa’labah, dan ia seorang mudallis (sering menjatuhkan gurunya dari sanad) dan tidak menggunakan lafadz yang jelas menunjukkan bahwa ia mengambil hadits ini dari Abu Tsa’labah.  Wallahu a’lam!

Hadits ini memiliki beberapa penguat (syahid):

Diantaranya:

A.     Hadits Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan melalui dua jalur:

Jalur pertama, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy dalam Sunan-nya (5/537) no.4814:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدَانَ الصَّيْدَلَانِيُّ بِوَاسِطَ، نا جَعْفَرُ بْنُ النَّضْرِ بْنِ حَمَّادٍ الْوَاسِطِيُّ، أنا إِسْحَاقُ الْأَزْرَقُ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَصْرِيِّ، عَنْ نَهْشَلٍ الْخُرَاسَانِيِّ، عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ مُزَاحِمٍ أَنَّهُ اجْتَمَعَ هُوَ وَالْحَسَنُ بْنُ أَبِي الْحَسَنِ، وَمَكْحُولٌ الشَّامِيُّ، وَعَمْرُو بْنُ دِينَارٍ الْمَكِّيُّ، وَطَاوُسٌ الْيَمَانِيُّ، فَاجْتَمَعُوا فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمْ وَكَثُرَ لَغَطُهُمْ فِي الْقَدَرِ، فَقَالَ طَاوُسٌ وَكَانَ فِيهِمْ مَرْضِيًّا: أَنْصِتُوا حَتَّى أُخْبِرَكُمْ مَا سَمِعْتُ مِنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْكُمْ فَرَائِضَ فَلَا تُضَيِّعُوهَا، وَحَّدَ لَكُمْ حُدُودًا فَلَا تَعْتَدُوهَا، وَنَهَاكُمْ عَنْ أَشْيَاءَ فَلَا تَنْتَهِكُوهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ غَيْرِ نِسْيَانٍ فَلَا تَكَلَّفُوهَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكُمْ فَاقْبَلُوهَا». نَقُولُ مَا قَالَ رَبُّنَا وَنَبِيُّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْأُمُورُ بِيَدِ اللَّهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مَصْدَرُهَا، وَإِلَيْهِ مَرْجِعُهَا، لَيْسَ إِلَى الْعِبَادِ فِيهَا تَفْوِيضٌ وَلَا مَشِيئَةٌ، فَقَامُوا وَهُمْ رَاضُونَ بِقَوْلِ طَاوُسٍ.

Ahmad bin Muhammad bin Sa’dan Ash-Shaidalaniy menceritakan kepada kami di Wasith, ia berkata: Ja’far bin An-Nadhr bin Hammad Al-Wasithiy memberitakan kepada kami, ia berkata: Ishaq Al-Azraq menceritakan kapada kami, dari Abi ‘Amr Al-Bashriy, dari Nahsyal Al-Khurasaniy, dari Adh-Dhahhak bin Muzahim, bahwasanya ia berkumpur bersama Al-Hasan bin Abi Al-Hasan, Makhul Asy-Syamiy, ‘Amr bin Dinar Al-Makkiy, dan Thawus Al-Yamaniy. Mereka berkumpul di Masjid Al-Khaif kemudian suara mereka meninggi dan banyak perdebatan tentang takdir. Maka Thawus -ia disegani di antara mereka- berkata: Diamlah agar kusampaikan kepada kalian apa yang aku dengar dari Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan beberapa kewajiban maka jangan engkau mengabaikannya, dan menetapkan batasan hukum maka jangan kalian melampauinya, dan mengharamkan atas kalian beberapa hal maka jangan kalian melanggarnya, dan mendiamkan beberapa hal bukan karena lupa maka jangan kalian mencari-carinya, sebagai rahmat untuk kalian maka terimalah”.

Thawus berkata: “Kita mengatakan apa yang dikatakan Rabb kita dan Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wasallam-, segala urusan di tangan Allah dan dari Allah sumbernya, dan kepadaNya dikembalikan, bukan kepada hamba diserahkan suatu urusan dan bukan pula kehendaknya”.

Akhirnya mereka semua bangkit dan menerima apa yang diucapkan oleh Thawus.

Jalur kedua, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy dalam Sunan-nya (3/59) no.2066, dan Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” (2/406) no.3419:

عن أَبي نُعَيْمٍ الْفَضْل بْن دُكَيْنٍ، ثنا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَرْفَعُ الْحَدِيثَ  قَالَ: " مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ حَلَالٌ، وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ عَافِيَةٌ فَاقْبَلُوا مِنَ اللَّهِ عَافَيْتَهُ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ نَسِيًّا "، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا} [مريم: 64]

Dari Abi Nu’aim Al-Fadhl bin Dukain, ia berkata: ‘Ashim bin Rajaa’ bin Haiwah menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Abi Ad-Dardaa’, hadits diriwayatkan secara marfu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitabNya maka itu halal, dan apa yang diharamkan maka itu haram, dan apa yang didiamkan maka itu dimaafkan, maka terimalah apa yang dimaafkan dari Allah karena Allah tidak mungkin lupa, kemudian beliau membaca ayat ini {dan tidaklah Tuhanmu lupa} [Maryam: 64] “.

B.      Hadits Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dalam kitabnya Al-Jami’ (4/220) no.1726:

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُوسَى الفَزَارِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا سَيْفُ بْنُ هَارُونَ البُرْجُمِيُّ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّمْنِ وَالجُبْنِ وَالفِرَاءِ، فَقَالَ: «الحَلَالُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَالحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ»

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Musa Al-Fazariy berkata, telah menceritakan kepada kami Saif bin Harun Al-Burjumi dari Sualiman At-Taimi dari Abu Utsman dari Salman ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang mentega, keju dan Al-Fira’ (sejenis baju dari kulit)." Beliau lalu menjawab: "Halal adalah sesuatu yang telah Allah halalkan dalam kitab-Nya, dan haram adalah sesuatu yang telah Allah haramkan dalam kitab-Nya. Adapun yang Allah diamkan, maka itu adalah sesutau yang Allah maafkan." [Dihasankan oleh syekh Albaniy rahimahullah]

C.      Atsar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam “As-Sunan” (3/354) no.3800:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ صَبِيحٍ، حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ شَرِيكٍ الْمَكِّيَّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي الشَّعْثَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَأْكُلُونَ أَشْيَاءَ وَيَتْرُكُونَ أَشْيَاءَ تَقَذُّرًا» فَبَعَثَ اللَّهُ تَعَالَى نَبِيَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْزَلَ كِتَابَهُ، وَأَحَلَّ حَلَالَهُ، وَحَرَّمَ حَرَامَهُ، فَمَا أَحَلَّ فَهُوَ حَلَالٌ، وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ عَفْوٌ " وَتَلَا {قُلْ لَا أَجِدُ فِيمَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Daud bin Shabih telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Dukain telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Syarik Al-Makki dari 'Amru bin Dinar dari Abu Asy-Sya'tsa` dari Ibnu Abbas ia berkata, "Dahulu orang-orang jahiliyah biasa makan beberapa macam makanan dan meninggalkan beberapa makanan karena jijik. Kemudian Allah ta'ala mengutus Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan menurunkan Kitab-Nya, serta menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Maka apa yang Allah halalkan adalah halal, apa yang Allah haramkan adalah haram, dan apa yang Allah diamkan maka hukumnya dimaafkan." Kemudian Ibnu Abbas membaca ayat: '{Katakanlah: "Aku tidak mendapatkan dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan…} ' (Qs. Al An'aam: 145) hingga akhir ayat."

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (29) Mu’adz; Amalan mendekatkan surga dan menjauhkan neraka


[1] Lihat biografi "Makhuul" dalam kitab: Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 28/464, Thabaqaat Al-Mudallisiin karya Ibnu Hajar hal.46, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.545.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...