Sabtu, 30 November 2024

Hadits Abu Hurairah; 3 yang diridhai dan dibenci Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ"

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla meridhai kalian atas tiga hal dan benci dari tiga hal; Allah meridhai kalian untuk beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, hendaknya kalian berpegang teguh dengan tali Allah dan jangan berpecah belah dan kalian taat kepada orang yang telah Allah amanatkan urusan kalian. Dan Allah membenci kalian dari ngerumpi dan menghambur-hamburkan harta serta banyak bertanya (yang tidak bermanfaat)." [Diriwaaytkan oleh imam Ahmad dan Muslim dengan lafadz yang mirip]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Allah memiliki sifat ridha dan benci.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} [آل عمران: 162]

Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Itulah seburuk-buruk tempat kembali. [Ali 'Imran: 162]

{ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد: 28]

Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 28]

3.      Perintah mentauhidkan Allah dan larangan menyekutukanNya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ} [الإسراء: 23]

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. [Al-Israa':23]

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا} [النساء: 36]

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. [An-Nisaa':36]

Lihat: Keutamaan tauhid

4.      Keutamaan tauhid dan bahaya syirik.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisaa:48]

{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]

"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am:88]

Ø  Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ، فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟»، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» [صحيح البخاري ومسلم]

Suatu hari aku di belakang Rasulullah di atas himar yang disebut 'Ufair, Rasulullah berkata:  “Wahai Mu'adz .. tahukah engkau apa hak Allah terhadap hamba-Nya dan apa hak hamba terhadap Allah?” Mu'adz menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba-Nya adalah tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan hak hamba terhadap Allah adalah tidak menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Awas ada syirik

5.      Perintah bersatu di atas agama Allah dalan larangan berpecah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: 103]

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. [Ali 'Imran: 103]

{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali 'Imran:105]

{وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 46]

Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfaal:46]

Ø  Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا» [صحيح البخاري]

“Janganlah kalian berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah berselisih dan akhirnya mereka binasa." [Sahih Bukhari]

Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan

6.      Allah ta’aalaa yang memberikan kuasa kepada semua penguasa.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali 'Imran:26]

Lihat: Memilih pemimpin

7.      Mentaati penguasa.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]

Ø  Dari Tamim Ad-Dariy -radhiyallahu ta'aalaa 'anhu-; Nabi bersabda:

«الدِّينُ النَّصِيحَةُ» قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»

"Agama itu adalah kebaktian." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin (ulama dan umara'), serta kaum awam mereka."

Lihat: Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (7) Tamim bin Aus; Agama adalah kebaktian

Perintah bersabar atas kedzaliman penguasa:

Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma bertanya:

يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا كُنَّا بِشَرٍّ، فَجَاءَ اللهُ بِخَيْرٍ، فَنَحْنُ فِيهِ، فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: كَيْفَ؟ قَالَ: «يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»

"Wahai Rasulullah, dahulu saya berada dalam kejahatan, kemudian Allah menurunkan kebaikan (agama Islam) kepada kami, apakah setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah keburukan tersebut akan timbul lagi kebaikan?" Beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau menjawab: "Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" Beliau menjawab: "Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia." Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku apa yang anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu, dengar dan patuhilah dia." [Shahih Muslim]

Ø  Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«سَتَكُونُ أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: «تُؤَدُّونَ الحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan urusan-urusan yang kalian ingkari (dari pemimpin kalian)". Mereka bertanya; "Wahai Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami (bila zaman itu kami alami)? '. Beliau menjawab: "Kalian tunaikan hak-hak yang menjadi kewajiban kalian (terhadap pemimpin) dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Salamah bin Yazid Al-Ju'fiy radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah :

يَا نَبِيَّ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُونَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُونَا حَقَّنَا، فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي الثَّالِثَةِ، فَجَذَبَهُ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ، وَقَالَ: «اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا، وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ» [صحيح مسلم]

"Wahai Nabi Allah, bagaimanakah pendapatmu jika para penguasa yang memimpin kami selalu menuntut hak mereka atas kami tapi mereka tidak mau memenuhi hak kami, sikap apa yang anda anjurkan kepada kami?" Maka beliau berpaling, lalu ditanyakan lagi kepada beliau dan beliaupun tetap enggan menjawabnya, hingga dua atau tiga kali pertanyaan itu diajukan kepada beliau, kemudian Al-Aty'ats bin Qa`is menarik Salamah bin Zayid. Beliau lalu bersabda: "Dengarkan dan taatilah, sesungguhnya mereka akan mempertanggung jawabkan atas semua perbuatan mereka, sebagaimana kalian juga akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kalian." [Shahih Muslim]

Ø  Adiy bin Hatim radhiyallahu 'anhu berkata: Kami betanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا نَسْأَلُكَ عَنْ طَاعَةِ مَنِ اتَّقَى، وَلَكِنْ مَنْ فَعَلَ وَفَعَلَ، فَذَكَرَ الشَّرَّ، فَقَالَ: «اتَّقُوا اللَّهَ، وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا» [السنة لابن أبي عاصم: حسن لغيره]

Wahai Rasulullah, kami tidak menanyaimu tentang taat kepada pemimpin yang bertakwa, akan tetapi tentang taat kepada pemimpin yang melakukan ini dan itu (maksiat). Ia menyebutkan beberapa keburukan. Maka Rasulullah menjawab: “Bertakwalah kalian kepada Allah, dan dengarkan dan taatilah pemerintah”. [As-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim: Hasan ligairih]

Bahaya memberontak terhadap penguasa:

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda;

«مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً» [صحيح البخاري ومسلم]

"Siapa yang tidak menyukai kebijakan amir (pemimpinnya) hendaklah bersabar, sebab siapapun yang keluar dari ketaatan kepada amir sejengkal, ia mati dalam jahiliyah." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Menta’aati penguasa dalam kebaikan:

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Kewajiban seorang muslim adalah patuh dan taat pada perintah yang ia sukai maupun yang ia tidak sukai, kecuali jika diperintahkan kepada maksiat, jika ia diperintahkan melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Menasehati penguasa secara rahasia:

Dari 'Iyadh bin Ganm -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»

"Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan, tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Sampai kapan harus bersabar?

Abu Al-Walid 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu berkata:

دَعَانَا النَّبِيُّ ﷺ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا: «أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ»

 "Kami pernah membaiat Rasulullah untuk taat dan mendengar baik dalam keadaan lapang atau sempit, dalam keadaan semangat (mudah) atau terpaksa (sulit) dan lebih mementingkan kepentingannya diri sendiri, tidak menentang perintahan yang berwenang kecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang-terangan, yang pada kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah, dan untuk mengatakan kebenaran di mana saja kami berada, serta tidak takut (dalam menegakkan kalimat) Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari 'Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: «لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ، فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ، وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ» [صحيح مسلم]

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." Beliau ditanya: "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?" Maka beliau bersabda: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka." [Shahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (28) Al-'Irbadh; Kewajiban taat kepada pemimpin

8.      Larangan banyak bicara.

Seperti:

a)      Berbicara pada perkara yang tidak bermanfaat.

Dari Al-Mugirah bin Syu'bah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya Allah membenci tiga hal dari kalian: Banyak bicara (menukil perkataan orang), menghamburkan harta, dan banyak meminta”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ فَمَا المُتَفَيْهِقُونَ؟ قَالَ: «المُتَكَبِّرُونَ»

Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya, dan sesungguhnya yang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat “ats-tsartsaruun” (yang banyak bicara), “al-mutasyaddiquun” (yang terlalu bergaya/berlebian cara berbicaranya), dan “al-mutafaihiquun”. Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah tahu makna “ats-tsartsaruun” dan “al-mutasyaddiquun”, lalu apa makna “al-mutafaihiquun”? Rasulullah menjawab:  “Orang yang sombong (dalam berbicara).” [Sunan At-Tirmidziy: Sahih]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara

b)      Suka berdebat.

Dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا» [سنن أبي داود: حسن]

“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ، حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحَةِ، وَيَتْرُكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا»

"Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar." [Musnad Ahmad: Dishahihkan oleh syekh Albani dalam Shahih At-Targiib no.2939]

Ø  Imam Asy-Syafi'iy (204H) rahimahullah berkata:

"المِرَاءُ فِي الدِّيْنِ يُقَسِّي القَلْبَ، وَيُورِثُ الضَّغَائِنَ" [سير أعلام النبلاء]

“Berdebat dalam masalah agama menyebabkan hati menjadi keras dan mewariskan rasa dendam”. [Siyar A'lam An-Nubala']

Lihat: Adab berdebat dan berselisih pendapat

c)       Menyebar informasi tanpa pertimbangan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [مقدمة صحيح مسلم]

"Cukuplah seseorang itu dikatakan telah melakukan kebohongan (kesalahan) jika ia menyampaikan semua yang ia dengar". [Muqaddimah Sahih Muslim]

d)      Gibah dan namimah (adu domba).

Lihat: Jaga puasamu dengan menjaga ucapanmu

9.      Larangan menyia-nyiakan harta.

Dengan cara:

a.       Mempergunakan pada perkara yang diharamkan.

b.      Membeli sesuatu yang tidak bermanfaat.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ} [الأعراف: 31]

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan*. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A'raaf:31]

*Maksudnya: Janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh (tidak ada manfaatnya) dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

{وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا} [الإسراء: 26 - 27]

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. [Al-Israa': 26 - 27]

c.       Tidak mempergunakannya dalam perkara yang dihalalkan (kikir).

Lihat: Cela sifat kikir

10.  Larangan banyak meminta.

Maksudnya:

a)      Meminta dari harta manusia.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah bersabda:

«مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang meminta harta orang lain untuk memperbanyak hartanya sendiri (bukan karena membutuhkan), maka sebenarnya ia telah meminta batu neraka. Maka silahkan ia mempersedikit atau memperbanyak”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah bersabda:

«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Seseorang senantiasa meminta kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya sekerat daging”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Meminta, memberi, dan menerima

b)      Meminta bantuan dan jasa.

Auf bin Malik Al Asyja'irahdiyallahu ‘anhu- berkata;

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ تِسْعَةً أَوْ ثَمَانِيَةً أَوْ سَبْعَةً، فَقَالَ: «أَلَا تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» وَكُنَّا حَدِيثَ عَهْدٍ بِبَيْعَةٍ، فَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَلَا تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» فَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَلَا تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» قَالَ: فَبَسَطْنَا أَيْدِيَنَا وَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَعَلَامَ نُبَايِعُكَ؟ قَالَ: «عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا - وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً - وَلَا تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا» فَلَقَدْ رَأَيْتُ بَعْضَ أُولَئِكَ النَّفَرِ يَسْقُطُ سَوْطُ أَحَدِهِمْ، فَمَا يَسْأَلُ أَحَدًا يُنَاوِلُهُ إِيَّاهُ

Kami pernah berada dekat Rasulullah selama sembilan atau delapan atau tujuh hari. Saat kami hendak berpisah, beliau bersabda: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Ketika itu kami baru saja berbai'at kepada beliau, maka kami pun menjawab, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepadamu wahai Rasulullah." Kemudian beliau bertanya lagi: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Kami menjawab, "Sungguh, kami telah berbai'at kepada Anda wahai Rasulullah." Beliau mengulangi pertanyaannya: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Maka kami pun mengulurkan tangan sambil berujar, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepada Tuan, lalu atas apa lagi kami berbai'at kepada Tuan wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Bahwa kalian akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun juga, akan menegakkan shalat lima waktu, akan berlaku patuh, -kemudian beliau melirihkan perkataannya- dan tidak akan meminta sesuatupun kepada orang banyak." Auf berkata; Aku pernah melihat sebagian dari mereka itu suatu saat cambuknya jatuh, tetapi ia tidak meminta tolong sedikit pun kepada orang lain untuk mengambilkannya." [Shahih Muslim]

c)       Bertanya yang tidak bermanfaat.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda: “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji." Kemudian seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?" Beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga kali. Maka beliau pun bersabda:

لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ، ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "

"Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih Muslim]

Ø  Mu'adzah -rahimahullah- berkata:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]

"Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata; 'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?' Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah?' Aku menjawab; 'Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.' Dia menjawab; 'Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]

Lihat: Adab bertanya dan jenis pertanyaan

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Hadits An-Nu’man bin Basyir; Mensyukuri nikmat Allah - Pernikahan Nabi ﷺ dengan Aisyah dan Saudah - Kisah wafatnya Abu Thalib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...