بسم الله الرحمن الرحيم
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: يَرْضَى لَكُمْ
أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ
أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ"
"Sesungguhnya
Allah 'Azza wa Jalla meridhai kalian atas tiga hal dan benci dari tiga
hal; Allah meridhai kalian untuk beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, hendaknya kalian berpegang teguh dengan tali
Allah dan jangan berpecah belah dan kalian taat kepada orang yang telah Allah
amanatkan urusan kalian. Dan Allah membenci kalian dari ngerumpi dan
menghambur-hamburkan harta serta banyak bertanya (yang tidak bermanfaat)."
[Diriwaaytkan oleh imam Ahmad dan Muslim dengan lafadz yang mirip]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Allah
memiliki sifat ridha dan benci.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَفَمَنِ
اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ
جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} [آل عمران:
162]
Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang
kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Itulah
seburuk-buruk tempat kembali. [Ali 'Imran: 162]
{ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ
اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ} [محمد:
28]
Yang
demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan
kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu
Allah menghapus segala amal mereka. [Muhammad: 28]
3. Perintah
mentauhidkan Allah dan larangan menyekutukanNya.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ} [الإسراء: 23]
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. [Al-Israa':23]
{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا} [النساء: 36]
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. [An-Nisaa':36]
Lihat:
Keutamaan tauhid
4. Keutamaan
tauhid dan bahaya syirik.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisaa:48]
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]
"Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan." [Al-An'am:88]
Ø
Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ، فَقَالَ:
«يَا مُعَاذُ، هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ العِبَادِ
عَلَى اللَّهِ؟»، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ
اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ
العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» [صحيح البخاري ومسلم]
Suatu hari aku di belakang Rasulullah ﷺ di atas himar yang disebut 'Ufair, Rasulullah berkata: “Wahai Mu'adz .. tahukah engkau apa hak Allah
terhadap hamba-Nya dan apa hak hamba terhadap Allah?” Mu'adz menjawab: Allah
dan Rasul-Nya lebih tahu. Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya hak Allah terhadap
hamba-Nya adalah tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan hak hamba
terhadap Allah adalah tidak menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Awas ada syirik
5. Perintah
bersatu di atas agama Allah dalan larangan berpecah.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. [Ali 'Imran: 103]
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا
وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ
عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]
Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat.
[Ali 'Imran:105]
{وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 46]
Dan
taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfaal:46]
Ø
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لاَ تَخْتَلِفُوا، فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ اخْتَلَفُوا
فَهَلَكُوا» [صحيح البخاري]
“Janganlah
kalian berselisih, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah
berselisih dan akhirnya mereka binasa." [Sahih Bukhari]
Lihat:
Bahaya perselisihan dan perpecahan
6. Allah ta’aalaa
yang memberikan kuasa kepada semua penguasa.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ
تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ
تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
[آل عمران: 26]
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu. [Ali 'Imran:26]
Lihat: Memilih pemimpin
7. Mentaati penguasa.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا}
[النساء: 59]
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
[An-Nisaa':59]
Ø Dari Tamim Ad-Dariy -radhiyallahu
ta'aalaa 'anhu-; Nabi ﷺ bersabda:
«الدِّينُ النَّصِيحَةُ» قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلَّهِ
وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»
"Agama itu adalah
kebaktian." Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Beliau
menjawab, "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum
muslimin (ulama dan umara'), serta kaum awam mereka."
Lihat:
Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (7) Tamim bin Aus; Agama
adalah kebaktian
Perintah bersabar atas kedzaliman penguasa:
Hudzaifah
bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma
bertanya:
يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا كُنَّا بِشَرٍّ، فَجَاءَ اللهُ بِخَيْرٍ،
فَنَحْنُ فِيهِ، فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»،
قُلْتُ: هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: فَهَلْ
وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قُلْتُ: كَيْفَ؟ قَالَ:
«يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ
بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي
جُثْمَانِ إِنْسٍ»، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ
أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ
ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ»
"Wahai
Rasulullah, dahulu saya berada dalam kejahatan, kemudian Allah menurunkan
kebaikan (agama Islam) kepada kami, apakah setelah kebaikan ini timbul lagi
keburukan?" Beliau ﷺ menjawab:
"Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah keburukan tersebut
akan timbul lagi kebaikan?" Beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya
lagi, "Apakah setelah kebaikan ini timbul lagi keburukan?" Beliau
menjawab: "Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" Beliau
menjawab: "Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan
petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa
laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia."
Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku
apa yang anda perintahkan kepadaku?" Beliau menjawab: "Dengar dan
patuhilah kepada pemimpinmu, walaupun ia memukulmu dan merampas harta bendamu,
dengar dan patuhilah dia." [Shahih Muslim]
Ø Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«سَتَكُونُ أَثَرَةٌ
وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَأْمُرُنَا؟
قَالَ: «تُؤَدُّونَ الحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي
لَكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan urusan-urusan
yang kalian ingkari (dari pemimpin kalian)". Mereka bertanya; "Wahai
Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami (bila zaman itu kami
alami)? '. Beliau menjawab: "Kalian tunaikan hak-hak yang menjadi
kewajiban kalian (terhadap pemimpin) dan kalian minta kepada Allah apa yang
menjadi hak kalian". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Salamah bin Yazid Al-Ju'fiy radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
يَا نَبِيَّ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُونَا
حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُونَا حَقَّنَا، فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ
سَأَلَهُ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي
الثَّالِثَةِ، فَجَذَبَهُ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ، وَقَالَ: «اسْمَعُوا
وَأَطِيعُوا، فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا، وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ»
[صحيح مسلم]
"Wahai
Nabi Allah, bagaimanakah pendapatmu jika para penguasa yang memimpin kami
selalu menuntut hak mereka atas kami tapi mereka tidak mau memenuhi hak kami,
sikap apa yang anda anjurkan kepada kami?" Maka beliau berpaling, lalu
ditanyakan lagi kepada beliau dan beliaupun tetap enggan menjawabnya, hingga
dua atau tiga kali pertanyaan itu diajukan kepada beliau, kemudian Al-Aty'ats
bin Qa`is menarik Salamah bin Zayid. Beliau lalu bersabda: "Dengarkan dan
taatilah, sesungguhnya mereka akan mempertanggung jawabkan atas semua perbuatan
mereka, sebagaimana kalian juga akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan
kalian." [Shahih Muslim]
Ø ‘Adiy bin Hatim radhiyallahu
'anhu berkata: Kami betanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا نَسْأَلُكَ عَنْ طَاعَةِ مَنِ اتَّقَى،
وَلَكِنْ مَنْ فَعَلَ وَفَعَلَ، فَذَكَرَ الشَّرَّ، فَقَالَ: «اتَّقُوا اللَّهَ،
وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا» [السنة لابن أبي عاصم:
حسن لغيره]
Wahai
Rasulullah, kami tidak menanyaimu tentang taat kepada pemimpin yang bertakwa,
akan tetapi tentang taat kepada pemimpin yang melakukan ini dan itu (maksiat).
Ia menyebutkan beberapa keburukan. Maka Rasulullah ﷺ menjawab:
“Bertakwalah kalian kepada Allah, dan dengarkan dan taatilah pemerintah”.
[As-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim: Hasan ligairih]
Bahaya memberontak terhadap penguasa:
Dari Ibnu
'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi ﷺ bersabda;
«مَنْ كَرِهَ مِنْ
أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُّلْطَانِ شِبْرًا
مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً» [صحيح البخاري ومسلم]
"Siapa
yang tidak menyukai kebijakan amir (pemimpinnya) hendaklah bersabar, sebab
siapapun yang keluar dari ketaatan kepada amir sejengkal, ia mati dalam
jahiliyah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Menta’aati penguasa dalam kebaikan:
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ
وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا
سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Kewajiban seorang
muslim adalah patuh dan taat pada perintah yang ia sukai maupun yang ia tidak
sukai, kecuali jika diperintahkan kepada maksiat, jika ia diperintahkan
melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan". [Sahih Bukhari
dan Muslim]
Menasehati penguasa secara rahasia:
Dari 'Iyadh
bin Ganm -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ
يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ
لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا
كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»
"Barangsiapa yang hendak menasehati
penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan,
tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu,
jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan
ligairih]
Sampai kapan harus bersabar?
Abu
Al-Walid 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu
'anhu berkata:
دَعَانَا النَّبِيُّ ﷺ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ
عَلَيْنَا: «أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا
وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ
نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ
مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ»
"Kami pernah membaiat Rasulullah ﷺ untuk taat
dan mendengar baik dalam keadaan lapang atau sempit, dalam keadaan semangat
(mudah) atau terpaksa (sulit) dan lebih mementingkan kepentingannya diri
sendiri, tidak menentang perintahan yang berwenang kecuali jika kalian melihat
kekufuran yang terang-terangan, yang pada kalian mempunyai alasan yang jelas
dari Allah, dan untuk mengatakan kebenaran di mana saja kami berada, serta
tidak takut (dalam menegakkan kalimat) Allah terhadap celaan orang-orang yang
mencela." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari 'Auf bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ
تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ
عَلَيْهِمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ
وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»، قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللهِ، أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: «لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ
الصَّلَاةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ،
فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ، وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ» [صحيح مسلم]
"Sebaik-baik
pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka,
mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek
pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka,
mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." Beliau ditanya:
"Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?" Maka beliau
bersabda: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika
kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah
tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka."
[Shahih Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (28) Al-'Irbadh; Kewajiban taat kepada pemimpin
8. Larangan
banyak bicara.
Seperti:
a) Berbicara pada perkara yang tidak bermanfaat.
Dari Al-Mugirah bin Syu'bah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ
ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah membenci
tiga hal dari kalian: Banyak bicara (menukil perkataan orang), menghamburkan
harta, dan banyak meminta”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ
إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ
أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ»، قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ فَمَا
المُتَفَيْهِقُونَ؟ قَالَ: «المُتَكَبِّرُونَ»
Sesungguhnya yang paling aku cintai dari
kalian dan yang paling dekat dariku di hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sesungguhnya yang yang paling aku benci dari kalian dan paling
jauh dariku di hari kiamat “ats-tsartsaruun” (yang banyak bicara), “al-mutasyaddiquun”
(yang terlalu bergaya/berlebian cara berbicaranya), dan “al-mutafaihiquun”.
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah tahu makna “ats-tsartsaruun”
dan “al-mutasyaddiquun”, lalu apa makna “al-mutafaihiquun”? Rasulullah
menjawab: “Orang yang sombong (dalam
berbicara).” [Sunan At-Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara
b) Suka berdebat.
Dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ
وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا» [سنن أبي داود: حسن]
“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan
debat sekalipun ia benar”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ، حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ
فِي الْمُزَاحَةِ، وَيَتْرُكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا»
"Seorang hamba tidak dikatakan
beriman dengan sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang
bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar." [Musnad Ahmad:
Dishahihkan oleh syekh Albani dalam Shahih At-Targiib no.2939]
Ø Imam Asy-Syafi'iy (204H) rahimahullah berkata:
"المِرَاءُ فِي الدِّيْنِ يُقَسِّي القَلْبَ، وَيُورِثُ
الضَّغَائِنَ" [سير أعلام النبلاء]
“Berdebat dalam masalah agama
menyebabkan hati menjadi keras dan mewariskan rasa dendam”. [Siyar A'lam
An-Nubala']
Lihat: Adab berdebat dan berselisih pendapat
c) Menyebar informasi tanpa pertimbangan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [مقدمة صحيح
مسلم]
"Cukuplah seseorang itu
dikatakan telah melakukan kebohongan (kesalahan) jika ia menyampaikan semua
yang ia dengar". [Muqaddimah Sahih Muslim]
d) Gibah dan namimah (adu domba).
Lihat: Jaga puasamu dengan menjaga ucapanmu
9. Larangan
menyia-nyiakan harta.
Dengan cara:
a. Mempergunakan pada perkara yang diharamkan.
b. Membeli sesuatu yang tidak bermanfaat.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ
كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ} [الأعراف: 31]
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan*. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. [Al-A'raaf:31]
*Maksudnya: Janganlah melampaui
batas yang dibutuhkan oleh tubuh (tidak ada manfaatnya) dan jangan pula
melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
{وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا. إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا
إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا} [الإسراء:
26 - 27]
Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
[Al-Israa': 26 - 27]
c. Tidak mempergunakannya dalam perkara yang dihalalkan (kikir).
Lihat: Cela sifat kikir
10. Larangan
banyak meminta.
Maksudnya:
a) Meminta
dari harta manusia.
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ
تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang meminta
harta orang lain untuk memperbanyak hartanya sendiri (bukan karena
membutuhkan), maka sebenarnya ia telah meminta batu neraka. Maka silahkan ia
mempersedikit atau memperbanyak”. [Sahih Muslim]
Ø Dari Abdullah bin Umar –radhiyallahu ‘anhuma-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ
النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Seseorang senantiasa meminta
kepada orang-orang sampai ia datang di hari kiamat tanpa ada di wajahnya
sekerat daging”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Meminta, memberi, dan menerima
b) Meminta
bantuan dan jasa.
Auf bin Malik Al Asyja'i –rahdiyallahu ‘anhu- berkata;
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ تِسْعَةً أَوْ ثَمَانِيَةً أَوْ
سَبْعَةً، فَقَالَ: «أَلَا تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» وَكُنَّا حَدِيثَ عَهْدٍ
بِبَيْعَةٍ، فَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَلَا
تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» فَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ،
ثُمَّ قَالَ: «أَلَا تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللهِ؟» قَالَ: فَبَسَطْنَا أَيْدِيَنَا
وَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَعَلَامَ نُبَايِعُكَ؟ قَالَ:
«عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَالصَّلَوَاتِ
الْخَمْسِ، وَتُطِيعُوا - وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً - وَلَا تَسْأَلُوا
النَّاسَ شَيْئًا» فَلَقَدْ رَأَيْتُ بَعْضَ أُولَئِكَ النَّفَرِ يَسْقُطُ سَوْطُ
أَحَدِهِمْ، فَمَا يَسْأَلُ أَحَدًا يُنَاوِلُهُ إِيَّاهُ
Kami pernah berada dekat Rasulullah ﷺ selama sembilan atau delapan atau tujuh hari. Saat kami hendak berpisah,
beliau bersabda: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?"
Ketika itu kami baru saja berbai'at kepada beliau, maka kami pun menjawab,
"Sesungguhnya kami telah berbai'at kepadamu wahai Rasulullah."
Kemudian beliau bertanya lagi: "Apakah kalian tidak berbai'at kepada
Rasulullah?" Kami menjawab, "Sungguh, kami telah berbai'at kepada
Anda wahai Rasulullah." Beliau mengulangi pertanyaannya: "Apakah kalian
tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Maka kami pun mengulurkan tangan
sambil berujar, "Sesungguhnya kami telah berbai'at kepada Tuan, lalu atas
apa lagi kami berbai'at kepada Tuan wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Bahwa kalian akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatupun juga, akan menegakkan shalat lima waktu, akan berlaku patuh,
-kemudian beliau melirihkan perkataannya- dan tidak akan meminta sesuatupun
kepada orang banyak." Auf berkata; Aku pernah melihat sebagian dari mereka
itu suatu saat cambuknya jatuh, tetapi ia tidak meminta tolong sedikit pun
kepada orang lain untuk mengambilkannya." [Shahih Muslim]
c) Bertanya
yang tidak bermanfaat.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata; Rasulullah ﷺ menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda: “Wahai
sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah
haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji."
Kemudian seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya,
"Apakah setiap tahun ya Rasulullah?"
Beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga
kali. Maka beliau pun bersabda:
"َ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ، ذَرُونِي مَا
تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ
وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "
"Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya
akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup
melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan
untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena
mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila
kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila
kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih
Muslim]
Ø Mu'adzah -rahimahullah- berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي
الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ:
لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ،
فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح
مسلم]
"Saya bertanya kepada Aisyah
seraya berkata; 'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha'
shalat?' Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari
golongan Haruriyah?' Aku menjawab; 'Aku
bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.' Dia menjawab; 'Kami
dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak
diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]
Lihat: Adab bertanya dan jenis pertanyaan
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Hadits An-Nu’man bin Basyir; Mensyukuri nikmat Allah - Pernikahan Nabi ﷺ dengan Aisyah dan Saudah - Kisah wafatnya Abu Thalib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...