بسم
الله الرحمن الرحيم
Dari
Abi Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam
bersabda: Sungguh yang halal sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas.
Namun di antara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh
banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhkan diri dari yang syubhat berarti
telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh
(mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, maka ia akan terjatuh pada yang
haram, ibarat seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di batasan
tanah terlarang yang dikhawatirkan ternaknya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah
bahwa setiap raja memiliki batasan terlarang, dan ketahuilah bahwa batasan
larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah
pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh
tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah
hati". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan
singkat hadits ini:
1.
Abu Abdillah An-Nu’man
bin Basyir bin Sa’ad Al-Anshariy Al-Khazrajiy radhiyallahu ‘anhu.
Ia dan kedua orang tuanya adalah sahabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Ibnunya bernama ‘Amrah binti Rawahah
saudari Abdullah bin Rawahah. An-Nu’man lahir dua tahun setelah hijrah. Ia
menjadi pemimpin di Kufah selama Sembilan bulan pada masa kekhalifaan Mu’awiyah
radhiyallahu ‘anhu. Wafat di Humsh tahun 65 hijriyah.
2.
Hukum halal dan haram
sudah jelas.
Allah -subhanahu wata'aalaa-
berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي
الْأَرْضِ جَمِيعًا} [البقرة : 29]
Dialah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu. [Al-Baqarah: 29]
{وَقَدْ
فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ
كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ} [الأنعام:
119]
Padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu melakukannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas. [Al-An'aam:119]
3.
Sebab munculnya syubhat.
Ada tiga kemungkinan sesuatu menjadi
syubhat:
a)
Suatu yang
asalnya haram kemudian timbul keraguan apakah sifat haramnya sudah hilang atau
masih ada.
Maka keharamannya dianggap masih ada sampai
ada bukti yang meyakinkan akan kehalalannya.
'Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu
berkata, "Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Aku melepas anjing buruanku, lalu aku mendapati anjinglain bersama dengan
anjingku?"
Beliau menjawab:
فَلَا تَأْكُلْ فَإِنَّمَا سَمَّيْتَ
عَلَى كَلْبِكَ وَلَمْ تُسَمِّ عَلَى كَلْبٍ آخَرَ
"Jangan kamu makan, karena kamu
membaca basmalah untuk anjingmu dan tidak untuk anjing yang lain." [Shahih
Bukhari]
b)
Suatu yang asalnya
halal kemudian muncul keraguan apakah sifat halalnya sudah hilang atau masih
ada.
Maka kehalalannya dianggap masih tetap
sampai ada bukti yang meyakinkan akan keharamannya.
Abdullah
bin Zayd radhiyallahu
'anhu berkata:
شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ يَجِدُ فِي الصَّلاَةِ شَيْئًا أَيَقْطَعُ
الصَّلاَةَ؟ قَالَ: «لاَ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا» [صحيح البخاري]
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
diadukan tentang seorang laki-laki yang mendapatkan sesuatu yang tidak beres
ketika sedang shalat, apakah aku harus memutuskan shalat atau
melanjutkannya?"
Maka Beliau bersabda: "Tidak, hingga
dia mendengar suara atau tercium baunya". [Shahih Bukhari]
c)
Suatu yang
samar antara halal atau haram dan kemungkinan keduanya sangat kuat.
Maka sebaiknya ditinggalkan sampai ada
bukti kuat yang menunjukkan kehalalannya atau keharamannya.
Dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
إِنِّي لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي
فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا ثُمَّ
أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً فَأُلْقِيهَا
"Ketika aku pulang kepada keluargaku
aku menemukan buah-buah kurma berserakan di tempat tidurku maka aku ambil untuk
aku makan kemudian aku takut kalau kurma itu sebagai zakat hingga akhirnya aku
biarkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.
Tidak berlebihan dalam
mempertanyakan suatu yang sudah jelas halal dan haramnya karena hanya akan
menjerumuskan kedalam sifat was-was yang berlebihan.
Allah
subhanahu wa’ataalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ} [المائدة: 101]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu. [Al-Maidah: 101]
Ø Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha;
أَنَّ قَوْمًا قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّ قَوْمًا يَأْتُونَنَا بِاللَّحْمِ لاَ نَدْرِي أَذَكَرُوا اسْمَ
اللَّهِ عَلَيْهِ أَمْ لاَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «سَمُّوا اللَّهَ عَلَيْهِ وَكُلُوهُ» [صحيح
البخاري]
Bahwa beberapa orang berkata: "Wahai
Rasululloh, ada suatu kaum yang mendatangi kami dengan daging yang kami tidak
tahu apakah mereka menyebutkan nama Allah ketika menyembelihnya atau
tidak".
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sebutlah nama Allah, lalu makanlah". [Shahih
Bukhari]
5.
Kebanyakan orang tidak
bisa mengetahui kebenaran dari perkara yang syubhat, maka harus bertanya kepada
ulama.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]
Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43,
Al-Anbiyaa':7]
Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu
6.
Meninggalkan perkara
syubhat adalah sikap wara’.
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
فَضْلُ
الْعِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ ، وَخَيْرُ دِينِكِمُ
الْوَرَعُ [مسند
البزار: صححه الألباني]
“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada
keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'.”
[Musnad Al-Bazzaar: Sahih]
7.
Anjuran meninggalkan
urusan yang meragukan.
Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا
يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
"Tinggalkan yang meragukanmu kepada
sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø 'Aisyah radliallahu 'anha berkata;
كَانَ عُتْبَةُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ
عَهِدَ إِلَى أَخِيهِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّ ابْنَ وَلِيدَةِ زَمْعَةَ
مِنِّي فَاقْبِضْهُ قَالَتْ فَلَمَّا كَانَ عَامَ الْفَتْحِ أَخَذَهُ سَعْدُ بْنُ
أَبِي وَقَّاصٍ وَقَالَ ابْنُ أَخِي قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَامَ عَبْدُ
بْنُ زَمْعَةَ فَقَالَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ
فَتَسَاوَقَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَعْدٌ
يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ أَخِي كَانَ قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَالَ عَبْدُ
بْنُ زَمْعَةَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ لَكَ يَا عَبْدُ بْنَ
زَمْعَةَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَلَدُ
لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ ثُمَّ قَالَ لِسَوْدَةَ بِنْتِ زَمْعَةَ
زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجِبِي مِنْهُ لِمَا
رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ فَمَا رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ
'Utbah bin Abu Waqash berpesan kepada
saudaranya Sa'ad bin Abu Waqash yang isinya 'Anak laki-laki dari hamba sahaya
Zam'ah adalah anakku maka ambillah. 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Ketika
tahun Pembebasan Makkah, Sa'ad bin Abu Waqash mengambilnya, seraya berkata; Itu
anak laki-laki saudaraku, yang ia berpesan kepadaku untuk mengambil anak ini.
Maka 'Abd bin Zam'ah berdiri lalu berkata: Oh tidak, karena saudaraku dan anak
laki-laki hamba sahaya ayahku dilahirkan di tempat tidurnya. Lalu keduanya
mengadukan masalah ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sa'ad
berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah anak saudaraku, yang saudaraku
telah berpesan kepadaku untuk mengambilnya. Lalu 'Abd bin Zam'ah berkata:
"Saudaraku dan anak laki-laki dari hamba sahaya ayahku dilahirkan pada
tempat tidurnya". Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: "Dia itu milikmu wahai 'Abd bin Zam'ah. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Anak itu milik pemilik kasur (suami) sedangkan
lelaki pezina baginya adalah batu (dirajam). Kemudian Beliau berkata kepada
Saudah binti Zam'ah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Berhijablah
engkau daripadanya wahai Saudah, yang demikian karena ada kemiripannya dengan
'Utbah". Maka anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu tidak pernah
melihat Saudah selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah. [Shahih
Bukhari dan Muslim]
8.
Bahaya melakukan
perkara syubhat.
Diantaranya:
a)
Akan
menjerumuskan kepada yang makruh bahkan yang haram.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa berimana kepada Allah dan
hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam." [Shahih Bukhari]
b)
Akan
menimbulkan sikap acuh pada urusan agama.
Allah
subhanahu wa’ataalaa berfirman:
{فَلَمَّا زَاغُوا
أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [الصف : 5]
Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik. [Ash-Shaff: 5]
c) Melakukan syubhat bisa menimbulkan perasangka buruk.
9. Anjuran
menghindari hal-hal yang menimbulkan buruk sangka.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي
الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ
بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ
إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي
جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء: 140]
Dan sungguh Allah telah menurunkan
kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat
Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah
kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.
Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan
mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
Ø 'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَحْدَثَ أَحَدُكُمْ فِي
صَلَاتِهِ فَلْيَأْخُذْ بِأَنْفِهِ ثُمَّ لِيَنْصَرِفْ
"Apabila salah seorang dari kalian
berhadats dalam shalatnya, hendaknya ia memegang hidungnya lalu keluar."
[Sunan Abi Dawud: Shahih]
Ø Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ مَطْعَمَيْنِ عَنْ الْجُلُوسِ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ
عَلَيْهَا الْخَمْرُ وَأَنْ يَأْكُلَ الرَّجُلُ وَهُوَ مُنْبَطِحٌ عَلَى بَطْنِهِ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah melarang dari dua tempat makan; duduk menghadap hidangan
yang padanya diminum khamer dan serta seseorang makan dalam keadaan
tengkurap." [Sunan Abi Daud:
Shahih]
Ø Shafiyyah binti Huyay radhiyallahu ‘anhu berkata;
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ
ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي
دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا
رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا
صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ
أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam sedang melaksanakan i'tikaf aku datang menemui Beliau di malam
hari, lalu aku berbincang-bincang sejenak dengan Beliau, kemudian aku berdiri
hendak pulang, Beliau juga ikut berdiri bersama aku untuk mengantar aku. Saat
itu Shafiyyah tingal di rumah Usamah bin Zaid. (Ketika kami sedang berjalan
berdua itu) ada dua orang laki-laki yang lewat, dan tatkala melihat Nabi shallallahu
'alaihi wasallam keduanya bergegas. Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: "Kalian tenang saja. Sungguh wanita ini adalah Shofiyah
binti Huyay".
Maka keduanya berkata: "Maha suci
Allah, wahai Rasulullah".
Lalu Nabi shallallahu'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya setan berjalan lewat aliran darah dan aku khawatir
setan telah memasukkan perkara yang buruk pada hati kalian berdua".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
10.
Anjuran menghindari hal
yang bisa menjerumuskan dalam maksiat (سد الذرائع).
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu
'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ
وَلَا تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ اكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا وَخَرَجَتْ
امْرَأَتِي حَاجَّةً قَالَ اذْهَبْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ
"Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita dan janganlah sekali-kali
seorang wanita bepergian kecuali bersama mahramnya".
Lalu ada seorang laki-laki yang bangkit
seraya berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah mendaftarkan diriku untuk
mengikutu suatu peperangan sedangkan istriku pergi menunaikan hajji".
Maka Beliau bersabda: "Tunaikanlah
hajji bersama istrimu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
11.
Hati yang baik akan
nampak dari perbuatan yang baik.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]
Dan barangsiapa mengagungkan
syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
[Al-Hajj:32]
{أَفَلَمْ
يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ
يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى
الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ} [الحج: 46]
Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada. [Al-Hajj:46]
Lihat: Penampilan dan Isi Hati
Lihat: Penampilan dan Isi Hati
12.
Pentingnya menjaga
hati.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
(87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ
بِقَلْبٍ سَلِيمٍ} [الشعراء: 87 - 89]
Dan janganlah Engkau hinakan aku pada
hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
[Asy-Syu’araa’: 87-89]
13.
Bagaimana menjaga hati.
Diantara amalan untuk menjaga hati senantiasa
baik:
a.
Memohon kepada Allah.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ،
كَقَلْبٍ وَاحِدٍ، يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ»
“Sesungguhnya hati anak cucu Adam semuanya
berada diantara dua jari dari jari-jari Ar-Rahman ibarat satu hati yang Ia
gerakkan sesuai kehendak-Nya.”
Kemudian Rasulullah berdo'a:
«اللهُمَّ
مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ» [صحيح مسلم]
"Ya Allah Yang menggerakkan hati, gerakkan hati kami di
atas ketaatan-Mu". [Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan do'a
Lihat: Keutamaan do'a
b.
Dzikir
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد:
28]
Orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]
Lihat: Keutamaan dzikir
Lihat: Keutamaan dzikir
c.
Membaca Al-Qur’an.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ
كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ} [الزمر: 23]
Allah telah menurunkan perkataan yang
paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.
[Az-Zumar:23]
Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an
Lihat: Keutamaan membaca Al-Qur'an
d.
Taubat dan meninggalkan maksiat
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِن
تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا}
"Jika kamu berdua bertaubat kepada
Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima
kebaikan)". [At-Tahrim 4]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"إِنَّ
الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ
تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ
الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين: 14]"
Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan
suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat,
lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan
tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah
yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam
kitab-Nya: "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka". [Sunan Ibnu
Majah: Hasan]
Lihat: Keutamaan taubat
Lihat: Keutamaan taubat
e.
Menghindari fitnah yang menjerumuskan
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«تُعْرَضُ الْفِتَنُ
عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ
فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ
بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا
تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ
مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ
مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح
مسلم]
"Fitnah akan dipaparkan pada hati
manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu
sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat
padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak
dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati
tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak
lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan
sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak
menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang
diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]
Lihat: Motivasi hijrah di zaman Fitnah
Lihat: Motivasi hijrah di zaman Fitnah
f.
Berbicara dengan wanita dari balik tirai
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَإِذَا
سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ
أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب: 53]
Dan apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (kaum wanita), maka mintalah dari belakang tabir.
Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [Al-Ahzaab:53]
Lihat: Dahsyatnya godaan wanita
Lihat: Dahsyatnya godaan wanita
g.
Tidak kufur
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا
يَفْقَهُونَ } [المنافقون:
3]
Yang demikian itu adalah karena bahwa
sesungguhnya mereka telah beriman, Kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati
mereka dikunci mati; Karena itu mereka tidak dapat mengerti.
[Al-Munafiquun:3]
h.
Jujur kepada Allah
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا
فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا
وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ} [التوبة:
77]
Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada
hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah
memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga
karena mereka selalu berdusta. [At-Taubah: 77]
i.
Tidak meninggalkan shalat Jum’at
Dari Abdullah bin Umar dan Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ
اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنَ الْغَافِلِينَ ». [صحيح مسلم]
“Hendaklah orang-orang itu berhenti
meninggalkan shalat jum'at atau Allah akan menutup hati mereka hingga menjadi
orang-orang yang lalai.” [Sahih Muslim]
Lihat: Keistimewaan Hari Jum'at
Lihat: Keistimewaan Hari Jum'at
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (5) Aisyah; Bahaya bid’ah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...