Sabtu, 18 Januari 2025

Kitab I’tisham, bab (08): Ketika Nabi ﷺ ditanya tentang perkara yang belum turun wahyu maka beliau menjawab “Saya tidak tahu”

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَا كَانَ النَّبِيُّ يُسْأَلُ مِمَّا لَمْ يُنْزَلْ عَلَيْهِ الوَحْيُ، فَيَقُولُ: «لاَ أَدْرِي»، أَوْ لَمْ يُجِبْ حَتَّى يُنْزَلَ عَلَيْهِ الوَحْيُ، وَلَمْ يَقُلْ بِرَأْيٍ وَلاَ بِقِيَاسٍ

“Bab: Ketika Nabi ditanya tentang perkara yang belum turun wahyu maka beliau menjawab “Saya tidak tahu”, atau beliau menunggu sampai turun wahyu tentang perkara tersebut dan tidak menjawab dengan pendapatnya atau kiyas”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa seseorang jika ditanya tentang sesuau dan ia tidak punya ilmu dalam hal itu maka hendaklah ia bekata tidak tau atau diam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah .

Imam Bukhari menyebutkan dalil satu ayat dari Al-Qur’an dan dua hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud secara mu’allaq dan hadits Jabir bin Abdillah secara muttashil radhiyallahu ‘anhum.

A.    Ayat 105 sruah An-Nisa’.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ} [النساء: 105]

“Berdasarkan firman Allah ta’aalaa: {dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu} [An-Nisa’: 105]”

Ø  Lengkap ayat ini:

{إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا} [النساء: 105]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu menetapkan hukum di antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. [An-Nisaa':105]

Kewajiban berhukum dengan hukum Allah:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ} [المائدة: 49، 50]

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? [Al-Maidah: 49 - 50]

Lihat: Berhukum dengan selain hukum Allah

B.     Hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: "سُئِلَ النَّبِيُّ عَنِ الرُّوحِ فَسَكَتَ حَتَّى نَزَلَتِ الآيَةُ"

“Dan Ibnu Mas’ud berkata: Nabi ditanya tentang ruh, lalu beliau diam sampai turun ayat”.

Nb: Hadits ini telah diriwayatkan dengan sanad dan matan yang lengkap dan sudah dijelaskan pada bab sebelumnya Kitab I’tisham, bab(03): “Hal yang dibenci dari banyak bertanya dan membebani diri terhadap seseuatu yang tidak bermanfaat baginya” dan pada Kitab Ilmu bab 47; “Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit”

C.     Hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7309 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عُيينة]، قَالَ: سَمِعْتُ [محمّد] ابْنَ المُنْكَدِرِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يَقُولُ: مَرِضْتُ فَجَاءَنِي رَسُولُ اللَّهِ يَعُودُنِي، وَأَبُو بَكْرٍ، وَهُمَا مَاشِيَانِ فَأَتَانِي وَقَدْ أُغْمِيَ عَلَيَّ، فَتَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ ، ثُمَّ صَبَّ وَضُوءَهُ عَلَيَّ، فَأَفَقْتُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، - وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ فَقُلْتُ: أَيْ رَسُولَ اللَّهِ - كَيْفَ أَقْضِي فِي مَالِي؟ - كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي؟ - قَالَ: فَمَا أَجَابَنِي بِشَيْءٍ حَتَّى نَزَلَتْ: «آيَةُ المِيرَاثِ»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], ia berkata: Aku mendengar [Muhammad] Ibnul Munkadir berkata: Aku mendengar Jabir bin Abdullah mengatakan, "Saat aku sakit Rasulullah dan Abu Bakar membesukku dengan berjalan kaki. Keduanya menjengukku sedang aku dalam keadaan pingsan. Lantas Rasulullah berwudu dan menuangkan wudunya kepadaku sehingga aku siuman. Kemudian aku katakan, "Wahai Rasulullah, " -dan terkadang Sufyan menyebutkan "Hai Rasulullah (bukan Wahai namun Hai)-, bagaimana harus aku putuskan masalah hartaku? -bagaimana yang harus kuperbuat terhadap hartaku?-" Jabir berkata, "Beliau tidak menjawabku dengan suatu apapaun hingga ayat tentang waris diturunkan."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keutamaan menjenguk orang sakit.

Lihat: Hadits Sa'ad bin Abi Waqqash; Bersedekah sepertiga harta

3.      Keberkahan sisa wudhu khusus untuk Nabi .

4.      Berani mengatakan “saya tidak tau”.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ} [الأعراف: 187]

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia". [Al-A'raaf:187]

Ø  Ketika Jibril ‘alaihissalam bertanya tentang hari kiamat, Rasulullah menjawab:

"مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ" [صحيح البخاري ومسلم]

"  Tidaklah yang ditanya tentang itu lebih tau dari pada yang bertanya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«مَا أَدْرِي أَتُبَّعٌ لَعِينٌ هُوَ أَمْ لَا، وَمَا أَدْرِي أَعُزَيْرٌ نَبِيٌّ هُوَ أَمْ لَا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Aku tidak tahu apakah Tubba' adalah orang yang terlaknat atau tidak, dan aku tidak tahu apakah Uzair adalah seorang Nabi atau bukan." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْبُلْدَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الْبُلْدَانِ أَبْغَضُ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: «لَا أَدْرِي حَتَّى أَسْأَلَ جِبْرِيلَ ﷺ»، فَأَتَاهُ فَأَخْبَرَهُ جِبْرِيلُ: أَنَّ أَحَبَّ الْبِقَاعِ إِلَى اللَّهِ الْمَسَاجِدُ، وَأَبْغَضُ الْبِقَاعِ إِلَى اللَّهِ الْأَسْوَاقُ [مسند البزار: حسنه الألباني]

“Seorang laki-laki bertanya: Wahai Rasulullah, tempat apakah yang paling dicintai oleh Allah, dan tempat apakah yang paling dibenci oleh Allah? Nabi menjawab: Saya tidak tahu, tunggu sampai aku bertanya kepada Jibril ”, Kemudian Jibril mendatangi beliau dan Jibril memberitahukan kepadanya: “Bahwasanya tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar”. [Musnad Al-Bazzar: Hasan]

Ø  Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

«مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ: "اللَّهُ أَعْلَمُ"، فَإِنَّ مِنَ العِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لاَ يَعْلَمُ: "اللَّهُ أَعْلَمُ"، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ : {قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ المُتَكَلِّفِينَ} [ص: 86]» [صحيح البخاري ومسلم]

Barang siapa yang mengetahui sesuatu hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya. Dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan Allah yang Mahatahu. Karena termasuk dari ilmu ketika ia tidak mengetahuinya, ia mengatakan, 'Allah Mahatahu.' Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi : {Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan}. [Shad: 86] [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Seorang telah bertanya kepada Ibnu Umar radhiallahu'anhuma tentang satu masalah, lalu ia berkata, “Aku tidak mempunyai ilmu tentang hal itu!”, lalu setelah orang tersebut pergi, Ibnu Umar radhiallahu'anhuma berkata:

" نِعْمَ مَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ، سُئِلَ عَمَّا لَا يَعْلَمُ فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي بِهِ " [سنن الدارمي: إسناده صحيح]

'Alangkah bagusnya apa yang dikatakan Ibnu Umar, ia ditanya tentang satu hal yang tidak ia ketahui lalu ia katakan: 'aku tidak memiliki ilmu dalam hal itu'". [Sunan Ad-Darimiy: Sanadnya shahih]

Ø  'Ubaid bin Juraij rahimahullah berkata:

كُنْتُ أَجْلِسُ بِمَكَّةَ إِلَى ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَوْمًا، وَإِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَوْمًا، فَمَا يَقُولُ ابْنُ عُمَرَ فِيمَا يُسْأَلُ: " لَا عِلْمَ لِي، أَكْثَرُ مِمَّا يُفْتِي بِهِ [سنن الدارمي: إسناده حسن]

"Dahulu sewaktu di Makkah aku selalu duduk di (kajian ilmu) Ibnu Umar radhiallahu'anhu sehari dan di (kajian) Ibnu Abbas di hari lainnya. Dan Ibnu Umar ketika ditanya lebih banyak menjawab dengan jawaban: ' Aku tidak tahu' dibandingkan berfatwa dalam masalah tersebut". [Sunan Ad-Darimiy: Sanadnya hasan]

Ø  'Ali bin Abu Thalib radhiallahu'anhu berkata:

«إِذَا سُئِلْتُمْ عَمَّا لَا تَعْلَمُونَ، فَاهْرُبُوا» قَالَ: وَكَيْفَ الْهَرَبُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: «تَقُولُونَ: اللَّهُ أَعْلَمُ» [سنن الدارمي]

"Apabila kalian ditanya tentang sesuatu yang tidak kalian ketahui maka menghindarlah.' Mereka bertanya: 'Bagaimana cara menghindarnya wahai amirul mu`minin?', ia menjawab, 'Dengan kalian mengatakan: Allahu a'lam '". [Sunan Ad-Darimiy]

Ø  As-Sya'biy rahimahullahu berkata:

«لَا أَدْرِي نِصْفُ الْعِلْمِ» [سنن الدارمي: إسناده صحيح]

"(kalimat): 'Aku tidak tahu' adalah setengah ilmu". [Sunan Ad-Darimiy: Sanadnya shahih]

Ø  Ibnu Sirin rahimahullahu berkata:

"مَا أُبَالِي سُئِلْتُ عَمَّا أَعْلَمُ أَوْ مَا لَا أَعْلَمُ، لِأَنِّي إِذَا سُئِلْتُ عَمَّا أَعْلَمُ، قُلْتُ مَا أَعْلَمُ، وَإِذَا سُئِلْتُ عَمَّا لَا أَعْلَمُ، قُلْتُ: لَا أَعْلَمُ " [سنن الدارمي: إسناده صحيح]

"Aku tidak peduli, aku ditanya tentang sesuatu yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, karena aku jika ditanya tentang sesuatu yang aku ketahui, aku akan jawab dengan yang aku tahu', dan jika aku ditanya tentang sesuatu yang tidak aku ketahui, aku katakan: 'Aku tidak tahu'". [Sunan Ad-Darimiy: Sanadnya shahih]

Lihat: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal

5.      Ayat tentang kewarisan.

Jabir radhiallahu'anhu berkata:

«عَادَنِي النَّبِيُّ ﷺ وَأَبُو بَكْرٍ فِي بَنِي سَلِمَةَ مَاشِيَيْنِ، فَوَجَدَنِي النَّبِيُّ ﷺ لاَ أَعْقِلُ شَيْئًا، فَدَعَا بِمَاءٍ، فَتَوَضَّأَ مِنْهُ، ثُمَّ رَشَّ عَلَيَّ فَأَفَقْتُ»، فَقُلْتُ: مَا تَأْمُرُنِي أَنْ أَصْنَعَ فِي مَالِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَنَزَلَتْ: {يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلاَدِكُمْ} [النساء: 11] [صحيح البخاري]

Nabi bersama Abu Bakr menjengukku dengan berjalan kaki ketika aku sakit di bani Salamah. Beliau mendapatkanku dalam keadaan pingsan. Lalu beliau meminta air kemudian beliau berwudu dengan air itu setelah itu beliau memercikiku hingga aku pun sadar kembali. Lalu aku bertanya; Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepadaku mengenai hartaku? Maka turulah ayat: {Allah mewasiatkan kalian mengenai anak-anak kalian} [An-Nisa: 11]. [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain;

مَرِضْتُ فَأَتَانِي رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَأَبُو بَكْرٍ يَعُودَانِي مَاشِيَيْنِ، فَأُغْمِيَ عَلَيَّ، فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ صَبَّ عَلَيَّ مِنْ وَضُوئِهِ، فَأَفَقْتُ، قُلْتُ: " يَا رَسُولَ اللهِ، كَيْفَ أَقْضِي فِي مَالِي؟ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ شَيْئًا، حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ الْمِيرَاثِ: {يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ} [النساء: 176] " [صحيح مسلم]

"Saat aku sakit Rasulullah dan Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki, dan saat itu aku sedang pingsan. Lalu beliau berwudu dan memercikkan air wudunya kepadaku sehingga aku pun sadar. Kemudian aku berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana seharusnya saya mengatur hartaku?" Sedikitpun beliau tidak menjawabnya, hingga turunlah ayat tentang waris: '{Mereka meminta fatwa kepadamu (wahai Muhammad) tentang kalalah (yaitu seseorang yang meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan anak), katakanlah, Allah lah yang memberi fatwa kepadamu tentang kalalah…}' [An-Nisa`: 176]. [Shahih Muslim]

6.      Kewajiban mengamalkan hukum waris yang Allah tetapkan.

Allah subhanahu wata’aalaa menyebutkan hikmah penetapan hukum kewarisan:

{آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا} [النساء: 11]

Orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. [An-Nisa': 11]

Ø  Setelah menyebutkan hukum kewarisan, Allah subhanahu wata’aalaa menutup dengan berfirman:

{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (13) وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ} [النساء: 13، 14]

Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan. [An-Nisa': 13-14]

7.      Hendaklah seseorang memperhatikan bagaimana hartanya dibagi setelah kematiannya.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Tidak berhak seorang muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan padanya, kemudian ia tidur dua malam kecuali wasiatnya telah tertulis di sisinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

8.      Sebaiknya orang tua meninggalkan anaknya dalam keadaan berkecukupan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا} [النساء: 9]

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. [An-Nisaa':9]

Ø  Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُوصِي بِمَالِي كُلِّهِ؟ قَالَ: «لاَ»، قُلْتُ: فَالشَّطْرُ، قَالَ: «لاَ»، قُلْتُ: الثُّلُثُ، قَالَ: «فَالثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ، إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ فِي أَيْدِيهِمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku". Beliau bersabda, "Jangan". Aku katakan, "Setengahnya" Beliau bersabda, "Jangan". Aku katakan lagi, "Sepertiganya". Beliau bersabda, "Ya, sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan mereka. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hadits Sa'ad bin Abi Waqqash; Bersedekah sepertiga harta

9.      Ulama sepakat bahwa Nabi boleh berijtihad dalam perkara yang tidak ada nashnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi ditanya tentang keutamaan keledai (dalam perang), maka beliau menjawab:

«لَمْ يُنْزَلْ عَلَيَّ فِيهَا شَيْءٌ إِلَّا هَذِهِ الآيَةُ الجَامِعَةُ الفَاذَّةُ: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} [الزلزلة: 7-8]» [صحيح البخاري ومسلم]

“Tidak turun wahyu kepadaku tentangnya kecuali ayat ini yang komplit dan tidak ada duanya: {Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula}. [Az-Zalzalah: 7-8] [Shahih Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (07): Logika yang tercela dan qiyas yang berlebihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...