بسم الله الرحمن الرحيم
Pendahuluan:
Perkara jiwa adalah suatu yang sangat
agung, oleh sebab itu Allah bersumpah dengannya dalam Al-Qur’an setelah
bersumpah dengan beberapa makhluk agung lainnya. Allah subhanahu wata'ala
berfirman:
{وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا
(1) وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (2) وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا (3) وَاللَّيْلِ
إِذَا يَغْشَاهَا (4) وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا (5) وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا
(6) وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا} [الشمس: 1 - 10]
Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi
bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam
apabila menutupinya (gelap gulita), demi langit serta pembinaannya (yang
menakjubkan), demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaan
(ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya. [Asy-Syams: 1-10]
Ø Dari Salman Al-Farisiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا»
"Sesungguhnya Rabbmu
mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu".
[Shahih Bukhari]
Hak jiwa bukanlah dengan ibadah yang
berlebihan atau mengikuti nafsunya, akan tetapi dengan menyucikannya dari
keburukan dan menjaganya dengan kebaikan secara wajar.
Kaidah pertama: Tauhid adalah pokok penyucian jiwa.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَوَيْلٌ
لِلْمُشْرِكِينَ (6) الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ
كَافِرُونَ} [فصلت: 6، 7]
Dan celakalah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menyucikan jiwa dan
mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat. (Fushilat: 6-7]
Ø Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika
menafsirkan kata {الزَّكَاةَ}
dalam ayat ini, berkata:
"هِيَ التَّوْحِيدُ
وَالْإِيمَانُ الَّذِي بِهِ يَزْكُو الْقَلْبُ فَإِنَّهُ يَتَضَمَّنُ نَفْيَ
إلَهِيَّةِ مَا سِوَى الْحَقِّ مِنْ الْقَلْبِ وَإِثْبَاتَ إلَهِيَّةِ الْحَقِّ
فِي الْقَلْبِ وَهُوَ حَقِيقَةٌ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ. وَهَذَا أَصْلُ مَا
تَزْكُو بِهِ الْقُلُوبُ". [مجموع الفتاوى (10/ 97)]
“Itu adalah tauhid dan iman yang menyucikan
hati, karena itu mengandung penolakan sesembahan selain Allah dalam hati, dan
menetapkan sesembahan yang hak dan itu adalah hakikat kalimat “laailaaha
illallah”, dan ini adalah pokok untuk menyucikan hati”. [Majmu’ Al-Fatawa
10/97]
Ø Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
قال أكثر المفسرين من السلف ومن بعدهم:
هى التوحيد: شهادة أن لا إله إلا الله، والإيمان الذى به يزكو القلب، فإنه يتضمن
نفى إلهية ما سوى الحق من القلب، وذلك طهارته، وإثبات إلهيته سبحانه؛ وهو أصل كل
زكاة ونماء. [إغاثة اللهفان من مصايد الشيطان (1/ 49)]
Kebanyakan ahli tafsir dari kalangan salaf
dan setelahnya berkata: Itu adalah tauhid, persaksian bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah, begitu pula keimanan yang
dengannya hati disucikan, karena mengandung penolakan segala sesembahan selain
Allah dari hati, dan itu adalah penyuciannya, kemudian menetapkan sesembahan
mutlak kepada Allah subhanah, dan ini adalah pokok penyucian dan pertumbuhan”.
[Igatsaul Lahfan]
Kaidah kedua: Do'a adalah pintu penyucian jiwa.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَوْلَا فَضْلُ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ
اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ} [النور: 21]
Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya
kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji
dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia
kehendaki. [An-Nur: 21]
Ø Zaid bin Arqam radhiyallahu
'anhu berkata:
Rasulullah ﷺ sering membaca ...
"اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ
مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا"
“Ya Allah .. berilah jiwaku ini
ketakwaannya, dan sucikanlah ia, Engkaulah yang paling baik untuk menyucikannya."
[Sahih Muslim]
Kaidah ketiga: Al-Qu'an adalah sumber dan pembimbing
dalam penyucian jiwa.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ
قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} [آل عمران: 164]
Sungguh Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang
Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan
Al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [Ali 'Imran:164]
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ
مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ
لِلْمُؤْمِنِينَ} [يونس: 57]
Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[Yunus:57]
Kaidah keempat: Nabi Muhammad adalah teladan dalam
penyucian jiwa.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا} [الأحزاب: 21]
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[Al-Ahzaab:21]
Ø Abdullah bin Mas 'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ
الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ ﷺ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فَابْتَعَثَهُ
بِرِسَالَتِهِ» [مسند أحمد: حسن]
“Sesungguhnya Allah melihat hati para
hamba, lalu Dia mendapati hati Muhammad ﷺ
sebagai sebaik-baik hati para hamba, lalu memilihnya untuk diri-Nya, Dia juga
mengutsnya dengan risalahNya". [Musnad Ahmad: Hasan]
Kaidah kelima: Menyucian jiwa dengan membersihkan
diri dari keburukan (takhliyah) kemudian mengisinya dengan kebaikan (tahliyah).
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ
بِهَا} [التوبة: 103]
Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka. [At-Taubah:
103]
Kalimat {تُطَهِّرُهُمْ} isyarat kepada takhliyah, sedangkan {وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا} isyarat kepada tahliyah.
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ
نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ،
وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي
ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [المطففين:
14]» [سنن الترمذي: حسنه
الألباني]
“Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan
satu kesalahan (dosa) akan diberi satu titik hitam pada hatinya, jika ia
meninggalkannya, beristigfar dan bertaubat hatinya dibersikan, dan jika ia
kembali melakukannya titik hitamnya ditambah sampai menutupi hatinya. Itulah
"Ar-Raan" yang disebutkan oleh Allah {Sekali-kali tidak
(demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka}.
(Al-Muthaffifiin:14)” [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Ø Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
«التَّزْكِيَةُ وَإِنْ كَانَ أَصْلُهَا
النَّمَاءُ وَالْبَرَكَةُ وَزِيَادَةُ الْخَيْرِ فَإِنَّمَا تَحْصُلُ بِإِزَالَةِ
الشَّرِّ؛ فَلِهَذَا صَارَ التَّزَكِّي يَجْمَعُ هَذَا وَهَذَا» [مجموع الفتاوى]
“Tazkiyah
sekalipun asalnya adalah pertumbuhan, keberkahan, dan tambahan kebaikan, namun
ia juga diraih dengan menghilangkan keburukan. Sehingga penyucian itu
menggabungkan antara ini dan itu”. [Majmu’ Al-Fatawa]
Kaidah keenam: Menjauhkan diri dari segala yang bisa
menyebabkan rusaknya jiwa.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا
فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ
فُرُوجَهُنَّ} [النور: 30، 31]
Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya". [An-Nuur: 30 - 31]
Ø Syekh As-Sa’diy rahimahullah berkata:
"إنّ مَن حفظ فرجَه
وبصرَه، طهرَ مِن الخبث الذي يتدنّس به أهل الفواحش، وزكت أعماله، بسبب تركِ المحرّم،
الذي تطمع إليه النفس وتدعو إليه، فمَن ترك شيئا لله، عوّضه الله خيرا منه" [تفسير السعدي]
“Sesungguhnya orang yang menjaga kemaluan
dan pandangannya akan bersih dari kotoran yang mengotori pelaku maksiat,
menyucikan amalannya disebabkan karena meninggalkan yang haram yang mana jiwa
cenderung dan mengajak kepadanya. Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,
maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari itu”. [Tafsir As-Sa’diy]
Ø Dari Nawwas bin Sam'an radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ، فِيهِمَا
أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ
الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ: أَيُّهَا النَّاسُ، ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا،
وَلَا تَتَعَرَّجُوا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ
يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ، قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ،
فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ، وَالسُّورَانِ:
حُدُودُ اللَّهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ: مَحَارِمُ اللَّهِ، وَذَلِكَ
الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ: كِتَابُ اللَّهِ، وَالدَّاعِي مِنِ فَوْقَ
الصِّرَاطِ: وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ " [مسند أحمد: صحيح]
"Allah memberikan perumpamaan berupa
jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding.
Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di
atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan
terdapat penyeru yang berkata, 'Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua
ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.' Sementara di bagian
dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki
Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di
sampingnya, maka ia berkata, 'Celaka kamu, jangan sekali-kali kamu membukanya.
Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk kedalamnya.' Ash Shirath itu
adalah Al-Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah ta'ala.
Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah kitabullah (Al-Qur'an) 'Azza
wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah
(naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang muslim." [Musnad Ahmad:
Shahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ» [سنن ابن
ماجه: صحيح]
“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah
meninggalkan apa yang tidak penting baginya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Kaidah ketujuh: Selalu mengingat kematian dan
perjumpaan dengan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ» [سنن الترمذي: هذا
حديث حسن]
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus
kenikmatan", yaitu kematian. [Sunan At-Tirmidziy: Hasan]
Ø Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata:
«لَوْ فَارَقَ ذِكْرُ
الْمَوْتِ قَلْبِي خَشِيتُ أَنْ يَفْسُدَ عَلَيَّ قَلْبِي» [الزهد لأحمد بن حنبل]
“Kalau hatiku lepas dari mengingat mati
maka aku khawatir itu akan merusak hatiku”. [Az-Zuhd karya imam Ahmad]
Kaidah kedelapan: Memilih teman bergaul dan sahabat
yang baik.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ
زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ
ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا} [الكهف: 28]
Dan bersabarlah engkau (Muhammad)
bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap
keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti
keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas. [Al-Kahf: 28]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِلُ» [سنن أبى داود: حسنه الألباني]
"Seseorang itu dipengaruhi oleh
perilaku orang yang dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa
yang ia cintai". [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ
وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ
تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ
الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Perumpamaan teman yang shalih dengan teman
yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual
minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau
kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar
bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Kaidah kesembilan: Waspada terhadap sikap 'ujub dan
bangga terhadap diri sendiri.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci (memuji diri sendiri), Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa. [An-Najm:32]
Ø Aisyah radhiyallahu 'anha -istri Rasulullah ﷺ berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah
tentang ayat ini {وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا
وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ}”Dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut", apakah mereka yang dimaksud
adalah peminum khamar dan pencuri?
Rasulullah ﷺ menjawab:
«لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ
وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ
{أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ}» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Bukan wahai putri As-Siddiq,
akan tetapi mereka adalah orang yang puasa puasa, salat, dan sedekah, dan
mereka takut ibadah mereka tidak diterima, {Mereka itu adalah orang-orang
bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan}". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Abu Bakr radhiyallahu 'anhu bertanya kepada
Rasulullah ﷺ: Ajarkan aku do'a
yang aku baca dalam shalatku. Rasulullah ﷺ menjawab: Katakan ...
"اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ"
"Ya Allah .. sesungguhnya aku
telah mendzalimi diriku dengan kedzaliman yang banyak, dan tidak ada yang
mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari
sisi-Mu, dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkaulah yang maha Pengampun dan
Pengasih." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Kaidah kesepuluh: Mengenal macam-macam jiwa.
Allah ‘azza wajalla menyebutkan tiga
keadaan jiwa dalam Al-Qur’an:
1. Jiwa yang tenteram dan tenang.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد:
28]
Orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra'd: 28]
{يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
(27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
(29) وَادْخُلِي جَنَّتِي} [الفجر: 27 - 30]
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam
golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. [Al-Fajr: 27 - 30]
2. Jiwa yang selalu menyesali
dirinya sendiri. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ} [القيامة: 2]
Dan Aku bersumpah demi jiwa yang selalu
menyesali (dirinya sendiri). [Al-Qiyamah: 2]
3. Jiwa yang selalu mendorong kepada
kejahatan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ} [يوسف: 53]
Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Yusuf: 53]
Penutup:
Para salaf mengingatkan akan pentingnya
menjaga jiwa dan menyucikannya setiap saat sebelum ajal menjemput:
Ø Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu berkata:
" اعْلَمُوا عِبَادَ
اللَّهِ أَنَّكُمْ تَغْدُونَ وَتَرُوحُونَ فِي أَجَلٍ قَدْ غُيِّبَ عَنْكُمْ
عِلْمُهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْقَضِيَ الْآجَالُ وَأَنْتُمْ فِي عَمَلِ
اللَّهِ فَافْعَلُوا، وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا ذَلِكَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَسَابِقُوا
فِي مَهَلٍ آجَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تَنْقَضِيَ آجَالُكُمْ فَيَرُدَّكُمْ إِلَى
أَسْوَأِ أَعْمَالِكُمْ، فَإِنَّ أَقْوَامًا جَعَلُوا آجَالَهُمْ لِغَيْرِهِمْ
وَنَسُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَنْهَاكُمْ أَنْ تَكُونُوا أَمْثَالَهُمْ فَالْوَحَاءَ
الْوَحَاءَ، وَالنَّجَاءَ النَّجَاءَ، فَإِنَّ وَرَاءَكُمْ طَالِبًا حَثِيثًا
مَرُّهُ سَرِيعٌ " [مصنف ابن أبي شيبة]
Ketahuilah wahai hamba Allah, sesungguhnya
kalian di pagi hari dan di sore hari berada pada umur yang telah dirahasiakan
ilmunya kepada kalian. Jika kalian mampu melalui umur ini dalam keadaan beramal
karena Allah maka lakukanlah. Dan kalian tidak mampu melakukan itu kecuali atas
pertolongan Allah. Maka segeralah beramal di masa umur kalian sebelum berakhir
sehingga kalian dikembalikan dengan amalan terburuk kalian. Karena satu kaum
menjadikan umurnya untuk orang lain, dan lupa pada diri sendiri. Aku larang
kalian meniru mereka, maka segeralah dan raihlah keselamatan. Karena di
belakang kalian ada yang mengintai kalian yang teliti dan sangat cepat
berjalan". [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Ø Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu berkata:
"حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ، وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ
يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا " [سنن
الترمذي: معلق]
“Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum
kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang
Mahaagung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang
selalu menghisab dirinya ketika di dunia." [Sunan Tirmidziy: Mu'allaq]
Ø Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu berkata:
"ابْنَ آدَمَ!
اعْلَمْ أَنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِلَ بِكَ لَمْ يَزَلْ يُخْلِفُكَ
وَيَتَخَطَّى إِلَى غَيْرِكَ مُذْ أَنْتَ فِي الدُّنْيَا، وَكَأَنَّهُ قَدْ
تَخَطَّى غَيْرَكَ إِلَيْكَ وَقَصَدَكَ؛ فَخُذْ حِذْرَكَ وَاسْتَعِدَّ لَهُ، وَلَا
تَغْفَلْ؛ فَإِنَّهُ لَا يَغْفَلُ عَنْكَ، وَاعْلَمِ ابْنَ آدَمَ إِنْ غَفِلْتَ
عَنْ نَفْسِكَ وَلَمْ تَسْتَعِدَّ لَهَا؛ لَمْ يَسْتَعِدَّ لَهَا غَيْرُكَ، وَلَا
بُدَّ مِنْ لِقَاءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ فَخُذْ لِنَفْسِكَ وَلَا تَكِلْهَا إِلَى
غَيْرِكَ" [المجالسة وجواهر العلم]
Wahai anak cucu Adam, ketahuilah
seseungguhnya malaikat kematian yang diwakilkan kepadamu tidak pernah
meninggalkanmu dan berpaling kepada selainnya sejak engkau lahir di dunia,
seolah-olah ia telah melewati selainmu untuk mendatangimu. Maka berhati-hatilah
dan bersiapkan untuknya, dan jangan lalai karena ia tidak pernah lalai darimu.
Dan ketahuilah wahai anak cucu Adam, jika engkau lalai dari dirimu dan tidak
bersiap untuk kematian maka tidak ada orang lain yang memepersiapkannya
untukmu, dan mesti akan berjumpa dengan Allah 'azza wajalla. Maka jaga dirimu
sendiri dan serahkan kepada orang lain". [Al-Mujalasah wa Jawahirul ‘ilm]
Ø Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:
" إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ
عَلَيْكُمُ اثْنَتَيْنِ: اتِّبَاعُ الْهَوَى، وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا اتِّبَاعُ
الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي
الْآخِرَةَ، وَارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ
مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ
الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا
حِسَابٌ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ " [الزهد للمعافى بن
عمران الموصلي]
"Sesungguhnya diantara yang
aku khawatirkan pada kalian adalah dua hal: Mengikuti hawa nafsu dan panjang
angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu maka itu akan menghalangi dari
kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan melupakan akhirat. Dunia pergi
menjauh dan akhirat datang mendekat, dan masing-masing keduanya punya pengikut,
maka jadilah pengikut akhirat dan janganlah menjadi pengikut dunia, hari ini
adalah waktu beramal dan tidak ada perhitungan, sedangkan besok (di akhirat)
adalah perhitungan dan tidak ada lagi waktu beramal". [Az-Zuhd karya
Al-Mu'afaa]
Ø Maimun bin Mihran rahimahulah berkata:
«لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا
يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ» [سنن
الترمذي: معلق]
“Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga
dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan
makan dan pakaiannya." [Sunan Tirmidziy: Mu'allaq]
Wallahu a’lam!
Referensi:
كتاب عشر قواعد في تزكية النفس للشيخ عبد الرزاق بن عبد المحسن البدر حفظه الله تعالى
Lihat juga: 10 sebab kelapangan hati menurut syekh Abdurrazaq Al-Badr - Sebab-sebab hati menjadi tenang - Sebab-sebab kelapangan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...