Kamis, 23 Maret 2023

Sebab-sebab hati menjadi tenang

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketenangan hati adalah nikmat.

Dari seorang sahabat Nabi -radhiyallahu 'anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Keutamaan hati yang tenang.

Diantaranya:

1)      Mengokohkan keimanan (istiqamah).

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). [Al-Fath:4]

{مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ} [النحل: 106]

Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). [An-Nahl: 106]

Lihat: Sebab kokohnya aqidah salaf

2)      Mendorong kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.

Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah bersabda:

«أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْب»

"Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh tubuhnya juga akan baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga akan rusak, sesungguhnya ia adalah HATI". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat

3)      Mendapatkan ridha Allah dan termasuk dalam golongan hamba Allah penghuni surga.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي} [الفجر: 27 - 30]

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. [Al-Fajr: 27 - 30]

Lihat: Amalan menuju surga dalam Al-Qur'an

Dua macam ketenangan hati:

a.      Ketenagan yang hakiki.

b.      Ketenagan yang semu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ} [الحج: 11]

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [tidak dengan penuh keyakinan]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang [kembali kafir lagi]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [Al-Hajj:11]

{إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [يونس: 7، 8]

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. [Yunus: 7 - 8]

Sebab-sebab hati menjadi tenang.

Diantaranya:

1.      Mentauhidkan Allah ‘azza wajalla.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ} [الأنعام: 81 - 82]

Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam: 82]

Lihat: Keutamaan Tauhid

2.      Bergantung hanya kepada Allah ‘azza wajalla.

 Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} [الطلاق: 3]

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. [Ath-Thalaq: 3]

Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah

3.      Mengikhlaskan amal karena Allah ta’aalaa.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Barangsiapa yang mencari ridha Allah sekalipun dibenci oleh manusia maka Allah akan memberinya kecukupan dari pemberian manusia, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia sekalipun dibenci oleh Allah maka Allah akan membebankan segala urusannya kepada manusia". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Dalam riwayat lain:

«مَنِ الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ، سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ»

"Barangsiapa yang mencari Ridha Allah sekalipun berakibat mendapatkan kemarahan manusia, maka Allah akan meridhainya, dan akan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka pula kepadanya." [Shahih Ibnu Hibban]

Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (01) Ikhlash

4.      Senantiasa berdzikir, istigfar, shalawat, baca Al-Qur’an, dan beribadah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra’d: 28]

Ø  Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ» [صحيح البخاري]

Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang yang tidak mengingat Tuhannya, seperti orang hidup dan orang mati". [Sahih Bukhari]

Lihat: Keutamaan zikir

5.      Senantiasa merasakan kebersamaan Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا} [التوبة: 40]

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya. [At-Taubah: 40]

Ø  Abu Bakr radliallahu 'anhu berkata; "Aku berkata kepada Nabi saat berada di gua; "Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya pasti dia melihat kita".

Maka beliau berkata:

«مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا»

"Bagaimana menurutmu wahai Abu Bakr, jika ada dua orang, dan Allah yang ketiganya?". [Shahih Bukhari dan Muslim]

6.      Memperhatikan tanda-tanda Kebesaran dan Kemaha-kuasan Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي} [البقرة: 260]

Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). [Al-Baqarah: 260]

Ø  Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«نَحْنُ أَحَقُّ بِالشَّكِّ مِنْ إِبْرَاهِيمَ»، إِذْ قَالَ: {رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي المَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي} [البقرة: 260] [صحيح البخاري]

"Aku lebih berhak untuk ragu daripada Ibrahim 'alaihissalam ketika ia berkata, {"Wahai Tuhanku perlihatkanlah kepada saya bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang telah mati, " Allah berfirman, "Apakah kamu tidak beriman?" Ibrahim berkata, "Tentu aku telah beriman, hanya agar hatiku lebih mantap."}” [Shahih Bukhari]

7.      Yakin dengan takdir yang telah Allah ta’aalaa tetapkan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ} [التغابن: 11]

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [At-Tagabun: 11]

{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 216]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [Al-Baqarah: 216]

Ø  Hatim Al-Asham (237H) rahimahullah ditanya: Atas dasar apa engkau menjalani urusanmu?

Hatim menjawab: Atas dasar tawakkal. Aku menjalani urusanku atas 4 perkara:

"عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لا يَأْكُلُهُ غَيْرِي؛ فَاطْمَأَنَّتْ نَفْسِي، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لا يَعْمَلُهُ غَيْرِي؛ فَلَمْ أَشْتَغِلْ لِغَيْرِهِ، وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَأْتِينِي بَغْتَةً؛ فَأَنَا أُبَادِرُهُ، وَعَلِمْتُ أَنِّي لا أَخْلُو مِنْ عَيْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ ما كنت؛ فأنا مستحيي مِنْهُ". [المجالسة وجواهر العلم]

“Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah jiwaku. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang lain, maka akupun tidak disibukkan dengan selainnya. Aku tahu bahwa kematian akan datang tiba-tiba, maka segera aku menyiapkannya. Dan aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pantauan Allah, maka aku akan merasa malu kepadaNya”. [Al-Mujalasah wa Jawahir Al-'Ilmi]

Lihat: Manfaat beriman kepada takdir

8.      Mensyukuri nikmat Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ} [آل عمران: 126] [الأنفال: 10]

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. [Ali ‘Imran: 126]

{قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا} [المائدة: 113]

Mereka (Al-Hawariyun) berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami, ...". [Al-Maidah: 113]

{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [An-Nahl:112]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: حسن]

"Terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang terkaya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

9.      Mengingat kematian dan hari akhrat.

Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah -shallallahu 'alahi wasallam- tidur di atas tikar lalu beliau bangun, tikar itu membekas di lambung beliau, kami berkata: Andai kami membuatkan hamparan lunak untuk anda!

Beliau bersabda:

«مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا»

"Apa urusanku dengan dunia, aku di dunia tidak lain seperti pengendara yang bernaung di bawah pohon setelah itu pergi dan meninggalkannya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Ad-Daqqaq rahimahullah berkata:

" من أكثر ذكر الموت أُكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة. ومن نسيه عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة "

“Orang yang banyak mengingat mati akan diberi tiga hal: Segera bertaubat, kepuasan hati, dan semangat beribadah. Dan orang yang melupakan kematian akan dihukum dengan tiga hal: Menunda-nunda taubat, tidak ridha dengan yang cukup, dan malas beribadah”.

Lihat: Keutamaan banyak mengingat mati

10.  Tidak terlena dengan kenikmatan dunia.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ} [التوبة: 58]

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. [At-Taubah: 58]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallhu 'alaihi wasallam- bersabda:

«تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ»

"Binasalah hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak diberi maka ia mencela. Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia tidak akan terlepas darinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 01; Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat

11.  Menghadiri majlis ilmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]

"Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di sisi-Nya". [Shahih Muslim]

Ø  Imam Muslimrahimahullah- menyebutkan dalam Shahihnya kitab Imam satu bab yang diberi judul:

"بَابُ زِيَادَةِ طُمَأْنِينَةِ الْقَلْبِ بِتَظَاهُرِ الْأَدِلَّةِ"

“Bab bertambahnya ketenangan hati dengan nampaknya dalil-dalil dengan jelas”

Kemudian beliau menyebutkan hadits Abi Hurairah ketika Nabi mengomentari permintaan Nabi Ibrahim untuk diperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan orang mati untuk menenangkan hatinya.

Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama

12.  Menjahui maksiat dan penyakit-penyakit hati.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ} [الصف: 5]

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. [Ash-Shaff: 5]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}»

“Sesungguhnya seorang mu'min jika melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih. Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah. Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya: {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka}". [Al-Muthaffifin: 14] [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

Ø  An-Nawwaas bin Sim'aan Al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan keburukan, dan Rasulullah menjawab:

«الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ» [صحيح مسلم]

“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”. [Sahih Muslim]

Ø  Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah :

أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ»، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ، نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: «هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Manusia bagaimanakah yang paling mulia?" Beliau menjawab, "Semua yang hatinya bersih dan lisan (ucapannya) benar." Mereka berkata, "Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersih?" Beliau bersabda, "Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan kedzaliman padanya, serta kedengkian dan hasad." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Lihat: Akibat Maksiat

13.  Jujur dan tidak berdusta.

Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ»

"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta

14.  Duduk bersama orang-orang shalih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda: Allah berkata:

" هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Mereka (ahli dzikir/ilmu) adalah teman duduk yang tidak merugikan temannya (yang duduk bersamanya)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

15.  Menjauhi fitnah wanita.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب: 53]

Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (kaum wanita), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [Al-Ahzaab:53]

Ø  Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah bersabda:

«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»

"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Shahih Bukhari]

Lihat: Godaan wanita

16.  Menjaga keharmonisan keluarga.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} [الروم: 21]

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [Ar-Ruum: 21]

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ» [صحيح ابن حبان]

"Empat perkara yang membawa kebahagian yaitu: Isteri Shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan kenderaan yang menyenangkan. Dan empat perkara yang membawa kesengsaraan yaitu: Tetangga yang buruk sifatnya, isteri yang buruk akhlaknya, tempat tinggal yang sempit, dan kenderaan yang buruk". [Shahih Ibnu Hibban]

Lihat: Berjuang bersama keluarga menuju surga

17.  Berdo’a kepada Allah agar diberi hati yang tenang dan dijauhkan dari hati yang buruk.

Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata; Do'a Rasulullah yang paling sering adalah:

«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu".

Ummu Salamah berkata; wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa: "YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA"

Beliau berkata:

«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ»

"Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara jari-jari Allah, barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan meluruskannya dan barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan membelokkannya." [Sunan Tirmidzi: Shahih]

Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah benyak berdo'a dengan membaca ..

«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ»

"Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu"

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah kami beriman kepadamu dan apa yang engkau emban, apakah engkau mengkhawatirkan kami?

Rasulullah menjawab:

«نَعَمْ، إِنَّ القُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ»

"Iya, sesungguhnya hati manusia berada di antara dua jari dari jari-jari Allah azza wajalla, Ia membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah sering mengucapkan do'a ini ...

«رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ، وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ، وَأَجِبْ دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ وَسَدِّدْ لِسَانِيْ، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِيْ»

"Ya Tuhan-ku .. terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah do'aku, kuatkanlah argumenku, tunjukilah hatiku, tepatkanlah ucapanku, cabutlah kedengkian hatiku." [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  Syakal bin Humaid datang kepada Nabi dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku perlindungan yang aku gunakan untuk berlindung!

Syakal berkata: Kemudian beliau memegang pundakku dan berkata:

" قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي " يَعْنِي فَرْجَهُ [سنن الترمذي: صحيح]

"Ucapkanlah; (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan telingaku, dari keburukan mataku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari keburukan kemaluanku). [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Do'a kesusahan dan kesedihan

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Sebab-sebab kelapangan hati - Nasehat Ibrahim bin Adham; Sepuluh penyebab hati mati - Sifat hati yang baik dan yang buruk dalam Al-Qur’an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...