بسم الله الرحمن الرحيم
Ketenangan hati adalah
nikmat.
Dari
seorang sahabat Nabi -radhiyallahu 'anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى
خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ» [سنن ابن
ماجه: صحيح]
"Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang
yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari
kenikmatan." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Keutamaan hati yang
tenang.
Diantaranya:
1) Mengokohkan
keimanan (istiqamah).
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي
قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]
Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). [Al-Fath:4]
{مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ
إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ} [النحل: 106]
Barangsiapa
yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah),
kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman
(dia tidak berdosa). [An-Nahl:
106]
Lihat: Sebab kokohnya aqidah salaf
2) Mendorong
kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Dari An-Nu'man
bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ
الْقَلْب»
"Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka
seluruh tubuhnya juga akan baik, dan jika ia rusak maka seluruh tubuhnya juga
akan rusak, sesungguhnya ia adalah HATI". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat
3) Mendapatkan
ridha Allah dan termasuk dalam golongan hamba Allah penghuni surga.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى
رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي
جَنَّتِي} [الفجر: 27 - 30]
Wahai
jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan
diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke
dalam surga-Ku. [Al-Fajr: 27 -
30]
Lihat: Amalan menuju surga dalam Al-Qur'an
Dua macam ketenangan
hati:
a. Ketenagan
yang hakiki.
b. Ketenagan
yang semu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ
عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ
فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ
الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ} [الحج: 11]
Dan
di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [tidak
dengan penuh keyakinan]; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang
[kembali kafir lagi]. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata.
[Al-Hajj:11]
{إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا
وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ
آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ} [يونس: 7، 8]
Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami,
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan
itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. [Yunus: 7 - 8]
Sebab-sebab hati
menjadi tenang.
Diantaranya:
1. Mentauhidkan
Allah ‘azza wajalla.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ
أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ
الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم
مُّهْتَدُونَ} [الأنعام: 81 - 82]
Bagaimana aku takut kepada
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak
mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak
menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara
dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika
kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam: 82]
Lihat: Keutamaan Tauhid
2. Bergantung
hanya kepada Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} [الطلاق:
3]
Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. [Ath-Thalaq:
3]
Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
3. Mengikhlaskan
amal karena Allah ta’aalaa.
Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«مَنِ التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ
مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ
اللَّهُ إِلَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Barangsiapa yang mencari ridha Allah sekalipun dibenci oleh manusia maka
Allah akan memberinya kecukupan dari pemberian manusia, dan barangsiapa yang
mencari ridha manusia sekalipun dibenci oleh Allah maka Allah akan membebankan
segala urusannya kepada manusia". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø
Dalam riwayat lain:
«مَنِ
الْتَمَسَ رِضَا اللهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَرْضَى عَنْهُ
النَّاسُ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ، سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ
وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسُ»
"Barangsiapa
yang mencari Ridha Allah sekalipun berakibat mendapatkan kemarahan manusia,
maka Allah akan meridhainya, dan akan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan
barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan
kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka
pula kepadanya." [Shahih Ibnu Hibban]
Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (01) Ikhlash
4. Senantiasa
berdzikir, istigfar, shalawat, baca Al-Qur’an, dan beribadah.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ} [الرعد: 28]
Orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. [Ar-Ra’d: 28]
Ø Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَثَلُ الَّذِي
يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ» [صحيح البخاري]
“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang
yang tidak mengingat Tuhannya, seperti orang hidup dan orang mati". [Sahih
Bukhari]
Lihat: Keutamaan zikir
5. Senantiasa merasakan
kebersamaan Allah ta’aalaa.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ
إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ
سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا} [التوبة:
40]
Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya
kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya. [At-Taubah: 40]
Ø Abu Bakr radliallahu 'anhu berkata; "Aku
berkata kepada Nabi ﷺ saat
berada di gua; "Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah
kedua kakinya pasti dia melihat kita".
Maka
beliau berkata:
«مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا»
"Bagaimana menurutmu wahai Abu Bakr, jika ada dua orang, dan Allah yang
ketiganya?". [Shahih Bukhari dan Muslim]
6. Memperhatikan
tanda-tanda Kebesaran dan Kemaha-kuasan Allah ta’aalaa.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ
الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي} [البقرة: 260]
Dan
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:
"Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). [Al-Baqarah: 260]
Ø Abu Hurairah radhiallahu'anhu
berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
«نَحْنُ
أَحَقُّ بِالشَّكِّ مِنْ إِبْرَاهِيمَ»، إِذْ قَالَ: {رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ
تُحْيِي المَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ
قَلْبِي} [البقرة:
260] [صحيح البخاري]
"Aku lebih berhak untuk ragu daripada
Ibrahim 'alaihissalam ketika ia berkata, {"Wahai Tuhanku
perlihatkanlah kepada saya bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang telah
mati, " Allah berfirman, "Apakah kamu tidak beriman?" Ibrahim
berkata, "Tentu aku telah beriman, hanya agar hatiku lebih mantap."}”
[Shahih Bukhari]
7. Yakin dengan
takdir yang telah Allah ta’aalaa tetapkan.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ} [التغابن: 11]
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. [At-Tagabun: 11]
{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
[البقرة: 216]
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.
[Al-Baqarah: 216]
Ø Hatim Al-Asham (237H) rahimahullah ditanya: Atas dasar apa engkau menjalani
urusanmu?
Hatim
menjawab: Atas dasar tawakkal. Aku menjalani urusanku atas 4 perkara:
"عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لا يَأْكُلُهُ غَيْرِي؛ فَاطْمَأَنَّتْ
نَفْسِي، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لا يَعْمَلُهُ غَيْرِي؛ فَلَمْ أَشْتَغِلْ
لِغَيْرِهِ، وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَأْتِينِي بَغْتَةً؛ فَأَنَا أُبَادِرُهُ،
وَعَلِمْتُ أَنِّي لا أَخْلُو مِنْ عَيْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ ما كنت؛
فأنا مستحيي مِنْهُ". [المجالسة وجواهر العلم]
“Aku
tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah jiwaku. Aku
tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang lain, maka akupun tidak disibukkan
dengan selainnya. Aku tahu bahwa kematian akan datang tiba-tiba, maka segera
aku menyiapkannya. Dan aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pantauan
Allah, maka aku akan merasa malu kepadaNya”. [Al-Mujalasah wa Jawahir Al-'Ilmi]
Lihat: Manfaat beriman kepada takdir
8. Mensyukuri
nikmat Allah ta’aalaa.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ
وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ} [آل عمران: 126] [الأنفال: 10]
Dan Allah
tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira
bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. [Ali ‘Imran: 126]
{قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا}
[المائدة: 113]
Mereka
(Al-Hawariyun) berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya
tenteram hati kami, ...".
[Al-Maidah: 113]
{وَضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا
رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ
لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ} [النحل: 112]
Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya
datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
[An-Nahl:112]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah ﷺ
bersabda:
«ارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ
أَغْنَى النَّاسِ» [سنن الترمذي: حسن]
"Terimalah
pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang terkaya." [Sunan
Tirmidziy: Hasan]
9. Mengingat
kematian dan hari akhrat.
Abdullah
bin Mas'ud -radhiyallahu
'anhu- berkata: Rasulullah -shallallahu 'alahi wasallam- tidur di
atas tikar lalu beliau bangun, tikar itu membekas di lambung beliau, kami
berkata: Andai kami membuatkan hamparan lunak untuk anda!
Beliau
bersabda:
«مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي
الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا»
"Apa urusanku dengan dunia, aku di dunia tidak
lain seperti pengendara yang bernaung di bawah pohon setelah itu pergi dan
meninggalkannya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Ad-Daqqaq rahimahullah berkata:
"
من أكثر ذكر الموت أُكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة.
ومن نسيه عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في
العبادة "
“Orang
yang banyak mengingat mati akan diberi tiga hal: Segera bertaubat, kepuasan
hati, dan semangat beribadah. Dan orang yang melupakan kematian akan dihukum
dengan tiga hal: Menunda-nunda taubat, tidak ridha dengan yang cukup, dan malas
beribadah”.
Lihat: Keutamaan banyak mengingat mati
10. Tidak
terlena dengan kenikmatan dunia.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا
مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ} [التوبة:
58]
Dan di antara mereka ada
orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian
dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian
dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. [At-Taubah: 58]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallhu
'alaihi wasallam- bersabda:
«تَعِسَ عَبْدُ
الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ
وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ»
"Binasalah
hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak
diberi maka ia mencela. Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia
tidak akan terlepas darinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 01; Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat
11. Menghadiri
majlis ilmu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
"Tidaklah satu kaum
berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca kitabullah
(Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah menurunkan kepada
mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan malaikat mengerumungi mereka
dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di sisi-Nya". [Shahih
Muslim]
Ø Imam Muslim –rahimahullah-
menyebutkan dalam Shahihnya kitab Imam satu bab yang diberi judul:
"بَابُ زِيَادَةِ طُمَأْنِينَةِ الْقَلْبِ بِتَظَاهُرِ
الْأَدِلَّةِ"
“Bab bertambahnya ketenangan hati dengan nampaknya dalil-dalil
dengan jelas”
Kemudian beliau menyebutkan hadits Abi Hurairah ketika Nabi mengomentari
permintaan Nabi Ibrahim untuk diperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan orang
mati untuk menenangkan hatinya.
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
12. Menjahui
maksiat dan penyakit-penyakit hati.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ} [الصف: 5]
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran),
Allah memalingkan hati mereka. [Ash-Shaff: 5]
Ø Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي
قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ،
زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ
رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}»
“Sesungguhnya seorang mu'min
jika melakukan suatu dosa akan menjadi titik hitam dalam hatinya. Namun jika ia
bertaubat, lalu meninggalkannya, dan minta ampunan maka hatinya menjadi bersih.
Akan tetapi jika ia menambah dosanya, maka titik hitam itupun akan bertambah.
Itulah yang dinamakan "Ar-Raan" sebagaimana yang disebutkan Allah
dalam kitab-Nya: {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan (maksiat) itu menutupi hati mereka}". [Al-Muthaffifin:
14] [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Ø
An-Nawwaas bin Sim'aan Al-Anshary radhiyallahu
'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullahﷺ tentang kebaikan dan
keburukan, dan Rasulullah menjawab:
«الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ،
وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ» [صحيح مسلم]
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu
yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain
mengetahuinya”. [Sahih Muslim]
Ø Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ:
أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ
اللِّسَانِ»، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ، نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟
قَالَ: «هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا
غِلَّ، وَلَا حَسَدَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Manusia bagaimanakah yang paling mulia?" Beliau menjawab,
"Semua yang hatinya bersih dan lisan (ucapannya) benar."
Mereka berkata, "Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah
maksud dari hati yang bersih?" Beliau bersabda, "Hati yang bertakwa
dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan kedzaliman padanya, serta kedengkian dan
hasad." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Lihat: Akibat Maksiat
13. Jujur dan
tidak berdusta.
Dari Al-Hasan
bin Ali radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ
طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ»
"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena
kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
14. Duduk
bersama orang-orang shalih.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda: Allah
berkata:
" هُمُ الجُلَسَاءُ
لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Mereka
(ahli dzikir/ilmu) adalah teman duduk yang tidak merugikan temannya (yang duduk
bersamanya)". [Sahih Bukhari dan Muslim]
15. Menjauhi
fitnah wanita.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ
حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب:
53]
Dan
apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (kaum wanita), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan
hati mereka. [Al-Ahzaab:53]
Ø Dari Usamah bin Zaid
radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ
النِّسَاءِ»
"Aku tidak meninggalkan fitnah (cobaan) setelah aku meninggal lebih
berbahaya bagi laki-laki dari cobaan wanita." [Shahih Bukhari]
Lihat: Godaan wanita
16. Menjaga
keharmonisan keluarga.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} [الروم: 21]
Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [Ar-Ruum: 21]
Ø
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ،
وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ،
وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ،
وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ» [صحيح ابن حبان]
"Empat perkara yang membawa kebahagian
yaitu: Isteri Shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan
kenderaan yang menyenangkan. Dan empat perkara yang membawa kesengsaraan yaitu:
Tetangga yang buruk sifatnya, isteri yang buruk akhlaknya, tempat tinggal yang
sempit, dan kenderaan yang buruk". [Shahih Ibnu Hibban]
Lihat: Berjuang bersama keluarga menuju surga
17. Berdo’a
kepada Allah agar diberi hati yang tenang dan dijauhkan dari hati yang buruk.
Ummu Salamah radhiyallahu 'anha berkata; Do'a Rasulullah ﷺ
yang paling sering
adalah:
«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku di atas agamaMu".
Ummu Salamah berkata; wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa:
"YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA"
Beliau berkata:
«يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ
أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ»
"Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang
manusia pun melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara jari-jari
Allah, barang siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan meluruskannya dan barang
siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan membelokkannya." [Sunan Tirmidzi:
Shahih]
Ø Anas radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah ﷺ benyak berdo'a dengan
membaca ..
«يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ»
"Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah
hatiku di atas agama-Mu"
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah kami beriman kepadamu dan apa yang
engkau emban, apakah engkau mengkhawatirkan kami?
Rasulullah menjawab:
«نَعَمْ، إِنَّ القُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ
يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ»
"Iya, sesungguhnya hati manusia berada di antara dua
jari dari jari-jari Allah azza wajalla, Ia membolak-balikkannya sesuai
kehendak-Nya". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata: Rasulullah ﷺ sering mengucapkan
do'a ini ...
«رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ، وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ، وَأَجِبْ
دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ وَسَدِّدْ لِسَانِيْ،
وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِيْ»
"Ya Tuhan-ku .. terimalah
taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah do'aku, kuatkanlah argumenku, tunjukilah
hatiku, tepatkanlah ucapanku, cabutlah kedengkian hatiku." [Sunan Abi
Daud: Sahih]
Ø Syakal bin
Humaid datang
kepada Nabi ﷺ dan berkata: Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku perlindungan
yang aku gunakan untuk berlindung!
Syakal berkata: Kemudian beliau memegang pundakku dan berkata:
" قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي،
وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ
مَنِيِّي " يَعْنِي فَرْجَهُ [سنن الترمذي: صحيح]
"Ucapkanlah; (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
keburukan telingaku, dari keburukan mataku, dari keburukan lisanku, dari
keburukan hatiku, dan dari keburukan kemaluanku). [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Do'a kesusahan dan kesedihan
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Sebab-sebab kelapangan hati - Nasehat Ibrahim bin Adham; Sepuluh penyebab hati mati - Sifat hati yang baik dan yang buruk dalam Al-Qur’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...