بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
"بَاب:
مَنْ رَأَى تَرْكَ النَّكِيرِ مِنَ النَّبِيِّ ﷺ حُجَّةً، لَا مِنْ غير الرسول"
“Bab: Orang yang berpendapat bahwa tidak adanya penginkaran
dari Nabi ﷺ adalah hujjah, tidak dari selain Rasul”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwah diamnya Nabi ﷺ terhadap suatu perkara yang terjadi di masanya adalah hujjah/dalil bahwa perkara itu sesuatu yang boleh dan tidak terlarang.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
"أَقْبَلْتُ
رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ
الِاحْتِلاَمَ، وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُصَلِّي بِمِنًى إِلَى غَيْرِ جِدَارٍ،
فَمَرَرْتُ بَيْنَ يَدَيْ بَعْضِ الصَّفِّ، وَأَرْسَلْتُ الأَتَانَ تَرْتَعُ،
فَدَخَلْتُ فِي الصَّفِّ، فَلَمْ يُنْكَرْ ذَلِكَ عَلَيَّ" [صحيح البخاري
ومسلم]
“Aku datang dengan mengendarai keledai betina, waktu itu aku
hampir memasuki masa balig, dan Rasulullah ﷺ sedang shalat di Mina tidak menghadap tembok. Maka aku berlalu
di hadapan sebagian shaf dan melepaskan keledai betina untuk mencari makan,
kemudian aku masuk dalam shaf (ikut shalat berjama’ah), dan tidak ada yang
mengingkari perbuatannku tersebut”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Mempertemukan makna hadits Ibnu ‘Abbas lewat depan shaf dengan beberapa hadits lainnya
Ø Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ لَنَا لَمَّا رَجَعَ مِنَ الأَحْزَابِ: «لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ
العَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ» فَأَدْرَكَ بَعْضَهُمُ العَصْرُ فِي
الطَّرِيقِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نُصَلِّي حَتَّى نَأْتِيَهَا، وَقَالَ
بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلِّي، لَمْ يُرَدْ مِنَّا ذَلِكَ، فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ ﷺ،
فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
Nabi ﷺ
bersabda kepada kami ketika beliau kembali dari perang Ahzab (Syawal 5H):
"Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian shalat 'Ashar kecuali di
perkampungan Bani Quraizhah." Lalu tibalah waktu shalat ketika mereka
masih di jalan, sebagian dari mereka berkata, 'Kami tidak akan shalat kecuali
telah sampai tujuan', dan sebagian lain berkata, 'Bahkan kami akan melaksanakan
shalat, sebab beliau tidaklah bermaksud demikian'. Maka kejadian tersebut
diceritakan kepada Nabi ﷺ,
dan beliau tidak mencela seorang pun dari mereka." [Shahih Bukhari]
Lihat: Metode memahami hadits antara tekstual dan kontekstual
Adapun selain Nabi ﷺ maka diam mereka bukan hujjah, karena mungkin saja diam karena
tidak mengetahui bahwa itu mungkar atau ada sesuatu yang menghalanginya untuk
mengingkari.
Amru bin Salamah bin Al-Harits rahimahullah berkata:
"كُنَّا نَجْلِسُ عَلَى بَابِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ، فَإِذَا خَرَجَ
مَشَيْنَا مَعَهُ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَجَاءَنَا أَبُو مُوسَى الأَشْعَرِيُّ
فَقَالَ: أَخَرَجَ إِلَيْكُمْ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ بَعْدُ؟ قُلْنَا: لَا،
فَجَلَسَ مَعَنَا حَتَّى خَرَجَ، فَلَمَّا خَرَجَ قُمْنَا إِلَيْهِ جَمِيعًا،
فَقَالَ لَهُ أَبُو مُوسَى: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنِّي رَأَيْتُ فِي
الْمَسْجِدِ آنِفًا أَمْرًا أَنْكَرْتُهُ، وَلَمْ أَرَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَاّ
خَيْرًا، قَالَ: فَمَا هُوَ؟ فَقَالَ: إِنْ عِشْتَ فَسَتَرَاهُ، قَالَ: رَأَيْتُ
فِي الْمَسْجِدِ قَوْمًا حِلَقًا جُلُوسًا يَنْتَظِرُونَ الصَّلَاةَ، فِي كُلِّ
حَلْقَةٍ رَجُلٌ، وَفي أَيْدِيهِمْ (حَصًى) فَيَقُولُ: كَبِّرُوا مِائَةً،
فَيُكَبِّرُونَ مِائَةً، فَيَقُولُ: هَلِّلُوا مِائَةً، فَيُهَلِّلُونَ مِائَةً،
وَيَقُولُ: سَبِّحُوا مِائَةً فَيُسَبِّحُونَ مِائَةً، قَالَ: فَمَاذَا قُلْتَ
لَهُمْ؟ قَالَ: مَا قُلْتُ لَهُمْ شَيْئًا انْتِظَارَ رَأْيِكَ أَوِ انْتِظَارَ
أَمْرِكَ، قَالَ: أَفَلَا أَمَرْتَهُمْ أَنْ يَعُدُّوا سَيِّئَاتِهِمْ، وَضَمِنْتَ
لَهُمْ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِهِمْ، ثُمَّ مَضَى وَمَضَيْنَا مَعَهُ
حَتَّى أَتَى حَلْقَةً مِنْ تِلْكَ الْحِلَقِ، فَوَقَفَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ: مَا
هَذَا الَّذِى أَرَاكُمْ تَصْنَعُونَ؟ قَالُوا: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ
حَصًى نَعُدُّ بِهِ التَّكْبِيرَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّسْبِيحَ، قَالَ: فَعُدُّوا
سَيِّئَاتِكُمْ فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ،
وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ، هَؤُلَاءِ صَحَابَةُ
نَبِيِّكُمْ رضي الله عنهم مُتَوَافِرُونَ، وَهَذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ
وَآنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ، وَالَّذِي نَفْسِي فِي يَدِهِ إِنَّكُمْ لَعَلَى
مِلَّةٍ هِيَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ، أَوْ مُفْتَتِحِوا بَابِ ضَلَالَةٍ،
قَالُوا: وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، مَا أَرَدْنَا إِلَاّ
الْخَيْرَ، قَالَ: وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ، إِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ حَدَّثَنَا: «أَنَّ قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ
تَرَاقِيَهُمْ»، وَايْمُ اللَّهِ مَا أَدْرِى لَعَلَّ أَكْثَرَهُمْ مِنْكُمْ،
ثُمَّ تَوَلَّى عَنْهُمْ، فَقَالَ عَمْرُو بْنُ سَلِمَةَ: رَأَيْنَا عَامَّةَ
أُولَئِكَ الْحِلَقِ يُطَاعِنُونَا يَوْمَ النَّهْرَوَانِ مَعَ الْخَوَارِجِ
'Dahulu kami pernah duduk di depan pintu Abdullah bin Mas'ud
radhiallahu'anhu sebelum salat Subuh, ketika ia keluar kami berjalan bersamanya
menuju masjid. Kemudian Abu Musa Al-'Asy'ariy radhiallahu'anhu datang menemui
kami dan bertanya: 'Apakah Abu Abdur Rahman telah datang menemui kalian?', kami
menjawab, 'belum', lalu beliau duduk bersama kami hingga (Abu Abdur Rahman)
datang. Tatkala ia datang, kami semua berdiri dan menghampirinya, Abu Musa
berkata kepadanya: 'Wahai Abu Abdur Rahman, baru saja di masjid aku melihat
satu kejadian baru yang tidak aku sukai. Setahuku, Alhamdulillah, sekali pun
itu diniyati kebaikan. Ia bertanya: 'apakah itu gerangan?', 'Jika kamu masih
hidup kamu akan melihatnya', Kata Abu Musa. Abu Musa melanjutkan: 'Aku melihat
di masjid, sekelompok orang yang (duduk) melingkar sambil menunggu salat,
setiap lingkaran ada seorang (pemandu) nya dan tangan-tangan mereka membawa
kerikil, lalu si (pemandu) berkata, 'ucapkanlah takbir seratus kali' dan mereka
bertakbir seratus kali, 'dan ucapkanlah tahlil seratus kali' lalu mereka
bertahlil seratus kali, 'dan ucapkanlah tasbih seratus kali' lalu mereka
mengucapkan tasbih seratus kali. Abu Abdurrahman bertanya: 'Lantas apa yang
telah kau katakan kepada mereka?' Abu Musa menjawab, 'Aku belum berkata apa pun
kepada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau perintahmu.' Abu Abdurrahman
berkata, 'Tidak sebaiknyakah kamu perintahkan saja mereka untuk menghitung
dosa-dosa mereka, serta kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan hilang?
Kemudian Abu Abdurrahman beranjak dan kami pun beranjak bersamanya, hingga ia
sampai di lokasi jamaah zikir yang diceritakannya. Ia berdiri di hadapan
mereka, dan berkata, 'Apa yang sedang kalian lakukan?', mereka menjawab, 'Wahai
Abu Abdur Rahman, ini adalah batu-batu kerikil untuk menghitung takbir, tahlil
dan tasbih.' Ia berkata, 'Hendaklah kalian menghitung dosa-dosa kalian (saja),
aku menjamin amal kebaikan kalian tidak akan hilang, celakalah kalian umat
Muhammad ﷺ, alangkah cepatnya masa
kehancuran kalian, padahal mereka para sahabat Nabi ﷺ masih banyak, dan baju mereka belum basah, juga periuknya belum
pecah, demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman tangannya, sesungguhnya kalian
seakan-akan memiliki agama yang lebih baik dari agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad ﷺ, atau kalian sengaja hendak
membuka pintu kesesatan?, mereka menjawab, 'Demi Allah wahai Abu Abdur rahman
kami tidak menginginkan kecuali kebaikan.' Abu Abdurrahman menjawab, 'Berapa
banyak orang yang menginginkan kebaikan tetapi ia tidak dapat mencapainya,
sesungguhnya Rasulullah ﷺ
telah menceritakan kepada kami bahwa ada satu kaum yang membaca Al-Qur'an namun
tidak melampaui tenggorokan mereka, demi Allah, aku tidak tahu siapa tahu
mayoritas mereka adalah dari kalian", Abu Abdurrahman lantas berpaling
dari mereka. 'Amr bin Salamah berkata, 'Kami melihat kebanyakan dari yang
berada di kelompok jamaah zikir tersebut di hari selanjutnya mencaci-maki kami
pada hari (perang) Nahrawan bersama orang-orang khawarij.'" [Sunan
Ad-Darimiy: Sanadnya bagus]
Dalam bab ini, imam Bukhari meriwayatkan
satu hadits dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
٦٩٢٢ - حَدَّثَنَا حمَّاد بْنُ حُميد
[الخرساني]: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ [بن معاذ]: حَدَّثَنَا
أَبِي: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
الْمُنْكَدِرِ قَالَ: رَأَيْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَحْلِفُ بالله: أن
ابن الصيَّاد الدجَّال، قُلْتُ: تَحْلِفُ بِاللَّهِ؟ قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ
عُمَرَ يَحْلِفُ عَلَى ذَلِكَ عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَلَمْ يُنْكِرْهُ النَّبِيُّ ﷺ.
Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Humaid
[Al-Khurasaniy], telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz [bin
Mu'adz], telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Sa'd bin Ibrahim dari Muhammad bin Al Munkadir berkata, 'Pernah
aku melihat Jabir bin Abdullah bersumpah dengan nama Allah bahwa Ibnu
Shaid adalah Dajjal. Maka saya katakan, 'Engkau bersumpah atas nama Allah?' ia
jawab, 'Saya mendengar Umar bersumpah atas yang demikian di sisi Nabi ﷺ, dan beliau ﷺ
tidak memungkirinya.'
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Jabir bin
Abdullah radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi Ibnu
Ash-Shayyad.
Namanya Shafi atau 'Abdu bin Shaid.
Seorang dari Yahudi Madinah ada yang mengatakan ia seorang dari Anshar dan
masuk Islam.
Ulama berselisih apakah dia adalah
Dajjal atau bukan. Yang lebih kuat bahwa ia salah satu dari Dajjal (pembohong)
terkadang bermain dukun dan jejaknya hilang tidak diketahui. Ada yang
mengatakan ia wafat di Madinah.
Adapun diamnya Nabi ﷺ ketika Umar bersumpah karena belum ada wahyu yang menetapkan
bahwa Ibnu Shayyad adalah Dajjal yang sebenarnya, namun terdapat tanda-tanda
pada dirinya.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«أَنَّ
عُمَرَ انْطَلَقَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي رَهْطٍ قِبَلَ ابْنِ صَيَّادٍ، حَتَّى
وَجَدُوهُ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ، عِنْدَ أُطُمِ بَنِي مَغَالَةَ، وَقَدْ
قَارَبَ ابْنُ صَيَّادٍ الْحُلُمَ، فَلَمْ يَشْعُرْ حَتَّى ضَرَبَ النَّبِيُّ ﷺ
بِيَدِهِ، ثُمَّ قَالَ لِابْنِ صَيَّادٍ: "تَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ؟"
فَنَظَرَ إِلَيْهِ ابْنُ صَيَّادٍ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ
الْأُمِّيِّينَ. فَقَالَ ابْنُ صَيَّادٍ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ
اللهِ؟ فَرَفَضَهُ وَقَالَ: "آمَنْتُ بِاللهِ وَبِرُسُلِهِ". فَقَالَ
لَهُ: "مَاذَا تَرَى؟" قَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: يَأْتِينِي صَادِقٌ
وَكَاذِبٌ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "خُلِّطَ عَلَيْكَ الْأَمْرُ". ثُمَّ
قَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: "إِنِّي قَدْ خَبَأْتُ لَكَ خَبِيئًا".
فَقَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: هُوَ الدُّخُّ. فَقَالَ: "اخْسَأْ، فَلَنْ تَعْدُوَ
قَدْرَكَ". فَقَالَ عُمَرُ رضي الله عنه: دَعْنِي يَا رَسُولَ اللهِ أَضْرِبْ
عُنُقَهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "إِنْ يَكُنْهُ فَلَنْ تُسَلَّطَ عَلَيْهِ،
وَإِنْ لَمْ يَكُنْهُ فَلَا خَيْرَ لَكَ فِي قَتْلِهِ". وَقَالَ ابْن عُمَرَ
رضي الله عنهما: انْطَلَقَ بَعْدَ ذَلِكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ،
إِلَى النَّخْلِ الَّتِي فِيهَا ابْنُ صَيَّادٍ، وَهُوَ يَخْتِلُ أَنْ يَسْمَعَ
مِنِ ابْنِ صَيَّادٍ شَيْئًا، قَبْلَ أَنْ يَرَاهُ ابْنُ صَيَّادٍ، فَرَآهُ
النَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ، يَعْنِي فِي قَطِيفَةٍ، لَهُ فِيهَا رَمْزَةٌ
أَوْ زَمْرَةٌ، فَرَأَتْ أُمُّ ابْنِ صَيَّادٍ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَهُوَ يَتَّقِي
بِجُذُوعِ النَّخْلِ، فَقَالَتْ لِابْنِ صَيَّادٍ: يَا صَافِ، وَهُوَ اسْمُ ابْنِ
صَيَّادٍ، هَذَا مُحَمَّدٌ ﷺ، فَثَارَ ابْنُ صَيَّادٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "لَوْ
تَرَكَتْهُ بَيَّنَ"»
"Bahwa Umar pergi bersama Nabi ﷺ dan beberapa sahabat menuju Ibnu Shayyad. Mereka menemukannya
sedang bermain dengan anak-anak lain di dekat benteng Bani Maghalah. Saat itu
Ibnu Shayyad hampir mencapai usia baligh. Tiba-tiba Nabi ﷺ menepuknya dengan tangan beliau, lalu bertanya: 'Apakah engkau
bersaksi bahwa aku utusan Allah?' Ibnu Shayyad memandang beliau dan menjawab:
'Aku bersaksi bahwa engkau utusan bagi kaum yang buta huruf.' Kemudian Ibnu
Shayyad balik bertanya kepada Nabi ﷺ: 'Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah?' Nabi
menolaknya dan berkata: 'Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya.' Lalu
Nabi bertanya: 'Apa yang engkau lihat?' Ibnu Shayyad menjawab: 'Kadang datang
kepadaku yang benar dan yang dusta.' Nabi bersabda: 'Perkara telah dikacaukan
untukmu.' Kemudian Nabi berkata: 'Sesungguhnya aku telah menyembunyikan sesuatu
untukmu.' Ibnu Shayyad langsung menjawab: 'Itu adalah asap.' Nabi bersabda:
'Enyahlah! Engkau tidak akan melampaui batasmu.' Umar berkata: 'Biarkan aku
wahai Rasulullah, akan kupenggal lehernya!' Nabi menjawab: 'Jika dia memang
Dajjal, engkau tidak akan bisa mengalahkannya. Jika bukan, tidak ada kebaikan
bagimu dalam membunuhnya.'" Ibnu Umar ra. menceritakan: "Setelah itu,
Rasulullah ﷺ dan Ubay bin Ka'b pergi ke
kebun kurma tempat Ibnu Shayyad berada. Nabi berusaha mendengarkan sesuatu dari
Ibnu Shayyad sebelum terlihat olehnya. Nabi melihatnya sedang berbaring di
bawah selimut sambil bergumam. Ibu Ibnu
Shayyad melihat Rasulullah ﷺ
yang sedang bersembunyi di balik pohon kurma, lalu berkata kepada anaknya:
'Wahai Shaf (nama Ibnu Shayyad), ini Muhammad ﷺ!' Ibnu Shayyad langsung bangun. Nabi pun bersabda: 'Seandainya
ibunya diam, niscaya akan jelas (hakikatnya).'" [Shahih Bukhari]
Ø Abu Sa'id
Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhu berkata:
خرجنا حجاجا أو
عمارا ومعنا ابن صائد. قال فنزلنا منزلا. فتفرق الناس وبقيت أنا وهو. فاستوحشت منه
وحشة شديدة مما يقال عليه. قال وجاء بمتاعه فوضعه مع متاعي. فقلت: إن الحر شديد.
فلو وضعته تحت تلك الشجرة. قال ففعل. قال فرفعت لنا غنم. فانطلق فجاء بعس. فقال:
اشرب. أبا سعيد! فقلت: إن الحر شديد واللبن حار. ما بي إلا أني أكره أن أشرب عن
يده - أو قال آخذ عن يده - فقال: أبا سعيد! لقد هممت أن آخذ حبلا فأعلقه بشجرة ثم
أختنق مما يقول لي الناس، يا أبا سعيد! من خفي عليه حَدِيثِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ما
خفي عليكم، معشر الأنصار! ألست من أعلم الناس بحديث رسول الله ﷺ؟ أَلَيْسَ قَدْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «هو كافر» وأنا مسلم؟ أو ليس قَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ: «هو عقيم لا يولد له» وقد تركت ولدي بالمدينة؟ أو ليس قَدْ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «لا يدخل المدينة ولا مكة» وقد أقبلت من المدينة وأنا أريد مكة؟ قال
أبو سعيد الخدري: حتى كدت أن أعذره. ثم قال: أما والله! إني لأعرفه وأعرف مولده
وأين هو الآن. قال: قلت له: تبا لك سائر اليوم.
Kami pergi untuk menunaikan haji atau umrah bersama Ibnu
Shayyad. Dia berkata, "Kami singgah di suatu tempat. Orang-orang pun
berpencar dan tinggallah aku bersamanya. Aku merasa sangat tidak nyaman
dengannya karena apa yang dikatakan tentang dirinya." Dia melanjutkan,
"Dia membawa barang-barangnya dan meletakkannya bersamaan dengan
barang-barangku. Aku berkata, 'Cuacanya sangat panas. Sebaiknya kamu letakkan
di bawah pohon itu.' Dia pun melakukannya." Dia berkata lagi,
"Kemudian ada kambing yang digiringkan untuk kami. Dia pergi dan kembali
membawa susu. Dia berkata, 'Minumlah, wahai Abu Sa'id!' Aku menjawab, 'Cuacanya
sangat panas dan susunya pun hangat. Aku hanya tidak suka minum dari tangannya'
— atau dia berkata, 'menerima dari tangannya' — lalu dia berkata, 'Wahai Abu
Sa'id! Aku benar-benar berniat mengambil tali dan mengikatkannya ke pohon, lalu
mencekik diriku karena apa yang dikatakan orang-orang tentangku. Wahai Abu
Sa'id! Siapa yang tidak mengetahui hadis Rasulullah ﷺ apa yang tidak kalian ketahui.'
Wahai kalian, kaum Anshar! Bukankah aku orang yang paling mengetahui
hadis Rasulullah ﷺ?
Bukankah Rasulullah ﷺ
telah bersabda, 'Dia adalah kafir,' sedangkan aku seorang Muslim? Bukankah
Rasulullah ﷺ telah bersabda, 'Dia mandul
dan tidak memiliki keturunan,' padahal aku telah meninggalkan anak-anakku di
Madinah? Bukankah Rasulullah ﷺ
telah bersabda, 'Dia tidak akan masuk Madinah atau Mekah,' padahal aku datang
dari Madinah dan ingin pergi ke Mekah?"
Abu Sa'id Al-Khudri berkata, "Hampir saja aku memberinya udzur
(alasan)." Kemudian dia (Ibnu Shayyad) berkata, "Demi Allah! Sungguh,
aku mengenalnya (Dajjal), aku tahu kelahirannya, dan di mana dia
sekarang." Aku (Abu Sa'id) berkata, "Celaka kamu! Sepanjang hari
(kamu berbicara seperti ini)." [Shahih Muslim]
3.
Hakikat Al-Masih Ad-Dajjal.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah
ﷺ bersabda:
«بَيْنَا
أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُنِي أَطُوفُ بِالْكَعْبَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ، سَبْطُ
الشَّعَرِ، بَيْنَ رَجُلَيْنِ، يَنْطِفُ رَأْسُهُ مَاءً، فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟
قَالُوا: ابْنُ مَرْيَمَ، فَذَهَبْتُ أَلْتَفِتُ فَإِذَا رَجُلٌ أَحْمَرُ جَسِيمٌ،
جَعْدُ الرَّأْسِ، أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ
طَافِيَةٌ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوا هَذَا الدَّجَّالُ أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ
شَبَهًا ابْنُ قَطَنٍ وَابْنُ قَطَنٍ رَجُلٌ مِنْ بَنِي الْمُصْطَلِقِ مِنْ
خُزَاعَةَ»
"Sementara aku tidur, aku bermimpi sedang melakukan
tawaf di Ka'bah. Tiba-tiba ada seorang lelaki berkulit sawo matang, berambut
lurus, berada di antara dua orang laki-laki, dan kepalanya meneteskan air. Aku
bertanya, 'Siapa ini?' Mereka menjawab, 'Ini adalah Isa putra Maryam.' Kemudian
aku berpaling dan melihat seorang lelaki merah, besar tubuhnya, keriting
rambutnya, buta mata kanannya, seolah-olah matanya seperti buah anggur yang
menonjol. Aku bertanya, 'Siapa ini?' Mereka menjawab, 'Ini adalah Dajjal. Orang
yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qathn.' Dan Ibnu Qathn adalah seorang
laki-laki dari Bani Al-Musthaliq dari suku Khuza'ah." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
«قَامَ
رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ
ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا
أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنِّي أَقُولُ لَكُمْ
فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ: تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ
وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ»
Rasulullah ﷺ
berdiri di hadapan manusia, memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya,
kemudian menyebut tentang Dajjal. Beliau bersabda: "Sungguh, aku
memperingatkan kalian tentangnya. Tidak ada seorang nabi pun kecuali telah
memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Sungguh Nuh telah memperingatkan kaumnya
(tentang Dajjal), tetapi aku akan mengatakan kepada kalian tentangnya suatu
perkataan yang belum pernah diucapkan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya:
Ketahuilah bahwa dia (Dajjal) buta sebelah matanya, sedangkan Allah tidak buta
sebelah." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«مَا
بُعِثَ نَبِيٌّ إِلَّا أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الْأَعْوَرَ الْكَذَّابَ، أَلَا إِنَّهُ
أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
مَكْتُوبٌ كَافِرٌ»
"Tidak ada seorang nabi pun yang diutus, kecuali dia
pasti memperingatkan umatnya tentang si buta sebelah yang pendusta itu
(Dajjal). Ketahuilah, sesungguhnya dia buta sebelah, sedangkan Tuhan kalian
tidak buta sebelah. Dan di antara kedua matanya tertulis 'KĀFIR' (kafir)."
[Shahih Bukhari]
Lihat: Kitab Ar-Riqaq, bab 39-40; Tanda hari kiamat
4.
Bersumpah untuk
menguatkan ucapan.
5.
Tidak boleh bersumpah
kecuali dengan nama Allah atau sifatNya.
Dari Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu'anhuma,
ia mendengar seorang laki-laki mengucapkan, "Tidak, demi Ka'bah."
Ibnu Umar lalu berkata, "Tidak boleh bersumpah dengan selain Allah. Aku
mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka ia telah
kafir atau berbuat syirik." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (43); Orang yang tidak rela terhadap sumpah yang menggunakan nama Allah
6.
Tidak boleh mendiamkan
suatu kemungkaran kecuali ada halangan.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ» [صحيح
مسلم]
“Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka
perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka dengan lidahmu, kalau
kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman”.
[Sahih Muslim]
Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar
7.
Hadits ini adalah dalil
dari kaidah fiqhi: تأخير البيان عن وقت الحاجة لا
يجوز
“Menunda penjelasan suatu hukum pada waktu yang dibutuhkan
hukumnya tidak dibolehkan”.
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...